Anda di halaman 1dari 5

PANDUAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN

I. PENGERTIAN
Gerakan keselamatan pasien merupakan program pemerintah yang digunakan sebagai
acuan bagi rumah sakit untuk melaksanakan sistem keselamatan pasien sesuai standar
yang ditetapkan. Keselamatan pasien telah menjadi prioritas utama sebagai upaya
peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan perlindungan pasien sesuai dengan UU RS
No. 44 tahun 2009 pasal 40 ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap rumah sakit wajib
melaksanakan akreditasi secara berkala minimal tiga tahun sekali.

Penyebab utama terjadinya kesalahan adalah manusia atau human error, namun dalam
menyelesaikan persoalan KTD dengan hanya mengintervesi individu yang melakukan
kesalahan, tidak akan menyelesaikan persoalan. Dengan jelas WHO (2004)
mengatakan bahwa “Adverse event and errors are symptoms of defective system, not
defects themselves”. Dalam upaya meminimalisir terjadinya medical error atau KTD
yang terkait dengan aspek keselamatan pasien, maka manajemen rumah sakit perlu
menciptakan adanya budaya keselamatan pasien.

Menciptakan budaya keselamatan pasien merupakan hal yang sangat penting. Hal
tersebut dikarenakan budaya mengandung dua komponen yaitu nilai dan keyakinan,
dimana nilai mengacu pada sesuatu yang diyakini oleh anggota organisasi untuk
mengetahui apa yang benar dan apa yang salah, sedangkan keyakinan mengacu pada
sikap tentang cara bagaimana seharusnya bekerja dalam Dengan adanya nilai dan
keyakinan yang berkaitan dengan keselamatan pasien yang ditanamkan pada setiap
anggota organisasi, maka setiap anggota akan mengetahui apa yang seharusnya
dilakukan dalam penerapan keselamatan pasien. Dengan demikian, perilaku tersebut
pada akhirnya menjadi suatu budaya yang tertanam dalam setiap anggota organisasi
berupa perilaku budaya keselamatan pasien. :

1
II. RUANG LINGKUP

1. Karakteristik dari positive safety culture[1]

1. Komunikasi dibentuk dari keterbukaan dan saling percaya


2. Alur informasi dan prosesing yang baik
3. Persepsi yang sama terhadap pentingnya keselamatan
4. Disadari bahwa kesalahan tidak bisa sepenuhnya dihindari
5. Identifikasi ancaman laten terhadap keselamatan secara proaktif
6. Pembelajaran organisasi
7. Memiliki pemimpin yang komit dan eksekutif yang bertanggung jawab.
8. Pendekatan untuk tidak menyalahkan dan tidak memberikan hukuman pada
insiden yang dilaporkan

2. Tiga strategi penerapan budaya patient safety:

2.1. Strategy 1
a. Lakukan safe practices
b. Rancang sistem pekerjaan yang memudahkan orang lain ntuk
melakukan tindakan medik secara benar
c. Mengurangi ketergantungan pada ingatan
d. Membuat protokol dan checklist
e. Menyederhanakan tahapan-tahapan
2.2. Edukasi
a. Kenali dampak akibat kelelahan dan kinerja
b. Pendidikan dan pelatihan patient safety
c. Melatih kerjasama antar tim
d. Meminimalkan variasi sumber pedoman klinis yang mungkin
membingungkan
2.3. Akuntabilitas
a. Melaporkan kejadian error
b. Meminta maaf
c. Melakukan remedial care
d. Melakukan root cause analysis
e. Memperbaiki sistem atau mengatasi masalahnya

2
III. TATA LAKSANA

1. MENGUKUR MATURITAS BUDAYA PATIENT SAFETY

Maturitas budaya patient safety dalam organisasi diklasifikasikan oleh Ashcroft


et.al. (2005) menjadi lima tingkat maturitas: patologis, reaktif, kalkulatif, proaktif
dan generatif.

Di tingkat patologis, organisasi melihat keselamatan pasien sebagai masalah,


akibatnya informasi-iinformasi terkait patient safety akan ditekan dan lebih
berfokus pada menyalahkan individu demi menunjukkan kekuasaan pihak tertentu.

Di tingkat reaktif, organisasi sudah menyadari bahwa keselamatan pasien adalah


hal penting, tetapi hanya berespon ketika terjadi insiden yang signifikan.

Di tingkat kalkulatif, organisasi cenderung berpaku pada aturah-aturan dan jabatan


dan kewenangan dalam organisasi. Setelah insiden terjadi, informasi tidak
diteruskan atau bahkan diabaikan, kesalahan segera dibenarkan atau dijelaskan
penyebabnya, tanpa analisis yang lebih mendalam lagi.

Organisasi yang proaktif berfokus pada upaya-upaya untuk mengantisipasi


masalah-masalah patient safety dengan melibatkan banyak stakeholders terkait
patient safety. Sementara organisasi yang generatif secara aktif mencari informasi
untuk mengetahui apakah tindakan-tindakan yang dilakukan dalam organisasi ini
sudah aman atan belum

Table 1. Level kematangan budaya keselamatan pasien

Patologis Tidak ada sistem untuk pengembangan budaya patient


safety

Reaktif Sistemnya masih terpecah-pecah, dikembangkan


sebagai bagian dari regulasi atau permintaan akreditasi
atau untuk merespon insiden yang terjadi.

Kalkulatif Terdapat pendekatan sistematis terhadap patient safety,


tetapi implementasinya masih terkotak-kotak, dan
analisis terhadap insiden masih terbatas pada situasi
ketika insiden terjadi.

Proaktif Terdapat pendekatan komprehensif terhadap budaya


patient safety, intervensi yang evidence-based sudah
3
diimplementasikan.

Generative Pembentukan dan maintenance budaya patient safety


adalah bagian sentral dari misi organisasi, efektifitas
intervensi selalu dievaluasi, selalu belajar dari
pengalaman yang salah maupun yang berhasil, dan
mengambil tindakan-tindakan yang berarti untuk
memperbaiki situasi.

2. MENILAI BUDAYA PATIENT SAFETY


Saat ini, budaya keselamatan pasien biasanya dinilai dengan self-completion
questionnaires. Biasanya dilakukan dengan cara mengirimkan kuesioner
kepada semua staff, untuk kemudian dihitung nilai rata-rata respon terhadap
masing-masing item atau faktor.Langkah pertama dalam proses pengembangan
budaya patient safety adalah dengan menilai budaya yang ada. Tidak banyak
alat yang tersedia untuk menilai budaya patient safety, salah satunya adalah
‘Manchester Patient Safety Framework’ . Biasanya ada jenis pernyataan yang
digunakan untuk menilai dimensi budaya patient safety, pertama adalah
pernyataan-pernyataan untuk mengukur nilai, pemahaman dan sikap dan kedua
adalah pernyataan-pernyataan untuk mengukur aktifitas atau perilaku yang
bertujuan untuk pengembangan budaya patient safety, seperti kepemimpinan,
kebijakan dan prosedur. Beberapa contoh pernyataan tersebut disajikan dalam
tabel 2.

Tabel 2. Pertanyaan kunci untuk penilaian budaya keselamatan pasien

1. Apakah patient safety menjadi prioritas utama dari organisasi


pelayanan kesehatan, termasuk pemimpinnya?

2. Apakah patient safety dipandang sebagai sesuatu yang positive dan


mendapatkan fokus perhatian pada semua aktivitas?

3. Apakah ada sistem „blame free‟ untuk mengidentifikasi ancaman-


ancaman pada patient safety, berbagi informasi dan belajar dari
pengalaman?

4. Apakah ada penilaian resiko pada semua aktivitas yang terjadi di dalam
organisasi pelayanan kesehatan?

5. Apakah ada lingkungan kerjasama yang baik sehingga semua anggota


tim bisa berbagi informasi mengenai patient safety?

4
6. Apakah pasien dan keluarga pasien terlibat dalam proses
pengembangan patient safety?

3. PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN


Salah satu tantangan dalam pengembangan patient safety adalah bagaimana
mengubah budaya yang ada menuju budaya patient safety. Langkah penting
pertama adalah dengan menempatkan patient safety sebagai salah satu prioritas
utama dalam organisasi pelayanan kesehatan, yang didukung oleh eksekutif,
tim klinik, dan staf di semua level organisasi dengan pertanggungjawaban yang
jelas. Beberapa contoh langkah-langkah lainnya disajikan dalam tabel 3.

Perubahan budaya sangat terkait dengan pendapat dan perasaan individu-individu


dalam organisasi. Kesempatan untuk mengutarakan opini secara terbuka, dan
keterbukaan ini harus diakomodasi oleh sistem sehingga memungkinkan semua
individu untuk melaporkan dan mendiskusikan terjadinya adverse events. Budaya
tidak saling menyalahkan memungkin individu untuk melaporkan dan
mendiskusikan adverse events tanpa khawatir akan dihukum. Aspek lain yang
penting adalah memastikan bahwa masing-masing individu bertanggung jawab
secara personal dan kolektif terhadap patient safety dan bahwa keselamatan adalah
kepentingan semua pihak.

Tabel 3. Pengembangan budaya keselamatan pasien

1. Mendeklarasikan patient safety sebagai salah satu prioritas


2. Mendeklarasikan patient safety sebagai salah satu prioritas
3. Menetapkan tanggung jawab eksekutif dalam program patient safety
4. Memperbaharui ilmu dan keahlian medis
5. Membudayakan sistem pelaporan tanpa menyalahkan pihak-pihak terkait
6. Membangun akuntabilitas
7. Reformasi pendidikan dan membangun organisasi pembelajar
8. Mempercepat perubahan untuk perbaikan

IV. DOKUMENTASI
1. SPO Budaya Keselamatan Pasien
2. Ceklist kepatuhan terhadap budaya keselamatan pasien

Anda mungkin juga menyukai