.
THE SPIRIT of
DAUZAN
Gagasan dan Aksi Pegiat
Literasi Muhammadiyah
THE SPIRIT of
DAUZAN
Gagasan dan Aksi Pegiat
Literasi Muhammadiyah
Editor:
David Efendi
Arief Budiman Ch.
ISI BUKU
BAGIAN PERTAMA
Prolog 1: Bangkitnya Gerakan Literasi Muhammadiyah
Arif S Yudistira 10
Prolog 2 Serikat Taman Pustaka Muhammadiyah
Hendra Apriyadi 14
BAGIAN KEDUA
Memulai Aktivisme Literasi di RBK | Alhafiz Atsari 22
Membumikan Budaya Literasi | Alli Nurdin 26
Perpustakaan Rumah Baca Mentari | Agung Hidayat Mansur 30
Lokomotif Masa Depan | Andi Pebriudin Al-Batan 35
Kutu Buku Jember “Pegiat Buku Millennial” | Andi Saputra 40
TBM Panggon Sinau | Arif Hidayat 44
Berfilsafat Tak Berat-Berat | Arif Yudistira 48
Belajar Gerakan Literasi ke Kata Maca | Arif Wibowo 50
GLS: Gerakan One Week One Book | Aris Syahroni 52
Membangun Literasi Berkemajuan | Choirul Ameen 56
Enam Jurus Merawat Komunitas Literasi: Cerita dari RBK |
David Efendi 59
Perpustakaan Dauzan (Dauzan Library) | David Efendi 68
Perkaderan Itu Dimulai dari Buku | Debby Pratiwi 72
Membuka Jendela Dunia dari Pelataran Tugu Yogya| Diyanti Isnaini
Siregar 78
Karang Lo Lor Ceria Bersama Aksara Surya | Febry Sandy Sultana 84
Janasoe, Sebuah Upaya Membantah Survei | Fikri Fadh 88
Gubuk Literasi | Hanif Irfan Faruqi 94
Menciptakan Ekosistem Literat | Hendra Apriyadi 98
Taman Baca Impian Kami di Situ Pladen | Hendri Ripa’i 102
Menumbuhkan Budaya Literasi | Heru Prasetya 106
Transformasi dan Peran Komunitas dalam Berliterasi | Idham Syifa
Fahreza 110
|5|
THE SPIRIT of DAUZAN
|6|
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
BAGIAN KETIGA
Gerakan Literasi dan Perkembangannya | Dr. Firman Hadiansyah 274
Komunitas Sebagai Pilar Gerakan Literasi Bangsa | Faiz Ahsoul 285
Perjalanan RBK Tahun 2012-2016 | Fauzan Anwar Sandiah 293
Jihad Literasi Menggelorakan GLS | Arif Jamali Muis 309
Tradisi Literasi Muhammadiyah | Roni Tabroni 313
Mem”BACA”kan Masyarakat dan Me”NULIS”kan Intelektual | Lasa Hs.
317
BAGIAN KEEMPAT
Memasalahkan (Lagi) Literasi | Setyaningsih 330
Muhammadiyah dan Literasi di Abad Kedua | Fauzan A. Sandiah 335
Tentang Kopdarnas Literasi: Berkumpul, Berbagi, dan Bergerak Bersama
| David Efendi 343
EPILOG
Potret, Makna, dan Ide Literasi bagi Seorang Veteran Perang
(Mengenang Dauzan Farook) | Fauzan Anwar Sandiah 347
|7|
Melalui pembudayaan gerakan literasi peradaban, Muhammadiyah
dapat berkontribusi positif dalam merawat kebinekaan dan
kemajemukan Indonesia dengan menampilkan karakter humanisnya:
ramah, harmonis, damai, toleran, penuh kasih sayang, antikorupsi,
antikekerasan, anti terorisme, anti-illegal logging, anti-trafficking, anti
ketidakadilan, dan sebagainya.
Dengan gerakan literasi peradaban yang berkeadaban, Muhammadiyah
juga dapat berkontribusi dalam mewujudkan tatanan kehidupan umat
manusia dan sistem dunia yang adil, damai, sejahtera, dan bahagia
dunia dan akhirat.
Jadi, gerakan literasi peradaban rahmatan lil íalamin, Muhammadiyah
harus tampil sebagai organisasi sosial keagamaan tela dan yang sukses
membangun peradaban umat dan bangsa yang humanis, berkemajuan,
dan berkeadilan sosial.
(Muhbib Abdul Wahab)
http://koran-sindo.com/page/news/2017-11-19/1/0/Membudayakan_Gerakan_Literasi_Peradaban
Bagian
Pertama
THE SPIRIT of DAUZAN
Prolog 1
Bangkitnya Gerakan
Literasi
Muhammadiyah
Arif S Yudistira
A
da kata-kata yang dijadikan pegangan di kalangan war-
ga Muhammadiyah saat Haedar berkomentar tentang
reuni 212. “Mengumpulkan orang untuk berdemo lebih
mudah daripada mengajak orang untuk membaca di perpus-
takaan”. Apa yang ditangkap oleh Ketua Umum Muhammadiyah
Haedar Nasir itu kemudian diejawantahkan oleh sekalangan anak
muda untuk berinisiasi menyelenggarakan KOPDARNAS Penggiat
Literasi. Acara dihadiri oleh ratusan orang dari anak-anak muda di
kalangan Muhammadiyah, organisasi MPI (Majelis Pustaka dan
Informasi) hingga pegiat literasi di berbagai kalangan di seluruh
Indonesia.
Ada berbagai sesi di acara ini, dimulai semenjak tanggal 8-10
Desember 2017. Di berbagai sesi itulah dibahas persoalan literasi,
dinamika literasi komunitas, sampai dengan problem literasi yang
bisa diselesaikan bersama-sama. Ada geliat di kalangan Muham-
madiyah untuk menepis bahwa literasi di kalangan Muhammadiyah
kurang ramai, atau menurun.
Anggapan ini hendak ditepis oleh anak-anak muda Muham-
madiyah, melalui payung Majelis Pustaka dan Informasi, untuk terus
| 10 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 11 |
THE SPIRIT of DAUZAN
*)
penulis adalah alumnus UMS, pengasuh MIM PK Kartasura. Komunitas
Pondok Filsafat Solo. Essainya termuat di: grup Jawa Pos, Koran Tempo, Ra-
dar Surabaya, Suara Merdeka, Wawasan, Koran Jakarta, Joglosemar,
Solopos, Media Indonesia, Majalah Bhinneka, Papyrus, Bulletin Sastra
Pawon, Suara Muhamamdiyah, dan lain-lain.
Buku: Manusia = Puisi (2011) dan ”Aku dan Buku”, Pawon (2012). Hujan
Ditepian Tubuh (Puisi), Greenta Jakarta (2012), Mendidik Anak-Anak
Berbahaya (2014) dan Penjara Perempuan (2014).
| 13 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Prolog 2
Serikat Taman
Pustaka
Muhammadiyah
Hendra Apriyadi
S
ejarah telah membuktikan, bahwa Muhammadiyah telah
lama terlibat dalam upaya membangun daya literasi
bangsa ini dengan berbagai upaya yang memungkinkan.
Diyakini, upaya ini sebagai salah satu jalan yang akan mengantarkan
negeri ini menjadi benar-benar berkemajuan dari capaian
pengetahuan yang tinggi. Apalagi, saat ini, setelah lebih dari satu
abad Muhammadiyah berkiprah, sumber daya Muhammadiyah
sangat memungkinkan untuk menjadi bagian utama dari solusi atas
keterpurukan literasi di Indonesia, mengingat infrastruktur amal
usaha yang tersebar merata dan jejaring yang bekerja dengan baik.
Ada ribuan sekolah, pondok pesantren Muhammadiyah , masjid,
dan perpustakaan di lembaga pendidikan Muhammadiyah-Aisyiyah
dari mulai pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi, yang mampu
menopang kerja-kerja literasi.
Atas motivasi inilah konsolidasi dilakukan untuk menyambut
perhelatan literasi yang lebih dahsyat sebagai sumbangsih Muham-
madiyah dalam gerakan ilmu. Maka diselenggarakanlah kegiatan
berbentuk pertemuan konsolidasi antar pegiat literasi, stakeholder,
| 14 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 15 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Dakwah Komunitas
Bahagian Taman Pustaka, sebagai inspirasi pembentukan
Serikat Taman Pustaka, dalam sejarahnya merupakan salah satu
dari empat pilar gerakan Muhammadiyah (1920).Tiga pilar yang
lain adalah: Bahagian Sekolahan, Bahagian Tabligh dan Bahagian
Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO).
Spirit pencerahan terlihat pada apa yang disampaikan H.M.
Mokhtar ketika dilantik oleh KHA Dahlan sebagai Ketua Bahagian
Taman Pustaka: "Hoofd Bestuur Muhammadiyah Bahagian TAMAN
PUSTAKA akan bersungguh-sungguh berusaha menyiarkan agama
Islam yang secara Muhammadiyah kepada umum, yaitu dengan
selebaran cuma-cuma, atau dengan Majalah bulanan berkala, atau
tengah bulanan baik yang dengan cuma cuma maupun dengan
berlengganan; dan dengan buku agama Islam baik yang prodeo
tanpa beli, maupun dijual yang sedapat mungkin dengan harga
murah. Dan majalah-majalah dan buku-buku selebaran yang
diterbitkan oleh Taman Pustaka, harus yang mengandung pelajaran
dan pendidikan Islam, ditulis dengan tulisan dan bahasa yang
dimengerti oleh yang dimaksud. Bahagian Taman Pustaka hendak
membangun dan membina gedung TAMAN PUSTAKA untuk umum,
dimana-mana tempat dipandang perlu. Taman Pembacaan itu tidak
hanya menyediakan buku-buku yang mengandung pelajaran Islam
saja, tetapi juga disediakan buku-buku yang berfaedah dengan
membawa ilmu pengetahuan yang berguna bagi kemajuan
masyarakat bangsa dan negara yang tidak bertentangan kepada
agama terutama agama Islam."
Dari ungkapan visioner H.M. Mokhtar di atas, secara eksplisit
diungkapkan bahwa sebuah perpustakaan umum mempunyai
karakter: pertama, inklusif, artinya tidak punya tendensi ruang baca-
belajar ini hanyalah untuk anggota Muhammadiyah semata; Kedua,
aksesibel, mudah diakses, bacaan dapat diperoleh secara mudah,
| 16 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 17 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 18 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 19 |
Menulis dan membaca adalah inti dari gerakan literasi yang akan
menopang Muhammadiyah sebagai gerakan ilmu. Pengilmuwan gerakan
di dalam Muhammadiyah bukan hanya didorong oleh niat baik tetapi
oleh infrastruktur pengetahuan yang kuat. Gerakan membaca atau
gerakan iqro’ harus dimaknai sebagai upaya membangun dan
meneguhkan pilar Muhammadiyah, meminjam Bahasa Prof Syafii
Ma’arif, sebagai gerakan ilmu. Gerakan literasi di Persyarikatan ini
menjadi tanggungjawab semua elemen organisasi mulai dari ranting
sampai pusat, majelis, lembaga, dan organisasi otonom. Dengan
demikian, Muhammadiyah akan memberikan kado sangat besar bagi
bangsa, karena peran pencerahannya melalui pengembangan dan
penguatan gerakan literasi.
(David Efendi)
http://www.suaramuhammadiyah.id/2016/11/02/merawat-gerakan-literasi/
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Bagian
Kedua
| 21 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Memulai Aktivisme
Literasi di RBK
Alhafiz Atsari
S
edari SMA, saya tidak pernah melakukan aksi-aksi dalam
komunitas apapun termasuk komunitas literasi.
Kecanggungan itu hadir ketika saya hijrah ke Yogyakarta
dan berjumpa dengan sekelompok orang yang melibatkan diri di
sebuah rumah baca. Menghabiskan waktu dengan mengantarkan
buku, meminjamkan ke masyarakat di Kota Yogyakarta, dan men-
donasikan buku-buku mereka ke rumah baca. Ini adalah momen
dimana saya pertama kali melihat orang-orang yang hidupnya
berjibaku dengan buku.
Yang ada dipikiran saya ketika itu: kurang kerjaan, orang saja
beli buku mikir-mikir, harus nabung, puasa, dan makan ala kadar-
nya, ini kok malah disumbangin. Kadang-kadang, kita juga sulit
untuk merogoh kocek jika buku itu mahal bagi kita, misalnya saja
100 ribu, bagi saya ketika itu, mendonasikan buku dengan harga
segitu adalah hal konyol.
Kecenderungan seseorang untuk terlibat sebagai pegiat literasi,
biasanya dimulai setelah ia memasuki jenjang studi di perguruan
tinggi setempat. Namun, pernyataan ini tidak bisa dijadikan sebuah
patokan mutlak. Tidak semua mahasiswa kelak akan menjadi aktivis
literasi. Kecanggungan dan keengganan menjadi salah satu
penyebab yang lumrah terjadi.
| 22 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 23 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 24 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 25 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Membumikan Budaya
Literasi
Alli Nurdin
I
ndonesia adalah negara yang mempunyai sumberdaya
manusia (SDA) yang paling dominan di Asia Tenggara. Hal
ini disebabkan karena luasnya daratan dan luasnya lautan
yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, atau dari Serambi
Mekkah hingga Papua.
Banyaknya sumberdaya manusia (SDA) tentu akan menghasilkan
sebuah karya cipta. Baik karya yang berbentuk barang, seperti:
anyaman, batik, elektronik, dan sebagainya. Maupun karya-karya
yang dituangkan melalui tulisan-tulisan anak bangsa. Namun, ba-
nyaknya sumberdaya manusia (SDA) di Indonesia ini, Bagaimana
cara, Membumikan Budaya Literasi?
Pada tema ini, Membumikan Budaya Literasi, akan mampu men-
jawab cara memaksimalkan manusia-manusia yang mempunyai
sebuah karya cipta. Namun, sebelum memaparkan cara-cara atau
metode menghasilkan karya cipta. Terlebih dahulu, pentingnya
memahami sebuah makna, “Membumikan” dan makna, “Budaya
Literasi”
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) membumikan
berarti menanam atau menyimpan dalam tanah. Sedangkan, me-
nurut istilah membumikan adalah menanamkan atau menghidup-
kan. Sedangkan, Budaya literasi adalah kebiasaan dalam membaca
dan menulis. Jadi, dari pengertian masing-masing kata di atas, dapat
| 26 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 27 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 28 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 29 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Perpustakaan Rumah
Baca Mentari Untuk
Kemajuan Bangsa
Agung Hidayat Mansur
S
alah satu hal paling mendasar dibuatnya lembaga atau
wadah yang memfasilitasi berbagai buku (perpustakaan)
untuk khalayak umum adalah adanya kesadaran sosial dan
keinginan menjalankan misi “mencerdaskan kehidupan bangsa”.
Oleh karena itu, pelajar Muhammadiyah Polewali Mandar selain
berupaya menetralisir lingkungan, setelah kita tahu bahwa kehi-
dupan/lingkungan memiliki benang hitam atau penyimpangan yang
ada pada masyarakat kini. Pelajar Muhammadiyah juga memak-
sudkan bahwa upaya-upaya ini adalah suatu pengabdian kepada
bangsa Indonesia.
Perpustakaan merupakan tempat atau pusat kegiatan masya-
rakat untuk mendapatkan akses membaca baik disediakan oleh
pemerintah atau lembaga pendidikan. Namun, keberadaan perpus-
takaan yang dibentuk oleh pemerintah masih belum menjangkau
seluruh lapisan masyarakat. Demikian juga perpustakaan yang dibu-
at oleh lembaga pendidikan seperti SD, SMP, SMA dan perguruan
tinggi hanya untuk digunakan oleh kalangan internal dari lembaga
tersebut dan tidak tersedia selama 24 jam dan hanya hari sekolah
saja. Dari kedua lembaga tersebut baik pemerintah dan lembaga
pendidikan yang menyediakan perpustakaan ternyata belum
memenuhi kebutuhan membaca masyarakat. Maka dari itu perlu
| 30 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 31 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 32 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Visi:
Menjadikan Rumah Baca Mentari sebagai perpustakaan yang
mencerdaskan dan menggembirakan.
