DAFTAR ISI
.................................................................................................................................. ii
DAFTAR LAMPIRAN
................................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN
............................................................................................................. I
1.1 Latar Belakang
…………............................................................................................. I
1.2 Identifikasi Masalah
.................................................................................................... II
1.3 Tujuan Penulisan
…………………….….................................................................... III
1.4 Manfaat Penulisan
....................................................................................................... IV
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
.................................................................................................... IV
2.1 Pemerintah Daerah
....................................................................................................... V
2.2 Administrasi Pemerintahan
….………………………………………………………. VI
2.3 Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil
……………………………………... VII
2.4 Pelayanan Publik
......................................................................................................... VIII
2.5 Status Kewarganegaraan
.............................................................................................. IX
2.6 Akta Kelahiran ...........................................................................................................
X
BAB 3 LOKASI DAN
WAKTU.................................................................................................... V
3.1 Lokasi
........................................................................................................................... VIII
3.2 Waktu
........................................................................................................................... IX
3.3 Informan ..................................................................................................................
IX
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................
VI
LAMPIRAN ..............................................................................................................................
VI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Data kependudukan merupakan hal yang sangat penting bagi sebuah negara karena
dari data kependudukan tersebut menjadi sebuah acuan untuk negara dalam membangun
negaranya. Data dapat diartikan sebagai kumpulan informasi atau nilai yang diperoleh dari
suatu pengamatan (observasi) yang dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau
persoalan. Oleh karena itu data yang baik adalah data yang bisa dipercaya kebenarannya,
tepat waktu dan mencakup ruang lingkup yang luas atau bisa memberikan gambaran tentang
suatu masalah secara menyeluruh merupakan data relevan. Sedangkan kependudukan atau
demografi merupakan ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan manusia. Dengan
demikian data kependudukan adalah segala tampilan data penduduk dalam bentuk resmi
maupun tidak resmi yang diterbitkan oleh badan-badan pencatatan kependudukan
(pemerintah maupun non pemerintah), dalam berbagai bentuk baik angka, grafik, gambar dan
lain lain. UU No.24 Tahun 2013 pasal 1 poin 9 menyebutkan bahwa data kependudukan
adalah data perseorangan dan/atau data agregat yang terstruktur sebagai hasil dari kegiatan
pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil. Adapun dokumen – dokumen yang diberikan
terkait urusan kependudukan yaitu pengurusan Akta Kelahiran, Kartu Tanda Penduduk
(KTP), Kartu Keluarga (KK), Akta Nikah, Akta Cerai, Akta Kematian, Keterangan Pindah
Penduduk dan lain sebagainya. Diantara beberapa dokumen tersebut, akta kelahiran
merupakan hal yang paling urgensi karena data yang ada dalam akta kelahiran merupakan
bukti keabsahan identitas seseorang, selain dapat berfungsi sebagai identitas administrasi
kependudukan (KTP, KK) juga dapat berfungsi untuk pengurusan sekolah, pendaftaran
pernikahan di KUA, mencari pekerjaan yang layak, sebagai persyaratan pembuatan paspor,
dapat untuk mengurus hak ahli waris, pengurusan asuransi, tunjangan keluarga, mengurus
hak dana pensiun dan yang terpenting bagi umat muslim di Indonesia sebagai syarat untuk
pengurusan pelaksanakan ibadah haji. Namun saat ini masih banyak penduduk di Indonesia
yang belum memiliki akta kelahiran. Website Kementrian Pemberdayaan Perempuan Dan
Perlindungan Anak Republik Indonesia menyebutkan bahwa Data hasil Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas) BPS tahun 2016 menunjukkan masih rendahnya kepemilikan
akte kelahiran anak usia 0-17 tahun, hanya sekitar 66,30 % yang memiliki akte kelahiran dan
dapat menunjukkannya. Adapun yang mengaku memiliki akta kelahiran namun tidak dapat
menunjukkannya sekitar 15,38 %. Sedangkan yang tidak memiliki akte kelahiran ada sekitar
18,05 %, bahkan ada sekitar 0,27 % yang tidak tahu tentang akta kelahiran. Diberitakan juga
dari situs berita Media Indonesia, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat,
kepemilikan akta kelahiran di Papua hanya 39,28%, Papua Barat 51, 62% dan Maluku 61%.
Sedangkan provinsi dengan kepemilikan akta kelahiran tertinggi dicapai oleh Lampung, Jawa
Tengah dan Kalimantan Timur melebihi 100%. Untuk provinsi Jawa Barat, Kepala Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Jabar Abas Basari mengungkapkan hasil
konsolidasi Kementerian Dalam Negeri per April 2017 menyebutkan jumlah anak usia 0-18
tahun di Jabar sebanyak 13.319.785 orang, namun hanya 8.159.810 anak yang memiliki akta
kelahiran atau 61,26 persen dari total keseluruhan anak yang artinya kepemilikan akta
kelahiran masih tergolong rendah.
Sama halnya dengan jumlah kepemilikan akta kelahiran di Kabupaten Sumedang.
Pada tahun 2016 baru sekitar 58,5 persen atau 174.787 jiwa penduduk usia 0-18 tahun yang
telah memiliki akta. Jadi ada 123.803 jiwa (41,5 persen) usia 0-18 tahun, yang belum
memiliki akta. Sedangkan pada tahun 2017 Kepala Bidang Pencatatan Sipil Disdukcapil,
Jajang Sudayat, menyebutkan bahwa akta kelahiran baru dimiliki 65,47 persen penduduk
saja. Sementara, sisanya belum mempunyai dokumen kependudukan yang sangat penting
dan berguna seumur hidup ini. Hal tersebut disebabkan oleh anggaran daerah yang terbatas
sehingga membuat kegiatan ini jarang dilakukan. Selain itu karna pembuatan akta kelahiran
dilakukan di kantor Disdukcapil, maka harus dilakukan jemput bola untuk mempercepat
kepemilikan akta kelahiran. Jumlah kendaraan yang tidak memadai mengakibatkan
pelayanan memakan waktu lama.
Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas mendorong penulis untuk melakukan
penelitian terhadap pelayanan administrasi kependudukan dalam hal ini penulis mengangkat
judul : “Kualitas Pelayanan Pembuatan Akta Kelahiran Pada Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sumedang”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentifikasikan rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana prosedur pembuatan akta kelahiran?
2. Mengapa masih banyak yang belum memiliki akta kelahiran?
3. Apa dampak yang ditimbulkan jika tidak memiliki akta kelahiran?
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemerintah Daerah
Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah
daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom. Urusan Pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahan yang
menjadi kewenangan Presiden yang pelaksanaannya dilakukan oleh kementerian negara dan
penyelenggara Pemerintahan Daerah untuk melindungi, melayani, memberdayakan, dan
menyejahterakan masyarakat.
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang- undangan bagi setiap warga negara
dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik. Penyelenggara pelayanan publik yang selanjutnya disebut
Penyelenggara adalah setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen
yang dibentuk berdasarkan undang- undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan
hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Pelaksana pelayanan
publik yang selanjutnya disebut Pelaksana adalah pejabat, pegawai, petugas, dan setiap orang
yang bekerja di dalam organisasi penyelenggara yang bertugas melaksanakan tindakan atau
serangkaian tindakan pelayanan publik. Standar pelayanan adalah tolok ukur yang
dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas
pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka
pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur.
Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu Pelayanan
Dasar yang merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang berhak diperoleh setiap warga negara
secara minimal.
Akta kelahiran istimewa adalah akta kelahiran yang diterbitkan berdasarkan laporan
kelahiran yang disampaikan setelah melewati batas waktu yang ditentukan oleh
perundang-undangan. Batas waktu lewat yakni melebihi 60 hari.
Akta kelahiran luar biasa adalah akta kelahiran yang diterbitkan oleh kantor catatan
sipil pada zaman Revolusi antara 1 Mei 1940 sampai 31 Desember 1949 dan kelahiran
tersebut tidak diwilayah hukum kantor catatan sipil setempat.
Akta kelahiran tambahan adalah akta kelahiran yang diterbitkan oleh pejabat
berwenang terhadap orang yang lahir tanggal 1 januari sampai 31 Maret 1983.
Akta kelahiran kolektif adalah pembuatan akta kelahiran secara bersama-sama. Ada
dua cara pembuatan akta kelahiran kolektif ini yaitu :
1. Akta Kolektif Swadaya, dimana suatu daerah menunjuk seseorang atau tim
kepanitiaan untuk mengurus permohonan pembuatan akta kelahiran secara
bersama- sama. Tim atau orang tersebut datang ke KCS di Ibukota Kabupaten.
2. Akta Kolektif Jemput Bola, artinya pembuatan akta kelahiran di suatu daerah
secara bersama-sama, dengan cara para pemohon akta kelahiran cukup datang
ke kantor kelurahan setempat dimana para petugas dari KCS datang ke kantor
kelurahan tersebut dan membuka pelayanan permohonan akta kelahiran.
BAB 3
LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
3.1 Lokasi
Penelitian ini akan dilakukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (disdukcapil)
Kabupaten Sumedang untuk melakukan wawancara sebagai narasumber dari pihak instansi
pelaksana.
3.2 Waktu
Penelitian ini akan dilakukan dengan jangka waktu satu bulan. Berikut merupakan
matriks kerja atau timeline kegiatan penelitian yang akan kami lakukan.
Kegiatan WAKTU
Minggu ke-
1 2 3 4 1 2 3 4
Pelaksanaan Penelitian
Keterangan :
Rencana Pelaksanaan
Kerja
3.3 Informan
DAFTAR PUSTAKA
HUTABARAT, E. S. G. (2013). STUDI TENTANG PENERBITAN AKTA
CATATAN SIPIL OLEH DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL
KOTA MEDAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN. Jurnal Hukum Administrasi
Negara, 1(1), 69–73. https://doi.org/10.11113/jt.v56.60
Fatkhur Rohman, D., Hanafi, I., & Hadi, M. (2013). Implementasi Kebijakan Pelayanan
Administrasi Kependudukan Terpadu. Jurnal Administrasi Publik Mahasiswa
Universitas Brawijaya, 1(5), 962–971. Retrieved from
https://media.neliti.com/media/publications/75289-ID-implementasi-kebijakan-
pelayanan-adminis.pdf
Abdali, P. (2015). ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
KEPEMILIKAN AKTA KELAHIRAN DI KECAMATAN PERHENTIAN RAJA
KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2014-2015. Jurnal Ilmu Pemerintahan, 151, 10–17.
https://doi.org/10.1145/3132847.3132886
Novianti. (2014). Status Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora dalam Perspektif
Hukum Internasional. Kajian, 19(4), 311–325.
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/kajian/article/view/562/457
Dinas Penduduk dan Catatan Sipil Provinsi Kalimantan Barat. (2017). Memahami
Tentang Pentingnya Data Kependudukan. Diakses dari:
https://dukcapil.kalbarprov.go.id/post/memahami-tentang-pentingnya-data-
kependudukan . (19 Oktober 2019).
Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. (2018). Pentingnya
Keabsahan Anak. Diakses dari:
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1875/pentingnya-
keabsahan-anak . (19 Oktober 2019).
Astuti, Indriyani. (2019). Ini 3 Provinsi dengan Angka Kepemilikan Akta Kelahiran
Rendah. Diakses dari: https://mediaindonesia.com/read/detail/209058-ini-3-
provinsi-dengan-angka-kepemilikan-akta-kelahiran-rendah . (19 Oktober 2019).
Iman, Regi., Putri, Winda Destiana. (2017). Anaka yang Miliki Akta Kelahiran di Jabar
Baru 61 Persen. Diakses
dari:https://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/17/04/26/op0edl359-
anak-yang-miliki-akta-kelahiran-di-jawa-barat-baru-61-persen . (19 Oktober
2019)
Oche. (2017). Baru 65 Persen Warga Sumedang yang Miliki Akta Kelahiran. Diakses
dari:hettps://jabar.pojoksatu.id/priangan/2017/10/05/baru-dimiliki-65-persen-
penduduk/ . (19 Oktober 2019)
Sumedang Ekspres.com. (2016). Kepemilikan Akta Masih Minim. Diakses dari:
https://www.sumedangekspres.com/kepemilikan-akte-masih-minim/ (19 Oktober
2019)
Sarjanaku.com. (2016). Pengertian Administrasi Pendidikan, Manajemen, Makalah,
Tujuan, Fungsi, Menurut Para Ahli. Diakses
dari:http://www.sarjanaku.com/2010/01/makalah-dasar-dasar-
administrasi.html?m=1 (20 Oktober 2019)
Ekosusiloaja. (2016). Pengertian Administrasi Menurut Para Pakar. Diakses dari:
http://ekosusiloaja.blogspot.com/2011/12/pengertian-administrasi-menurut-
para.html?m=1 (21 Oktober 2019)
Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi
Pemerintahan. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2013. Undang-Undang No. 24 Tahun 2013 Tentang Administasi
Kependudukan. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan
Publik. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112. Sekretariat
Negara. Jakarta.
LAMPIRAN
Pedoman Wawancara
Informan: Dinas Penduduk dan Catatan Sipil Kabupaten Sumedang
1. Penjelasan tentang Disdukcapil Kabupaten Sumedang
2. Jumlah data penduduk Kabupaten Sumedang
3. Berapakah jumlah perempuan dan laki-laki di Kabupaten Sumedang?
4. Berapakah jumlah usia produktif dan non produktif?
5. Bagaimana pertumbuhan kelahiran pertahun?
6. Apa saja dokumen yang dibuat di Disdukcapil Kabupaten Sumedang?
7. Bagaimana cara, prosedur, dan persyaratan pembuatan Akta Kelahiran?
8. Bagaimana pelayanan pembuatan Akta Kelahiran?
9. Berapa jumlah kepemilikan Akta di Kabupaten Sumedang?
10. Berapakah jumlah masyarakat yang tidak memiliki Akta Kelahiran?
11. Bagaimana persentase kepemilikan Akta tiap tahunnya?
12. Kecamatan mana yang paling banyak tidak memiliki Akta kelahiran?
13. Dikeluarahan manakah?
14. Apa faktor penyebab tidak memiliki Akta Kelahiran?
15. Apa kendala pembuatan Akta Kelahiran di Disdukcapil Kabupaten Sumedang?
16. Apakah Pemerintah Kabupaten Sumedang pernah melakukan sosialisasi terkait Akta
Kelahiran?
17. Apakah sosialisasinya menyeluruh?
18. Bagaimana jika salah satu dokumen persyaratan Akta Kelahiran tidak lengkap?
19. Bagaimana solusi dari permasalahan tersebut?
20. Apa yang akan dilakukan Disdukcapil Kabupaten Sumedang kedepannya untuk
pelayanan yang lebih baik?