NIM : N014222082
Tugas : Compounding & Dispensing (Medication Error)
Berdasarkan kedua kasus di atas, tindakan untuk mencegah terjadinya Medication Error di
apotek ataupun rumah sakit, yaitu sebaiknya apoteker harus lebih teliti dalam
menginterpretasikan resep, melakukan skrining resep dan konfirmasi kepada pasien
mengenai obat yang diberikan, juga perlu adanya kerja sama antara apoteker dan dokter,
dan perlu dilakukan edukasi/pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan
pengetahuan.
NAMA : MUHAMMAD AKMIL APRIANDY
NIM : N014222192
1. Transcribing
Seorang Pria berusia 71 tahun menebus resep dari apotek rawat jalan,
farmasis secara tidak sengaja memberikan obat antipsikotik Thiothixine
(Navane®) yang seharusnya diberikan antihipertensi Amlodipine
(Novasc®) yang diresepkan. Pasien meminum obat yang salah selama 3
bulan sehingga menyebabkan kerusakan fisik dan psikologis.
meminum antibiotik dosis tinggi tiga kali sehari selama 7 hari. Setelah meminum
antibiotik tersebut, kondisi pasien semakin buruk, lalu pasien tersebut dibawah ke
rumah sakit untuk memperoleh second opinion disitu baru terungkap bahwa
antibiotik yang diminumnya ternyata membawa kerusakan pada ginjal, dosis yang
diberikan kepada pasien dinilai terlalu tinggi. Akhirnya iya di bawa ke singapore
Seorang pasien menerima obat dari apotek, yakni tablet nifedipin (extended
release) atau nifedipin tablet lepas lambat. Karena kesulitan untuk menelan
tablet, pasien menggerus obat tersebut dan melarutkan dengan sesendok air.
Apoteker tidak memberikan penanda khusus pada resep tersebut atau tidak
memberikan informasi secara lengkap terkait obat yang diberikan kepada
pasien, bahwa obat tersebut tidak boleh digerus atau dihancurkan, karena
akan menyebabkan peningkatan kadar obat dalam plasma darah yang dapat
menimbulkan efek toksik pada pasien tersebut.
NAMA : AYU NOVRIANA
NIM : N014222085
KELAS :B
Ternyata pada saat peracikan asisten apoteker yang bertugas pada saat pembacaan resep,
salah mengartikan GG yang diresep. Dia justru memberikan glibenclamide yang diindikasikan
untuk menurunkan kadar gula darah
Selaku pimpinan dari salah satu klinik meminta maaf, dikarenakan adanya
kesalahan yang dilkaukan oleh Apotekernya, dimana pada hari yang sama obat
racikan anak A dan B itu tertukar yang diberikan oleh apoteker apotek tersebut
dikarenakan obat anak A dan anak B ini memiliki kemiripan yang sama disamping
itu tulisan etiket yang tidak begitu jelas pada obat racikan tersebut sehingga
menyebabkan obat anak A dan B tertukar pada saat pengambilan.
Sehari setelahnya, barulah anak A mengalami gejala berat, sehingga hal ini
membuat orang tua anak A Kembali mengungjungi apotek dan mengkonfirmasi
obat racikan tersebut, kemudian apoteker menanyakan keluhan dan sakit yang
dialami oleh anak A sambal mencocokkan dari hasil pbat racikan tersebut, namun
dari obat yang diberikan oleh apoteker itu ternyata salah dan menyadari jikalau
tertukar dengan anak B. sehingga apoteker menghubungi Kembali orang tua anak
B untuk mengembalikan obat racikan tersebut dan mengembalikan sesuai dengan
obat racikan yang sehurusnya.
Nama : Andi Lisa Damiyanti
NIM : NO14222128
KELAS :B
saat pembacaan resep, asisten apoteker yang berada di apotek tersebut salah
membaca yang tertulis di resep. Obat yang diambil oleh apoteker tersebut adalah
Amitriptilin berjumlah 10 tablet. Yang dimana ternyata obat yang tertera di resep
yang benar adalah obat Amoxicilin. Sehingga pasien tersebut menderita demam
diberikan oleh dokter dan tidak menjelaskan petunjuk penggunaan obat. Sehingga
kedua obat ini dikonsumsi oleh pasien secara bersamaan pada malam hari, yang
seharusnya obat ini tidak boleh dikonsumsi secara bersamaan. Akibatnya, setelah
Seorang pasien anak baru saja keluar dari Ruang Gawat Darurat dan menerima
resep pulang Zyrtec 5 mg. Tulisan dokter pada resep tidak begitu jelas sehingga tenaga
teknis kefarmasian mengira obat yang tertera pada resep adalah Zyprexa 5 mg dan
memberikannya kepada pasien. Pasien dibawah kembali ke UGD setelah pingsan dan
kotoran dimata sebelah kiri. Pasien mendatangi puskesmas setempat dan menemui
dokter spesialis anak, lalu diberikan resep obat dan ditebus ke apotek di puskesmas.
Petugas farmasi memberikan obat pil untuk diminum dan obat tetes mata dipakai 3 kali
sehari. Selama 3 hari menggunakan obat tersebut, pasien merasakan panas pada
ditelusuri lebih lanjut ternyata tenaga teknis kefarmasian melakukan medication error
NIM : N014222054
diperiksa oleh kardiologis. Pasien tersebut diberi Isordil untuk heart pain.
dokter yaitu 20 mg. Pasien tersebut tidak hanya menerima obat yang
direkomendasikan.
pada lutut bagian kanan, tanpa disertai demam menggigil atau nyeri hebat
jumlah sel darah putih 7,23 x 103/mm3 dan jumlah eritrosit 320/mm3. Tidak
organisme yang terlihat dari hasil tes. Pasien diberi beberapa sampel
tablet sehari untuk eksaserbasi akut dari penyakit sendi degenaratif, dia
juga diberi resep untuk Vioxx sehingga bias terus menebus obat tersebut.
Tiga hari kemudian, pasien menebus resep dari dokter di apotek. Pasien
melihat botol yang diberikan apotek berlabel rofecoxib, tapi tablet yang
dan ada tulisan VGR 25 di setiap sisi. Kemudian karena takut salah obat,
NIM : N014222083
1. Seorang bapak datang ke apotek menebus resep obat untuk anaknya yang berusia
7 bulan. Obat diresepkan adalah Angisis drop (Nistatin 100.000 unit) untuk
mengobati infeksi kandidiasis pada mulut anaknya. Asisten apoteker yang sedang
berada diapotek keliru mengambil Vitaplax drop yang merupakan suplemen nutrisi
untuk kesehatan anak, ini dikarenakan bentuk kemasan yang sama. Setelah satu
minggu pengomatan pasien kembali ke dokter dengan keluhan yang belum
sembuh dan berasumsi obat yang diresepkan tidak berefek. Dari ulasan diatas
dapat diketahui bahwa kesus tersebut termasuk jenis medication eror apa?
A. Prescribing eror
B. Transcribing eror
C. Dispensing eror
D. Administration eror
E. Semua salah
2. Seorang remaja berusia 19 tahun datang ke klinik dengan keluhan terdapat luka
dibagian kelamin dan terasa gatal, sering keluar cairan dan perih saat buang air
kecil. Setelah diperiksa oleh dokter, ternyata remaja tersebut terinfeksi penyakit
Chlamydia. Dokter kemudian meresepkan obat
R/ Azitromycin 500mg No.II
ʃ I dd II
Asisten apoteker yang melayani resep tersebut keliru membaca aturan minum obat
tersebut. Yang harusnya 1 x 2 tablet menjadi 2 x 1 tablet. Akibatnya tidak mencapai
dosis obat yang diinginkan. Kesalahan tersebut termasuk dalam kategori..........
A. Prescribing eror
B. Transcribing eror
C. Dispensing eror
D. Administration eror
E. Semua salah
NAMA: SARI ROFIQOH
NIM: N014222049
KELAS: B
1. Transcribing Error
Pada suatu hari seorang pasien mengalami infeksi pada kulitnya. Kemudian seorang
dokter meresepkan gentamicin sulfat 0,1%. Seorang apoteker yang menerima resep
tersebut mengsalah artikan sebagai gentianviolet karena tulisan sang dokter kurang
jelas. beberapa hari kemudian pasien datang dan mengeluh sakitnya tidak sembuh-
sembuh dan bertambah parah serta menimbukan bercak warna pada kulitnya. Dalam
hal ini terdapat kesalahan dalam pembacaan resep obat, sehingga error yang terjadi
dalam kasus ini adalah Transcribing error.
2. Dispensing Error
Seorang ibu datang Bersama bayinya yang mengalami demam. Kemudian dokter
meresepkan untuk diberikan paracetamol drops. Setelah diberikan, keadaan bayi
semakin memburuk. Dokter kemudian mengecek resep yang telah diberikan dengan
obat yang telah diserahkan oleh apoteker. Kemudian dokter menemukan bahwa obat
paracetamol drops yang diberikan telah melewati batas expired date. Hal ini terjadi
karena petugas apotek lupa mengecek expired date pada kemasan obat. Dalam hal
ini terdapat kesalahan dalam pemberian obat yang telah expired, sehingga error yang
terjadi dalam kasus ini adalah dispensing error.
Nama: Azzahra Aulya Rahmah
NIM: N014222130
Compounding and Dispensing B
Pembahasan:
Paracetamol 500mg merupakan obat golongan analgetik antipiretik yang
indikasinya untuk meredakan demam dan nyeri, sedangkan Piracetam
merupakan obat generik nootropic turunan gamma-aminobutyric acid
(GABA) yang indikasinya untuk vertigo, demensia dan alzhaimer. Hal yang
terjadi pada kasus diatas merupakan salah satu medication error bagian
transcribing resep, karena apoteker yang bertugas salah dalam membaca
resep dan memberikan obat yang tidak tepat.
NIM : N014222052
Transcribing Error:
Dispensing Error
1. Transcribing Eror.
Kesalahan pada saat pembacaan resep.
Contoh kasus:
- Seorang apoteker salah dalam membaca nama obat dan dosis
pada resep yang diberikan oleh dokter (contoh : INH 100 jadi INH
400).
- Kesalahan dalam membaca resep dan kesalahan dalam nama
obat karena nama obat hampir sama ( contoh : cetirizine menjadi
cefixime).
2. Dispensing Eror.
Kesalahan yang terjadi pada saat penyiapan hingga penyerahan
resep oleh petugas apotek.
Contoh kasus:
- Terjadi kesalahan penulisan aturan pakai dalam label pada
kemasan setelah obat disiapkan menyebabkan kesalahan
aturan pakai oleh pasien (contoh : sediaan untuk pemakaian luar
yang tidak diberikan label berwarna biru)
Nama : Ulfah Mulyani
Nim : N014222080
Kelas : B
2. Dispensing Error
Kasus dispensing error (Salah jumlah obat)
Bernice Bond, seorang pasien berusia 90 tahun, diresepkan hanya satu tablet
methotrexate setiap minggu. Namun, seorang apoteker, Alexander Wilson
memberikannya satu blister sehingga Bond mengonsumsi tujuh tablet dalam satu
minggu.
Wilson kemudian menemukan ada kesalahan ketika asisten apoteker
meletakkan 1,5 tablet methotrexate di tempat penyimpanan obat untuk dosis harian.
Meskipun ia telah meminta asisten apoteker untuk mengeluarkan tablet kelebihannya,
ia tidak memeriksa kembali obat yang diberikan. Tiga minggu kemudian, pasien
mengeluhkan infeksi parah dan meninggal dunia.
Izin praktik apoteker Wilson ditangguhkan selama 2 bulan oleh the Nova Scotia
College of Pharmacists dan harus membayar $7.500 untuk biaya hukum dan denda
$5.000. Wilson harus mengikuti program quality assurance dan melaporkan 12 audit
pekerjaannya.
Kasus dispensing error (Salah besar sediaan)
Seorang pasien wanita usia 50 tahun dengan gangguan mental, gangguan
bipolar, hipotiroid dan Parkinson. Kemudian diberikan resep litium karbonat 150 mg/
kapsul namun terjadi kesalahan pada saat penyerahan obat oleh apoteker di apotek
rumah sakit. pasien diberikan litium karbonat dengan dosis yang lebih tinggi yaitu 300
mg/ kapsul.
Pasien mengalami diare selama 3 hari namun setelah pemeriksaan selanjutnya
pasien sudah tidak diare. Dokter mencatat symptom pasien sudah membaik dan
mencatat keluhan pasien yaitu peningkatan kontraksi otot dan kekakuan otot dan
memburuk sehingga mengalami ketidakstabilan dan sangat lemah.
Dokter menyuruh pasien untuk tes darah namun tidak memperhatikan kadar
lithium sebulan setelah pemberian litium karbonat akhirnya pasien diperiksa ke rumah
sakit dan kadar lithium dalam darah pasien yaitu 6,8 mEq/L \. Keadaan pasien semakin
memburuk pasien mengalami dehidrasi berat persisten dan hipotensi serta gagal ginjal
akut akibat toksisitas lithium dan akhirnya meninggal dunia.
NAMA : A. NABILA ULFA
NIM : N014222027
COMPOUNDING AND DISPENSING B
NIM : N014222141
Nim : N014222198
Kelas :B
Medication Eror
1. Dispensing Erorr
Seorang pasien berusia 60 tahun datang ke apotek membawa resep dari dokter
adalat 10 mg yang mengandung nifedipin 10 mg diminum 3 kali sehari. Karena
pada saat itu apotek sedang ramai apoteker di apotek tersebut buru-buru
melayani pasien dan melakukan kesalahan ia memberikan adalat 60 mg yang
merupakan tablet lepas lambat dosis tunggal pada pasien . karena kemasan
(dos) adalat 10 mg dan adalat 60 mg sangatlah mirip. Pasien yang tidak
memeriksa obat yang diberikan meminum obat tersebut 3 kali sehari seperti
yang dikatakan dokter, jadi dalam sehari pasien mengkonsomsi tablet nifedipin
180 mg yang mana merupakan dosis maksimum nifedipin perhari. Sehari
kemudian pasien tersebut dilarikan ke IGD karena mengalami hipotensi dan
collaps
2. Transcribing Eror
Seorang pasien berusia 60 tahun datang ke apotek membawa resep dari dokter
Nifedipin 30 mg po.q.hs BP >140/90 artinya adalah nifedipin diberikan peroral
sebelum tidur sampai tekanan dara diatas 140/90. Tetapi Asisten apoteker salah
menginterprestasikan resep tersebut yaitu pada resep dokter “hs” diartikan “hr:
menjadi nifedipin 30 mg diberikan per oral setiap jam sampai didapatkan
tekanan darah 100/80
TUGAS 2
Nim : N014222041
MEDICATION EROR
1. TRANSCRIBING EROR
Tn Andre 60 tahun datang ke puskesmas mengeluhkan gatal gatal
pada kulit kemudian dokter memberikan resep tertulis Gentamisin Sulfat. Tn
Andre pun membawa resep itu ke apotek dan meminta apoteker menyiapkan
obatnya. Karena tulisan yang kurang jelas. Apoteker membaca tulisan
tersebut disalah artikan sebagai Gentian violet. Beberapa hari kemudian
pasien datang dan mengeluh sakitnya tidak sembuh-sembuh dan bertambah
parah dan menimbulkan warna yang mengganggu dikulit pasien.
a. Permasalahan
Pada kasus diatas, kesalahan dapat dilihat jelas terjadi karena tulisan
resep yang jelek sehingga sulit untuk dibaca. Namun, perlu dicermati pada
kasus tersebut apoteker tidak melakukan klarifikasi obat yang diminta kepada
dokter dan memberikan obat tersebut begitu saja tanpa informasi
pendukungnya.
b. Penyelesaian
Karena kesalahan disebabkan tulisan yang jelek dan tidak terbaca
maka yang perlu dilakukan oleh apoteker ketika menerima resep tersebut
ialah:
Mengassesment resep tersebut apakah yang diminta sesuai
dengan keluhan pasien
Mengklarifikasi obat apa yang diminta oleh dokter untuk pasien
tersebut dengan menelpon dokter bersangkutan
Jika tahapan diatas terlewati tanpa disadari apoteker,
memberikan KIE dapat mengingatkan apoteker bahwa obat
tidak sesuai dengan yang seharusnya diberikan
2. DISPENSING EROR
Seorang laki-laki bernama Tn Giri datang ke apotek membawa resep
untuk anaknya, dokter meresepkan Gentamycin dengan dosis 7,8 mg (0,78
ml dari sediaan 10 mg/ml) untuk pasien bernama Ecy (tanpa keterangan
usia). Asisten Apoteker yang bertugas langsung mengambilkan Gentamicin
40 mg/ml (yang notabene untuk pasien dewasa) dan memberikannya kepada
Tn Giri tersebut. Beberapa jam kemudian dokter yang bertugas di RS pasien
dirawat menghubungi apotek dan menanyakan obat yang diberikan kepada
pasiennya salah dan hampir disuntikkan oleh perawat yang bertugas.
a. Permasalahan
Dari kasus tersebut, medication error yang terjadi adalah kesalahan
pemberian obat karena konsentrasi yang diinginkan dan yang diberikan tidak
sesuai dan konsentrasi yang diberikan adalah untuk pasien dewasa karena
yang menebus resep adalah orang tua pasien tersebut bukan untuk pediatrik.
Untungnya, permasalahan diketahui ketika perawat yang berjaga dan mau
menyuntikkan bingung dan mempertanyakan dosis yang diberikan dengan
konsentrasi obat karena perhitungan yang sulit.
b. Penyelesaian
Dari permasalahan tersebut maka yang harus dilakukan untuk
mengatasi atau mencegah kesalahan tersebut adalah:
Apoteker penanggung jawab seharusnya ada ditempat dan
mengassesment resep yang dibawa tersebut apakah sudah
valid karena dari kasus tersebut tidak tercantum usia pasien
Apoteker seharusnya mengidentifikasi kejanggalan resep
tersebut karena yang dimintas tidak sesuai dengan sediaan
yang tersedia sehingga mungkin dokter keliru menuliskan dosis
dengan konsentrasi yang diinginkan
Karena obat tersebut untuk penggunaan injeksi yang dilakukan
di RS sehingga apoteker tidak memberikan KIE dan kesalahan
baru diketahui setelah perawat yang mau mengnjeksikan obat
tersebut mengalami kesulitan menghitung pengambilan obat
karena apoteker klinis yang seharusnya menghitung dosis
tersebut tidak ada.
Nama : Juwita Hafiva Sari
NIM : N014222055
Kelas : Compounding and Dispensing B
MEDICATION ERROR
1. Contoh Kasus Transcribing Error
Bapak S menderita penyakit gonore, dokter meresepkan amoksilin
3g/single dosis kepada pasien. Pada saat dibawa ke apotek, apoteker
memberikan amoksilin 500 mg 1 strip. Saat menandai etiket apoteker salah
membaca signa pada resep yakni 3x1. Seharusnya amoksilin dikonsumsi sekali
pemakaian 3 g, akhirnya pasien kembali lagi ke dokter dengan keluhan bahwa
penyakit yang dideritanya tidak sembuh.
NIM : N014222061
Pada tahun 2018 Seorang wanita di Skotlandia harus dilarikan ke Instalasi Gawat
Darurat (IGD) karena kesalahan pemakaian obat disfungsi ereksi yang ia gunakan
pada mata. Hal tersebut dikarenakan apoteker salah membaca resep dokter.
Obat yang seharusnya diberikan oleh apoteker adalah Vita-Pos (Obat untuk mata
kering dan erosi kornea) tetapi apoteker membacanya sebagai Vitaros (Obat
disfungsi ereksi). Pada kasus tersebut menandakan bahwa penulisan pada resep
yang kurang jelas sangat penting untuk dikonfirmasi kembali, sehingga apoteker tidak
salah membaca resep dan tidak salah dalam memberikan obat kepada pasien.
Seorang pasien wanita datang ke rumah sakit dengan indikasi gangguan mental,
gangguan bipolar, hipotiroid dan Parkinson. Kemudian wanita diberikan resep yang
bertuliskan lithium karbonat 150 mg/ kapsul namun karena kesalahan pembacaan
resep apoteker memberikan pasien tersebut lithium karbonat dengan dosis yang lebih
tinggi yaitu 300 mg/ kapsul.
Hal tersebut disebabkan karena adanya error pada fase dispensing, yaitu
apoteker salah memberikan dosis obat pada pasien
Nama : Yuni Wulandari
NIM : N014222051
Kelas : B
1. Transcription Error
a. Kasus
Pada rumah sakit umum di suatu daerah, setelah konsultasi dengan
dokter, pasien diberi resep racikan kemudian pasien menebus
resep tersebut di instalasi farmasi. Resep racikan tersebut
mengandung obat GG (Gliceryl Guaiacolat) yang diindikasikan
sebagai obat batuk. Setelah tiba di rumah, pasien minum obat dan
beberapa saat kemudian pasien pingsan. Keesokan harinya
keluarga pasien mengeluhkan ke dokter mengenai
permasalahannya.
b. Analisis Masalah
Dokter yakin telah memberikan resep sesuai dengan keluhan
pasien, dan setelah resep di cek Kembali, tidak ada kesalahan pada
resep tersebut. Ternyata pada saat peracikan, Asisten Apoteker
yang berada di apotek salah mengartikan GG yang tertulis di resep.
Asisten Apoteker tersebut mengambil glibenklamide yang
berindikasi sebagai penurun kadar gula dalam darah.
2. Dispensing Error
a. Kasus
Ny.NA 40 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan sakit mata
dan penglihatan kabur, ketika di puskesmas Dokter meresepkan
gentamisin salep mata untuk keluhannya. Kemudian pasien
menebus obat di instalasi farmasi Puskesmas tersebut dan
Apoteker D yang bertugas menganjurkan agar salep diaplikasikan
pada mata kiri dan kanan sesuai dengan perintah yang ada di
resep. Sesampainya di rumah, pasien mengoleskan salep tersebut
pada matanya. Setelah menggunakan obat tersebut pasien
menjerit kesakitan dan segera dilarikan ke IGD. Pasien
menyerahkan salep yang telah dipakai tersebut ke dokter. Dokter
mengatakan bahwa salep tersebut adalah salep kulit. Berikut
ilustrasi resepnya :
c. Analisis Masalah
Pada kasus di atas, di resep sudah jelas tertulis “gentamisin salep
mata” namun Apoteker memberikan obat yang salah yakni obat
salep kulit. Apoteker tersebut mengaku bahwa Ia sadar bahwa di
resep tertulis salep mata, namun ia salah mengambil jenis salep.
Nama : Adisti Irma Sudharyanti
NIM : N014222021
MEDICATION ERROR
1. Transcribing Error
Seorang Apoteker salah memberikan resep pada pasien. Dimana pada resep
yang diberikan tertulis usia pasien 3 tahun, namun resep yang diberikan oleh
apoteker ialah untuk anak berusia 8 tahun. Hal ini dapat mengakibatkan
ketidaksesuaian dosis yang diberikan dan dapat berdampak buruk pada pasien.
2. Dispensing Error
Seorang pasien menerima obat isosorbid dinitrat dari sebuah apotek. Sebelum
dikonsumsi pasien tersebut menggerus obatnya agar lebih mudah ditelan. Tablet
isosorbid dinitrat merupakan tablet sublingual yang cara penggunaannya adalah
ditaruh di bawah lidah. Namun karena tidak adanya penandaan khusus pada
resep tersebut dan apoteker tidak menyampaikan informasi terkait obat dengan
lengkap, hal ini dapat merusak profil obat dan jadi memperlambat kerja di dalam
tubuh.
NAMA: WAYAN SUPARTI
NIM : N014222007
COMPOUNDING & DISPENSING B
MEDICATION ERROR
“MEDICATION ERROR”
1. Kasus Transcription Error
Seorang pasien yang bernama Agustina Pramita berusia 25 tahun,
datang disebuah apotek dengan membawa resep obat yang akan di
tebus. Seorang apoteker yang baru bekerja di sebuah apotek tersebut
mendapat sebuah resep dari pasien tersebut yang diresepkan oleh
seorang dokter. Pada resep tersebut tertulis Etaphyllin akan tetapi
karena tulisan dari seorang dokter tersebut kurang jelas penulisannya,
maka apoteker tersebut membaca tulisan tersebut dan disalah artikan
sebagai Euphyllin. Selang beberapa hari kemudian, pasien tersebut
datang kembali dan mengeluh sakitnya yang tidak kunjung sembuh dan
pasien merasakan keluhan yang lebih dari sebelumnya.
Permasalahan :
Pada kasus tersebut, dapat dilihat kesalahan dengan jelas yang
terjadi karena penulisan resep yang kurang jelas sehingga sangat
sulit untuk di baca. Akan tetapi, perlu juga di perhatikan bahwa
apoteker tersebut tidak melakukan konfirmasi kepada dokter untuk
mengklarifikasi obat yang diminta dan hanya memberikan obat
tersebut begitu saja tanpa informasi pendukungnya.
2. Dispensing Error
Seorang ibu datang ke sebuah apotek dan membawa sebuah resep
untuk anaknya. Resep yang dibawah oleh ibu tersebut adalah
Amoxicillin dry sirup 125 mg/5 mL. Pasien yang akan diberikan obat
tersebut adalah pasien anak. Asisten apoteker yang bertugas langsung
mengambilkan Amoxicillin 250 mg/5 mL (yang notabene dosis tersebut
untuk pasien dewasa) lalu kemudian memberikannya kepada seorang
ibu tersebut. Setelah beberapa jam kemudian, dokter yang bertugas di
Rumah Sakit pasien anak di rawat, menghubungi apotek tempat ibu
tesebut menebus obat dan menanyakan obat yang diberikan kepada
pasien.
Permasalahan
Dari kasus tersebut, medication error yang terjadi adalah kesalahan
pemberian obat karena konsentrasi yang diinginkan dan yang
diberikan tidak sesuai dan konsentrasi yang diberikan justru
konsentrasi obat untuk pasien dewasa karena yang menebus resep
adalah orang tua pasien tersebut bukan untuk pediatrik.
Nama : Siti Shahella Talia Arissa
NIM : N014222093
Kelas :B
1. Transcribing Error
serta dirawat di rumah sakit karena mengeluh tidak mampu berjalan selama
dan diresepkan obat antidiabetes lain setelah dirawat di rumah sakit. Pada
bahwa kedua obat sebelum dan sesudah masuk rumah sakit mengandung
gliklazid dan bahwa dosis gabungan dari dua obat yang bisa menempatkan
2. Dispensing Error
suatu rumah sakit. Beliau mengalami pusing, sakit kepala, serta sulit buang
air besar sejak satu minggu yang lalu. Setelah melakukan pemeriksaan,
karena penulisan resep yang tidak jelas dan akhirnya penyerahan serta
NIM : N014222013
Kelas :B
1. Transcribing error
Nur pergi menembus obat ke Apotek yang diresepkan oleh dokter, seorang
Apoteker yang baru bekerja di Apotek tersebut mendapatkan sebuah resep
ciprofloksasin 500mg karena tulisan dari dokter tersebut kurang jelas
penulisannya, maka apoteker tersebut membaca tulisan tersebut dan disalah
artikan sebagai levofloksasin 500mg. Setelah pasien pergi dan menerima obat
tersebut, apoteker lama memeriksa resep pasien yang disimpan dan ternyata
obat yang beri apoteker baru tersebut kurang tepat walaupun cara kerja obat
sama sebagai obat antibiotik infeksi saluran kemih.
2. Dispensing error
Seorang pasien wanita 75 tahun mendapatkan resep Procardia XL 30 mg yang
merupakan tablet Nifedipine lepas lambat, karena pasien susah menelan tablet
maka ia menggerus obat tersebut dan dilarutkan dalam sesendok air matang.
Apoteker tidak memberikan informasi secara lengkap bahwa obat tersebut
tidak boleh dikunyah, digerus atau dilarutkan karena akan menyebabkan
lonjakan kadar obat dalam darah dan dapat mengakibat toksik pada pasien.
NAMA : A. NUR AQILAH HAKZAH
NIIM : N014222086
KELAS : COMPOUNDING AND DISPENSING B
1. Transcribing error
Seorang pasien mengeluhkan sakit mata yang dialaminya semakin parah dan
tidak membaik setelah menerima salep mata dari apotek. Ternyata setelah
ditelusuri lebih lanjut, salep mata yang digunakan merupakan salep kulit. Tertulis
pada resep pasien bahwa Ia harusnya menerima salep Oxytetracycline ointment
1% yang merupakan salep mata, Namun diberikan Oxytetracycline ointment 3%
yang merupakan salep kulit. Sehingga menyebabkan mata pasien malah semakin
perih, dan saat obat dioleskan terasa panas. Hal itu dikarenakan salep kulit
tersebut memiliki kandungan zak aktif dengan konsentrasi yang lebih tinggi,
dibandingkan dengan salep mata. Sehingga penggunaan salep kulit tidak bisa
digunakan untuk mata.
2. Dispensing error
Seorang farmasis di apotek menerima banyak resep di hari itu. Saat melakukan
peracikan obat, beberapa obat memiliki kemasan yang mirip dan nama obat yang
mirip. Hari itu farmasis yang bertugas melakukan kesalahan dalam memasukkan
obat yang diracik sehingga terjadi kesalahan obat yang diterima pasien. Farmasis
tersebut harusnya menggerus obat cetirizine, namun ia mengambil obat citicolin
yang mana kemasannya sama berupa strip berwarna silver. Hal itu menyebabkan
sehari setelah konsumsi obat tersebut, pasien dilarikan di IGD akibat mual, muntah
disertai nyeri dada.
NAMA : KHUZNUL KHATIMA.B
NIM : N014222087
KELAS : COMPOUNDING DAN DISPENSING B
KASUS
Medication Error
Medication Error
1. Transcribing Error
Seorang farmasis di apotek X menerima selembar resep dari dokter,
pada resep tersebut tertulis komposisinya terdapat Proza®
(indikasinya sebagai suplemen). Namun, karena tulisan yang kurang
jelas, farmasis tersebut hanya membaca tulisan tersebut dan disalah
artikan sebagai Prozac® (dengan kandungan fluoxetine yaitu
sebagai antidepresan). Keesokan harinya, pasien datang kembali ke
apotek X dan mengeluhkan telah mengalami diare, mual, muntah
dan sakit kepala setelah mengonsumsi obat yang diberikan tersebut.
2. Dispensing Error
Resep dari dokter Oz yang diterima oleh Apoteker A tertera obat
tablet Meloxicam 7,5 mg. Tanpa melakukan pengecekan ulang,
Apoteker tersebut memberikan tablet Meloxicam 15 mg. Hal ini
menunjukkan terdapat kesalahan pada kekuatan sediaan obat yang
diberikan (Dispensing Error)
Nama : Sri Armadani
NIM : N014222165
Tugas Mata Kuliah Compounding and Dispensing B
Medication Error
Seorang pasien diberi resep racikan oleh dokter dan menebus resep tersebut disebuah apotek.
Resep racikan tersebut berisi obat GG (Glyceril guaiacolat) dengan indikasi sebagai obat batuk.
Setelah obat dikonsumsi oleh pasien justru pingsan setelah meminumnya. Keesokan harinya
keluarga pasien mengeluhkan ke dokter mengenai permasalahannya. Ternyata pada saat
peracikan resep Asisten apoteker yang berada di apotek pada saat pembacaan resep salah
mengartikan GG yang tertulis di resep, ia justru mengambil Glibenclamide yang berindikasi
sebagai penurun kadar gula darah.
Seorang Apoteker menerima resep dari pasien, karena tulisan dokter pada resep kurang jelas
sehingga terjadi Kesalahan dosis, pada resep 0.125 mg menjadi 0.25mg pada salinan.
Nama : Anjel Adelia Pakan
NIM : N014222106
Permasalahan : Pada kasus di atas, dapat dilihat bahwa terjadi kesalahan karena tulisan resep yang
kurang bagus sehingga sulit untuk dibaca. Namun perlu juga dicermati bahwa apoteker tidak
melakukan konfirmasi kepada dokter dan memberikan obat tersebut begitu saja tanpa informasi
pendukung.
Permasalahan : Pada kasus di atas dapat dilihat bahwa medication error yang terjadi adalah kesalahan
pemberian obat karena konsentrasi yang diresepkan dan yang diberikan oleh Farmasis tidak sesuai.
Dan terjadi akibat yang fatal yaitu pasien meninggal karena toksisitas dari Litihium.
NAMA : HILDAYANTI
NIM : N014222088
1. Seorang dokter meresepkan obat kepada pasien wanita (32 tahun). Pasien tersebut
kemudian datang ke apotek menebus obat tersebut dan dilayani oleh seorang
Apoteker. Apoteker menerima resep dan menerjemahkannya lalu memberikan obat
Lexa 500 mg. Setelah beberapa hari pasien kembali ke Apotek dan mengeluhkan
penyakitnya tak kunjung sembuh dan pasien justru mengalami diare. Apoteker
segera menghubungi dokter yang bersangkutan dan menjelaskan kondisi pasien.
Akhirnya diketahui jika Apoteker tersebut melakukan kesalahan saat membaca
resep. Terjadi Transcribing error (kesalahan dalam penerjemahan) sebab
penulisan obat pada resep yang tidak jelas sehingga terbaca mirip antara “Lexa”
(Levofloxasin) 500 mg dan “Nexa” (Tranexamic Acid) 500 mg. Obat yang harus
diberikan yaitu Nexa 500 mg untuk mengatasi menstruasi berat pada pasien.
2. Seorang laki-laki datang ke apotek membawa resep dari dokter berisi cetirizine.
Namun, apotek sedang ramai pasien sehingga Apoteker di apotek tersebut segera
melayani pasien dengan terburu-buru memberikan cetirizine 10 mg tanpa
memeriksa dan menjelaskan ulang apa yang tertulis pada resep. Pasien pun
menerima obat tersebut. Beberapa hari kemudian pasien tersebut kembali dan
memberitahu Apoteker tersebut jika anaknya yang berumur 4 tahun mengalami
overdosis obat hingga dilarikan ke rumah sakit. Akhirnya diketahui jika anak tersebut
meminum obat tersebut dua kali sehari seperti yang dikatakan dokter, sehingga
dalam sehari anak tersebut mengkonsumsi obat 20 mg, melebihi dosis harian untuk
anak umur 2-6 tahun yakni 2,5 mg dua kali sehari. Terjadi Dispensing error
(kesalahan dalam penyiapan hingga penyerahan obat) sebab melakukan pemberian
dosis yang tidak tepat.
Nama : Rezky Mulyani
Nim : N014222162
Kelas : B
Berikan contoh kasus medication error dari transcribing error dan dispensing error!
Jawab :
1. Seorang Wanita berumur 25 tahun menderita herpes simplex diberikan resep oleh
dokter kemudia Wanita ini membawa resep tersebut ke apotek dan menebusnya. Obat
yang diberikan apoteker adalah acetylcysteine. Obat yang diberikan ini tidak sesuai
dengan resep yang harusnya obatnya adalah acyclovir. Hal ini adalah salah satu contoh
kasus dari medication error yaitu transcribing error dimana apoteker salah dalam
menerjemahkan resep.
2. Seorang pria 55 tahun datang kedokter dengan keluhan mata perih dan merah karena
terkena butiran pasir saat berkendara dan diberikan resep dan di tebus diapotek. Setelah
sampai dirumah pria tersebut membaca obat tetes yang diberikan tertulis
chloramphenicol 3% obat tetes telinga namun pasien beranggapan bahwa obat tersebut
juga bisa digunakan dimata. Setelah obat tersebut digunakan dimata pasien. Pasien
merasa matanya semakin perih dan merasa pusing. Hingga pasien memutuskan untuk
berobat ke dokter spesialis mata. Setelah diperiksa mata pasien masih normal tapi tidak
dapat dipastikan untuk kedepannya dan hal ini sangat membuat pasien tidak nyaman
dan akhirnya mengajukan protes ke dokter sebelumnya. sebelumnya. Ini adalah salah
satu contoh kasus medication error yaitu dispensing error hal ini terjadi karena salah
penyiapan hingga penyerahan resep oleh petugas apotek serta petugas apotek juga tidak
memberikan petunjuk penggunaan dari obat tersebut. Obat yang harusnya diberikan
Pada suatu instalasi farmasi di rumah sakit, seorang pasien hipertensi datang untuk
menebus resep yang ditulis oleh dokter dari rumah sakit tersebut. Pada resep tersebut diminta
Irbesartan 300 mg tetapi apoteker memberikan Irbesartan 150 karena hanya itu yang tersedia
di stok obat. Dan apoteker tersebut tidak mengkonfirmasi hal tersebut ke dokter yang
bersangkutan. Hal ini menyebabkan pasien tidak mendapatkan hasil terapi yang sesuai dengan
hasil terapi yang diinginkan.
NAMA : ANDI ZALDY FAZLUR RAHMAN AS
NIM : N014222092
KELAS : COMPOUNDING and DISPENSING B
MEDICATION ERROR
1. Transcribing Error
Ada seorang pasien yang menebus resep racikan di sebuah apotek.
Resep racikan tersebut mengandung GG (glyceril guaiacolat) dengan indikasi
sebagai obat batuk. Tetapi pada saat pembacaan resep, AA (asisten apoteker)
yang berada di apotek salah mengartikan GG yang tertulis di resep. Dia justru
mengambil glibenclamide yang berindikasi sebagai penurun kadar gula darah.
Alhasil, setelah obat dikonsumsi oleh si pasien, bukannya sembuh, tetapi si
pasien justru pingsan setelah meminum obat tersebut
2. Dispensing Error
Pada suatu instalasi farmasi di rumah sakit, terdapat seorang pasien
penderita diabetes datang untuk menebus resep yang ditulis oleh dokter dari
rumah sakit tersebut. Pada resep tersebut diminta Chlorpropamid 500 mg
tetapi apoteker memberikan Chlorpropamid 100 mg karena apoteker
tersebut salah dalam membaca kekuatan sediaan dan apoteker tersebut tidak
mengkonfirmasi hal tersebut ke dokter yang bersangkutan. Hal ini
menyebabkan pasien tidak mendapatkan hasil terapi yang baik, sesuai dengan
hasil terapi yang dimaksudkan oleh dokter
Nama : Sitti Marliana
NIM : N014222006
Transcribing Error
Dispensing Error
• TRANSCRIBING ERROR
Nona Minju datang ke suatu Apotek untuk menebus resepnya karena
mengalami demam dan gatal-gatal karena alergi pada makanan yang ia
konsumsi. Resep yang ia peroleh berisi tablet parasetamol dan cetirizine.
Karena tulisan di resep yang kurang jelas, Apoteker yang melayani Nona
Minju mengira bahwa itu adalah parasetamol dan cefixime. Setelah
beberapa hari mengonsumsi obat tersebut, demam Nona Minju telah
mereda namun tidak terjadi perubahan pada gatal-gatal yang ia alami.
Keterangan:
Transcribing error terjadi pada kesalahan pembacaan resep yang
semula adalah cetirizine menjadi cefixime. Cetirizine merupakan golongan
obat antihistamin yang dapat mengatasi kondisi alergi, sedangkan cefixime
merupakan antibiotik sefalosporin generasi ketiga. Kesalahan ini jelas
berdampak pada efek obat yang ditimbulkan karena tidak dapat menangani
alergi yang diderita oleh Nona Minju.
• DISPENSING ERROR
Tuan Jay yang berusia 21 tahun pergi ke suatu apotek untuk menebus
resep obatnya setelah mengalami demam selama 3 hari. Resep tersebut
berisi Sanmol® Forte syrup dengan aturan pakai tiga kali sehari satu sendok
makan dan diketahui bahwa Tuan Jay tidak memiliki riwayat kerusakan atau
kelainan fungsi ginjal. Setelah beberapa hari mengonsumsi obat tersebut,
Tuan Jay tidak kunjung mengalami penurunan suhu tubuh. Berdasarkan
hasil penelusuran lebih lanjut, ternyata obat yang berikan oleh Apoteker dan
dikonsumsi Tuan Jay adalah Sanmol® syrup biasa (tiga kali sehari satu
sendok makan). Pihak Apotek pun meminta maaf atas kelalaian ini dan
berjanji akan lebih teliti selama bekerja ke depannya.
Keterangan:
Sanmol® syrup mengandung parasetamol dengan kekuatan sediaan
120 mg/5 ml, sedangkan Sanmol® Forte syrup mengandung parasetamol
dengan kekuatan sediaan 250 mg/5 ml. Jika dihubungkan antara umur
pasien, dosis obat yang dikonsumsi, dan dosis lazim parasetamol untuk
orang dewasa, maka Tuan Jay mengonsumsi obat yang underdosage.
Selain tidak memberikan efek terapi sebagaimana yang diharapkan,
parasetamol ini dikhawatirkan akan menimbulkan dampak negatif berupa
residu hasil metabolisme yakni NAPQI (N-acetyl-p-benzoquinone imine)
yang dapat menyebabkan kerusakan fungsi hati.
NAMA : ENJELINA NATASYA SIHITE
NIM : N014222174
Seorang pasien anak baru saja keluar dari Ruang Gawat Darurat dan menerima
resep pulang Zyrtec 5 mg. Tulisan dokter pada resep tidak begitu jelas sehingga tenaga
teknis kefarmasian mengira obat yang tertera pada resep adalah Zyprexa 5 mg dan
memberikannya kepada pasien. Pasien dibawah kembali ke UGD setelah pingsan dan
kotoran dimata sebelah kiri. Pasien mendatangi puskesmas setempat dan menemui
dokter spesialis anak, lalu diberikan resep obat dan ditebus ke apotek di puskesmas.
Petugas farmasi memberikan obat pil untuk diminum dan obat tetes mata dipakai 3 kali
sehari. Selama 3 hari menggunakan obat tersebut, pasien merasakan panas pada
ditelusuri lebih lanjut ternyata tenaga teknis kefarmasian melakukan medication error