Anda di halaman 1dari 3

Kutipan Novel I

Daripada lakunya meletakkan perkakas telepon itu kembali pada tempatnya dan sesudah itu
daripada air mukanya dapat pula dikiraa-kirakan, bahwa jawab yang diterimanya sangat
mengecewakan hatinya.
“Apa gerangan yang dirisaukan, Juragan Mantri?” Tanya Suminta di dalam hatinya, sambil
mengangkat setumpuk surat di meja mantra kabupaten itu ke meja patih dan beberapa pucuk ke
meja asisten wedana tebe, “sangat keruh air mukanya.”
Seperempat jam kemudian kerja di kantor itu pun berlaku seperti biasa pula.

Kutipan Novel II
Setiap malam Amirza duduk di kursi rotan di samping radio itu. Disampingkannya ujung pukat
pada paku yang tertancap di dinding, dinyalakannya lampu minyak, dihidupkannya radio.
Setelah bercerita untuk mengantar tidur dua adik perempuannya, Amirta, usia lima tahun dan
Amirna, usia tiga tahun, dari kamar sebelah, melalui celah dinding papan, Amirna sering
mengintip ayahnya. Senang dia melihat ayahnya tersenyum mendengar lagu-lagu yang indah.
Tak ada yang lebih diinginkan Amirna selain melihat ayahnya tersenyum.
1. Perbedaan pemakaian bahasa dalam kedua kutipan novel tersebut adalah …
A. Kutipan novel I menggunakan ungkapan; kutipan novel II menggunakan majas.
B. Kutipan novel I menggunakan pepatah; kutipan novel II menggunakan ungkapan.
C. Kutipan novel I menggunakan perumpamaan; kutipan novel II menggunakan
kosakata lugas.
D. Kutipan novel I menggunakan ragam bahasa informal; kutipan novel II menggunakan
ragam bahasa formal.
E. Kutipan novel I menggunakan kosakata bahasa daerah; kutipan novel II menggunakan
kosakata bahasa Indonesia.

2. Perbedaan pola penyajian kedua kutipan novel tersebut adalah …


A. Kutipan novel I diawali dengan koda; kutipan novel II diawali dengan revolusi.
B. Kutipan novel I diawali dengan orientasi; kutipan novel II diawali dengan abstraksi.
C. Kutipan novel I diawali dengan revolusi; kutipan novel II diawali dengan komplikasi.
D. Kutipan novel I diawali dengan abstraksi; kutipan novel II diawali dengan evaluasi.
E. Kutipan novel I diawali dengan komplikasi; kutipan novel II diawali dengan orientasi.

3. Persamaan unsure intrinsic kedua kutipan novel tersebut adalah ….


A. Menggunakan latar tempat
B. Mempunyai tema keluarga
C. Menampilkan tokoh berwatak protagonist
D. Menggunakan sudut pandang orang ketiga
E. Menggunakan sudut pandang orang pertama
1. Sejak kecil, setadewa dan Larasati berteman akrab. Ayah Setadewa bernama
Brajabasuki,seorang kapten pada Koningklijk Nederlands Indisch Leger (KNIL), tentara
Kerajaan Hindia Belanda. Ibunya bernama Marice, seorang perempuan keturunan. Setadewa
lahir sebagai anak serdadu yang tinggal di Tangsi. Setadewa mempunyai nama panggilan Teto,
sedangkan Larasati dengan nama Atik. (Burung-burung Manyar, Y.B Mangunwijaya)

Unsur ekstrinsik dalam cuplikan cerita tersebut adalah….


A. Teto berjiwa nasionalis demi membela negara dan bangsa.
B. Anak kolong derajatnya lebih rendah
C. Perempuan yang berasal dari keturunan ningrat lebih dihargai.
D. Cinta Sadewa kepada Larasati
E. Perbedaan status sosial yang terjadi pada masa penjajahan Belanda

2. ini!
“Giliran untuk Pak Pong, mari saya antarkan…” Ada keramahan yang tulus terlempar dari
mulut si penjaga. Bibirnya menyunggungkan senyuman ikut merasakan bahagia.
Waktu pintu ternganga lebar, dia tercenung di depannya. Matanya bergerak ke sana ke mari
menatap apa saja yang bias dilihatnya. Ruangan itu bagus sekali. Hawa dingin menyentuh
kulitnya. Ada kesegaran di dalamnya. Di tengah-tengah barang yang serba megah, duduk laki-
laki jangkung memakai kacamata hitam. Betulkah itu Paijo? Ya, tidak salah, ada tai lalat di
pipinya. Maka lalu dia pun menyerbu ke dalam dihamburkannya kerinduannya,” Jo…,”
teriaknya keras. Ketika hendak dirangkulnya laki-laki yang duduk di belakang meja, dia
mendadak menghentikan langkahnya, sebab laki-laki itu tidak berdiri, tetapi tetap duduk di kursi.
Laki-laki itu melepaskan kacamatanya pelan-pelan. (Jakarta oleh Totilawati Titrawasita)
Watak Paijo dalam penggalan cerpen di atas adalah…
A. angkuh
B. teguh pendirian
C. egois
D. tidak berperikemanusiaan
E. culas

3. Rapiah seorang istri yang sabar dan yakin kepada suami. Benar cinta Hanafi kepadanya tidak
ada, tak mungkin akan diperoleh oleh Rapiah. Hanafi tak dapat menimbulkan rasa yang gaib itu
di dalam kalbunya, karna sesungguhnya dia tak cinta pada Rapiah. Tapi kasihan pilu rasa
hatinya, apabila dikenangnya akan nasib perempuan yang semalang itu yang senantiasa adap dan
yakin pada suami sebagai Hanafi, yang menyia-nyiakan hidupnya, dan memandang dia sebagai
hamba sahayanya saja serta tidak memberi tanah setapa jua tempat ia bergerak! Rapiah benar
berhati muliya hanya sayang sekali dia tak pandai mengikat hati laki-laki semacam Hanafi.
Benar emas Rapiah itu, tapi Hanafi gemar kepada logam lain yang lebih sulit akan
memperolehnya daripada emas. (Salah Asuhan: Abdul Muis)
Konflik batin yang tergambar dalam penggalan novel di atas adalah…..
A. Cinta Hanafi bukan kepada Rapiah tetepi telah tertanam kepada gadis lain
B. Rapiah adalah emas, tetapi Hanafi gemar kepada logam
C. Hanafi merasa iba kepada Rapiah namun Hanafi tidak mencintainya
D. Hanafi menganggap Rapiah hanya sebagai hamba sahaya
E. Rapiah seorang istri yang perangainya baik, sedangkan Hanafi seorang suami yang
perangainya tidak baik.

Anda mungkin juga menyukai