Anda di halaman 1dari 2

Novel : Penakluk Ujung Dunia

Karya : Bokor Hutasuhut

Sinopsis :

Peristiwa kehidupan dalam novel bermula di waktu malam saat musyawarah akan berlangsung di
Kerajaan Marga. Semua laki-laki telah hadir, kecuali Ronggur. Padahal para raja sudah hadir untuk
membicarakan Ama ni Boltung yang tewas dibunuh warga kampung lain. Ronggur tidak bermaksud
mengabaikan simbolisasi pemukulan gong, melainkan memikirkan sebab dan solusi peristiwa itu.
Ronggur berpendapat, pembunuhan itu disebabkan oleh keterbatasan lahan dan air untuk persawahan.
Oleh karena itu, sesuai cerita nenek moyang dalam pustaka, maka warga harus mengikuti aliran Sungai
Titian Dewata untuk mencari tanah habungkasan, daerah baru tempat perluasan marga. Akan tetapi, Raja
Panggonggom menolak usul Ronggur dan mengingatkan warga, bahwa Sungai Titian Dewata merupakan
jalan arwah, tempat bersemayam Mulajadi Na Bolon.Setelah raja menolak usul Ronggur, maka raja pun
mengumumkan perang terhadap marga yang membunuh Ama ni Boltung. Ronggur pun sadar bahwa dia
harus membela kehormatan marganya, sehingga dia pun menyatakan diri ikut berperang dan untuk
sementara mengabaikan usulnya. Bahkan, Ronggur memimpin pasukan marganya memenangkan setiap
tahapan perang dan menyelamatkan Raja Panggonggom dari serangan musuh. Setelah kemenangan
mereka raih, maka raja memberi hak kepada Ronggur untuk menjadi Raja Ni Huta Muda di kampung
marga yang mereka kalahkan dan menjadikan Tio, wanita tawanannya sebagai budak untuk membantu
ibunya yang sudah tua.Setelah perang, hasrat Ronggur untuk menemukan tanah habungkasan semakin
menguasai pikiran dan mimpinya. Kemudian ia mengajak Tio untuk memulai perjalanan mencari tanah
habungkasan dan mulai membuat perahu. Ambisi Ronggur tersebut tidak mendapat tanggapan warga
kerajaannya, bahkan terkesan mulai menyisihkannya dari pergaulan warga Kerajaan Marga.Setelah
perahu selesai, Raja Panggonggom menggelar sidang kerajaan dengan kasus tunggal pertanggungjawaban
Ronggur melawan kepercayaan warga. Raja Panggonggom memutuskan: Ronggur tidak diakui lagi
sebagai anggota kerajaan dan kehilangan marga serta seluruh hak hidupnya di kerajaan itu. Kemudian,
tanah pusakanya disita kerajaan, kebutuhan ibunya ditanggung kerajaan, dan warga tidak boleh membantu
kalau tidak ingin kehilangan hak-hak kemargaannya. Perjalanan mencari tanah habungkasan pun dimulai
Ronggur dan Tio. Setelah 10 hari menempuh perjalanan yang mengancam nyawanya, akhirnya Ronggur
dan Tio menemukan hasil. Mereka melihat air terjun dari ujung Sungai Titian Dewata dan matahari
sebagai mula hidup menerangi tanah dengan pepohonan yang hijau terhampar di bawah bukit. Indeks
tanah habungkasan yang mahaluas sesuai petunjuk mimpinya telah mereka temukan. Di tanah
habungkasan itu, Ronggur dan Tio memulai hidup baru hingga memperoleh seorang anak laki-laki.
Ronggur pun teringat pada ibu dan mantan datu bolon kerajaan yang menanti kebenaran mimpinya,
sehingga dia dan istrinya berniat mewartakan keberhasilannya. Perjalanan pulang ke kampung halaman
pun mereka siapkan. Hasil yang diperoleh dari tanah habungkasan dibawa sebagai bukti keberhasilannya.
Perjalanan pulang itu ternyata tidak dapat dinikmati ibunya yang meninggal dunia tak lama setelah
kepergiannya. Bahkan, Ronggur dan pengikutnya ditangkap dan akan dihukum mati. Raja dan datu bolon
kerajaan tidak ingin kepercayaan nenek moyang tentang Sungai Titian Dewata dirusak oleh keberhasilan
Ronggur membuktikan bahwa Sungai Titian Dewata tidak berakhir di ujung dunia.Di saat kritis itulah,
mantan datu bolon kerajaan meyakinkan orang melarat dan orang buruan tentara kerajaan untuk
membebaskan Ronggur dan rombongannya, sebab hanya Ronggur yang mengetahui jalan menuju tanah
habungkasan. Sejak saat itu orang-orang di Kerajaan Marga dan kerajaan lain pun mengikuti Ronggur
mendirikan perkampungan di Asahan, Labuhan Batu, Simalungun, dan daerah-daerah yang jauh dari tepi
Danau Toba.

Novel Penakluk Ujung Dunia menarik untuk dipentaskan karena beberapa alasan sebagai berikut:
1. Tokoh utama novel, yaitu Ronggut yang bisa dibilang hebat, seperti ksatria, memiliki akal budi,
menjunjung moral, pemberani, optimis, pantang menyerah. Tokoh ini merupakan yang terbaik dan
terhebat di dalam novel. Meskipun begitu, selama penceritaan banyak masalah dan tragedi yang
menimpanya, tetapi tidak membuat semangatnya surut. Menurut saya, cerita dan peristiwa yang dialami
tokoh menarik untuk disajikan dalam bentuk pentas, sehingga sifat-sifat dan peristiwa yang dialami tokoh
dapat dinikmati dengan nuansa yang lebih nyata.

2. Di dalam novel banyak adegan-adegan epik. Tokoh utamanya sendiri sering terlibat dalam laga-laga
yang menantang. Menurut saya, adegan-adegan tersebut akan bagus apabila ditampilkan dalam pentas.

3. Novel banyak mengangkat adat istiadat, legenda, dan kepercayaan masyarakat suku batak dan danau
toba.

Anda mungkin juga menyukai