PENDAHULUAN
Daun pada tumbuhan membutuhkan sumber CO2 dan air sebagai energi kimia. Adapun
klorofil berfungsi untuk menerima cahaya berupa sinar matahari ataupun lampu,
kemudian oksigen akan dibebaskan sebagai hasil reaksi beserta produk berupa
karbohidrat yang akan di kirimkan ke bagian lain pada tumbuhan untuk disimpan
(Green et al, 1988). Pada umumnya, bagian yang menghasilkan oksigen adalah bagian
hijau pada tumbuhan. Peristiwa ini disebabkan karena peristiwa fotosintesis dapat
berlangsung ketika klorofil ada sebagai pigmen hijau tumbuhan (Kimball, 1922).
1
2
dalam bentuk uap air melalui transpirasi. Air keluar melalui batang dan bunga tetapi
sebagian besar menguap melalui stomata (Joshua, 1996).
Kebutuhan akan karbon dioksida dan hilangnya air harus seimbang dengan proses
terbuka dan tertutupnya stomata. Pada dasarnya, stomata akan membuka pada siang hari
dan menutup pada malam hari ataupun pada saat tumbuhan dalam kondisi dehidrasi
(Purves et al., 1992). Sebagai hasil adaptasi tumbuhan dalam rangka untuk mengurangi
kehilangan air dari daun, jumlah stomata yang ada pada bagian bawah daun lebih
banyak jika dibandingkan dengan jumlah stomata yang ada pada bagian atas daun
(Audesirk & Audesirk, 1989).
Fotosintesis terbagi menjadi 2 tahapan yaitu reaksi terang dan reaksi gelap. Letak
daripada reaksi terang adalah pada grana, sedangkan reaksi gelap berlangsung pada
stroma dalam kloroplas. Proses berlangsungnya reaksi terang membutuhkan energi
cahaya. Pada tahapan awal dari reaksi terang, air akan dipecah menjadi ion hidrogen (H)
dan ion hidroksil (OH). H akan diikat oleh NADP membentuk NADPH dan OH akan
bereaksi antara satu dengan lainnya membentuk air dan oksigen. ADP yang berikatan
dengan gugus fosfat akan membentuk ATP sebagai sumber energi bagi reaksi gelap.
Adapun proses berlangsungnya reaksi gelap diawali dengan pengikatan oksigen dari
udara oleh ribulosa biphosphat menjadi asam phospogliserat. H akan mereduksi APG
menjadi ALPG (Aldehid Phospogliserat). Amilum akan terbentuk dari dua molekul
ALPG yang digunakan untuk proses pertumbuhan (Roberts, 1993).
2.1.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah 3 lilin kecil, 2 jangkrik, tumbuhan
hijau kecil lidah mertua
2.1.1.3. Metode
Toples 1 diisi lilin menyala dan ditutup. Toples 2 diisi lilin menyala dan jangkrik
kemudian ditutup. Toples 3 diisi tumbuhan, lilin menyala, jangkrik, kemudian ditutup.
Tunggu dan amati selama beberapa menit sampai terjadi perubahan dan sampai lilin
mati.
2.2.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah kuteks bening, selotip, daun dari
percobaan “Pengamatan Fotosintesis” beserta daun jambu air.
2.2.1.3. Metode
Mula-mula dipilih salah satu daun, lalu pada bagian bawah daun dicat dengan kuteks
bewarna bening ± 1 cm2. Kuteks dibiarkan mengering beberapa menit. Sepotong selotip
bening ditempelkan pada kuteks tersebut kemudian dikelupas secara hati-hati mulai dari
bagian pojok. Setelah itu potongan selotip tersebut diamati di bawah mikroskop dengan
perbesaran 10 x 10. Dicari daerah yang bersih dan banyak mengandung stomata.
Stomata dihitung pada 2 sisi yang berbeda. Percobaan diulangi dengan menggunakan
jenis daun yang berbeda.
4
5
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gunting, mortar, kain saring (kain
mori), funnel (corong), sentrifuge, Erlenmeyer, timbangan, pompa pilleus, pipet volum,
dan glass rod (batang pengaduk).
2.3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah beberapa daun, medium isolasi
dingin, dan larutan DCPIP dingin.
2.3.1.3. Metode
2.3.1.2.1. Isolasi Kloroplas
Mula – mula, 3 daun tanpa tangkai dipotong kecil – kecil dan ditumbuk dengan mortar
sampai halus. Hasil tumbukan daun ditimbang sebanyak 2,5 gram dan dilarutkan
dengan 20 ml medium isolasi. Hasil pencampuran antara tumbukan daun dan medium
isolasi disaring dengan kain mori, kemudian dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge
sesuai penggunaan sentrifuge yang benar. Bahan di sentrifuge dengan kecepatan 1000
rpm selama 1 – 2 menit. Supernatant (bagian jernih) di sentrifuge lagi dengan kecepatan
1000 rpm selama 5 menit. Supernatant kemudian dibuang dan endapan pada dasar
tabung dilarutkan dengan 2 ml medium isolasi dalam tabung reaksi.
7
8
Gambar
Bagian atas daun
Jumlah Stomata
bagian atas 5 7
Gambar
Bagian bawah
daun
Jumlah Stomata 6 12
bagian bawah
Menit
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Blanko
0 - - - - - - -
15 0,110 0,099 0,135 - - - - - - -
8 9 3
Kloroplas
0 - - - - - - -
+DCPIP
0 - - - - - - - -
15 - - - - - - 2,03 1,98 - -
12 91
R. gelap
0 - - - - - - - - -
15 - - - - - - - - 1,77 2,18
42 63
Berdasarkan tabel 3, terdapat empat perlakuan yang diterapkan dalam percobaan yaitu
blanko, kloroplas + DCPIP, ruang terang, dan ruang gelap. Tercatat adanya nilai
absorbansi yang berbeda dari setiap perlakuan pada menit ke-15.
4. PEMBAHASAN
Melalui hasil percobaan, diperoleh data dimana lilin yang terlebih dahulu padam adalah
lilin pada toples 1 yang hanya berisikan lilin menyala dengan waktu tercatat selama 42,7
detik. Kemudian, lilin yang padam pada urutan kedua adalah lilin pada toples 3
berisikan lilin menyala, jangkrik, tumbuhan lidah mertua dengan waktu selama 48,5
detik. Sedangkan lilin yang mengalami pemadaman terakhir adalah lilin pada toples 2
berisikan lilin menyala dan jangkrik dengan waktu tercatat selama 61,3 detik.
Sesuai uraian diatas, lilin yang terlebih dahulu padam adalah lilin pada toples 1. Hal ini
disebabkan karena penutupan toples dapat menghalangi suplai oksigen bagi reaksi
pembakaran. Mengetahui bahwa kadar oksigen dalam toples sangat terbatas, lilin akan
padam tepat ketika oksigen dalam toples habis. Lilin yang padam pada urutan kedua
adalah lilin pada toples 3. Dengan kadar oksigen yang terbatas pada toples, tumbuhan
dapat mensuplai oksigen melalui proses fotosintesis menggunakan bahan seperti CO2
dan H2O yang diperoleh dari proses respirasi jangkrik. Akan tetapi, proses fotosintesis
pada tumbuhan tidak dapat berjalan secara maksimal karena minimnya pasokan cahaya
yang diterima. Sekalipun dihasilkan oksigen melalui proses fotosintesis, perlu
diperhatikan bahwa tumbuhan juga melakukan respirasi pada malam hari. Dengan
demikian, lilin akan tetap padam karena penggunaan oksigen sebagai penunjang
respirasi dari tumbuhan dan jangkrik. Akan tetapi, seharusnya lilin pada toples 3
memiliki ketahanan yang paling panjang karena adanya keseimbangan antara pasokan
maupun penggunaan O2. Adapun lilin yang padam pada urutan terakhir adalah lilin pada
toples 2 berisikan lilin dan jangkrik. Seharusnya, lilin pada toples 2 lebih cepat padam
dibandingkan dengan toples 1 dan toples 3. Hal ini disebabkan karena minimnya kadar
oksigen dalam toples serta pemakaian oksigen secara bersamaan oleh lilin dan jangkrik
10
11
Percobaan ini sesuai dengan teori Green, et al., (1988), mengenai proses fotosintesis
dimana dibutuhkan karbondioksida dan air sebagai penunjang. Disamping itu, daun juga
mengandung klorofil yang memiliki kemampuan untuk menangkap cahaya, sehingga
menunjang keberlangsungan proses fotosintesis dengan karbohidrat dan oksigen sebagai
hasil.
Tercatat bahwa setiap daun memiliki jumlah stomata yang beragam. Pada daun lidah
mertua, diperoleh data dimana jumlah stomata pada bagian epidermis atas daun adalah
sebanyak 5 buah dengan jumlah stomata pada bagian epidermis bawah daun adalah
sebanyak 6 buah. Jika dibandingkan dengan stomata pada daun jambu air, jumlah
keseluruhan stomata pada daun lidah mertua lebih sedikit. Hal ini dibuktikan melalui
hasil pengamatan yang diperoleh dimana jumlah stomata pada bagian epidermis atas
daun jambu air adalah sebanyak 7 buah, sedangkan jumlah stomata pada bagian
epidermis bawah daun adalah sebanyak 12 buah. Hasil percobaan menunjukkan adanya
kesesuaian dengan teori yang ada yaitu jumlah stomata yang ada pada bagian bawah
daun lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah stomata yang ada pada bagian atas
daun sebagai adaptasi guna mengurangi kehilangan air dari daun (Audesirk & Audesirk,
1989).
12
Terdapat 4 perlakuan yang berbeda dalam percobaan reaksi hill dimana percobaan
pertama (kelompok 1,2,3) dilakukan dengan penambahan 0,5 ml larutan kloroplas oleh
5 ml air destilasi (blanko). Pada percobaan kedua (kelompok 4,5,6) 0,5 ml larutan
kloroplas ditambahkan dengan 5 ml larutan DCPIP. Pada pecobaan ketiga (kelompok 7
dan 8) dilakukan penambahan 0,5 ml larutan kloroplas dengan 5 ml larutan DCPIP ,
kemudian diletakkan di ruang terang . Pada percobaan terakhir (kelompok 9 dan 10), 0,5
ml larutan kloroplas ditambahkan dengan 5 ml larutan DCPIP dan diletakkan di ruang
gelap. Setelah itu, larutan didiamkan selama 15 menit dan diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer 600nm.
13
Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh data dimana nilai absorbansi terendah secara
keseluruhan terdapat pada percobaan pertama dengan penambahan blanko pada larutan
kloroplas. Disamping itu, nilai absorbansi pada ruang terang sedikit lebih tinggi
daripada nilai absorbansi pada ruang gelap. Hal ini belum sesuai dengan teori Robert
Hill yang menyatakan bahwa reaksi hill membutuhkan cahaya ( Green, et al, 1988 ).
Seharusnya, nilai absorbansi pada reaksi gelap lebih tinggi jika dibandingkan dengan
reaksi terang. Menurut Ritchie & Carola, (1983), fotosintesis reaksi gelap terjadi dalam
ketiadaan cahaya. Reaksi gelap dari fotosintesis berlangsung pada stroma. Fotosintesis
reaksi gelap akan menggunakan energi ATP dan NADPH2 yang dihasilkan dari reaksi
terang untuk mengurangi CO2. Oleh karena itu, seharusnya nilai absorbansi tertinggi
diperoleh pada fotosintesis reaksi gelap. Adanya nilai absorbansi lebih dari 1 dapat
dikarenakan oleh berbagai faktor. Selama percobaan, ada kemungkinan bahwa
pembersihan cuvet tidak sempurna sehingga mempengaruhi nilai absorbansi. Disamping
itu, rendahnya kualitas kuvet yang digunakan juga menjadi salah satu faktor mengapa
nilai absorbansi pada beberapa kelompok lebih dari 1. Kuvet dengan kualitas bahan
yang rendah dapat menyebabkan terserapnya gelombang oleh sistem sehingga
mengakibatkan tingginya nilai absorbansi melampaui dari yang seharusnya.
5. KESIMPULAN
14
6. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (1990). Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 1. PT. Cipta Adi Pustaka. Jakarta.
Brum Gil. Mc Kane Larry & Karp Gerry. (1994). Biology Exploring Life. John Wiley &
Sons Inc. Canada.
Green, N.P.O; G.W. Stout; D.J. Taylor; R. Soper. (1988). Biological Science 1.
Cambridge University Press. Cambridge.
Purves, W. K.; G. H. Orians; H. C. Heller. (1992). Life, The Science of Biology Third
Edition. Sinauer Associater, Inc. USA.
Roberts, M. (1993). Biology Principle and Process. Thomas Nelson and Sons Ltd.
London.
15
7. LAMPIRAN
16