Anda di halaman 1dari 7

Judul:

(terinspirasi dari Hikayat Kalilah wa Dimnah)


Tokoh-tokoh:
Prolog:

SATU
1
Pada suatu pagi di tengah jalan, tiga anak kecil bermain-main: seorang bocah laki-laki tinggi,
seorang gadis kecil, dan yang seorang lagi bernama Lembu. Si Lembu—yang paling kecil
badannya di antara ketiga bocah ini—menjadi anak bawang (anak yang dipermainkan atau
mendapat perlakuan jelek selama bermain). Kedua anak bermain sambil tertawa-tawa, sedangkan
Lembu, yang tidak mau dibenci, berusaha mengikuti keinginan mereka dan mencoba bersikap
senang. Setelah lama bermain, bocah perempuan berseru mengajak untuk pergi ke suatu tempat.

Bocah perempuan
(Sambil menunjuk) Hei, Teman-teman, ayo kita pindah main ke sana!
Bocah laki-laki
Oke, ayo!
Lembu
(Mengikuti di belakang mereka) Eh, aku ikut dong.
Bocah perempuan
Ya, ayo.

(Mereka beranjak pergi. Tetapi, lembu yang mengikuti di belakang tiba-tiba terjatuh)

Bocah laki-laki
Hei, Kamu ngapain?
Bocah perempuan
Jelas sekali dia jatuh. Kenapa nanya?
Lembu
Aduh, kakiku sakit. Sepertinya terluka. Tolong dong, Kawan-kawan.
Bocah perempuan
(Kesal) Kamu ini selalu terkena masalah, Lembu. Kok bisa jatuh, sih? Makanya hati-hati!
Bocah laki-laki
Jangan memperlambat kita dong. Ayo cepat!
Lembu
Maaf, tapi kakiku sakit sekali.
Bocah laki-laki
Ya sudah, Kamu diam saja di sini. (Menoleh ke bocah perempuan) Kita duluan aja, yuk!
Bocah perempuan
Ya, kita tinggalin aja si Lembu.
Lembuh
Jangan tinggalin aku! Aku juga mau ikut main.
Bocah laki-laki
Sudah, yang lagi sakit dilarang ikutan.
Bocah perempuan
Bye-bye, Lembu.

Bocah perempuan dan bocah laki-laki meninggalkan Lembu yang masih duduk di tanah. Setelah
keduanya menghilang dari pandangan, si Lembu menangis.
2
Si Lembu menangis keras karena ditinggal teman-temannya. Lama-lama ia kelelahan dan mencoba
untuk berhenti menangis. Hari menjadi mendung dan tanpa disadari kilat menyambar. Suara petir
dengan keras berbunyi. Lembu yang terkejut karena suara itu kembali menangis sejadi-jadinya.
3
Meskipun mendung, hujan tidak turun-turun. Jalan itu menjadi gelap sedikit. Lembu masih
menangis dan tidak bisa berdiri karena kakinya kesakitan. Suara tangisnya terdengar, menggema-
gema, sampai terdengar oleh tiga anak yang kebetulan ada di sana. Singa, Kalila, dan Dimna masuk
dan berhenti agak jauh dari Lembu.

Singa
Hei, apa Kalian ada mendengar suara seseorang menangis?
Kalila dan Dimna
(Mengangguk) Ya.

(Ketiga anak itu mencari-cari sumber suara dan menemukan Lembu yang duduk di tanah. Dimna
duluan yang mengambil inisiatif mendekatinya)

Dimna
Kamu kenapa?
Lembu
(terkejut) aku ditinggalin teman-temanku… .
Dimna
Terus Kamu nangis cuma gara-gara itu?
Lembu
(Merasa diremehkan) Ya. Juga kakiku sakit tahu.
Dimna
Masa gara-gara itu saja nangis. Coba lihat kakimu.
Lembu
(Tersinggung) Enggak! Kamu mengejekku ya! (kembali menangis)
Dimna
(Panik) Kok malah nangis lagi?
(Singa dan Kalila mendekati mereka berdua dan bertanya. Dimna menjelaskan situasinya
Dimna
Sudah, jangan menangis lagi. Aku sebenarnya mau bantu lo. Sini, mana kakimu yang sakit.
Singa
Ya, benar. Kami mau membantu.
(Akhirnya Lembu menerima tawaran mereka dan memperlihatkan kakinya yang sakit. Dimna
memeriksa lukanya yang ada di lutut, Singa dan Kalila menonton saja)
Dimna
Lukamu tidak parah kok. Cuma lecet sedikit. Ayo kita bawa ke rumah agar bisa diobati.
Singa
Kalau begitu, ayo ke rumahku.

Singa, Kalila, dan Dimna membantu Lembu. Ia dipapah dan dibawa ke rumah singa untuk
mengobati lukanya. Setelah kejadian ini, keempatnya akan berteman… untuk sementara.

DUA
1
Siang hari di taman. Banyak tumbuhan yang ditata rapi di sana-sini dan bangku panjang berwana
putih di tengah. Suasana sepi, tidak ada orang lain selain mereka berempat: Lembu, Singa, Kalila,
dan Dimna, yang sedang bermain. Lembu lebih sering bersama dengan singa, sedangkan Kalila
bermain sendiri, atau sebenarnya bisa dibilang hanya duduk-duduk memperhatikan (anaknya
memang kurang aktif, si Kalila ini) dan Dimna mengikuti lembu dan singa atau Kalila.

Lembu dan Singa


(Tertawa) ini memang seru ya.
Dimna
Kalian main apa?
Lembu
Main ini.
Singa
Seru lo.

(Dimna hanya memperhatikan kedua temannya itu. Tiba-tiba terpikirkan untuk memainkan
sesuatu dan mengajak mereka)

Dimna
Hei, Kalian berdua, ayo kita main ini!
(Singa menoleh, kemudian melihat Lembu untuk menanyakan)
Lembu
Aku tidak bisa main itu. Main ini aja, lebih seru.
Singa
Aku juga enggak deh.
Dimna
Bukannya Kamu senang main ini, Singa?
Singa
Ya, sih, suka. Tapi aku mau main sama Lembu.

Lembu kemudian mengajak Singa beranjak dan mereka berdua pergi ke suatu tempat di taman itu,
menghilang. Yang ada di sana hanya Kalila dan Dimna. Entah kenapa, Dimna menjadi kesal
kepada kedua temannya. Timbul sedikit perasaan jengkel dan benci kepada Lembu.
2
Dimna menghampiri Kalila dengan wajah cemberut. Kalila duduk di bangku taman, bersandar,
dan hampir saja tertidur jika tidak ada Dimna yang mengganggu.

Dimna
(Duduk di samping Kalila) Si Lembu itu, entah kenapa aku kesal sama dia!
(Kalila hanya mendengarkan)
Sekarang singa lebih sering main dengan dia. Kita berdua seperti dilupakan (memandang Kalila.
Kalila hnya mengangguk) padahal kita menolong dia waktu itu. Dia jadi punya teman gara-gara
ada kita. Aslinya dia itu kan tidak punya teman. Tapi sekarang malah kita diabaikan gara-gara dia.
Bener, enggak?
(Kalila mengangguk)
Ngomong sesuatu dong, Kamu ini!
Kalila
(Diam sebentar, memikirkan kata-katanya) Menurut Kamu begitu?
Dimna
Ya, jelas sekali. Lah, Kamu tidak merasa begitu?
(Kalila menggeleng)
Dimna
(Geram karena sikap Kalila) Kamu orangnya terlalu santai, sih.
Dimna makin kesal. Mereka berdua hanya duduk di bangku tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Tiba-tiba terbersit ide yang licik dari Dimna.

Dimna
Aku punya ide, agak jahat, sih. Ayo kita beri pelajaran si Lembu
(Kalila mendengarkan)
Kita adu domba Singa dan Lembu agar mereka bermusuhan. Aku akan memanas-manasi mereka
berdua.
Kalila
(hanya diam, memandang sahabatnya) Aku enggak ikutan. Lagian aku tidak marah ataupun kesal.
Dan aku peringatkan ya, sebaiknya Kamu jangan lakukan. Kita semua sahabat, kan?

Meski diperingatkan begitu, Dimna tetap melakukan rencana liciknya.

TIGA
1
Keesokan harinya, dimna mendatangi singa dan memfitnah lembu. Ia berkata bahwa di belakang
singa, si lembu menjelek-jelekkan. Setelah selesai dengan singa, dimna menemui lembu dan
memfitnah singa. Ia memberitahu lembu bahwa si singa mengejeknya ketika ia tidak ada dan
berkata bahwa lembu tidak punya teman, makanya singa kasihan dan menemaninya. Ketika
diberitahu demikian, maka geram dan sakit hati kedua anak itu. Masing-masing menanggung
dendam dan berniat untuk bertemu secara langsung. Sementara itu, dimna merasa puas di dalam
hati dan menungu-nunggu insiden yang akan terjadi.
Siang hari di taman, singa dan lembu bertemu. Keduanya masuk, masing-masing dari arah yang
berseberangan. Singa tampak marah, sedangkan lembu tak bersemangat dan sedih. Singa marah-
marah, membentak dengan suara keras. Lembu hanya diam, tetapi sesekali membela diri, tidak
terima diperlakukan demikian. Di tengah-tengah perkelahian itu, dimna menyaksikan dari jauh, di
sudut taman tempat tumbuhan rimbun, dengan ekspresi puas.

Singa
Kamu sejak awal memang tidak punya teman! Kamu juga cengeng dan tidak berguna.
Lembu
Aku tidak cengeng dan bukannya tidak berguna. Kamu sendiri, singa, anak yang sombong. Hanya
Kalila dan dimna teman kamu karena sifatmu itu. Jangan mengejekku ya, kamu sendiri bukan anak
baik.
Singa
Diam kamu. Seharusnya kamu itu bersyukur berteman denganku karena kamu itu bocah kesepian.
Memangnya ada yang mau berteman dengan kamu selain kami?

Pertengkaran terus berlanjut, lama, dan tak berkesudahan. Sampai akhirnya salah satu tidak tahan
lagi dan mengucapkan keputusan tanpa kasihan yang tidak disadarinya.

Singa
Sudah cukup. Aku tidak mau berteman denganmu lagi. pergi sana!
(lembu terdiam. Syok)
Singa
Jangan dekat-dekat kami lagi. cari teman baru, dasar bocah kesepian!

Tidak pernah disangka, oleh lembu, kata-kata kasar seperti itu—dan juga kata-kata kasar
yang lain selama perkelahian mereka, sebenarnya—bisa terlontar dari temannya itu. Teman yang
ia kira baik, ternyata sejahat ini. lembu menyerah, hampir menangis, dan meninggalkan singa
keluar dari taman itu. Dimna, yang sejak tadi memerhatikan dengan ekspresi puas, tidak
menyangka hal tersebut akan terjadi sehingga ekspresinya makin puas. Hari itu, pertemanan yang
sebelumnya terjalin karena rasa peduli yang tulus, sekarang sudah hancur oleh kedengkian dan
kemarahan.
Cerita ini berakhir di sini. cerita ini tidak berakhir bahagia. Serta, mungkin juga cerita ini
akan terkesan menggantung bagi sebagian penonton. Akan tetapi, setiap cerita pasti mengandung
hikmah dan penonton yang budiman pasti memiliki indra perasa yang jeli. Silahkan ambil baiknya,
yang jelek harap tinggalkan. Jangan berlaku tanpa pikir panjang dan hilang kesabaran, apalagi
dengki serta dendam seperti dimna, singa, atau lembu—tetapi, tidak perlu juga bersikap santai dan
acuh tak acuh seperti kalila.
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai