Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN

PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

PERCOBAAN IV

KINETIKA REAKSI KIMIA

DI SUSUN OLEH :

NAMA : RIMA APRIANTI

NIM : F1F111099

KELOMPOK : 2 (DUA)

KELAS : FARMASI B

NAMA ASISTEN: WAHAB S.Si

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2012

KINETIKA REAKSI KIMIA

A. Tujuan

Tujuan percobaan ini adalah untuk mempelajari kinetika suatu reaksi kimia dan menentukan waktu
kadaluarsa obat.

B. Landasan Teori

Obat banyak diberikan dalam suatu aturan dosis ganda untuk memperpanjang aktivitas teraupetiknya.
Frekuensi pemberian obat yang sering tidak dipatuhi oleh pasien dengan berbagai sebab memudahkan
terjadinya fluktuasi dan akumulasi obat yang berlebihan. Sediaan lepas lambat dengan konsentrasi obat
dalam plasma yang konstan dapat dipertahankan dengan fluktuasi yang minimal, sehingga frekuensi
pemakaian obat dapat diturunkan dan mengurangi adanya kelupaan pemakaian obat (Nafsiah, 2009)

Selama obat mencapai sirkulasi umum (sistemik), konsentrasi obat dalam plasma akan naik sampai
maksimum. Pada umumnya absorbsi suatu obat terjadi lebih cepat daripada eliminasi. Selama obat
diabsorbsi ke dalam sirkulasi sistemik, obat didistribusikan ke semua jaringan dalam tubuh dan juga
secara serentak dieliminasi (Shargel, dkk., 2005). Keseluruhan laju absorpsi obat dapat digambarkan
secara matematik sebagai suatu proses orde kesatu atau orde nol (Noviana W, 2009)

Proses laju merupakan hal dasar yang perlu diperhatikan bagi setiap orang yang berkaitanKefarmasiaan,
mulai dari pengusaha obat sampai ke pasien. Pengusaha obat harus dengan jelas menunjukkan bahwa
bentuk obat atau sediaan yang dihasilkannya cukup stabil sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu
yang cukup lama, dimana obat tidak berubah menjadi zat tidak berkhasiat atau racun, ahli farmasi harus
mengetahui kestabilan potensial dari obat yang dibuatnya. Dokter dan pasien harus diyakinkan bahwa
obat yang ditulis atau digunakannya akan sampai pada tempat pengobatan dalam konsentrasi yang
cukup untuk mencapai efek pengobatan yang diinginkan. Ada beberapa prinsip dan proses laju yang
berkaitan dimasukkan dalam rantai peristiwa ini yaitu: kestabilan dan tak tercampurkan, disolusi, proses
absorbs,distribusi dan eliminasi, dan kerja obat pada tingkat molekuler obat (Alferd Martin,dkk, 1993)

Obat adalah suatu bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah,
mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan
badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atau bagian badan manusia
(Anief, 1988).

Para pembuat obat harus tau waktu paro obat. Waktu paro suatu obat dapat memberikan gambaran
stabilitas obat,yaitu gambaran kecepatan terurainya obat atau kecepatan degrasi kimiawinya. Panas,
asam-asam, alkali-alkali, oksigen, cahaya, dan faktor-faktorlain dapat menyebabkan rusaknya obat.
Mekanisme degradasi dapat disebabkan oleh pecahnya suatu ikatan, pergantian spesies atau
perpindahan atom-atom dan ion-ion jika dua molekul bertabrakan dalam tabung reaksi (Anonim, 2012)

Laju reaksi atau kecepatan reaksi dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi zat pereaksi atau produk
tiap satuan waktu. Jika kita tahu persamaan kimia suatu reaksi, maka dapat ditentukan lajunya dengan
mengetahui perubahan konsentrasi reaktan atau produknya yang dapat dideteksi secara kuantitatif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu keadaan alami atau reaktifitas pereaksi, luas
permukaan, konsentrasi, temperatur, katalis, dan cahaya. Hukum laju pada umumnya laju reaksi
bergantung pada semua zat-zat yang terlibat dalam reaksi dan jika konsentrasi suatu preaksi ditambah,
laju reaksi pun meningkat (Anief, 1988)

C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat

Alat yang dugunakan pada percobaan pada kali ini adalah:

· Hot plate

· Pipet ukur 10 ml

· Termometer

· Statif dan klem


· Gelas kimia 100 ml 2 buah

2. Bahan

· FeCl3 1%

· FeCl3 0,5 M

· FeCl3 100 ml

· Asetosal 10 ml

· Es batu

· Aquades

D. HASIL PENGAMATAN

Tabel hasil pengamatanNo Tabung Absorbansi Log C

1 1 0,857 -0,0670

2 2 0,618 -0,2090

3 3 0,817 -0,877

4 4 0,867 -0,0619

5 5 0,751 -0,1243

Perhitungan

k=2,303tlogC0C

Di mana :

k = tetapan kecepatan reaksi

C0 = konsentrasi zat mula-mula ( diketahui 0,915)


C = Konsentrasi pada waktu t

a) Tetapan kecepatan reaksi masing-masing tabung :

Untuk tetapan kecepatan reaksi pada tabung 1 :

k=2,303tlogC0C

k=2,3035log0,9150,857

k=0,4606log1,067

k=0,4606 ×0,0281

k=0,0129

Dengan mengunakan perhitungan di atas dapat diperoleh nilai tetapan kecepatan reaksi pada tabung 2,
3, 4, dan 5 yang hasilnya telah disajikan pada tabel berikut :Sampel Waktu (t) (menit)
Absorbansi (C) Log C k (menit-1)

1 5 0,857 -0,0670 0,0129

2 10 0,618 -0,2090 0,0392

3 15 0,817 -0,0877 0,0075

4 20 0,867 -0.0619 0,0026

5 25 0,751 -0,1243 0,0078

Berdasakan kurva di atas, diperoleh persamaan garis sebagai berikut :

y=-0,057-0,002x

Persamaan di atas berkolerasi dengan persamaan berikut :

logC=logC0-k2,303 t

Sehingga persamaan dari kedua persamaan di atas dapat di peroleh konstanta atau tetapan lau reaksi
keseluruhan, yaitu :

-0,002=-k2,303

k=0,002×2,303

=0,004606
=0,0046

5. Menghitung waktu kadaluarsa obat

Untuk menghitung waktu kdaluarsa obat, dapat diketahui dengan menggunakan persamaan berikut :

t90=0,105k

t90=0,0150,0046menit-1

t90=3,260menit-1

F. PEMBAHASAN

Obat adalah suatu bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosa,
mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau
kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atau bagian badan
manusia

` Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinetika reaksi kimia yaitu konsentrasi, kereaktifan zat
pereaksi, temperatur, katalis, dan luas permukaan bidang sentuh.

Seperti yang diketahui, laju suatu reaksi kimia atau kinetika reaksi kimia diartikan sebagai kecepatan
terjadinya suatu reaksi kimia. Untuk mengtahui kinetika reaksi asetosal, terlebih dahulu harus diketahui
nilai absorbansinya. Nilai absorbansi ini diukur dengan alat Spektronik 20 D. Alat ini bekerja berdasarkan
cahaya tampak, oleh karena itu larutan asetosal yang akan diukur absorbansinya harus dibuat warna
terlebih dahulu atau dikomplekskan. Adapun larutan yang digunakan untuk mengomplekskan asetosal
adalah FeCl3 1%.

Dari percobaan yang telah kita dilakukan kita mengunakan 5 tabung dengan campuran yang sama
tetapi waktu pemanasannya yang berbeda, sehingga kita mendapatkan nilai absorbansi yang berbeda-
beda disetiap tabung.

Pada tabung yang pertama dengan waktu pemanasan selama 5 menit didapatkan absorbansi
0,857, pada tabung yang kedua dengan pemansasan selama 10 menit didapatkan absorbansi 0,618,
pada tabung ketiga dengan waktu pemanasan selama 15 menit didapatkan waktu pemanasan selama 20
menit didapatkan nilai absorbansi 0,867, sedangkan pada tabung yang kelima dengan waktu pemanasan
selama 25 menit didapatkan nilai absorbansi 0,751.
Secara teoritis semakin lama waktu pemanasan semakin lama tinggi nilai absorbansinya tetapi
dalam percobaan kali ini teori tidak sesuai dengan hasil yang didapatkan karena nilai absorbansi yang
didapatkan naik turun. Hal ini bisa terjadi karena kemungkinan besar terjadi kesalahan pada saat
percobaan ini dilakukan.

Pada percobaan ini didapatkan nilai k atau nilai ketetapan laju reaksi pada tabung pertama
sebanyak 0,0129, pada tabung kedua didapatkan nilai k atau nilai ketetapan laju reaksi sebanyak 0,0392,
pada tabung ketiga didapatkan nilai k atau nilai ketetapan laju reaksi sebesar 0,0075, pada tabung
keempat didapatkan nilai k atau nilai ketetapan laju reaksi sebanyak 0,0026 dan pada tabung yang
terakhir atau tabung yang kelima didapatkan nilai k atau nilai ketetapan laju reaksi sebanyak 0,0078.

Dari data yang didapatkan ini menunjukkan bahwa waktu berbanding lurus dengan nilai absorbansi.
Artinya semakin besar nilai absorbansinya semakin lama pula waktu yang dibutuhkan, dan semakin kecil
nilai absorbansinya semakin cepat waktu yang diperlukan.

Selain itu, dari percobaan yang telah kita lakukan didapatkan bahwa nilai absorbansi berbanding
terbalik dengan ketetapan laju reaksi (k), artinya semakin besar nilai absorbansinya semakin kecil nilai
ketetapan laju reaksi, dan semakin kecil nilai absorbansinya semakin besar nilai ketetapan laju reaksinya
(k).

G. KESIMPULAN

Dari percobaan yang kita lakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai absorbansi tabung 1
dengan waktu 5 menit adalah 0,857, pada tabung 2 dengan waktu 10 menit adalah 0,618, tabung 3
dengan waktu 15 menit adalah 0,817, dan tabung 5 dengan waktu 25 adalah 0,867, sedangkan laju
reaksi yang didapat pada tabung 1 adalah 0,0129, pada tabung 2 adalah 0,0392, pada tabung 3 adalah
0,0075, pada tabung 4 adalah 0,0026, dan pada tabung 5 adalah 0,0078. Pada percobaan ini kita
menggunakan suhu 400 .
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M., 1988, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Anonim, 2012, Penuntun Praktikum Farmasi Fisika 1, Haluoleo Of Universty, Kendari.

Alferd Martin, 1993, Farmasi Fisik Jilid 2, UI press. Jakarta.

Nafsiah, 2009, FORMULASI SEDIAAN LEPAS LAMBAT TABLET TEOFILIN DENGAN MATRIKS NATRIUM
CARBOXYMETIL CELLULOSE DAN AVICEL PH 102 DENGAN METODE GRANULASI BASAH, ‘skiripsi
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Noviana W,2009, PENGARUH PERASAN BUAH APEL (Maulus domestica Borkh)

FUJI RRC TERHADAP FARMAKOKINETIKA PARASETAMOL YANG DIBERIKAN BERSAMA SECARA ORAL
PADA KELINCI JANTAN, ‘skiripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai