ADEGAN 1 :
Setting : Rumah (Kamar Cinta).
Deskripsi Suasana : Alya sedang menceritakan masalahnya kepada keempat sahabatnya tentang
ayahnya yang telah memukulinya.
8. Cinta : “ Ya, ya udah Al. Tapi asal lo tau, persahabatan kita juga nggak main-main.
Ni buku jadi saksi kok. Lo tu kalo ada masalah dishare, jangan disimpen
sendiri. Lo telfon ke rumah gue, jam berapa aja gue temenin, gue angkat,
ngobrol ama gue. Lo datang ke rumah sini, jam berapa aja, gue bukain pintu,
Al. Ya? Ya Alya? Gue tu sahabat elo. Bener nggak? ”
Maura mengambil tisu untuk dirinya dan juga untuk Alya.
9. Karmen : “ Mmm... (Menganggukkan kepala) Bener Al ”
10. Milly : “ (Memeluk Alya) Iya Alya ”
11. Alya : “ Udah ya, jangan bahas gue terus. (Menatap semuanya) Ngomongin yang lain.
Pliisss!... ”
Cinta menarik nafas/ingus sambil mengetes suaranya. Karmen menarik nafas/ingus.
12. Cinta : “ Eii... iya, udah dengar puisi yang mau gue kirimin ke lomba? ”
13. Semua : “ Mana, mana, mana...? ”
14. Cinta : “ (Meminta Gitar kepada Milly) Coba, coba. Gitar!, gitar!, gitar!. Gitar!... ”
Semua menatap senang dan tersenyum kepada Cinta. Milly mengambilkan gitar untuk Cinta.
15. Karmen : “ Puisi lo yang baru? ”
16. Cinta : “ Iyaa... ”
17. Milly : “ (Milly memberikan gitar tersebut kepada Cinta sambil tersenyum senang)
Niihh... ”
18. Cinta : “ Mudah-mudahan sih, elo semua suka. (Mulai memainkan gitar dan berpuisi)
Soalnya, ini sebenarnya tentang kita berlima. Judunya : Aku Ingin Bersama
Selamanya ”
Semua merapat dan menatapi Cinta sambil tersenyum senang kepadanya.
-(Cinta sedang berpuisi)-
Setelah Cinta selesai berpuisi yang diiringi gitar yang ia mainkan, semua tercengir senang
menatapnya.
Cinta yang merupakan langganan juara lomba puisi dikejutkan oleh seseorang
bernama Rangga, yang merupakan juara baru. Berhubung Cinta dan sahabatnya adalah
pengurus mading sekolah, mereka harus mewawancarai sang pemenang lomba puisi
tersebut, karena agenda dari mading harus meyertakan profil sang pemenang lomba.
ADEGAN 2 :
Setting : Perpustakaan.
Deskripsi Suasana : Cinta hendak mewawancarai pemenang lomba menulis puisi.
Cinta memasuki perpustakaan. Matanya menyapu ruangan, mencari sosok yang bernama
Rangga. Setelah menemukannya, Cinta mendekatinya, namun Rangga terus serius membaca
sebuah buku. Cinta terus dan terus mendekati Rangga dan berhenti kurang-lebih dua meter dari
Rangga. Akhirnya Rangga merasa risih dan menoleh sejenak. Lagi-lagi keduanya berpandangan
beberapa saat.
1. Rangga : “ (Melirik sebentar dengan cuek) Ada apa? ”
2. Cinta : “ Ehh... Rangga ya? Gue mau ngucapin selamat ya buat elo!? (Menawarkan
salaman) ”
3. Rangga : “ Selamat kenapa? ”
4. Cinta : “ (Menurunkan kembali tangannya) Sebagai pemenang lomba puisi tahun ini!? ”
5. Rangga : “ (Melirik Cinta sebentar) Saya nggak pernah ikutan lomba puisi, apalagi jadi
pemenang!?
Maaf ya, saya lagi baca! (Jutek) ”
6. Cinta : “ Gue kan belum selesai ngomong!? (Menatap tajam Rangga dengan kesel) ”
7. Rangga : “ Barusan saya ngelempar pulpen ke orang, gara-gara ada yang berisik di ruang
ini. Saya nggak mau itu pulpen balik ke muka saya, gara-gara saya berisik
sama kamu! ”
8. Cinta : “ Gue cuma pengen ngomong sebentar kok!? ”
Rangga terdiam dan berfikir sejenak.
9. Rangga : “ Ya udah, ngomong di luar! (Beranjak dari tempat duduknya dan menuju
keluar) ”
Cinta pun dengan wajah bete dan kesel, lalu mengikuti Rangga.
10. Cinta : “ Ngapain di luar sih, di sini aja deh! (Kesel) ”
11. Rangga : “ Ya udah deh, cepetan!, mau ngomong apa sih? (Gaya menunjukkan suatu
buku) ”
Cinta melihat sejenak buku yang dipegang Rangga.
12. Cinta : “ Mading mau wawancara elo!? ”
13. Rangga : “ Buat apa? ”
14. Cinta : “ Kita perlu profil elo sebagai pemenang lomba puisi tahun ini ”
15. Rangga : “ Kan saya dah bilang, saya tuh nggak pernah ikut lomba puisi ”
16. Cinta : “ Terserah elo deh. Yaa.. menurut jurinya ya elo yang menang ”
17. Rangga : “ Ya kalau gitu, wawancara aja dewan jurinya! ”
18. Cinta : “ Hahh?... maksud lo? (Bingung) ”
19. Rangga : “ Iya. Jelaskan, kata-kata saya!? (Cuek) ”
20. Cinta : “ Jadi lo nggak mau diwawancara ni? (Marah) ”
21. Rangga : “ Nggak! (Dengan cueknya sambil pergi meninggalkan Cinta kembali masuk ke
perpustakaan dan sedikit menyenggol Cinta) ”
Cinta yang kesel dan menahan amarah pun, akhirnya kembali ke ruang mading.
Rangga menolak tawaran dari Cinta untuk di wawancara, karena ia merasa tidak
pernah mengikuti lomba puisi tersebut, sebenarnya yang mengirim puisi tersebut
memanglah bukan dirinya, melainkan Pak Wardiman sang Penjaga Sekolah, yang hari itu
bertemu dengan Rangga. Atas penolakannya itu, Cinta merasa tersinggung. Disinilah
cerita cinta itu mulai terjalin.
ADEGAN 3 :
Setting : Ruang Mading Sekolah.
Deskripsi Suasana : Cinta menceritakan kekecewaan dan kekesalannya kepada sahabatnya.
Cinta menarik nafas dan menghembuskannya dengan wajah sebel. Pintu diketuk, Mamet masuk
21. Mamet : “ Anu... mau ngumpulin anu... (sedikit gaguk dan longor) ”
22. Karmen : “ Apa, sih Mettt...? (Menatap tajam Mamet, tangan disila dengan wajah bete
dan garang) ”
Mamet bengong sejenak. Maura tertawa sambil menyenggol Alya, Alya tersenyum.
23. Mamet : “ Ci..Cintaa? Dengerin nggak? Lagu... buat Cinta waktu itu, dari Mamet?!
(Wajah longor) ”
24. Cinta : “ Iya, udah. Makasih ya...! (Senyum terpaksa) ”
25. Mamet : “ Ehh... iya. (Menatap ke Karmen) Iii..Ini anu, mau... ngasih apa... cerpen buat
mading ”
Cinta langsung berpaling membelakangi semuanya. Maura dan Alya menatap heran pada
Mamet.
Cinta sedang latihan berpuisi dengan gitarnya, sambil berbincang-bincang dengan sahabatnya
yang sedang baca-baca buku. Kemudian, tiba-tiba Rangga datang untuk menemui Cinta.
1. Rangga :“ Bisa ngomong sebentar? (Tanyanya pada Cinta dengan wajah kesel dan cuek) ”
Cinta dan teman-temannya saling menatap bingung satu sama lain.
2. Rangga : “ Nggak bisa?! (pergi, hampir menuju pintu keluar) ”
3. Cinta : “ (Menatap heran ke Rangga) Masalahnya apa dulu ni? ”
Rangga kembali ke posisinya tadi sambil memperlihatkan/menunjukkan sebuah surat.
Sahabatnya semakin bingung dan heran dengan apa yang terjadi sebenarnya.
4. Cinta : “ (Beranjak dari tempat duduk, menitipkan gitarnya pada Karmen) Kita
ngomong di luar! ”
Cinta dan Rangga menuju keluar ruangan. Tibanya di luar ruangan, mereka saling
berhadapan dan Cinta pun langsung bertanya kepada Rangga.
