Anda di halaman 1dari 2

1.

Kasus : Apoteker M sering menjelekkan pekerjaan teman sejawatnya apoteker di depan


pasien

2. Kasus : Nona Katmawati S.Kep. seorang perawat lulusan negeri yang bekerja di satu rumah
sakit pemerintah selama kurang lebih 2 tahun. Dengan pengalaman yang dimiliki, dia
melakukan

3. Kasus : Apoteker Belibis sudah bekerja di industri selama 15 tahun. Dia sudah ahli dan hafal
dengan seluruh proses produksi sehingga dia tidak mencatat beberapa kegiatan yang
diaanggap tidak penting dalam proses produksi.

4. Kasus : Dokter Hari mengobati seorang pasien dengan memberikan suntikan obat
psikotropika (obat tersebut diperoleh dari apotek).
5. Kasus : Apoteker Mawar menolak (menyuruh asisten apoteker) menyerahkan obat dari resep
dokter dan memberikan informasi obat kepada pasien karena sedang sibuk dalam menangani
pengadaan obat.
6. Kasus : Seorang pasien menolak menjalani kemoterapi dan memilih untuk menjalani
pengobatan alternatif.
7. Kasus : Seorang pasien datang ke tempat praktek ners K. Setelah melakukan pengkajian dan
analisis ners K menentukan diagnosis keperawatan : gangguan rasa nyaman; nyeri dengan
skala nyeri 6-7. Berdasarkan hal tersebut ners K melakukan terapi massase, kompres air
hangat, kompres dengan kantong es dan stimulasi saraf elektrik transkutan. Selanjutnya
memberikan asam mefenamat.
8. Kasus : Saat pulang Perawat D menceritakan pasien di depan lift bahwa pasien yang
dirawatnya cerewet, punya istri lebih dari satu dan seterusnya, sehingga orang di sekitarnya
mendengar cerita tentang pasien tersebut.
9. Kasus : Apotek Dirgantara mendapat teguran dari Dinas Kesehatan karena menjual narkotika
dan psikotropika tanpa resep dokter pada tahun 2010 dan berlangsung hingga saat ini.
10. Kasus : Ners B berjanji kepada anak F sebagai pengguna narkotika suntik untuk mengunjungi
puskesmas agar mendapatkan obat. Ternyata tanpa sepengetahuan anak F, ners B membawa
anak F ke kantor polisi dengan alasan anak F berasal dari etnis tertentu yang dianggap sebagai
“biang masalah” di masyarakat.
11. Kasus : Drg Farida yang baru 1 minggu pulang dan lulus dari Eropa terpaksa menggantikan
bapaknya yang sakit untuk berpraktek.

12. Kasus : Seorang apoteker pemilik apotek tidak menjaga apotek tempat praktiknya. Dalam
kesehariannya, beliau memilih untuk bekerja di sebuah instansi pemerintah dan meninggalkan
apoteknya kepada seorang asisten apoteker saja.
13. Kasus : Drg. Alih menggantikan suaminya yang mengalami stroke di Sarana Pelayanan
Kesehatan, padahal namanya belum ada pada daftar nama drg di papan praktek.
14. Kasus : Apoteker Cenderawasih melayani resep dokter. Obat-obatan dalam resep tersebut
semuanya merk dagang dan ada beberapa yang tidak tersedia di apotek tersebut. Apoteker
menjelaskan kepada pasien dan bertanya mengenai kesediaan pasien agar obatnya dapat
diganti menjadi obat generik.
15. Kasus : Seorang pasien meminta dokter untuk menyembunyikan kondisi kesehatannya pada
keluarga karena tidak ingin membuat khawatir.
16. Kasus : Drg Nani enggan menasehati drg Rafa yang diketahuinya semakin sering
mengonsumsi miras dan hal ini diketahui pasiennya.
17. Kasus : Dokter bingung karena keluarga melarang dokter untuk memberikan informasi
keadaan kesehatan pasien yang sebenarnya.
18. Kasus : Seorang warga di Tegal, Jawa Tengah tewas diduga akibat mal-praktek saat dirawat
di rumah sakit. Korban diberi cairan infus yang sudah kadaluarsa saat menjalani perawatan di
Rumah Sakit Mitra Siaga Tegal sehingga kondisinya terus memburuk dan akhirnya tewas.
19. Kasus : Seorang pedagang yang tidak memiliki pendidikan dalam bidang farmasi menjual
obat keras di tokonya.
20. Kasus : Seorang pedagang yang tidak memiliki pendidikan dalam bidang farmasi menjual
obat keras di tokonya.
21. Kasus : Apoteker Melati telah bekerja di apotek selama 7 tahun. Dia belum memperpanjang
Sertifikat Kompetensi Apoteker dan tetap menjalankan pekerjaannya.
22. Kasus : Peneliti di sebuah Universitas mengajukan surat permohonan (atas nama universitas)
kepada pedagang besar farmasi untuk memperoleh produk psikotropika yang akan digunakan
dalam penelitiannya.
23. Kasus : Karena ingin mencari keuntungan, apoteker Anggrek sering menawarkan dan
memberikan obat bermerek dagang pada pasiennya walaupun pada resep tertulis obat generik.
24. Kasus : Bu Devi komplen kepada Drg Roy yang mencabut gigi anaknya Nono (10 tahun) dan
mengalami pendarahan ketika ia tidak berada di ruang praktek karena sedang keluar untuk
makan.
25. Kasus : Apoteker Merak termasuk salah satu Farmasi klinis senior di Rumah Sakit tempat
kerjanya. Dia mengalami kesulitan khususnya dalam memberi informasi obat-obat baru yang
digunakan dalam terapi.
26. Kasus : Anastesi tidak berhasil karena pasien merahasiakan bahwa ia mengonsumsi obat
tertentu.
27. Kasus : Rumah Sakit X menolak untuk memberikan perawatan pada seorang pasien
kecelakaan (pasien gawat darurat) karena tidak mampu membayar uang muka untuk
perawatan.
28. Kasus : Suatu lab farmasi Universitas Negeri menerima sampel untuk diteliti apakah terdapat
kandungan racunnya untuk kepentingan pengadilan.
29. Kasus : Perawat X mendapati cairan melalui infus ada hambatan. Kesimpulannya harus
dipindahkan ke pembuluh darah lain. Perawat X melihat jam tangan menunjukkan pukul
13.00. Satu jam lagi jam kerja perawat X berakhir.
30. Kasus : Seorang pasien ke dokter gigi di Klinik Gigi karena ingin beberapa giginya dicabut
dan dibuatkan gigi tiruan. Dokter memberikan obat dan melakukan anestesi. Ketika sadar
pasien terkejut karena ia tidak mempunyai satu gigi pun lagi.
31. Kasus : Dokter Kakatua praktik di daerah terpencil dengan fasilitas kesehatan yang minim.
Untuk pengobatan biasanya dokter tersebut meracik obat sendiri bila dirasa pasien
membutuhkan obat tersebut.
32. Kasus : Dalam film iklan obat kumur Manjur, salah satu penganjur pemakaian obat kumur
tertulis sebagai Drg. Jelita SpPM yang cantik jelita.

Anda mungkin juga menyukai