5. Cinta : “ Ada apa? ”
6. Rangga : “ Maksudnya apa nih? (Sambil menunjukkan suatu surat dengan wajah marah)
7. Cinta : “ Surat gue dibaca juga? Kirain, cuma mau baca, bacaan yang penting aja.
Karya.. Sastra.. ”
8. Rangga : “ Kamu ini kenapa sih? Tersinggung, gara-gara saya nggak mau diwawancara?!
Ya udah, wawancara sekarang! Nggak usah manja!. (Nada tinggi dengan wajah
marah) ”
9. Cinta : “ Enak aja lo ngatain gue manja. Elo... mau diwawancara sekarang? Basiii...
Madingnya udah siap terbit (Nada tinggi nan kesel, menatap tajam ke Rangga)
Rangga terdiam sejenak dan membisu, menatap Cinta dengan marah, lalu pergi begitu
saja. Dan ia pun langsung disengak-in oleh Cinta. Tanpa disadari buku yang ia milikipun jatuh,
dan Cinta pun berusaha untuk mengambil buku tersebut, namun tiba-tiba sahabatnya keluar
dari ruang mading menuju padanya. Jadi ia mengurukan niatnya itu nanti dan menyeret-
menginjak buku itu dulu.
Alya : kenapa sihh, Ta???
Ma/K : iya, kok marah-marah gitu????
Cinta : “ Liat deh tuh cowok!? Nyebelin banget kan? Liat aja gayanya ”
Semuanya memperhatikan Rangga yang mulai menjauh dari tempat itu.
Milly : Nyebelin gimana????
Alya : “ Tapi Ta’, lo tetap harus wawancara dia kan? ”
Cinta : “ Males banget, tau nggak? Ya dah lah gampang, tinggal cari data-data doang aja di
Tata Usaha kalo nggak wali kelasnya. Ya udah deh, gampang-gampang! Kita kerjain
aja sekarang ”
Alya, Maura, Milly dan Karmen duluan masuk kembali ke ruang mading. Sedangkan Cinta
langsung mengambil buku yang ia amaninnya tadi untuk dibawa pulang-dibaca dan menyusul
sahabatnya masuk.
Setibanya di rumah, Cinta membuka buku itu. Ternyata buku itu berisi kumpulan
puisi yang di buat Rangga. Di bacanya buku itu terus menerus sambil mencoba memahami
makna kata-katanya. Cinta terkesan dengan puisi yang di buat oleh Rangga.
Keesokan harinya, Cinta mengembalikan buku tersebut saat Rangga sedang
kebingungan mencarinya. Rangga pun berterima kasih pada Cinta. Semenjak itu, mereka
menjadi semakin dekat.
Malam itu, Rangga dan Cinta kencan di sebuah kafe. Namun, sebelum Cinta
berangkat, Alya menelfon, Alya ingin kerumah Cinta, Alya ingin cerita tentang
keluarganya. Tapi, Cinta berbohong. Ia lebih memilih pergi bersama Rangga. Cinta
terkejut setibanya di rumah, Mamanya akan pergi ke rumah sakit, karena mencoba bunuh
diri. Cinta sangat terpukul semenjak kejadian itu, Cinta memutuskan untuk menjauh dari
Rangga untuk sementara waktu.
ADEGAN 5 :
Setting 1 : Ruang Mading Sekolah.
Deskripsi Suasana : Cinta mengurungkan niatnya untuk masuk ke ruang mading, karena ia
merasa pertengkaran antara ketiga sahabatnya dan terbaringnya Alya di rumah sakit adalah
karena dirinya.
Posisi semuanya saling membelakangi. Maura berdiri, Milly berdiri sambil membereskan
peralatan mading dan Karmen duduk sambil menggambar-menulis.
1. Maura : “ Erghhh... kacau...semuanya, erghh... (Marah-marah sambil menekan-nekan
keyboard laptop/komputer dengan keras, sesekali tangan di pinggang dan
sambil menarik nafas) ”
Sontak Milly pun langsung menoleh sebentar ke arah Maura dan Karmen.
2. Karmen : “ Lo tuh kebanyakan ngomel, tau nggak?! Gimana nggak kacau! (Sambil
menulis) ”
3. Maura : “ Udah deh, lo nggak usah banyak ngomong deh! (Nada tinggi, marah besar) ”
4. Karmen : “ Lo nggak usah marah-marah gitu, kenapa sih!? (Langsung berdiri, Ikut
terbawa emosi) ”
5. Maura : “ Eh, Men,... Jangan mentang-mentang lo jago olahraga, bisa basket, sok
preman, segala macem, gue jadi takut sama lo!.... (Sambil menghampiri ke
hadapan Karmen, tangan di pinggang dan berbicara sambil teriak dengan
amarah besar yang tampak di wajahnya) ”
Cinta diam-diam menghampiri ruang mading, Cinta mengurungkan niatnya untuk masuk ke
ruang mading, dan hanya terdiam di depan pintu mading saja, karena mendengarkan
pertengkaran sahabatnya itu, yang membuat ia semakin merasa bersalah dan menangis.
6. Karmen : “ Hehhh!... mendingan gue tau nggak, dari pada lo. Kerjanya nongkrong terus di
kaca, tau nggak?! Keganjenan! Asal lo tau, (Sambil teriak dengan emosi
memuncak) tau nggak?! ”
7. Milly : “ (Menangis) Hehhh... diem lo berdua! dan giliran gue ngomong sekarang! Gue
tau gue paling tulalit. Lo... cuma nganggap gue badut. Terserah!... Tapi gue tau
itu nggak bener, diantara kita tu nggak ada yang boleh berantem! ”
Mengambil dan menunjukkan foto kita ber-5
8. Milly : “ Liat nii..., emangnya kita pernah masalahin siapa yang lebih jago diantara yang
laen? Nggak kan...? Karena apa? Karena kita tuh taunya kita cuma temenan...!
(Sedikit berteriak, dengan menangis tersedu-sedu dibaluti emosi) ”
9. Karmen : “ Mil... Mil..., Nggak ada yang pernah nganggep elo nggak bisa apa-apa kok,
Mil...! ”
Karmen dan Maura memeluk Milly.
10. Maura : “ Iya Mil... Lo tuh yang paling lucu diantara kita, dan elo tuh yang paling kita
sayang, karena lo tuh nggak pernah marah, Mil. ”
Milly terus menangis.
11. Maura : “ Kita tuh, lagi begini... karena kita tuh lagi ngaco, gitu aja, Mil ”
Milly terus menangis menjadi-jadi dengan dipelukin Maura dan Karmen.
12. Maura : “ Tenang...Mil...! ”
Cinta terus menangis dan terharu dengan semuanya yang ia dengar di luar ruang mading,
sambil menggigit bibir bawah sambil menutup mulutnya, lalu pergi menuju koridor kelas.
ADEGAN 6 :
Setting 1 : Gedung Olahraga.
Deskripsi Suasana : Menginterogasi atau Cinta mengakui perasaannya akan Rangga kepada
sahabatnya.
1. Maura : “ Udah deh, Ta’!. Sekali ini, lupain sama yang namanya gengsi! (Merangkul
Cinta) ”
2. Karmen : “ Sekarang lo harus jujur, sejujur-jujurnya sama kita semua! (Tegas) ”
3. Cinta : “ Ini lo pada ngomong apaan sih? (Bingung) ”
Wajah Cinta tampak sedih, dimana sedang menyimpan suatu perasaan yang amat dalam pada
seseorang.
4. Alya : “ Gini deh, Ta’. (Memegang bahu Cinta) Lo jujur, sama kita semua ya!. Elo
tolong jawab pertanyaan ini, sesimpel mungkin! (Melepas pegangannya) ”
Terdiam sejenak.
5. Alya : “ Ta’, bener, lo nggak punya perasaan apa-apa, sama Rangga? ”
Cinta tidak menjawabnya, namun hanya menggambarkan wajahnya yang sedang memikirkan
sesuatu, dengan mata yang berkaca-kaca, yang membuatnya sedih ingin menangis.
Semua menatap Cinta.
6. Alya : “ Cinta...? (Mengambil tangan cinta dan memegangnya) Bener, Rangga nggak
pernah, sekalipun terlintas di dalam pikiran elo?! ”
Cinta malah menangis dan menutup wajahnya dengan tangan.
7. Maura : “ Ya ampun, Ta’... ”
8. Milly : “ Ta’?... Ta’? Kok nangis sih, Ta’? (Ikut menangis) Jangan nangis dong, Ta’! ”
9. Maura : “ Ta’, lo jatuh cinta sama Rangga? ”
Cinta menangis semakin keras. Maura merangkulnya. Semua mengelusnya agar tenang.
10. Cinta : “ Gue sayang banget sama Rangga ”
Cinta terus menangis sambil mengungkapkan semua isi hatinya.
11. Maura : “ Ya ampun, Cinta! ”
12. Cinta : “ Gue juga bingung. Gue nggak bisa ngelupain dia ”
Cinta terus menangis.
13. Maura : “ Udah sayang, udah... (Memeluk Cinta dari samping) ”
Alya dan Milly memegang tangan Cinta.
14. Cinta : “ Gue takut, lo semua bakal ninggalin gue, kalau gue sama dia ”
Maura memegang bahu Cinta, Alya dan Maura masih tetap memegang tangan Cinta.
15. Maura : “ Nggak sayang, nggak, kita nggak mungkin... ”
Karmen memegang kepalanya.
16. Karmen : “ Keterlaluan banget tau nggak, sih Ta’?! Emang lo pikir, kita temen yang kek
gimana sih? Sekarang gini, emang bener, kita emang paling ati-ati kalo udah
soal cowok. Tapikan, bukan berarti ngatur pacaran sama siapa. Buktinya,
waktu tahun lalu, si Maura, dia suka kan yang namanya Dani, playboy banget
itu. Ingetkan lo?! Waktu mereka jadian, apa kita mojokkin dia?!. Waktu dia
kena batunya, apa kita musuhin Maura?! Nggak kan, Ta’? (Sedikit emosi) ”
17. Alya : “ Udah, udah... Karmen ”
18. Karmen : “ Aduh... sori, Ta’! Barusan gue kelepasan! (Pinta maafnya) ”
Cinta menangis dengan terisak-isak.
Maura memeluk erat Cinta dari samping, sedangkan yang lainnya memegang erat tangan Cinta.
19. Maura : “ Udah sayang, sekarang gini aja. Elo cepet bilang perasaan elo ke Rangga.
Sebelum lo nyesel...! Ya? ”
20. Cinta : “ (Menarik ingus dan mengelapnya) Tapi..., Tapi nggak bisa. Dia benci banget
ama gue. Gue udah nyakitin dia ”
Alya membuka kacamatanya.
21. Alya : “ Hahh... Justru itu, Ta’! Lo jelasin sama dia, kalau waktu itu, lo lagi emosi, dan
kalau Rangga bener-bener sayang sama elo. Gue yakin, dia pasti bisa ngertiin.
Percaya deh!? ”
22. Cinta : “ Ta... Ta... Tapi, gue belum siap. Gue perlu waktu yang lebih tepat, Al! ”
23. Karmen : “ Kalo menurut feeling gue, lo mau nemuin Rangga, harus secepatnya Ta’!.
Pokoknya waktu itu, gue pernah liat Pak Wardiman sama Rangga tuh lagi
pelukan. Kayak mau pisahan, gitu loh!? ”
Cinta berfikiran untuk menemui Rangga secepatnya. Sesampainya di bandara.
Cinta dan sahabatnya berusaha untuk menjumpai Rangga yang akan pergi jauh. Cinta
dan sahabatnya berlari-larian mengejar Rangga di depan ruang tunggu keberangkatan.
Rangga dan Ayahnya masuk ke lorong.
16. Cinta : “ Rangga... (Mengatur nafas sejenak) Rangga, waktu terakhir sekali saya ketemu
kamu, saya nggak marah sama kamu, saya marah sama diri saya sendiri.
Rangga maafin saya, saya nggak mau kamu ninggalin saya! ”
17. Rangga : “ Maksud kamu? ”
18. Cinta : “ Saya... saya sayang banget sama kamu ”
19. Rangga : “ Saya juga sayang sama kamu, Ta’. Sayang sekali ”
Saling menatap dengan senang dan penuh kebahagiaan.
20. Cinta : “ Kamu nggak jadi pergi kan? ”
Rangga tidak menjawab.
21. Cinta : “ Kamu nggak jadi pergi kan?! ”
22. Rangga : “ Saya harus pergi, Ta’ ”
23. Cinta : “ Nggak, ini nggak fair... Ini nggak fair!? (Menangis) ”
24. Ayah Ra : “ Rangga!.. (Sambil menunjukkan jam tangannya) ”
25. Rangga : “ Sebentar, yah! ”
Rangga mengambil buku hariannya yang ada di dalam tas, dan memberikannya kepada Cinta.
26. Rangga : “ Baca halaman terakhir! (Sambil memberikan buku tersebut kepada Cinta dan
pergi) ”
Cinta menangis memandangi Rangga pergi.