Misi:
1. Memberikan akses yang mudah bagi masyarakat dalam peme-
nuhan kebutuhan membaca
2. Memberikan wadah bagi masyarakat untukmen dapatkan
sumber informasi yang mudah di akses
3. Meningkatkan minat baca masyarakat
4. Memudahkan masyarakat memperoleh ilmu pengetahuan
5. Meningkatkansumber daya manusia di Polewali Mandar.
Program-Program Literasi
1. Perpustakaan 24 Jam
Perpustakaan 24 jam yakni rumah baca mentari memberikan
akses yang tidak terbatas bagi masyarakat yang ingin membaca
di perpustakaan Rumah Baca Mentari.
2. Perpustakaan Jalanan (Gelar Buku)
Perpustakaan jalana merupakan agenda mingguan dari Rumah
Baca Mentari yakni setiap hari Sabtu sore di alun-alun
| 33 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 34 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Lokomotif Masa
Depan
Andi Pebriudin Al-Batani
M
anusia diciptakan oleh Allah Ta’ala sebagai mahluk yang
sempurna Dibandingkan mahluk Allah Ta’ala yang
lainnya: “Sesungguhnya kami Telah menciptakan
manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”(Qs. at-Tin: 4). Maka
manusia menerima amanah sebagai khalifah di muka bumi yang
mahluk lain tidak sanggup mengembannya. Allah menawarkan
amanah kepada gunung, batu, pohon, hewan, dan mahluk yang
lainnya mereka tidak sanggup. Seyogyanya manusia diciptakan ke
dunia memiliki dua tugas.
Pertama, sebagai khalifah di muka bumi: “Ingatlah ketika Tuhan-
mu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Me-
ngapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku me-
ngetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Qs. al-Baqarah: 30).
Kedua, sebagai hamba yang beribadah kepada Allah Ta’ala: “Dan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.” (Qs. adz-Dzariyat: 56). Kedua tugas tersebut
tentunya saling berkaitan. Khalifah dalam bahasa Arab artinya
| 35 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 36 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 37 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 38 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 39 |
THE SPIRIT of DAUZAN
H
al mendasar dari aktivitas membaca adalah
kemampuan membaca itu sendiri, yang masih men-
jadi persoalan di negara kita. Angka buta aksara
masih sangat tinggi di beberapa daerah, salah satunya Jember,
dengan warga buta aksara usia produktif (15-59 tahun) tersebar di
31 kecamatan, pada tahun 2015 mencapai 78.752 orang.
Minat baca di Kabupaten Jember berada dibawah rata-rata Pro-
vinsi Jawa Timur yang mencapai 90 persen, Jember masih di angka
80-an (Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Jember). Predikat Jember
sebagai Kabupaten Pendidikan ke-3 (ketiga) di Jawa Timur, setelah
| 40 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 41 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 42 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Hari ini Kutu Buku masih bergerak dalam skala kecil tetapi ru-
tin, yaitu menyediakan buku dan mengadakan aktivitas membaca
serta diskusi bersama yang dikemas secara santai di tempat-tempat
tongkrongan remaja. Hal ini dilakukan untuk mengimbangi kebiasan
remaja yang suka kumpul-kumpul nongkrong di kawasan umum.
Kegiatan dilakukan dengan pembiasaan membaca buku dan
berdiskusi ringan terkait dengan topik-topik pemikiran kiri yang
secara halus diarahkan ke pemikiran kanan. Sejauh ini hasil dari
metode yang dilakukan sampai pada taraf mahasiswa sudah mulai
menyukai membaca buku dan beberapa sudah ada yang mulai
membuat beberapa tulisan.
Pada pertengah Oktober 2017, Kutu Buku juga melakukan
launching website (berikata.com “Berita Kajian Terpercaya”).
Website ini dimaksudkan sebagai penyedia sumber bacaan online
serta wadah aktualisasi para penggerak Kutu Buku dalam menulis.
Penggerak Kutu Buku menyadari bahwa upaya yang dilakukan ini
masih jauh dari tujuan dibentuknya komunitas Kutu Buku. Tentu
sebagai pegiat Kutu Buku menyadari diskusi dalam forum-forum
ilmiah akan memberikan upgrade atau memberikan inovasi pada
gerakan ini. Semangat dan support nyata dari pihak-pihak terkait
akan membantu gerakan komunitas Kutu Buku menjadi lebih
maksimal sehingga lebih banyak dirasakan oleh masyarakat.
| 43 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Taman Baca
Masyarakat
Panggon Sinau
Arif Hidayat
P
enggalan surat Al-Alaq tersebut tidak lain merupakan
wahyu yang pertama kali diterima Nabi Muhammad
ketika beliau sedang khusyu dalam perenungannya di
Gua Hira. Dengan wahyu itu pula berarti merupakan tanda dimana
Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul. Dari ayat tersebut dapat
kita ketahui bahwa membaca merupakan perintah yang pertama
kali turun kepada Nabi Muhammad. Perintah ini kemudian diimple-
mentasikan oleh para pengikut beliau untuk membangun suatu
peradaban yang berlandaskan ilmu pengetahuan. Maka tidak heran
jika tidak lama sepeninggal Nabi, ummat Islam yang pada mulanya
tinggal di kawasan Jazirah Arabia mampu mengauasai dunia dan
menjadi kiblat ilmu pengetahuan pada masanya. Semua itu berasal
dari perintah untuk membaca.
Arus deras penyebaran Agama Islam telah sampai pula ke nusan-
tara. 80 persen lebih penduduk Indonesia hari ini merupakan or-
ang islam. Orang-orang yang meyakini bahwa “bacalah” merupakan
kalimat pertama yang diajarkan Jibril kepada Nabi Muhammad.
Ironisnya pada tahun 2016 sebuah penelitian yang dilakukan oleh
| 44 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 45 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 46 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 47 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Berfilsafat
Tak Berat-Berat
Arif Yudistira
B
ermula dari sebuah gagasan untuk membuat orang
berkumpul, saling berbagi, bercerita, berkumpul, untuk
saling memberi dan menerima. Maka berkumpullah
teman-teman mahasiswa di kontrakan saya. Kontrakan berada di
pagelaran Kartasura. Waktu itu, masih numpang di tempat bapak
angkat saya. Saya masih ingat betul, obrolan waktu itu bertema
“pohon”. Tema itu menjalar kemana-mana. Ada kurang lebih
puluhan orang yang waktu itu masih menggebu-gebu kumpul. Kata
“kumpul” ini memang sudah semakin jarang. Waktu itu ada Iklas,
ada Wahyudi, Alif, Budi, Syahrul, Luxy, Ihwan, dan ada empat teman
lain yang tak begitu saya ingat namanya, mereka mahasiswa se-
mester bawah.
Orang-orang itu lalu berkumpul, berniat untuk ngobrol, dan
terus sinau. Dari itulah, kami berencana mengobrolkan tema-tema
ringan, sederhana. Orang-orang itu kemudian menyebut tema-
tema ringan ini sebagai filsafat. Sebagai sebuah perkumpulan
bersama, maka kami pun berkehendak untuk membuat nama dari
sebuah perkumpulan ini. Dalih berliterasi adalah sebuah upaya agar
membaca, menulis, mengurusi buku tak mati sampai tua. Maka
tercetuslah nama “Pondok Filsafat Solo”. Nama ini memang sengaja
digaungkan agar filsafat tak terkesan berat dan menjadi akrab. Kita
berkehendak filsafat itu adalah mengobrol, berbincang, dan
bersama bergerak membaca dan menulis.
| 48 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 49 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Belajar Gerakan
Literasi ke Kata Maca
Arif Wibowo
| 51 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Gerakan Literasi
Sekolah: Gerakan
One Week One Book
Aris Syahroni
| 53 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 54 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 55 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Membangun Literasi
Berkemajuan
Choirul Ameen
Literasi menjadi hal penting dan tren lima tahun terakhir. Literasi
yang dulunya berkutat di dunia kampus, kini telah merambah keluar
dari ruang kelas dan bangku perkuliahan. Dalam lingkup pendidikan
formal, literasi lebih digairahkan melalui program Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemen-
dikbud) RI. Bentuknya, mewajibkan peserta didik melakukan akti-
vitas membaca lima menit sebelum pelajaran dan memperbanyak
fasilitas baca di sekolah.
Dalam pengertian esensial, literasi berarti kemampuan meng-
olah dan memahami informasi saat sedang melakukan proses mem-
baca dan menulis. Jadi, literasi tidak sebatas membaca, terlebih
membaca sekilas dan menerima informasi mentah-mentah tanpa
memaknai.Lalu, seperti apakah literasi yang berkemajuan?
Berkemajuan identik dengan kekinian, tidak taklid buta, res-
ponsif terhadap perkembangan dan kemajuan, tak terkecuali dalam
bidang teknologi informasi digital dan sosiokultural. Era digital dan
internet saat ini menghadapkan siapapun pada informasi serba
cepat, berjibun dan instan. Membanjirnya ribuan bahkan jutaan
informasi by minutes melalui media sosial, memaksa pengguna
internet dan media sosial menerimanya serba cepat pula. Saking
banyaknya, sampai-sampai informasi yang muncul dilewatkan
begitu saja atau disapu bersih bak tumpukan sampah.
| 56 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 57 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 58 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
#1 Membangun Kesadaran
Perintah membaca dalam surat al-Qalam di atas ditafsirkan oleh
Quraish Shihab sebagai aktifitas yang terdiri dari membaca, menyi-
mak, memahami, dan meneliti. Artinya, dimensi perintah membaca
ini lebih luas dari sekedar membaca secara tekstual, tetapi adalah
bagian dari perintah agar manusia menggali hasanah ilmu pengeta-
| 60 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
huan yang tersedia di alam semesta ini. Dalam surat berbeda, surat
Thoha:114 berbunyi; “Dan katakanlah (olehmu Muhammad), “ya
tuhanku, tambahkanlah diriku ilmu pengetahuan.” Ini semakin
membenarkan bahwa perintah membaca adalah sama dan seba-
ngun dengan perintah untuk memperkaya ilmu pengetahuan se-
bagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Karena
manusia adalah khalifah dimuka bumi, maka sudah sepatutnya
dalam jiwanya ada kebijakan untuk membina hubungan baik de-
ngan sesama dan juga upaya sungguh-sungguh untuk melestarikan
keseimbangan ekologi (hubungan dengan lingkungan).
Bulan Ramadan benar-benar menjadi media untuk reflektif asal-
muasal penciptaan ilmu pengetahuan dan juga bulan untuk diisi
dengan kegiatan yang dapat mendayagunakan pengetahuan untuk
kemanfaatan sebesar-besarnya untuk kehidupan. Hal ini dapat
diartikan bahwa membaca adalah manifestasi dari keimanan
(teologi) maka seharusnya membaca itu harus diperkuat dengan
semangat teologis —membaca bukan aktifitas lahiriah semata
tetapi menjadi bagian dari ibadah yang sangat penting.
Ibadah yang didasari oleh ilmu pengetahuan tentu akan jauh
lebih berkualitas. Kita harus memahami paradigm Al-Quran, bahwa
membaca itu bukan hanya memahami apa yang tersurat (eksplisit;
tekstual) tetapi juga memahami dimensi yang tersirat (implisit) yang
jauh lebih luas. Dengan demikian, aktifitas membaca atau gerakan
literasi mempunyai pijakan ideologi yang inklusuf karena ilmu pe-
ngetahuan itu sejatinya mempersatukan beragam keyakinan teo-
logi. Sangat mungkin, rendahnya budaya membaca bangsa Indo-
nesia mempunyai korelasi dengan kehampaan teologis terkait
pentingnya membaca.
#2 Memperkuat Nilai
Mengamini Pratiwi Retnanigdyah yang menuliskan bahwa
“Budaya membaca menjadi salah satu sebab negara seperti Jepang,
Amerika atau Australia menghasilkan berbagai inovasi”, tentu kita
kemudian menganggap buku adalah sumber pengetahuan yang
| 61 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 62 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 63 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 64 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 65 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Bacaan:
Cooperrider, D.L. And Whitney, D. 2005. Appreciative Inquiry: A
Positive Revolution in Change. In P. Holman and T. Devane
(eds.), The Change Handbook, Berrett-Koehler Publishers,
Inc., 245-263.
Homat, George. 2011. Mencipta Kenyataan Baru: Panduan Vision-
ing dan Perencanaan Pemenuhan Hak Dasar: Pendekatan
Appreciative Inquiry. Kupang, Perhimpunan Pikul.juga dapat
diakses di http://www.perkumpulanpikul.org/download/
buku(2)/mencipta-kenyataan-baru-panduan-visioning.pdf
Retnaningdyah, P. artikel. Meningkatkan Minat Baca ala Sekolah
Australia dari sumber http://www.radioaustralia.net.au/
indonesian/2015-02-09/meningkatkan-minat-baca-ala-
sekolah-australia/1408053 diakses tanggal 21 Juni 2015.
Whitney, Diana dan Trosten-Bloom, Amanda. 2010. The Power of
Appreciative Inquiry. Berrett-Koehler Publishers
Website/Link :
http://appreciativeinquiry.case.edu/uploads/Cooperrider%
20AI%20Training%20Slides2-02.ppt#387,59,Slide 5.
http://www.rumahbacakomunitas.org/2015/06/ramadhan-bulan-
literasi.html; http://www.rumahbacakomunitas.org/2012/06/
rumah-baca-komunitas-apa-yang.html;
http://www.rumahbacakomunitas.org /2015/04/penjelasan-
sederhana-tentang-gerakan.html.
| 66 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
*
Kalimat “…Dan katakanlah (olehmu Muhammad), “Ya Tuhanku,
tambahkanlah diriku ilmu pengetahuan.” (Q.s. Thaha/20: 114) ini
terpampang di dinding musholla sebuah toko buku ternama di Jalan
Sudirman Yogyakarta, dalam bentuk lukisan besar.
| 67 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Perpustakaan Dauzan
David Efendi
gerakan literasi Dauzan Farook. Tiga kata kunci ini juga yang telah
menginspirasi banyak orang dalam gerakan literasi, sampai hari ini.
Dauzan Farook (wafat pada 6 Oktober 2007), adalah pejuang
literasi yang tangguh. Ia teladan kaum muda. Pada waktu perang
kemerdekaan di Yogyakarta, 1946-1949, Dauzan adalah tentara
gerilya, pemanggul tandu Panglima Besar Jenderal Sudirman.
Namun, selaku tentara resmi yang terakhir berpangkat Letnan Dua,
setahun setelah Serangan Oemoem 1 Maret 1949, Dauzan mengun-
durkan diri dari dinas ketentaraan. Ia memilih berdagang, menerus-
kan usaha ibu, berdagang batik dan emas yang kemudian bangkrut
menjadi korban resesi global. Namun demikian, kecintaannya sejak
kecil pada buku (orang tuanya memiliki banyak buku yang kerap
menarik perhatiannya), membuatnya memilih melanjutkan bekerja
menjadi distributor buku, hingga akhirnya terus berjuang agar
masyarakat menjadi reading society. Ketika banyak orang mengem-
bangkan multi level marketing, Dauzan Farook mengembangkan
multi level reading, dengan Perpustakaan Mabulir-nya.
Dalam perjuangan literasinya, ia mendatangi orang-orang di
pasar, para kuli gendong, juga para tukang becak, anak-anak kam-
pung, dan narapidana di penjara, bersepeda lengkap keranjang
bambu (keronjot) tempat menaruh buku. Ia sodorkan buku-buku
dan majalah, termasuk majalah SM yang dibendel dengan majalah
lain. Buku bekas yang dibawa dan diedarkan tersebut diseleksi dan
dirapikan. Setelah semakin udzur, dan tidak kuat lagi mengayuh
sepeda onthelnya, ia kemudian menyewa sepeda motor harian
(1000/hari) untuk perpustakaan keliling, dibonceng oleh karyawan-
nya. Sering pula terlihat ia hanya berjalan saja, sekuat kaki melang-
kah di seputar Kampung Kauman dan sekitar, sambil memanggul
sebuah tas lusuh penuh berisi buku dan majalah.
Menurut informasi, ada kurang lebih sepuluh ribu buku digerak-
kan oleh Dauzan selama berpuluh tahun hingga beliau wafat di
usia 81 tahun. Terdengar kabar bahwa rumah perpustakaan Dauzan
kini telah rata oleh tanah. Banyak orang bertanya-tanya, bagaimana
nasib bukunya, menjadi pertanyaan yang saya belum bisa mene-
| 69 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 70 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
dung unsur filosofis dan penokohan adalah suatu hal yang sangat
perlu dicatat dalam hasanah lembaga pendidikan di Indonesia.
Kedua, tak kalah menariknya dengan penamaan Dauzan ini adalah
karena disaat jejak perjuangannya di Kampung Kauman lenyap
karena secara fisik bangunan sudah rata dengan tanah, dan ternyata
nama ini berdiri kokoh di sebuah sekolah Muhammadiyah yang
maju, unggul dan juara.
Gerakan literasi di sekolah ini cukup menggembirakan. Sudah
ada program 15 menit membaca, mendorong guru menulis, meng-
ikutkan guru dan pustakawan meningkatkan kapasitasnya dengan
beragam pelatihan. Majalah sekolah bernama Arba’a terbit setahun
tiga edisi. Di majalah ini terlihat antusiasme berkarya baik siswa
maupun gurunya. Ada juga beberapa buku termasuk novel telah
terbit dari sekolah ini. Selain itu, perpustakaan mini di ruang-ruang
kelas juga dibangun dan dihidupkan siswa-siswinya. ‘Perpustakaan
Mini’ ini dikelola siswa, bukunya berasal dari penggalangan oleh
siswa dan orang tua siswa. Ada beragam buku yang menarik di
luar buku mata pelajaran yang terpajang di tiga almari rak buku, di
salah satu ruang yang sempat saya kunjungi. Gerakan literasi ini
rupanya telah banyak mewarnai kehidupan sekolah, dan rupanya
telah menentukan takdir teladan sekolah ini.
Semoga pilihan sadar ini benar-benar memberikan makna dan
spirit pencerahan yang luar biasa bagi anak didik, khususnya di
sekolah Muhammadiyah Surabaya, juga bagi keluarga besar
Muhammadiyah. Sosok Dauzan adalah pejuang perdamaian dan
kemanusiaan melalui pembumian pengetahuan yang sangat perlu
ditauladani oleh semua anak bangsa. Akhirnya, selamat untuk SD
Muhammadiyah Pucang Surabaya, yang telah memilih nama besar
dan legendaris. Semoga dakwah berkemajuan senantiasa mengi-
ringi setiap langkah perjuangan pendidik Muhammadiyah.[]
| 71 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Perkaderan Itu
Dimulai dari Buku
Debby Pratiwi (Pegiat LBA)
S
ebagai salah satu organisasi otonom Muhammadiyah,
IMM dirasa memiliki tugas dan kewajiban yang berat,
yakni melakukan perkaderan di kalangan Mahasiswa.
Seperti yang lazim kita ketahui bahwa perkaderan merupakan
jantung utama dalam berorganisasi. Sebuah organisasi tidak akan
dikatakan bergerak apabila tidak ada perkaderan di dalamnya.
Sehingga masing-masing periode kepemimpinan seseorang dalam
sebuah organisasi memang sudah sepatutnya melakukan regene-
rasi. Sehebat dan sebesar apapun sebuah organisasi jika para pe-
mimpinnya adalah orang-orang yang sama dari masa ke masa maka,
bisa dikatakan organisasi tersebut gagal dalam perkaderan.
Kader merupakan seseorang yang digembleng untuk disiapkan
menjadi calon penerus perjuangan. Dalam hal ini yang dimaksud
kader adalah para mahasiswa yang tertarik untuk bergabung,
belajar dan berproses di Ikatan. Problematika yang seringkali
menjadi PR dalam IMM adalah bagaimana memberdayakan
mahasiswa baru. Dimana sebagian besar mahasiswa baru bukan-
lah kader Muhammadiyah secara biologis dan baru lulus SMA.
| 72 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 73 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 74 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
dukungan dari Cak David, salah satu pegiat Rumah Baca Komunitas,
membantu mendaftarkan Lorong Baca Allende dalam jaringan
Pustaka Bergerak. Tentu itu layaknya sebuah gerbang yang
membuka jalan hingga kemudian saya mantapkan nama ‘Lorong
Baca Allende’ untuk menjadi wadah bagi para pecinta literasi
maupun mereka yang bersedia menghibahkan waktu, tenaga, serta
ide-idenya, maupun semangat membacanya untuk benar-benar
menghidupkan komunitas baru ini. Bukan hanya menjaga sema-
ngatnya secara personal namun, juga menularkan serta menelurkan
virus-virus literasinya kepada siapapun yang dijumpai.
Getok Tular
Mengembalikan eksistensi buku sebagai satu-satunya sumber
nutrisi bergizi yang dibutuhkan otak adalah tujuan utama didiri-
kannya komunitas literasi ini. Keterbatasan jumlah buku serta
ruangan yang belum memadai membuat pergerakan LBA sedikit
terhambat. Sehingga sejauh ini gerakannya masih kurang begitu
masif. ‘Getok tular’ atau sebuah istilah yang sering digunakan dalam
sistem pemasaran yang berarti dari mulut ke mulut adalah salah
satu upaya yang dilakukan oleh LBA untuk menyebarkan virus
membaca di kalangan Mahasiswa.
Getok tular ini merupakan aktivitas kampanya dengan menye-
barkan informasi peminjaman buku secara gratis dalam jangka
waktu yang tak terbatas dan siapapun boleh meminjam secara
bergantian dengan pembaca lain dan dilakukan dari mulut ke mulut.
Ada harapan lain yang sebenarnya tersirat yakni pembaca diharap-
kan bersedia untuk membagikan ilmu yang didapat dari buku yang
dibacanya melalui forum diskusi yang diselenggarakan LBA maupun
IMM. Tidak dibatasi buku apa saja yang dibaca. Boleh berupa novel,
sastra, agama, buku psikologi, dan lain-lain.
| 77 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Membuka Jendela
Dunia dari Pelataran
Tugu Yogyakarta
Diyanti Isnani Siregar
| 79 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 80 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 81 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 82 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Referensi:
Penelusuran Internet:
Koran Sindo, 2017. Budaya Membaca di Indonesia Jauh Tertinggal. Diakses
melalui https://nasional.sindonews.com/read/1182242/144/
budaya-membaca-di-indonesia-jauh-tertinggal-1487741860/13
Sahrul Sarea, 2013. Pentingnya Buku danMinat Baca dalam Menunjang
Kemajuan Pendidikan. Diakses melalui http://www.wawasan
pendidikan.com/2013/09/Pentingnya-buku-dan-minat-baca-
dalam-menunjang-pendidikan.html
| 83 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 86 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 87 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Janasoe, Sebuah
Upaya Membantah
Survei
Fikri Fadh
M
emilih kata Janasoe bukanlah perkara main-
main atau guyonan. Janasoe, atau kalau dibaca
menjadi Janasu, adalah kata yang terpilih untuk
memberikan label pada aktivitas kita saat ini, meskipun bukan
aktivitas utama. Di sisa-sisa tenaga dalam memenuhi kewajiban
untuk tetap bisa bertahan hidup, kami menghimpun diri dan
akhirnya, Janasoe-lah yang cocok di hati untuk dijadikan label.
Awalnya. Dikarenakan jurusan yang sama, kami sering nong-
krong bersama. Sejak tahun 2012 kita mulai nongkrong, bahkan
setelah menyelesaikan kuliah pun kami mengatur waktu untuk bisa
nongkrong bersama. Jika saja ada yang mau mengabadikan apa
yang kita obrolkan di tongkrongan, mungkin akan menjadi sebuah
kumpulan ide-ide, gagasan-gagasan bahkan sampai kritik sosial.
Kalau ingin mengetahui siapa kami secara detail, bisa mengunjungi
www.janasoe.blogspot.co.id dengan judul (kuliah 4 sks tanpa kelas).
Pembahasan dalam diskusi kita, eh obrolan maksudnya, sering
sekali meminjam pemikiran beberapa tokoh bangsa, dari Buya
Hamka, Bung Hatta bahkan kemarin sempat ada yang beberapa
kali duduk dengan Karl Max. Dari kita ada yang paling berbeda,
salah satu dari kita ada yang melihat sesuatu dari sudut pandang
yang berbeda. Alhamdulillah, setelah sekian lama akhirnya dia
| 88 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 89 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 90 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 92 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 93 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Gubuk Literasi:
Sebuah Usaha
Mencari Bentuk
Hanif Irfan Faruqi
A
khir-akhir ini kita begitu familiar dengan istilah literasi.
Dibanyak tempat tumbuh komunitas-komunitas kecil yang
mendaku diri sebagai pelaku atau pegiat literasi. Mulai
dari literasi bacaan, literasi media, literasi ekologi dan sebagainya.
Apa sesungguhnya literasi dan mangapa perlu? Dari dua pertanyaan
inilah setidaknya kita akan bergerak mencari tahu.
Sering kita temui dalam perspektif khalayak, bahwa literasi
jamak diartikan sebagai kemampuan baca, tulis dan diskusi saja.
Kegiatan yang terlihat angker bagi sebagian orang yang belum ter-
biasa. Namun, sejatinya ia tak hanya kegiatan semacam itu. Literasi
memiliki akar yang sama dengan pendidikan rakyat, gerakan yang
diilhami oleh Paolo Freire.
Belajar baca tulis bukan perkara keterampilan mengeja huruf
dan menggoreskan tinta, melainkan upaya memberikan suara bagi
mereka yang selama ini tidak pernah “bicara”. Pendidikan bukan
upaya memindahkan pengetahuan dari mereka yang tahu kepada
mereka yang tidak tahu, melainkan merupakan hubungan timbal
balik antar mitra belajar dalam menghadapi masalah nyata.
Semacam itulah ujaran Paolo Freire dalam bukunya Literacy: Read-
ing the Word and The World (2013).
| 94 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Gubuk Literasi
Menangkap usaha sinergi kawan-kawan Pimpinan Daerah Ikatan
Pelajar Muhammadiyah Ponorogo dan alumni akhir tahun 2016,
tercetuslah sebuah gerakan untuk menggerakkan semangat
keilmuan. Obrolan akhir tahun itu coba ditindaklanjuti dengan
melakukan proyek pembuatan buku. Pada medio Juli 2017
bertepatan dengan Musyawarah Ddaerah ke-20 yang di gelar IPM
Ponorogo, kami meluncurkan sebuah buku yang kami garap selama
kurang lebih empat bulan. Kami memberi judul buku itu,
Manifestasi Rasa. Hari itu juga Gubuk Literasi diresmikan, dibawah
pengawasan Bidang Pengkajian Ilmu Pengetahuan PD IPM Pono-
rogo. Lahirnya buku Manifestasi Rasa juga memberikan harapan
dan optimisme bahwa jika mau bergerak akan ada hasil belajar
yang didapatkan.
| 95 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 96 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 97 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Menciptakan
Ekosistem Literat
Melalui Minat Baca
Hendra Apriyadi
H
al pertama yang perlu diperhatikan untuk menum-
buhkan minat baca di lingkungan sekolah dalam
rangka menciptakan budaya literasi adalah partisipasi
warga sekolah untuk berliterasi. Warga sekolah yang dimaksud di
sini meliputi seluruh siswa, guru, dan karyawan. Kedua, peran
perpustakaan sekolah juga tidak kalah penting untuk menum-
buhkan minat baca dan menciptakan ekosistem literat di sekolah.
Perpustakaan sekolah dapat dijadikan tempat untuk menghimpun
siswa, guru, maupun karyawan dalam memperoleh dan mengolah
informasi atau bahan bacaan. Jika kedua hal ini dapat berjalan
dengan baik, maka ekosistem literat di sekolah dapat tercipta.
Langkah pertama untuk mengawali penumbuhan minat baca
adalah melakukan pembiasaan membaca senyap buku
nonpelajaran selama 15 menit sebelum aktivitas pembelajaran di
kelas dimulai. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh siswa dan guru
dalam waktu yang bersamaan. Jadi, tidak hanya siswa yang
membaca tetapi guru juga ikut melakukan program ini. Selama
membaca, siswa dapat diminta untuk merumuskan atau mencatat
informasi-informasi penting yang ada di dalam buku yang
dibacanya. Hal ini bertujuan untuk melatih siswa memahami dan
menganalisis isi bacaan
| 98 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 99 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 100 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 101 |
THE SPIRIT of DAUZAN
“Jika buku adalah jendela ilmu dan ilmu adalah jendela dunia. Maka
aku bukan hanya ingin menghadirkan daun jendela itu, tapi juga
ingin menjadi kunci untuk membukanya”
S
ejak kecil saya suka membaca. Saya suka membaca
buku-buku anak yang tentunya mencantumkan
gambar-gambar menarik. Bagi saya ketika itu,
membaca adalah saat dimana saya menghidupkan seluruh alam
imajinasi saya menjadi nyata. Membaca membuat saya pandai
mendeskripsikan dan menginterpretasi semua tulisan yang saya
baca. Namun, minat saya terhadap membaca tidak sama sekali
mendapat dukungan baik dari keadaan keluarga saya. Saya tumbuh
dalam keluarga sederhana di sebuah desa yang terbilang pelosok
di provinsi Lampung. Ayah dan ibu saya adalah petani yang tidak
memiliki uang lebih untuk membeli buku sebab semua pendapatan
hasil tani harus dialokasikan untuk kebutuhan seluruh anak-anaknya
yang berjumlah sembilan.
| 102 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 103 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 104 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 105 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Menumbuhkan
Budaya Literasi
Heru Prasetya
T
idak mudah menumbuhkan budaya baca. Tantangan
datang dari segala penjuru, bisa diri sendiri, orang lain,
situasi sosial, maupun ketersediaan fasilitas. Justru
disitulah asyiknya. Niat dan semangat adalah faktor penentu
keberhasilan, tetapi faktor lain tak kalah pentingnya. Sehingga
hanya bermodal niat dan semangat, masih jauh panggang dari pada
api untuk bisa disebut berhasil.
Penulis mengalami sejak 1987-an, 30 tahun lalu. Ketika itu masih
tinggal di sebuah kampung wilayah Kota Yogyakarta. Angkatan
Muda Muhammadiyah (AMM) di sana, gabungan Pemuda Muham-
madiyah dan Nasyiatul ‘Aisyiyah, memiliki program perpustakaan
bernama Taman Pustaka. Tidak hanya niat dan semangat, kami
punya ruang (pinjam garasi di rumah salah satu tokoh setempat),
koleksi buku, dana, dan punya orang untuk mengelola.
Secara rasionalitas manusia, semua tinggal jalan. Apalagi kam-
pung itu termasuk wilayah perkotaan (meskipun pinggiran) dengan
tingkat pendidikan warganya lumayan tinggi. Mestinya tingkat
kebutuhan membaca juga tinggi.
Memang di awal-awal buka, pengunjung termasuk banyak.
Untuk sebuah garasi bermuatan satu mobil, dikunjungi 10 orang
dalam satu waktu, sudah terasa sesak. Ada yang sekadar membaca
di tempat, ada juga yang pinjam untuk dibawa pulang. Sirkulasi
meminjam dan mengembalikan berjalan tertib.
| 106 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 107 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 108 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 109 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Transformasi dan
Peran Komunitas
dalam Berliterasi
Idham Syifa Fahreza
A
pa yang disebut dengan literasi? Apa aja yang bisa
dilakukan dengan sebuah kegiatan bernama literasi? Apa
keuntungan untuk diri kita? Inilah awal munculnya sebuah
pertanyaan mengenai Literasi.
Diambil dari pengertiannya sendiri yang dikemukakan oleh Na-
tional Institute for Literacy (NIFL) adalah kemampuan individu untuk
membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan
masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan,
keluarga dan masyarakat. Dalam pengertian tersebut jelas bahwa
di dalamnya literasi mencakup melek visual yaitu kemampuan
untuk mengenali dan memahami seluruh ide gagasan yang di
sampaikan scara visual (video/gambar).
Pemahaman seseorang mengenai literasi adalah seperangkat
keterampilan nyata khususnya kognitif membaca dan menulis dan
kemampuan literasi merupakan sebuah hak setiap orang dan dasar
untuk belajar dalam kehdupan sampai orang itu tiada, kemampuan
literasi dapat mmberdayakan dan juga dapat meningkatkan
kemampuan individu agar menjadi seseorang yang berguna bagi
diri sendiri, keluarga, juga masyarakat luas. Lalu dari banyaknya
| 110 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 111 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 112 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 113 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Shabran Literasi
Ihsan Nur Sidik
S
habran sebagai salah satu institusi pendidikan yang
menerapkan sistem mondok untuk jenjang pendidikan
perguruan tinggi menjadi salah satu keistimewaan
tersendiri bagi mahasiswa yang mengemban pendidikan di sini.
Sistem pendidikan yang memadukan sebuah kolaborasi keilmuan
Islam dan kemuhammadiyan menjadi branding yang cukup dikenal
oleh masyarakat. Dalam pergumulan keilmuannya Shabran sebagai
institusi keilmuan ditingkat mahasiswa tentu memiliki dinamikanya
sendiri, berbeda dengan pondok lain pada umumnya, yang cende-
rung lebih mengedepankan potensi-potensi keilmuan dalam bidang
agama (Islam) saja, Shabran telah menjadi wadah bagi lahan untuk
keilmuan Islam dalam panggung nasional bahkan internasional.
Mahasantri sebagai sebutan santri di tingkat PT merupakan gelar
yang disandang bagi orang yang sedang mengemban pendidikan
disana. Mahasantri yang diperoleh lewat seleksi akademik disetiap
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah menjadikan kultur dan nuansa
Shabran kaya akan nilai-nilai kebhinekaannya. Sebuah dinamika
pendidikan yang cukup kaya dimana pertemuan budaya dan adat
setempat berbaur dalam bingkai Islam dan Muhammadiyah.
| 114 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 115 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 116 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 117 |
THE SPIRIT of DAUZAN
-Baca-
Satu dekade berlalu, mengenal (Mu)hammadiyah adalah anuge-
rah terindah dalam hidup. Bustanul Athfal Aisyiyah Sidoharjo
selanjutnya MI Muhammadiyah 7 Sidoharjo, menjadi saksi masa
kecil dengan segala tingkah nakal dan payah. Berlanjut di Madrasah
Tsanawiyah Negeri 1 Ponorogo, mulai mengenal (Mu). Ikatan Pela-
jar Muhammadiyah mengusik hati dan akhirnya terjatuh. Berawal
dari anggota Pimpinan Ranting, Pimpinan Cabang, hingga Pimpinan
Daerah, disitu mengenal (Mu)
Otak ini masih ingat betul bait-bait perjuangan yang tersimpan
rapi dalam kenangan. SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo menjadi
tempat paling istimewa, tempat dimana mata mau membaca dan
tangan mau menulis. Awalnya hanya menulis tugas saja, naik level
menulis proposal, dan akhirnya bertahta di penulisan buletin
sekolah. Belum tahu jika itu yang dinamakan literasi. Kemampuan
berkomunikasi juga berkembang. Komitmen IPM pada pemben-
tukan karakter gerakan islam yang dinamis dan progresif dalam
menjawab tantangan zaman, tanpa harus kehilangan identitas dan
rujukan islam yang autentik, benar adanya. Tinggal bagaimana sikap
| 119 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 120 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
-Tulis-
Mengawali cerita tentang menulis. “Malas membaca, mana
mungkin jadi penulis?” Setelah selesai amanah di Bina Desa BEM
KM, rupanya kaki ini enggan untuk berhenti. Hobi Public speaking
mengantarkan menjadi penyiar radio kampus yang mengahruskan
untuk membaca berita dan informasi terkini. Selain sudah tau litersi
dan pentingnya membaca, hal itu yang mebiasakan pula jika harus
membaca walau terpaksa. Karena kalau tidak membaca tidak
mungkin mengudara.
Entah darimana juga ingin menjadi seorang penulis, memba-
ngun taman baca, dan memotivasi anak-anak untuk menggapai
mimpinya. Sebuah capaian yang tidak mudah didapat. Tidak mudah
didapat untuk mereka yang tidak mau berusaha mendapatkan.
Ketika itu yang ada di otak adalah “otodidak.”
Selang beberapa bulan menginginkan menadi seorang penulis.
Alhamdulillah satu buku sudah terbit, hanya saja menjadi penyela-
ras aksara saja. Hingga berpikir dan terus berpikir. Alhamdulillah
jalan itu ada, berupa amanah belajar di Forum Lingkar Pena. Mimpi
selanjutnya adalah menerbitkan buku dengan brand publishing
house sendiri sebelum lulus kuliah 2018 nanti. Harus ditekankan,
mimpi selamanya akan menjadi mimpi jika tidak ada usaha untuk
direalisasi.
| 121 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Menggugat Relaksasi
Literasi
Ika Faztin Cahyanti
P
emerintah melalui Kementrian Keuangan Berencana
menaikkan dana pendidikan Rp 144 triliun tahun 2018
mendatang. Namun, apakah anggaran sebesar itu mam-
pu mengubah wajah pendidikan negeri ini. Relaksasi literasi bukan
cerita baik untuk pendidikan Indonesia. Indeks pembangunan ma-
nusia harus meningkat seiring dengan anggaran pendidikan yang
luar biasa banyak.
Berdasarkan survei lembaga internasional, budaya literasi ma-
syarakat Indonesia sangat rendah. Programme for International
Student Assessment (PISA) menyebut, budaya literasi masyarakat
Indonesia pada tahun 2012 terburuk kedua dari 65 negara. Indo-
nesia menempati urutan ke 64 dari 65 negara yang diteliti. Data
statistik UNESCO 2012 mengatakan, minat baca di Indonesia baru
mencapai 0,001. Artinya, setiap 1.000 penduduk, hanya ada satu
orang saja yang memiliki minat baca.
Di kalangan masyarakat ada indikasi terjadi krisis kepercayaan
pada arti penting literasi. Pejabat dan birokrat pendidikan tidak
paham tentang literasi itu sendiri. Bisa dibayangkan, apa yang akan
terjadi jika krisis literasi tidak segera ditingkatkan kembali.
| 122 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Budaya Literasi
Budaya literasi merupakan jantung kemampuan siswa untuk
belajar dan berhasil di sekolah. Juga dalam menghadapi tantangan
masa depan. Berdasarkan data BPS, jumlah waktu yang digunakan
anak Indonesia dalam menonton televisi adalah 300 menit per hari.
Jumlah yang terlalu besar dibandingkan anak-anak di Amerika
hanya 100 menit per hari dan Kanada 60 menit per hari. Hal ini
melemahkan minat membaca dan menulis siswa Indonesia.
Media saat ini mudah mempengaruhi dan memiliki kemampuan
memanipulasi informasi. Masyarakat harus menganalisis informasi
secara aktif, selektif, dan kritis dalam menggunakan media serta
memelah informasi. Lakukan konfirmasi dengan mengecek kebe-
naran informasi yang diterima dari berbagai sudut pandang, agar
dapat menyimpulkan informasi yang diperoleh adalah fakta atau
tidak jelas kebenarannya. Renungkan sebelum menyebar informasi,
ketahui dampak dari informasi tersebut apakah bermanfaat atau
tidak. Sebarkan informasi jika bermanfaat dan menghargai hak cipta
dengan mencantumkan sumber informasi. Abaikan informasi apa-
bila informasi tersebut bohong, sara, serta dapat menimbulkan
permusuhan.
Keluarga merupakan pilar penting dalam upaya peningkatan
literasi. Edukasi keluarga diharapkan mampu memberikan kesa-
daran akan pentingnya budaya literasi. Selama ini orang tua cende-
rung acuh terhadap anak-anak. Bahkan fakta yang ada, orang tua
buta tentang literasi. Edukasi keluarga harus dilakukan oleh setiap
individu yang mengerti literasi. Edukasi menggunakan sistem Paren-
ting program merupakan cara mandiri untuk meningkatkan literasi.
Dimana pendidikan dilaksanakan oleh keluarga dan memanfaatkan
sumber-sumber yang tersedia dalam keluarga serta lingkungannya.
| 123 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Konsistensi Pemerintah
Konsistensi pemerintah dalam berbenah untuk memperbaiki
pendidikan sangat penting sebagai upaya meningkatkan budaya
| 124 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 125 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Menyebarkan Virus
Literasi di Era Digital
Ilham Azzam Khairur Rizqi
B
egitulah arti surat Al-Qolam ayat 1, yang menjadi ghirah
kita untuk melestarikan budaya baca dan tulis. Hanya
dengan membaca dan menulis diri kita bisa berubah, baik
itu pikiran maupun perbuatan akan dipastikan berubah.
Kita akan lebih bisa menggali passion, mengenal potensi
diri adalah modal untuk menebar manfaat kepada sesama agar
hidup lebih bermakna. Iqra, demikianlah ayat yang pertama kali
diturunkan Allah SWT. Ada keajaiban besar dalam perintah pertama
Allah ini, bagaimana mungkin Allah memerintahkan membaca
kepada Muhammad SAW yang pada saat itu buta huruf (‘ummy)
kalau tidak ada tujuan dan rahasia tertentu. Sehingga didalam tafsir-
tafsir dijabarkan mengenai rahasia dan keajaiban tersebut.
Pentingnya membaca ini pula yang kemudian menginspirasi
Rasulullah mengambil langkah cerdas setelah perang Uhud. 70
orang pasukan musyrikin Quraisy berhasil ditawan kaum Muslimin.
| 126 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 127 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Tentu hal ini adalah masalah yang serius, dan belum ada
solusinya. Kita tidak ingin masalah ini menjadi berlarut-larut dan
menimbulkan kerugian para pejuang literasi yang lain.
Buku sebagai salah satu sarana untuk mensukseskan alinea ke
empat UUD 1945 “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” yang
merupakan cita-cita luhur pendiri bangsa Indonesia. Sudah banyak
tokoh-tokoh yang berpengaruh lahir karena kebiasaannya
membaca buku.
Budaya membaca juga tidak bisa lepas dari budaya menulis,
pemerintah seharusnya “open” (Jawa; memberi perhatian) akan
hal seperti ini, dengan hitung-hitungan dan regulasi yang jelas, tentu
akan menambah semangat para penulis dalam menerbitkan karya-
karya terbarunya, atau bahkan kita sangat berharap muncul benih-
benih baru penulis, sehingga mendorong minat baca masyarakat
semakin tinggi.
Masalah berbeda dihadapi oleh pejuang literasi yang berjuang
meningkatkan minat baca masyarakat. Mereka harus memper-
kenalkan manfaat membaca kepada masyarakat awam, harga buku
yang tinggi membuat keterbatasan buku sebagai alasan. Maka
semua harus bersinergi membangun budaya literasi, agar misi mulia
ini berjalan dengan sempurna.
Di era digital, manusia lebih dominan memengang smartphone
dibandingkan memegang buku. Mereka enggan membawa buku-
buku tebal, dengan alasan kuno, dan sebagainya. Maka, kami hadir
sebagai solusi manusia jaman now, menebarkan virus-virus
membaca kedalam smartphone.
Pustaka-Free hadir memberikan solusi bagi generasi milenial
yang merinding ketika mendengar kata “perpustakaan”. Bagi
mereka, perpustakaan adalah tempat terhoror. Kami membagikan
e-book gratis setiap hari yang bisa diakses oleh siapapun, dimana-
pun, dan kapanpun. Kami juga hadir pagi para insan-insan yang
membutuhkan referensi namun dompet tak ada isi.
Pustaka-Free bergerak melintasi ruang dan waktu, berbagi apa
yang selayaknya dibagikan, menulis apa yang selayaknya ditulis.
| 128 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 129 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 131 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 132 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 133 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Madrasah Literasi
Upaya Kembali Ke
Buku dan Pena
Kelik Nursetiyo Widiyanto
F
itnah, bila rakyat Indonesia dihakimi rendah dalam minat
baca. Bisa saja itu upaya mereka yang tidak suka bila Negara
ini maju. Dengan memvonis rakyat seperti itu, mereka
berharap rakyat Indonesia menjadi minder dan merasa rendah diri
dan semakin enggan membaca, belajar dan mencari ilmu. Ketika
seseorang dipandang negatif maka ada dua kemungkinan, ia akan
membenarkan anggapan itu dan enggan bergerak maju mematah-
kan anggapan negatif itu. Atau, ia mengambil jalan kedua, bersema-
ngat bergerak dan keluar dari anggapan itu.
Untuk membenarkan fitnah itu maka dilakukan berbagai cara
yang menguatkan bahwa memang rakyat Indonesia itu rendah
minat bacanya. Misalnya dengan data statistik jumlah buku yang
terbit setiap hari di Indonesia masih terbilang sedikit. Atau dengan
minimnya pengunjung perpustakaan. Ditambah dengan era
kekinian dibuktikan dengan rakyat Indonesia lebih suka bermain
gadget dibanding dengan membaca buku.
Fitnah itu bisa dibantahkan dengan kenyataan di lapangan.
Peminat perpustakaan itu setiap hari ada anggota baru. Setiap hari
di perpustakaan ada saja buku yang dipinjam. Ini membuktikan
| 134 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 135 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 136 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 137 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Komunitas Akar
Rumput Jogja
“Mengakar Kuat Memberi Manfaat”
| 139 |
THE SPIRIT of DAUZAN
1. Perpustakaan Jalanan
Kegiatan perpustakaan jalanan tidak jauh berbeda dengan
perpustakaan pada umumnya, yaitu menyediakan buku-buku dari
berbagai macam disiplin ilmu, termasuk kategori buku anak-anak
hingga buku yang bersifat umum yang dipinjamkan untuk dibaca
di tempat dan dipinjamkan untuk dibaca di rumah. Namun, perpus-
takaan yang berlangsung setiap malam Minggu pada pukul 17.00 -
22.00 WIB di pelataran Tugu Yogyakarta ini memiliki konsep yang
berbeda dengan perpustakaan lainnya. Kegiatan perpustakaan
jalanan di wilayah Tugu Yogyakarta merupakan cagar budaya,
sehingga komunitas ini memiliki izin resmi secara tersurat kepada
Dinas Kebudayaan DIY.
Perpustakaan jalanan menawarkan tempat yang tidak kaku
seperti perpustakaan yang ada di kampus atau sekolah. Orang-or-
ang yang berkunjung tidak perlu memiliki kartu anggota untuk
membaca dan meminjam buku. Mereka dapat membacanya
dengan santai dan berdiskusi dengan teman-teman mereka, serta
dapat membacanya dengan duduk dimana saja, termasuk di
warung makan sambil menikmati jajanan yang dijual oleh pedagang
khas di sekitar Tugu Yogyakarta. Hal ini tentunya membuat
masyarakat pada umumnya mendapatkan akses yang mudah untuk
| 140 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 141 |
THE SPIRIT of DAUZAN
3. Mengajar Anak-anak
Orang-orang yang berkunjung di perpustakaan jalanan tidak
hanya pemuda dan orang tua, tapi banyak juga anak-anak yang
tertarik untuk membaca dan belajar di perpustakaan ini, mulai dari
anak usia dini dan yang duduk di sekolah dasar. Ada tim yang
memang bertugas untuk mengajar anak-anak tersebut, di antaranya
Vivi Nuraini, Muhammad Salisul Khakim, Adeguna Ridhlo, Selvi
Elvina, dan Siti Namoraja. Kegiatan mengajar anak-anak dilakukan
bersamaan dengan waktu perpustakaan jalanan.
Mengajar anak-anak tersebut dilakukan mulai dengan bercerita
atau berdongeng, mengajari membaca, mengajari berhitung,
hingga memberi pelajaran yang bersifat pengetahuan umum. Anak-
| 142 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
4. Kerjasama
Komunitas Akar Rumput tidak hanya bekerja sendiri dalam
mewujudkan tujuan komunitas, yaitu untuk berperan aktif dalam
proses pengembangan edukasi, sosial, dan budaya membaca
masyarakat. Berikut mengenai hubungan kerjasama tersebut:
Pertama, Mengkampanyekan Budaya Membaca Lewat Radio.
Radio Masdha FM mengundang komunitas ini untuk mengisi acara
di radio tersebut pada 1 April 2016. Acara yang berlangsung sekitar
dua jam ini dipandu oleh dua penyiar radio yang cantik dan diwakili
oleh empat orang perwakilan komunitas, yaitu Muhammad Salisul
K., Vivi Nuraini, Robi Sembiring, dan Dany Juhandi. Kegiatan ini
menjadi media dan partner bagi Komunitas Akar Rumput untuk
mengkampanyekan kegiatan membaca dan mensosialisasikan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan lainnya. Hal ini tentunya juga
memberikan manfaat yang banyak bagi komunitas dan memberi-
kan informasi kepada masyarakat luas yang ingin bergabung
ataupun yang terinspirasi ingin membentuk komunitas serupa.
Kedua, Peringatan Hari Buku Sedunia. Peringatan Hari Buku
| 143 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 144 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
bacaan tersebut.
Keempat, Malam Keakraban. Malam Keakraban dilaksanakan
pada tanggal 14 dan 15 Mei 2016 di Villa Taman Nirmala, Jalan
Kaliurang KM 24, Yogyakarta. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk
mempererat silaturahmi dan rasa kekeluargaan dalam kepengu-
rusan Komunitas Akar Rumput, yang diharapkan semakin solid dan
menumbuhkan rasa saling memiliki terhadap komunitas ini.
Kegiatan-kegiatan yang telah berjalan dalam komunitas selama
ini tidak lepas dari kekurangan dan kelemahan yang menjadi
tantangan bagi komunitas untuk berjuang lebih keras dan lebih baik.
Kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak sejauh ini juga telah
membuat komunitas ini menjadi jauh lebih baik dari ekspektasi
awal ketika baru berdiri.
Segala proses yang terjadi dalam komunitas ini telah banyak
memberikan pembelajaran dan inspirasi yang akan dikenang oleh
para anggota komunitas dan akan memberikan dampak yang positif
bagi masyarakat secara luas. Setiap detail perjalanan Komunitas
Akar Rumput tidak cukup untuk dituangkan dalam tulisan seder-
hana ini, namun untuk mengetahui dengan lebih jelas perjalanan
komunitas ini dapat dilihat di media sosial instagram dengan akun
@akarrumput_jogja serta dapat dilihat melalui video dokumenter
di youtube, dengan kata kunci: Komunitas Akar Rumput Jogja.
REFERENSI
Basuki, S., 1993, Pengantar Ilmu Perpustakaan, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Hardjoprakoso, M., 2005, Bunga Rampai Kepustakawanan, Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI.
Lafraya, Susana, 2011, Intercultural learning in non-formal educa-
tion: theoretical frameworks and starting points, Paris: Council
of Europe Publishing.
Koentjaraningrat, 2000, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
| 145 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 146 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Aktivitas Komunitas
“Book on The Street”
(BOTS) IPM Gresik
Imam Mawardi
B
ook on The Street (BOTS), terjemahan bahasa Indone
sianya buku di jalan. Komunitas ini lahir pada 2 Agustus
2015, dicetuskan langsung oleh Muhammad Manu,
Ketua Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kabupaten
Gresik tahun 2015-2017. Pusat BOTS waktu itu berada di Oemah
Boekoe yang berada di Gresik Kota Baru (GKB), kalau berbicara
geografis yaitu berpusat di Regional Gresik Tengah.
Adapun Oemah Boekoe sendiri adalah milik Ayahanda Zimam.
Ribuan judul buku ada di Oemah Boekoe, mulai dari dongeng cerita
anak-anak, buku mata pelajaran sekolah, hingga buku filsafat pun
ada. Adapun Oemah Bokoe pada hari efektif dimanfaatkan oleh
istri Pak Zimam sebagai tempat bimbingan belajar. Pada hari libur
dimanfaatkan oleh Kakanda Dion, alumni PD IPM Gresik, sebagai
Sekolah Filsafat yang diselenggarakan setiap dua minggu sekali.
Peserta banyak dari kalangan mahasiswa dan pelajar, bahkan warga
sekitarpun berminat mengikuti.
Disinilah BOTS memposisikan dirinya untuk ikut mengembang-
kan aktivitas Oemah Bokoe dengan memanfaatkan koleksi buku
untuk khalayak umum, sebagai sadar membaca adalah bagian dari
jendela dunia. Agenda aksi Komunitas BOTS sendiri yang masih
dipegang oleh PD IPM Gresik, tahun 2015-2017. Waktu itu hanya
| 147 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 148 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 149 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Perpustakaan
“Koperjas”
Komunitas
Perpustakaan Jalanan
Solo
Lian Bintang (So Lian W)
K
emajuan teknologi membuat arus informasi
menjadi begitu cepat dan kompleks. Keadaan seperti
itu tidak dapat dibendung, namun harus disikapi
dengan menyediakan informasi yang lengkap dan cepat.
Untuk menghadapi semua ini, masyarakat harus mau mencari
informasi dari berbagai sumber agar tidak tertinggal dengan peru-
bahan yang ada. Begitu juga dengan segala sumber daya yang ada
khususnya dari pihak Komunitas Koperjas bertekad untuk meme-
nuhi tuntutan jaman dengan mewujudkan perpustakaan jalanan.
Dalam perkembangan perpustakaan dewasa ini, berhubungan
langsung dengan dunia pendidikan formal. Perkembangan ketram-
pilan literasi ini diawali dengan suatu usaha untuk merumuskan
cara melakukan penelitian sederhana melalui bimbingan pemakai
bagi pemustaka. Unsur dari penunjang pelaksanaan literasi infor-
masi antara lain:
| 150 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 151 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 152 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Gerakan Literasi
Ramadan
M. Azis Dzikri
| 154 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 155 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 156 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Perpustakaan Dusun
(Se)Harusnya
Menyapa Warga
Muhammad Bintang Akbar
| 158 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 159 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 160 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 161 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 162 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 163 |
THE SPIRIT of DAUZAN
P
erkenalkan nama Saya Muhammad Septian Hammam
Muhyiddin, asal saya Surabaya, saya kuliah di Univer-
sitas Muhammadiyah Surabaya, Semester 3, Prodi S1
Pendidikan Agama Islam. Saya disini perwakilan dari komunitas
SERASI (Sahabat Literasi PAI) UMSurabaya. Saya akan berbagi
pengalaman saya kepada jenengan, pengalaman saya dari semes-
ter 1 sampai semester 3 ini tentang literasi.
Pada awalnya SERASI PAI tahun ini baru berjalan 1 tahun waktu
saya semester 2 awal. Waktu itu saya dan teman-teman PAI dari
semester 2-8 mengikuti pelatihan oleh 2 dosen PAI UMSurabaya
yang bernama Pak Arfan dan Pak Charis. Kedua dosen inilah yang
mengajari dan menyeleksi saya dan teman-teman PAI bagaimana
cara kita membuat cerita pendek. Adapun caranya sebagai berikut,
yang pertama, membuat 1 kata di tengah, yang kedua, bercabang
jadi 4 kotak 1 kotak berisi 1 kata, yang ketiga bercabang jadi 16
kotak 1 kotak tadi dipecah lagi jadi 4, sama 1 kotaknya itu 1 kata
setelah itu memilih dari kotak yang pertama terus pilih 1 kata dari
4 kata tersebut lalu pilih lagi 1 kata dari 16 kotak tersebut setelah
memilih 3 kata kemudian dijadikan cerita dalam 1 paragraf terdiri
dari 6 baris.
| 164 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 165 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 166 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 167 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 168 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Membangun Lembaga
Media, Membangun
Literasi Pelajar
Indonesia
Nabhan Mudrik Alyaum
P
impinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah merupakan
struktur tertinggi pada hierarki kepemimpinan IPM.
Gagasan, gerakan, hingga program di lingkup IPM secara
nasional bermula dari PP IPM, segala inisiasi dapat berjalan dengan
baik jika digerakkan oleh PP IPM. Dari kenyataan tersebut tentunya
dibutuhkan publikasi masif agar gagasan, gerakan, dan program
tersebar di seluruh Indonesia.
Persoalan muncul ketika PP IPM belum memiliki media massa
yang efektif dan berkelanjutan untuk mempublikasi gagasan,
gerakan, maupun program. Terlebih lagi, media sosial yang dimiliki
oleh IPM belum terorganisir dengan baik. Sering terjadi kenyataan
bahwa gerakan dan gagasan yang diusung PP IPM hanya tersebar
di tingkat pusat dan wilayah, sementara program tidak terlalu dapat
diharapkan dampak yang berkelanjutan bagi IPM karena beda
periode pimpinan akan memiliki program yang berbeda pula.
Kenyataan-kenyataan tersebut melatarbelakangi dirintisnya
Lembaga Media PP IPM pada akhir tahun 2016 silam. Dimulai dari
aktivitas Tim Media selama Muktamar ke-20 IPM, kinerja yang baik
| 169 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 170 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 171 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 172 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
medsos dan situs resmi inilah yang begitu dekat dengan dunia
pelajar. Sehingga mampu mencerdaskan dan membuka jalan bagi
setiap pelajar untuk memberikan sumbangsih positif secara
langsung dalam urusan literasi.
Keberadaan media digital PP IPM membuat pelajar terutama
kader IPM memulai langkah mendalami literasi secara proaktif dan
sukarela tanpa paksaan. Kesukarelaan inilah yang memudahkan
jalan untuk mendalami dan menyebarkan budaya literasi. Sehingga
besar harapan bahwa literasi pelajar lewat jalur digital tumbuh
berkelanjutan, untuk kemudian menjadi jalan pengembangan
literasi di bidang lain yang memiliki daya ubah lebih besar.
Terlebih lagi dalam proyeksi ke depan Lembaga Media sesuai
nama lengkap yang telah disebutkan di awal tentunya akan me-
ngembangkan ranah lain selain media, yaitu komunikasi dan tek-
nologi informasi. Dalam pengembangan ranah-ranah lain selain
media digital IPM tentunya akan makin banyak melibatkan kader
IPM dan semakin membuka peluang tumbuh pesatnya literasi
pelajar terutama kader IPM. Sehingga seiringnya berjalannya waktu
literasi terus menjadi perhatian sebagai bagian dari ranah gerak
Lembaga Media PP IPM.
Demikian uraian tentang proses pembangunan Lembaga Me-
dia, Komunikasi, dan Teknologi Informasi PP IPM yang telah ditem-
puh hingga saat ini. Dimana keseluruh usaha-usaha tersebut secara
nyata memiliki dampak positif menumbuhkan semangat literasi di
dalam diri pelajar Indonesia. Sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa pembangunan Lembaga Media PP IPM berkontribusi nyata
terhadap pembangunan budaya literasi Pelajar Indonesia melalui
aktivitas media digital yang terus meningkat; dulu, kini, dan masa
depan.
| 173 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Perpustakaan Masjid
Gedhe Kauman
Yogyakarta
Nana Yuliana
H
al pertama yang menjadi tantangan bagi para relawan
Perpustakaan Masjid Gedhe Kauman setelah membuka
kembali pelayanan di perpustakaan ini pada tahun 2015
lalu yaitu bagaimana mengajak masyarakat Kauman dan sekitar
untuk datang ke perpustakaan. Tidak berhenti untuk sekadar
berkunjung ke perpustakaan, tapi bagaimana kegiatan-kegiatan di
perpustakaan mampu menggerakkan masyarakat untuk berkarya,
bertumbuh, bahkan memajukan literasi di Yogyakarta. Para pengu-
rus yang berangkat dari semangat untuk memberikan manfaat
kepada masyarakat, mulai menyusun beberapa strategi untuk
mewujudkan visi dan misi yang dimiliki Perpustakaan Masjid Gedhe
Kauman.
Program belajar bahasa Arab dan bimbingan belajar untuk SD,
SMP, bahkan SMA menjadi kegiatan awal untuk menarik minat
masyarakat datang ke perpustakaan. Mayoritas yang mengikuti
program belajar bahasa Arab yaitu orangtua, khususnya bapak-
| 174 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 175 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 176 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 177 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Majalah Sekolah
Sebagai Strategi GLS
Novita Utami
M
ajalah Arba’a SD Muhammadiyah 4 Surabaya adalah
majalah sekolah kami yang telah berumur kurang lebih
20 tahun. Pasang surut penerbitan majalah sekolah
sangat tergantung pada tim redaksinya. Menerima amanah untuk
menjadi penanggung jawab majalah sekolah dua tahun yang lalu
adalah suatu tantangan. Mendapati seringnya majalah Arba’a tidak
disambut antusias oleh para siswa, Tim Redaksi melakukan survey
dengan responden siswa-siswi SD Muhammadiyah 4 sebagai pasar
utama. Hasil survey dijadikan pijakan untuk perbaikan Arba’a edisi
selanjutnya.
Meningkatkan keterlibatan siswa pada proses produksi majalah
sekolah sangat efetif untuk menarik minat siswa pada majalah
sekolah. Penambahan beberapa rubrik untuk anak, dan beberapa
penyesuaian seperti pada lay out maupun bahasa diharapkan dapat
meningkatkan ketertarikan siswa.
Majalah sekolah sebagai strategi gerakan literasi sekolah (GLS)
artinya majalah sekolah menjadi strategi untuk meningkatkan
budaya literasi di sekolah. Tujuan gerakan literasi di sekolah adalah
menumbuhkan kesenangan dan minat membaca yang pada
akhirnya akan menjadi kebiasaan membaca yang akan dibawa
sampai seumur hidup. Agar siswa tumbuh minat dan kebiasaan
membacanya maka syarat dari program ini haruslah mudah dan
| 178 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 179 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 180 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 181 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Bisakah Literasi
Kritis sebagai Gaya
Hidup?
Nu’man Suhadi
M
uhammadiyah telah lahir sebagai sebuah tradisi besar
dengan sejumlah kisah sukses. Muhammadiyah
memiliki modal sosial yang cukup besar sebagai
gerakan Islam yang besar di negeri ini, bukan hanya lahir dan besar
di Indonesia tetapi juga memiliki stigma postif yang membedakan
dengan organisasi Islam lainya dengan mengusung semangat Is-
lam berkemajuan, Organisasi lain boleh merasa lebih besar dari
segi kuantitas anggotanya, namun dari segi kualitas dalam amal
usaha, gagasan-gagasan pemikiran, infrastruktur dan sistem
organisasi, serta kepercayaan publik sesungguhnya Muham-
madiyah terbilang unggul atau lebih besar. Sebagai organisasi Is-
lam modern bahkan Muhammadiyah termasuk terbesar di dunia
Islam. Kondisi ini harus disyukuri sebagai nikmat dan karunia Allah
yang sangat berharga, karena itu tidak boleh potensi yang besar
tersebut dibiarkan laksana genangan danau yang diam, apalagi
seperti “gajah bengkak” yang sulit bergerak.
Organisasi besar seperti Muhammadiyah bisajadi memiliki
kelemahan karena kebesarannya, terlena karena kemapanannya,
kehilangan jejak karena tak mampu merawat sejarahnya dan
mungkin latah karena kehilangan orisinilatas dalam pemikiran, tak
| 182 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 183 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 184 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Nu’man Suhadi
Direktur Lembaga Pengkajian, Pemberdayaan dan Pengaduan
Masyarakat (LP3M) dan Koordinator JIMM Kab. Lamongan
| 185 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Rumah Baca
Muhammadiyah
(RBM) sebagai Basis
Dakwah Literasi
Nurris Septa Pratama
K
ota Metro memiliki visi sebagai kota pendidikan dimana
paradigma Kota Pendidikan telah terbangun di tengah
masyarakat. Prioritas program dan anggaran juga telah
diarahkan pada sektor pendidikan. Perhatian Pemda terhadap pen-
didikan masyarakat (nonformal) pun relatif tinggi, baik berkaitan
membangun partisipasi dan pelibatan masyarakat dalam proses
pembangunan, demokratisasi, maupun pelayanan publik. Secara
formal, prestasi dalam bidang pendidikan, kesehatan, kebersihan,
ketahanan pangan, yang telah berhasil diraih Kota Metro relatif
baik dan terus meningkat, baik pada tingkat regional maupun
nasional. Pemerataan dan kualitas pelayanan publik juga terus
dibenahi.
Dalam rangka mendorong visi Kota Metro sebagai kota pendi-
dikan, tentu Muhammadiyah sebagai organisasi kemasyarakatan
yang telah teruji kemampuan berorganisasi harus mau dan berpe-
ran aktif dalam pembangunan masyarakat baik dalam bidang
pendidikan, kesehatan dan ekonomi.
| 186 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 187 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 188 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
; Langkah Keenam:
Melakukan pendampingan atas pengelolaan dan pengem-
bangan “Rumah Baca Muhammadiyah” agar lebih produk-
tif, edukatif, inovatif, dan mandiri.
4. Alur Managemen RBM
5. Fungsi RBM
• Pusat belajar dan pembelajaran warga
• Pusat pelatihan & pengembangan ketrampilan hidup warga
• Pusat pengembangan potensi kewirausahaan dan ekonomi
warga
6. Aktivitas RBM
A. Pusat Belajar dan Pembelajaran Warga:
• Bimbingan Belajar Baca Qur‘an (BBQ) atau Taman Pendi-
dikan Al-Qur‘an (TPA)
• Pengembangan Komunitas Anak Kreatif
• Bimbingan Belajar (Bimbel) untuk anak-anak komunitas
• Komunitas Belajar Warga
B. Pusat Pelatihan dan Ketrampilan Warga:
Pelatihan-pelatihan ketrampilan hidup warga (Life Skill)
| 189 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 190 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 191 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Angon Buku
“Literasi Kampung
Tapi Tak Kampungan”
Nushrat Uyun
C
atatan dunia sejarah Islam pada awal kerasulan
Muhammad, beliau berkhalwat (meninggalkan kera-
maian) di Goa Hira. Setelah itu beliau menerima wahyu
yang pertama, Surat Al ‘Alaq 1-5. Inilah wahyu pertama yang
diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Wahyu
inilah juga yang menjadi tonggak perubahan peradaban dunia.
Dengan turunnya ayat tersebut maka berubahlah garis sejarah umat
manusia. Berubah dari kehidupan jahiliyah nan gelap dalam semua
| 192 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 193 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 194 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 195 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Menyadari Literasi
Mampu Tumbuhkan
Peduli: Pengalaman
Berliterasi Melalui
Tumblr
Oase Aulia Amjad
T
umblr adalah platform mikroblog sekaligus jejaring sosial
yang memungkinkan pengguna untuk mengirimkan konten
multimedia dalam bentuk blog pendek. Tumblr muncul
melengkapi beragamnya situs media sosial yang digunakan masya-
rakat kita, terutama bagi para pemuda Indonesia.
Fokus tumblr yang lebih kepada tulisan, dan perpaduannya yang
menarik antara website pribadi dengan media sosial menjadikan
tumblr sebagai situs yang berbeda. Ini menjadikan tumblr berhasil
menjadi pelarian bagi para pengguna blog ataupun wordpress yang
menginginkan platform yang lebih simple, namun nyaman
digunakan.
Begitu pula dengan saya, satu setengah tahun yang lalu, saya
mulai menjadi pengguna aktif tumblr. Saya ingin cerita yang saya
tulis akan lebih mudah untuk diakses teman-teman saya, atau
bahkan diakses siapa saja, dan lebih-lebih tampilan tumblr yang
memungkinkan pengguna untuk mengatur tampilannya dengan
mudahnya membuat saya jatuh hati.
| 196 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 197 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 198 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 199 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Kegiatan Literasi di
SD Negeri Gambaran
Puji Astuti
K
egiatan literasi di SDN Gambaran Kaliwiro Wonosobo
dilaksanakan setiap hari 15 menit sebelum pelajaran di
mulai. Semua siswa dari kelas I sampai kelas VI melakukan
kegiatan membaca. Teknik membaca di kelas I dan kelas II dengan
membaca lirih didampingi guru kelas. Sedang untuk kelas III sampai
kelas VI dengan membaca pemahaman, atau membaca dalam hati,
sering disebut membaca hening.
Buku yang digunakan adalah Buku Bacaan Berjenjang bantuan
dari Program USAID Prioritas. Setiap hari Sabtu guru menyiapkan
buku bacaan sesuai level siswa (A-F) untuk stok bacaan selama satu
minggu. Setiap pagi dari hari Senin-Jumat sebelum pelajaran dimu-
lai siswa wajib membaca selama 10 menit. Waktu membaca diba-
tasi dengan star mulai membaca bersama-sama. Setelah 10 menit
guru menghentikan kegiatan membaca dan menarik semua buku
bacaan dari hadapan siswa. Selesai atau tidak semua siswa harus
menghentikan kegiatan membacanya.
Selanjutnya, guru membagikan buku catatan khusus untuk
kegiatan literasi dan anak menuliskan/menceritakan kembali secara
tertulis apa yang sudah dibaca. Guru mendampingi siswa menulis
dengan mengingatkan penggunaan huruf kapital, tanda baca, dan
pengelolaan ide siswa. Kegiatan menulis dibatasi selama 5 menit.
Ketika waktu 5 menit habis semua siswa berhenti menulis dan
| 200 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 201 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 202 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 203 |
THE SPIRIT of DAUZAN
KUNTUM, 40 Tahun
Menginspirasi Kaum
Muda
Rasyid Sidiq
A
wal tahun 1976, Agatha Christie, novelis kondang
berdarah dingin kelahiran Torquay menghembuskan
nafas terakhirnya. Saat itu pula, beliau berhenti me-
nulis dan meninggalkan sejarah lewat karyanya. Beliau bersinar di
masa keemasan fiksi detektif. Lebih dari 80 karya tulisnya pun laris
manis terjual di pasaran dunia. Pasca kabar duka tersebut, Steve
Jobs dan Steve Wozniak tengah sibuk merakit piranti mutakhir
berlabel Apple Inc. di meja kerjanya, yang hingga kini menjadi maha
karya yang digandrungi semua umat. Sedangkan ulama, politisi,
sekaligus penulis kebangaan Indonesia, Mohammad Natsir, tengah
berada di London, menghadiri “Pesta Dunia Islam” atau dikenal
dengan World of Islam Festival. Sebuah acara perayaan yang penuh
tanda tanya, karena Islam khususunya di Asia Tenggara kala itu
sedang tidak dalam keadaan patut untuk dipestakan.
| 204 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 205 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 206 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 207 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Perpustakaan Pondok
Shabran
Rezza Perwiranegara Sudirman
M
enjadi kebanggan tersendiri ketika mempunyai
identitas sebagai mahasiswa dikalangan masyarakat
awam. Agent of change itulah sebutan yang sering
didengar oleh mahasiswa, gelar mahasiswa bukan hanya sebagai
kebanggan saja. Namun kebanggaan itu harus bisa diiringi dengan
semangat revolusioner untuk belajar dimana saja seperti kata
Muhammad Abduh salah satu pemikir islam pembaharu ”setiap
orang adalah guru dan setiap tempat adalah madrasah”. mahasiswa
harus menempa diri guna mendedikasikanya serta mampu men-
transformasikan masyarakat awam menjadi masyarakat yang berke-
majuan dengan berbagai metode.
Pondok Hajjah Nuriyah Shabran adalah pondok kader Muham-
madiyah yang diawasi langsung oleh Pimpinan Pusat Muham-
madiyah, mahasantrinya terdiri dari utusan pimpinan wilayah
muhammadiyah di seluruh indonesia. Pondo k Shabran mempunyai
perpustakaan yang memiliiki berbagai macam jenis buku mulai dari
buku hadits, tafir, sosial politik, filsafat dan macam lainnya. Kegiatan
| 208 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 209 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 210 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 211 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 212 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Membangkitkan
Tradisi Keilmuan
Melalui Gerakan
Literasi
Riza Azyumarridha Azra
S
ejarah mengajarkan bahwa tanpa ilmu, bangsa yang
mempunyai kekuasaanpun, tidak dapat mempertahankan
miliknya, malah dia akan bergantung kepada orang atau
bangsa lain yang lebih berilmu. Amerika sangat memahami posisi
penting dunia ilmu ini, Philip Coomb, mantan wakil menteri Menteri
Luar Negeri Amerika Serikat pada masa pemerintahan John F
Kennedy, menjadikan pendidikan dan kebudayaan sebagai aspek
keempat dari politik luar negeri, disamping ekonomi, diplomasi dan
militer. Dalam perang modern, persenjataan lebih bergantung pada
ilmu pengetahuan ilmiah dibandingkan dengan hitungan tradisional
jumlah tentara dan militer .
Hanya saja mencari bulir ilmu dan hikmah diantara tumpukan
sampah peradaban yang bercorak duniawi bukanlah hal yang mu-
dah. Hal ini semakin diperparah dengan lebarnya jarak antara
kemajuan peradaban Barat dengan dunia Islam, menyebabkan
lembaga-lembaga pendidikan di dunia Islam, sampai pada pergu-
ruan tingginya merupakan konsumen dari ilmu pengetahuan yang
dihasilkan oleh peradaban Barat. Kondisi ini oleh Syed Hussein al
| 213 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 214 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 215 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 216 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 217 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 218 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Literasi sebagai
Strategi Membangun
Islam Berkemajuan
Rizal Hermawan
L
iterasi merupakan kegiatan fitrah bagi manusia, karena
dalam konteks primodial sejak awal ayat yang pertama
turun dalam Al Qur’an adalah perintah membaca, baik
membaca dalam pengertian umum maupun membaca dalam arti
yang lebih luas. Gerakan literasi merupakan pengembangan dari
aksara. Masyarakat kita mengalami lompatan budaya yang sangat
dahsyat dari tradisi bertutur menjadi tradisi melihat tanpa melalui
tradisi menulis, sehingga kondisi menjadikan gegar budaya yang
dalam pengamatan praktis kita sering sangat gampang terpengaruh
oleh informasi tanpa melalui klarifikasi atau tabayyun akan
kebenaran informasi tersebut.
Gerakan literasi sangat berkaitan dengan termonologi berke-
majuan, definisi Islam berkemajuan secara geneologi kita bisa
merujuk rekomendasi Muktamar Muhammadiyah ke-47 di
Makassar, dalam keyakinan bahwa Indonesia atau negara Pancasila
bagi umat Islam merupakan dar al-ahd wa al syaha’da (negara yang
merupakan hasil konsensus dan tempat pembuktian untuk menjadi
negeri yang aman dan damai), bahwa dakwah yang perlu dilakukan
pada masa sekarang adalah model dakwah pencerahan berbasis
komunitas. Literasi berbasis komunitas merupakan bentuk lain
dakwah pencerahan.
| 219 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 220 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 221 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 222 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Viralisasi Tren
Berliterasi di
Kalangan Pelajar
Setyawan Putra Sujana
I
katan Pelajar Muhammadiyah (IPM) adalah gerakan amar
ma’ruf nahi munkar di kalangan pelajar. IPM adalah gerakan
pelajar yang menghasilkan karya nyata hasil usaha dan
kerjanya dalam menciptakan pelajar muslim yang sebenar-
benarnya. IPM selalu turun tangan dan peduli dalam masalah aktual
yang berada di kawasan pelajar. IPM juga adalah gerakan pelajar
yang membangun nalar keilmuan dan selalu responsif terhadap
perkembangan zaman.
Pertama, data statistika tahun 2017 menunjukkan terdapat lebih
dari 50 juta pelajar aktif di Indonesia, mulai dari tingkat sekolah
dasar hingga sekolah tinggi. Seperlima penduduk Indonesia adalah
pelajar. Ini adalah angka yang sangat besar. Kedua, pelajar adalah
mereka-mereka yang masih berada dalam usia muda, yang mana
akan selalu update dan aktual dalam masalah terkini. Ini menun-
jukkkan potensi besar dalam masifikasi berita atau informasi
dikalangan para pelajar. Ketiga, dikarenakan masa mudanya, pelajar
cenderung berada dalam masa pencarian jati diri, dimana ia akan
mudah terpengaruhi oleh kawan dan lingkungan sekitarnya. Ini
menunjukkan potensi besar dalam viralisasi tren tertentu di
kalangan pelajar. Tiga kesimpulan diataslah yang membuat saya
| 223 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 224 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 225 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 226 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 227 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Pengalamanku
Blusukan Literasi
Sri Lestari Linawati
K
epedulianku terhadap peningkatan kualitas pendidikan
anak, mendorongku jadi guru bantu di SD (sekolah dasar).
Kutawarkan diri melamar sebagai guru bantu di SD Mu-
hammadiyah tempat studi putri keduaku. Tidak ada respon.
Setelah lama tiada tanda welcome, kucoba tawarkan diri bantu-
bantu di SD Muhammadiyah tempat studi putra pertamaku. Agak
jauh lagi dari rumah kami. Dia ingin satu sekolah dengan sahabat-
nya. Hadeh.. yang berat itu jadi orang tua. Hla gimana enggak ?
Aku harus belajar menghargai pilihannya, sekolah agak jauh, naik
sepeda, melintas di jalan raya Jogja - Wates. Duh, Rabb..
Niatku tak berbalas. Aku coba terus jaga semangatku untuk
peduli Muhammadiyah. Aku bukan terlahir dari keluarga Muham-
madiyah, namun aku yakin pengetahuanku tentang Muhamma-
diyah sebagaimana diajarkan di Taruna Melati sangat dibutuhkan
bagi kemajuan Muhammadiyah. Ya, aku belajar untuk menerima
anakku saja apa adanya.
Aku tak dapat menolak gelora dalam dada. Kalau SD Muham-
madiyah tidak membutuhkanku, biarlah kuwakafkan pengeta-
huanku untuk kemanusiaan pada umumnya. Siapapun yang berte-
kad maju, harus kubantu. Kebetulan SD Negeri Kanoman yang
hanya berjarak 200 meter dari rumah, menyambutku dengan
tangan terbuka. Tahun pertama, aku membantu mengajar IPA di
| 228 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
kelas 1. Para siswa sangat senang dengan metode belajar yang tidak
hanya di kelas saja dan tidak menuliiis saja.
Tahun kedua, aku diminta bantu di perpustakaan. Sekolah punya
stok buku yang saaangat banyak. Nah, mungkin dari sinilah cerita
itu dimulai.
Awalnya aku tidak tertarik karena inginku tetap bantu IPA. Mas
suami hanya bilang agar aku tetap membantu sekolah tersebut,
nggak usah menghiraukan lainnya. Kita harus bantu orang-orang
baik yang punya niat maju, begitu selalu pesan mas suami coba
menguatkan hatiku yang mulai runtuh. Haha.. gila juga kan rumah
tangga kami ? Kayak orang kurang kerjaan saja. Dan aku tuh kok yo
mau-maunya nglakuin gitu. Seneng saja. Sudah. Hahaha..
Gimana aku harus membongkar isi dua lemari besar itu,
kemudian menata, mendata, hingga tersaji untuk dipilih-pilih oleh
pembaca ? Waktunya butuh cepet pula.. Hla kondisinya adalah buku
semua dalam keadaan bersampul coklat, hanya jadi penunggu
almari perpust. Pikir.. Dipikir.. I make be happy with this activity.
Niatkan karena Allah. Lakukan kegiatan penataan buku-buku perpus
ini dengan suka cita dan melibatkan siswa. Alhamdulillah para siswa
ikut bantu dengan penuh suka cita pula. Yang paling susah adalah
ketika harus keliling toko di Yogyakarta untuk membeli steples
tembak. Maklumlah, buku-buku itu sudah karatan steplesnya.
Aku melihat bahwa minat baca siswa sekolah bukan karena
terpencil ataupun kurang buku, namun kurang pembinaan dan
peluang. Pembinaan itu meliputi SDM dan program baca, ulas,
cerita ulang, menulis. Adapun peluang itu adalah kesempatan
seluas-luasnya bagi para siswa dan guru untuk pemanfaatan
perpustakaan.
Ending-nya nih yang ingin kuceritakan pada teman-teman pegiat
literasi. Kepala Sekolah menindaklanjutinya dengan mengajukan
anggaran gedung perpustakaan ke Dinas Pendidikan dan dapaaaat..
Tak lama setelah itu gedung perpustakaan segera dibangun. Tentu
saja aku bersyukur. Aku belajar bahwa Allahlah yang akan menyem-
purnakan setiap upaya kita, karena itu teruslah tebar kebaikan.
| 229 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 230 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Literasi Berkemajuan
Berorientasi
Pengabdian
Masyarakat
Suhanto
G
erakan literasi kita terinspirasi dari Al-Qur’an surat Al-
Alaq, Iqra’ yang artinya Bacalah. Ayat pertama yang turun
kepada Muhammad adalah perintah membaca. Wahyu
pertama surat Al-Alaq ayat 1-5 menjadi hal terpenting dalam
sejarah kerosulan Nabi Muhammad saw., karena wahyu inilah
Muhammad saw. diangkat menjadi Nabi setelah menirukan Jibril
mengucap ayat tersebut. Dari sini kami mengambil hikmah bahwa
Muhammad yang semula manusia biasa setelah menerima wahyu
yang berupa perintah membaca beliau naik derajat menjadi rasul
kekasih Allah. Maka kita untuk menaikkan derajat dan kualitas diri
maka hal pertama yang harus dilakukan adalah membaca.
Gerakan literasi atau komunitas yang bergerak dalam bidang
literasi diharapkan menjadi wadah untuk meningkatkan semangat
untuk membaca dan menulis. Satu paket kegiatan dalam kegiatan
literasi. Lemahnya tingkat membaca dan menulis masyarakat In-
donesia inilah satu faktor bangsa ini sulit untuk maju. Kemajuan
suatu bangsa dilihat sejauh mana bidang keilmuan dikembangkan.
Maka komunitas-komunitas literasi perlu ditumbuhkan dengan
| 231 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 232 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 233 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Suhanto
Komunitas Pena Santri
Pondok Pesantren Muhammadiyah Al-Amin Ponorogo
| 234 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Agenda-Agenda
Menumbuhkan
Semangat Literasi
Sunarno
J
ika ingin mengenal dunia maka bacalah, jika ingin dikenal
dunia maka menulislah. Untuk menjadi manusia kompeten
tentunya harus cakap dalam berilmu, baik agama maupun
umum. Salah satu sumber dari keilmuan adalah buku. Semakin
banyak membaca maka akan semakin banyak tahu, dan perpus-
takaan merupakan salah satu gudang-gudang ilmu tersebut.
Ungkapan semakin baik perpustakaan maka semakin baik pula
lembaga tersebut tak selamanya salah. Karena semakin banyak
koleksi buku yang bisa dibaca, maka akan semakin banyak ilmu.
Meskipun jaman yang modern ini informasi mudah didapat dengan
bantuan teknologi, buku ternyata masih banyak memiliki unggulan.
Diantara keunggulan buku adalah mudahnya diakses tanpa perlu
jaringan internet, tidak perlu listrik/baterai, lebih menyehatkan
mata, sedikit gangguan karena tidak ada iklan yang berkeliaran,
lebih aman bagi anak-anak, terhindar dari pornografi.
Begitupun, pendidikan literasi dalam pesantren adalah sudah
menjadi kebiasaan, setiap hari mulai bangun tidur baca alQur’an,
habis subuh baca ayat/surat/dzikir pagi-petang, masuk kelas
pelajaran biasa, sore hari baca hadist. Pada hari tertentu, para santri
juga diberi kesempatan belajar berpidato sebagai persiapan mereka
untuk berdakwah. Mereka dipersilakan untuk menyampaikan atau
membahas satu permasalahan dan disimak oleh santri-santri yang
| 235 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Opening
“I’d like move to”
Ini adalah quote yang membuat saya suka sama dunia literasi
untuk pertama kalinya. Buku menjadi jembatan pertama yang
membuatku hijrah, baik dari sisi personal sampai sisi spiritual.
Masa SMA memang masa-masa penemuan diri. Berawal dari
buku-buku yang saya baca, saya menjadi mengerti bahwa berhijab
adalah wajib. Finally, sampai kemudian saya putuskan untuk
memakai hijab sampai sekarang. Alhamdulillah.
Berlanjut, ketika mengambil kuliah Sastra Inggris di sebuah uni-
versitas di Semarang. Musti belajar dunia literasi, master piece of
english literatur dari jaman old english, middle english, renaisance,
restoration, romantic age, victorian, 20th literature sampai Mod-
ern Drama.
Belajar sastra its mean belajar tentang bagaimana dunia literasi
hadir sebagai critical perspective terhadap kondisi sosial di masya-
rakat yang terjadi dimasanya.
Berbagi waktu dengan kuliahku di Solo, aku beneran jatuh cinta
dengan dunia buku dan segala isinya. Sampai kemudian terpilih
menjadi Duta Perpustakaan di Perpustakaan Universitas Muham-
madiyah Surakarta. Tugas Duta Perpustakaan adalah sebagai pusta-
kawan penghubung, belajar tentang sirkulasi buku, bagaimana
| 237 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 238 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Point View
Wahyu pertama yang diturunkan Allah SWT melalui malaikat
Jibril kepada Nabi Muhammad adalah Quran surat Al A’laq ayat 1-
5. Malaikat Jibril sampai harus mengulangkan beberapa kali kata
“Iqra, Bacalah”, agar Nabi Muhammad paham benar akan makna
“membaca.” Makna membaca menjadi sangat luas tafsirannya.
membaca bisa apa saja, dan ayat pertama dalam surat Al A’laq ini
memiliki arti yang begitu indah; “Bacalah dengan Nama Tuhan Mu
yang menciptakan.”
Nilai dibalik turunnya wahyu yang pertama ini mencakup banyak
hal. Bisa dikatakan bahwa membaca adalah pembuka; pembuka
pengetahuan, pembuka kebenaran. Islam telah memposisikan
“membaca” menjadi suatu pekerjaan yang sangat didahulukan dan
penting. Sayangnya tidak banyak orang yang menyadari bahwa
pentingnya membiasakan diri kita untuk membaca bahkan membu-
dayakan membaca kepada anak-anak kita. Membaca adalah jalan
menuju ilmu dan perpustakaan merupakan rumahnya ilmu.
Kedudukan perpustakaan menjadi sangat penting, bahkan
keberadaan perpustakaan menjadi salah satu tolak ukur kejayaan
Islam dimasa silam. Hal ini berbanding lurus antara pengetahuan
(perpustakaan) dengan kemajuan suatu bangsa. Pada masa keja-
yaan Islam, di Andalusia terdapat 20 perpustakaan, yang terkenal
diantaranya yaitu; a) Perpustakaan Mosul, didirikan oleh Ja’far Ibn
Muhammad, b) Perpustakaan Cordova, memiliki koleksi 400 ribu
judul buku, c) Perpustakaan Darul Hikmah di Kairo dengan 2 juta
koleksi judul buku, dan d) Perpustakaan Al Hakim di Syam dengan
3 juta koleksi judul buku.
Whats a wonderfull world, kemegahan dan kesadaran akan
menggali pengetahuan yang sangat pesat dan didukung dengan
kebijakan pemerintahan Islam dimasa itu, yang begitu menghargai
ilmu dan usaha-usaha mereka dalam membumikan ilmu penge-
tahuan, melalui penelitian-penelitian di bidang ilmu perbintangan,
kedokteran, filsafat, seni budaya dan sebagainya, maka tidak heran
jika Islam mampu mencapai masa kejayaan yang gemilang.
| 239 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 240 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 241 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Ekoliterasi: Sebuah
Konsep Pembelajaran
Efektif, Berbasis
Fitrah Anak dan
Menyenangkan bagi
Siswa Sekolah Dasar
Uswatun Hasanah
A
nak adalah anugrah Tuhan yang luar biasa yang dititipkan
kepada kedua orang tua untuk diasuh dan dirawat hingga
memasuki masa dewasa. Masa kanak-kanak dimulai
setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan yakni kira-
kira usia dua tahun sampai saat anak matang secara seksual. Ahli
psikologi perkembangan Elizabeth Hurlock membagi masa kanak-
kanak menjadi dua yaitu masa kanak-kanak awal dan masa kanak-
kanak tengah dan akhir. Masa kanak-kanak awal berlangsung dari
usia dua hingga enam tahun dan masa kanak-kanak akhir dimulai
dari usia tujuh tahun hingga usia tiga belas tahun atau anak matang
secara seksual.
Pada masa kanak-kanak awal masa ini merupakan masa
keemasan bagi anak (golden age). Pada masa ini perkembangan
fisik, kognitif, sosial, bahasa, motorik, moral dan lain sebagainya
| 242 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 243 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 244 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 245 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 246 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 247 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 248 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Referensi:
Desmita. 2015. Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosda Karya
Essa, Eva. L. 2008. Introduction to Early Childhood Education.
Canada: Delmar Learning.
Hurlock, E. 2004. Psikologi Perkembangan sebagai Suatu
Pendekatan sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi kelima.
Terjemahan Bahasa Indonesia oleh Istiwidianti, dkk. Jakarta:
Penerbit Erlangga
Keraf, Sonny. 2014. Filsafat Lingkungan Hidup: Alam sebagai Sebuah
Sistem Kehidupan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Santrock, J.W. 2011. Life Span Development 13th Edition. New York:
McGraw-Hill
| 249 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Situs Online:
www.bandungbisnis.com, diakses pada tanggal 8 Oktober 2017
pukul 21.00
www.astralife.co.id, diakses pada tanggal 8 oktober 2017 pukul
21.15
| 250 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Menstimulasi
Kemampuan Bahasa
dan Membaca Anak
dengan Membacakan
Cerita kepada Anak
Uswatun Hasanah
| 252 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 253 |
THE SPIRIT of DAUZAN
kepada anak usia dini dalam hal ini tidak mengharuskan anak untuk
bisa membaca pada usia tersebut akan tetapi mengacu pada tujuan
agar anak memiliki minat dan menumbuhkan tradisi membaca
sejak dini. Anak juga dapat terbiasa dengan melihat rangkaian kata-
kata, gambar-gambar yang menarik pada buku, terbiasa mende-
ngar, dan terpenting menumbuhkan daya imajinasi yang kuat pada
anak .
Pemberian stimulasi kepada anak dimulai dengan kebiasaan
membacakan cerita pada anak berupa dogeng, cerita nabi-nabi,
dan cerita yang memiliki nilai tersirat terhadap perkembangan
anak. Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orangtua dan pendidik
dalam menstimulasi dan meningkatkan minat baca pada anak:
1. Memberi aturan yang jelas kepada anak terhadap batasan waktu
dalam menonton televisi dan bermain gadget.
Zaman serba instan dengan berbagai penawaran kemudahan,
kerap orangtua memilih jalan tersebut untuk memberikan
hiburan pada anak bahkan terdapat beberapa orangtua yang
menggunakan televisi dan gadget sebagai media untuk mene-
nangkan anak yang rewel. Menjadikan televisi dan gadged
sebagai media pembelajaran pada anak sah-sah saja asal dengan
waktu yang tidak lebih dari 24 jam dalam seminggu karena dapat
memberikan beragam pengaruh negatif terhadap perkem-
bangan anak, orangtua harus tegas dalam menjalankan ini.
2. Menjadikan kebiasaan membacakan cerita atau mendongeng
sebagai tradisi wajib dalam keluarga.
Contohnya orangtua dapat memulai kebiasaan tersebut ketika
anak hendak istirahat di malam hari. Tidak perlu waktu yang
banyak cukup 10-15 menit orangtua menyempatkan waktu un-
tuk menanyakan hal-hal apa saja yang diperoleh anak hari ini,
orangtua dapat membacakan cerita melalui buku dengan meng-
gunakan buku yang menarik dan penuh dengan warna. Setiap
minggu orangtua dapat memulai untuk menceritakan hal-hal
menarik yang ditemukan atau membuat cerita dan berikutnya
anak diminta untuk menggunakan daya imajinasinya untuk
| 254 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 255 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Referensi:
Nurhadi, Muljani, dkk. 2007. Potret Ilmu Pendidikan. Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Simister. C. J. 2009. Anak-anak Cemerlang. Jakarta: PT. Serambi
Ilmu Semesta
Tajuddin, Yuliyatun. 2014. Belajar Membaca Bagi Anak Usia Dini:
Stimulasi Menumbuhkan Minat Baca Anak. Vol. 2, No. 1. Jurnal
STAIN Kudus.
| 256 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Membaca Serikat
Taman Pustaka Dari
Lorong Seberang
W. Yono
Fragmen 1
Di pinggiran sebuah desa yang jauh dari episentrum Literasi,
Bapak yang jenggotnya mulai memutih itu tengah asyik menata
lembar-lembar majalah bekas di serambi musholla, tempat dia
biasa sholat dan bersih-bersih musholla.
Majalah-majalah itu berserakan tidak beraturan, sehabis dibolak
balik dan dibaca sebagian anak-anak yang sore itu habis mengaji.
Majalah-majalah lusuh itu dia dapatkan dari tukang loak keliling.
Dia beli kiloan. Dia bersihkan dan ditata seadanya. Diletakkan di
sebuah bangku kecil yang mulai agak reyot. Disuguhkan kepada
anak-anak yang mengaji di musholla. Begitu saja. Tidak lebih.
“Siapa saja bisa menjadi penggerak literasi” (Dauzan Farook)
Fragmen 2
Seorang pengusaha muda sangat bergairah mengembangkan
bisnisnya di sebuah kota kecil. Sebuah kota yang bersolek dengan
banyaknya industrialisasi. Sang pengusaha muda, dengan menying-
singkan lengan bajunya, terus merambah sektor-sektor usaha baru
yang belum ada pesaingnya di kota kecil tersebut. Waktunya sedikit
demi sedikit terkuras. Tandas. Dihabiskan berlarian dari satu kota
ke kota lainnya. Dari satu relasi ke relasi lainnya. Dari satu konsumen
| 257 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Fragmen 3
Pagi itu. Di sebuah lapak warung kopi di pinggir pasar. Terlihat
seorang pemuda sedang asyik dengan gadget-nya. Umurnya
mungkin 30-an tahun atau bahkan nyaris 40 tahun. Entah. Yang
pasti, ia masih lajang. Kata orang jomblo. Sambil menyeruput
kopinya yang masih mengepulkan asap dia berselancar dengan
gadgetnya. Membuka laman-laman media sosial. Keningnya berke-
rut. Keringat mulai menyerumbul dari pori-porinya. Ia temukan
banyak orang berkegiatan. Lalu lalang mengabarkan aktifitasnya.
Ia temukan nama-nama asing di gawainya. Ada David Efendi yang
entah apa pekerjaan utamanya. Gak jelas. Ia temukan juga nama
Nirwan Ahmad Arsuka yang entah dari mana asalnya. Juga kawan-
kawan dari David dan Nirwan. Banyak sekali.
Ia letakkan sejenak gawainya. Ia kembali menyeruput kopinya
yang sudah mulai dingin. Matanya nanar. Pikirannya berkelebat
entah kemana. Lalu ia ambil kembali gawainya. Kembali berselusur.
Menyusuri lorong-lorong Facebook. Kali ini ia temukan frasa-frasa
asing di faset mata majemuknya. Matanya menangkap Rumah Baca
Komunitas. Berselancar lagi. Kemudian jarinya berhenti. Matanya
bersitatap dengan Pustaka Indonesia Bergerak. Semakin lama
semakin banyak. Ada TBM-TBM dengan berbagai nama. Rumah
Baca Rumah Baca dengan berbagai merk. Sesekali matanya silau
ketika bersitatap dengan Rumah Baca Cahaya. Ada Serikat Taman
| 258 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 259 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Wariyono (warokyono@yahoo.com)
Sanggar Baca Madani PR PM Blimbing Paciran Lamongan
| 260 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
“Bagi saya menulis itu bukan ihwal teoritis tetapi praksis, proses
menulis itu menyangkut dedikasi dan konsistensi,” ujar Ahmad
Sahide, lirih.
Ahmad Sahide, saya mengetahui dirinya sekitar tiga setengah
tahun yang lalu di sebuah percakapan antar-dinding pada platform
media sosial sejuta umat, Facebook. Saya kurang begitu mengingat
mengapa saya bisa dengan mudahnya menemukan akun profilnya
di antara ribuan akun lainnya. Namun yang jelas, satu hal yang
menggugah saya untuk tidak ragu meminta hubungan pertemanan
dengannya adalah karena pada bilah profilnya disebutkan bahwa
ia merupakan penggerak pada sebuah komunitas literasi:
Komunitas Belajar Menulis.
Di Yogyakarta banyak komunitas sejenis yang mengusung literasi
sebagai simpul pergerakan. Aktivitasnya begitu rupa: membagikan
buku secara gratis, perpustakaan keliling, lapak taman baca di akhir
pekan, bahkan sampai mengedukasi anak-anak di kawasan ping-
giran. Semua usaha tersebut umumnya dilandasi oleh kesukarelaan
serta tanpa pamrih demi sebuah tujuan mulia, yaitu memberda-
yakan. Akumulasi kerja-kerja literer di atas merupakan sebuah kabar
yang menggembirakan di tengah pesimisme kita terhadap temuan
studi Most Littered Nation in The World oleh Central Connecticut
State pada 2016 silam, di mana minat baca masyarakat Indonesia
menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara.
| 261 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 262 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 263 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 264 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Kampung ‘Imajinasi”
Muhammadiyah 2050
Yohani
Hari itu adalah jadwal kajian Ustadz Muslim dari Majelis Tabligh
PDM Wonosobo, kajian rutin setiap 35 hari sekali yang biasa
disebut dengan selapanan itu terus ramai dihadiri jamaah, tua
muda. Undangan via mailing list sudah diedarkan oleh Pimpinan
Ranting Mekar Wangi. Mekar Wangi adalah salah satu Ranting di
desa Randu Alas, masuk Kecamatan Sukoharjo. Meski masuk
Kecamatan Sukoharjo, akan tetapi akses jalan harus melewat
kabupaten Banjarnegara yang berjarak 5 kilometer dari pusat kota
Wonosobo.
Sudah empat tahun Haji Sujak, sang ketua Ranting, menggagas
konsep digitaliasi undangan dalam rangka menjawab kebutuhan
warga akan percepatan informasi. Sebetulnya, undangan masih bisa
menggunakan kertas surat dan diedarkan dari rumah ke rumah,
akan tetapi dengan cara ini ternyata efektif untuk mengajarkan
kepada orang tua tentang pentingnya surat elektonik atau e-mail.
Saat ini, dari seratus kepala keluarga di Ranting itu sudah menggu-
nakan perangkat elektronik untuk kebutuhan layanan Persyari-
katan, email, whatsapp dan lain sebagainya.
Para pemuda sudah terbiasa menggunakan sosial media,
website, blog maupun vlog untuk berkomunikasi dan syiar kegiatan
Ranting, blog dakwah, Tapak Suci, IPM, Pemuda, Nasyiatul Aisyiyah.
Tepat jam 16.00 WIB kajian dimulai. Semua tenang dan khusuk
mendengarkan kajian. Generasi muda-mudi memegang buku
catatan kecil di tangan dengan ballpoint yang siap menuangkan
dalam tulisan. Salah satu notulen utama duduk tepat di samping
moderator yang siap dengan laptop. Nampak khusuk mende-
ngarkan dan secepat kilat kembali matanya ke layar monitor,
menggerakkan jari-jarinya lincah menulis intisari kajian.
Itu adalah pola kajian yang sudah diterapkan di salah satu rant-
ing di Wonosobo. Pembagian tugas yang cantik, atas kesadaran
yang tinggi mampu merubah paradigma bahwa kajian itu membo-
sankan. Mereka bergiliran bertugas sebagai notulen utama. Tugas-
nya tidak hanya mencatat resume kajian tapi bertanggung jawab
langsung untuk mem-publish dalam pemberitaan di media cetak
| 266 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 267 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 268 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Ranting Sarungan
Lampu-lampu rumah mulai bercahaya, terlihat satu-satu dinya-
lakan. Kelap-kelip lampu dari rumah-rumah penduduk sudah mulai
menerangi sebagian besar rumah warga. Kumandang adzan Shubuh
| 269 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 270 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 271 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 272 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Bagian
Ketiga
| 273 |
THE SPIRIT of DAUZAN
P
erkembangan gerakan literasi di Indonesia kian hari kian
menggembirakan. Selain institusi formal seperti
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Perpusta-
kaan Nasional yang terlibat dan punya kewajiban dalam menum-
buhkan budaya baca, para pegiat literasi yang ikut terpanggil dalam
menginisiasi komunitas literasi di pelbagai tempat, hadir dan
terlibat menjadi bagian dari pengembangan budaya baca. Partisi-
pasi aktif dari elemen masyarakat ini membuktikan bahwa kepedu-
lian terkait budaya baca bukan hanya menjadi milik pemerintah
semata.
Secara etimologis, literasi diambil dari bahasa latin “literatus”
yang berarti orang yang belajar. Menurut Unesco3, pemahaman
seseorang mengenai makna literasi sangat dipengaruhi oleh pene-
litian akademik, institusi, konteks nasional, nilai-nilai budaya, dan
pengalaman. Kutipan tersebut menjelaskan bahwa entitas literasi
tidak bisa berdiri sendiri. Ia hadir atas pengaruh dari pelbagai
institusi sosial yang melingkupinya.
1
Makalah ini disampaikan pada Kopdarnas Pegiat Literasi, Mejelis Pustaka
dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Solo, 9 Desember 2017.
2
Ketua Forum TBM Periode 2015-2020, Dosen di Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa Banten.
3
Unesco, Understanding of Literacy, http://www.unesco.org/education/
GMR2006/full/chapt6_eng.pdf diunduh pada tanggal 14 April 2017 pukul 01.36
| 274 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 275 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 276 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Budaya Baca
Dalam konsep budaya membaca, setidaknya ada tiga penge-
lompokkan yaitu iliterat, aliterat dan literat. Iliterat adalah masya-
rakat yang sama sekali tidak mengenal dunia baca-tulis. Aliterat
adalah masyarakat yang sudah terbebas dari buta aksara. Mereka
bisa membaca dan menulis tetapi tidak menjadi bagian dari kebuda-
yaannya. Sementara kelompok yang ketiga adalah masyarakat
literat yaitu masyarakat yang sudah menjadikan membaca dan
menulis terfungsikan dan menjadikannya sebagai sebuah kebu-
dayaan.
Jika melihat pengelompokkan tersebut, masyarakat Indonesia,
kendati masuk dalam peringkat ke-2 di dunia yang menggunakan
facebook, masih dianggap menjadi bagian masyarakat yang aliterat
karena secara konsep dan karakteristiknya, pengguna media sosial
hanya memakai tulisan sebagai alat komunikasi lisan. Artinya, ken-
dati memakai sarana “letters” tetapi penggunaannya lebih cende-
rung untuk “lisan”. Dengan demikian, korelasi antara pengguna
media sosial dengan budaya baca dianggap tidak terlalu relevan.
Namun kondisi ini berbanding terbalik dengan kehadiran dari
para pegiat literasi yang mendirikan komunitas literasi seperti
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di berbagai daerah. Kegiatan
literasi yang telah dilakukan oleh pelbagai pihak tersebut bahkan
mendapatkan apresiasi dari Presiden Republik Indonesia, Joko
Widodo, dengan mengundang pegiat literasi dan pengelola TBM
ke istana Presiden yang jatuh bertepatan dengan peringatan Hari
Pendidikan nasional tanggal 2 Mei 2017. Di dalam sejarah
perkembangan literasi di Indonesia, baru kali ini seorang Presiden
mengapresiasi langsung kerja-kerja literer yang dilakukan oleh
masyarakat tersebut. Dari hasil pertemuan tersebut, disepakati
| 278 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 279 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Literasi
Literasi adalah penggunaan praktik-praktik situasi sosial dan
historis, serta kultural dalam menciptakan dan menginterpretasikan
makna melalui teks. Literasi memerlukan setidaknya sebuah
kepekaan yang tak terucap tentang hubungan-hubungan antara
konvensi-konvensi tekstual dan konteks penggunaannya serta
idealnya kemampuan untuk berrefleksi secara kritis tentang
hubungan-hubungan itu. Literasi bersifat dinamis, tidak statis, dan
dapat berada di antara diskursus komunitas dan wacana kebuda-
yaan. Literasi memerlukan serangkaian kemampuan kognitif.
Pengetahuan bahasa tulis dan lisan. Jenis-jenis pengetahuan dan
pengetahuan kebudayaan (Kern, 2000).
Dari pendapat Kern di atas, literasi sangat luas cakupannya.
Terkait dengan pendidikan literasi, Kern membagi atas tujuh hal
yaitu:
(1) Literasi melibatkan interpretasi. Penulis/pembicara dan
pembaca/ penyimak berpartisipasi dalam tindak interpretasi,
yakni: penulis/ pembicara menginterpretasikan dunia (peristiwa,
pengalaman, gagasan, perasaan dan lain-lain) dan pembaca/
penyimak kemudian menginterpretasikan interpretasi penulis/
pembicara dalam bentuk konsepsinya sendiri tentang dunia.
(2) Literasi melibatkan kolaborasi. Terdapat kerjasama antara dua
pihak yaitu penulis/pembicara dan pembaca/penyimak.
| 280 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 281 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 282 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 283 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 284 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Komunitas Sebagai
Pilar Gerakan Literasi
Bangsa1
Faiz Ahsoul2
P
ara pendahulu kita sudah memberikan praktik dan contoh
yang sangat baik bagaimana sebuah gerakan untuk
perubahan selalu dibarengi dengan kerja-kerja media
publikasi dan alat kampanye pengetahuan, termasuk buku. Kita
ambil contoh, Muhammadiyah sebagai organisasi berbasis keaga-
maan yang berdiri 1912, tiga tahun kemudian langsung membuat
1
Dibacakan dalam acara KOPDARNAS Pegiat Literasi di Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 8-10 Desember 2017. Sesi Diskusi Pertama dengan
tajuk Media Literasi dan Perbukuan. Posisi makalah ini sebagai suara pembicara
pendamping berbasis komunitas literasi.
2
Pegiat Literasi Indonesia Buku/Radio Buku
| 285 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 286 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 287 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 288 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 289 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 290 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 291 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 292 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Perjalanan Rumah
Baca Komunitas 1
Tahun 2012-2016
Fauzan Anwar Sandiah2
B
untut dari kebutaan panjang adalah ketidaktahuan kita
akan pentingnya gerakan literasi, tentu saja dengan
pengertian sifat yang emansipatif. Sebab, bagaimana pun
gerakan literasi telah dikenal secara anakromisme dalam narasi
yang sebenarnya jauh dari kesan emansipatif. Bahkan hal itu
perlahan tapi pasti nyaris menjangkiti gerakan literasi bahkan yang
dikelola independen dari struktur Negara. Di luar itu, beberapa
gerakan literasi dalam pengertian yang tak absolut dengan makna
“gerakan membaca” atau “gerakan pemberantasan buta huruf”
tengah tumbuh segar di tangan pegiat-pegiat yang acuh dengan
publikasi-publikasi.
Sekalipun begitu, akhir-akhir ini karena ketertarikan media
maupun karena jejaring mereka semakin kuat dengan kehadiran
gerakan yang serupa di berbagai tempat, tak terelakkan lagi mereka
saling terhubung. Jangan kaget, jika gerakan literasi tidak hanya
terhubung dengan media sebagai bentuk publikasi profil, tetapi
turut masuk sebagai gerakan sosial terpenting awal abad 21 di In-
donesia, suatu bentuk transformasi yang tak terimajinasikan bagi
1
Dibacakan dalam acara KOPDARNAS Pegiat Literasi di Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 8-10 Desember 2017.
2
Pegiat Literasi dan Kurator RumahBacaKomunitas.Org
| 293 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 294 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 295 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 296 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 297 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 298 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 299 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 300 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 301 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 302 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 303 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 304 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
sebab hal itu bukan persoalan besar. Keinginan belajar setiap or-
ang untuk berbagi adalah hal penting yang harus diapresiasi.
Tahun 2014 merupakan babak baru RBK dalam aksi-aksi sosial.
Pentas seni yang disebut Apsas singkatan dari Apresiasi Seni
merupakan salah-satu contoh penting. Apsas merupakan konsep
pentas seni yang berbeda, terkadang spontan, tak direncanakan,
dan hampir selalu berangkat dari kegelisahan mendadak. Tidak
jarang ketika Kak Wiek, Indra, Mascu, sedang duduk diskusi tiba-
tiba bergerak untuk mendisain “panggung”. Kain-kain tipis berwar-
na hitam atau merah mereka ambil. Proses dekorasi “panggung”
terlalu antusias. Masing-masing orang tergerak untuk menambah
bagian-bagian yang diperlukan tanpa diperintah. Indra mengatur
lampu. Mascu mengatur tampilan panggung. Sedangkan Kak Wiek
berjalan ke sana ke mari secara cepat untuk memperoleh tam-
bahan-tambahan baru bagi panggung. Maka, Apsas terkadang tidak
pernah direncanakan sebelumnya.
Apsas tampaknya telah menjadi cara hidup pegiat RBK. Melewati
diskusi yang panjang terkadang membuat mereka tergelitik untuk
membuat manifestasinya lewat seni, sastra, atau tampilan budaya.
Apa yang disebut sebagai “panggung” dalam Apsas pun sebenarnya
terdiri atas satu kursi, beberapa kain yang disulap menjadi latar,
dan lampu dengan cahaya kuning. Kadang-kadang juga meja disulap
menjadi tempat duduk. Hal itu menjadikan panggung seperti “milik
bersama”, itu yang memunculkan istilah “berkreasi suka-suka”.
Setelah panggung selesai biasanya Mas Sakir akan membeli jajanan
dan buah. Cak David juga mempersiapkan puisi untuk pentas, dan
kamera sebagai salah-satu alat penting untuk mengabadikan proses
unik tersebut.
Melalui Apsas, RBK menuju jembatan perjuangan yang lain.
Kesadaran bahwa manusia membutuhkan seni, menjadi jalan pegiat
RBK untuk mengapresiasi alam semesta. “Kita tidak bisa mencintai
manusia jika tidak mencintai alam”. Melalui seni pegiat RBK diajak
untuk sensitif terhadap rasa kemanusiaan mereka. Saat membaca
puisi Wiji Thukul, WS Rendra, Taufik Ismail. Atau saat menikmati
| 305 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 306 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 307 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 308 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Jihad Literasi
Menggelorakan
Gerakan Literasi
Sekolah 1
D
ata beberapa survei tentang literasi di Indonesia
mencengangkan sekaligus memprihatinkan. Data
UNESCO tahun 2012 menunjukkan bahwa indeks tingkat
membaca orang Indonesia hanyalah 0,001, itu artinya, dari 1.000
penduduk, hanya ada 1 orang yang mau membaca buku dengan
serius. Hal ini sangat berbanding terbalik dengan jumlah pengguna
internet di Indonesia yang mencapai 88,1 juta pada 2014. Penelitian
UNESCO mengenai minat baca pada tahun 2014 lagi-lagi menye-
butkan bahwa anak-anak Indonesia membaca hanya 27 halaman
buku dalam satu tahun, bisa dibayangkang betapa sedikit sekali
yang dibaca oleh anak-anak kita.
Pemeringkatan terbaru, menurut data World’s Most Literate
Nations, yang disusun oleh Central Connecticut State University
1
Dipresentasikan dalam acara KOPDARNAS Pegiat Literasi di Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 8-10 Desember 2017.
2
Guru SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta dan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah DIY.
| 309 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Jihad Literasi
Mengapa harus jihad ? Problem literasi sudah sangat akut dan
berdampak luas bagi masa depan bangsa ini, menyelesaikannya
tidak bisa dengan biasa-biasa saja. Harus ada kesungguhan dan
kesadaran dari setiap elemen bangsa. Kesungguhan ini lah yang
saya maksud Jihad. Harus ada upaya yang memaksa generasi muda
kita (siswa/mahasiswa) untuk membaca, tidak mudah mungkin
| 310 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 311 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 312 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Tradisi Literasi
Muhammadiyah
Roni Tabroni
M
uhammadiyah, selain gerakan sosial, pendidikan, dan
kesehatan, juga di media (informasi). Suara Muham-
madiyah (SM), dalam catatan sejarah persurat kabaran
Islam di Indonesia sesungguhnya bukan yang pertama lahir. Setidak-
nya, sejauh penelusuran, SM merupakan media cetak Islam yang
lahir kedua di tanah air setelah Al Munir yang terbit pada tahun
1911 di Sumatera Barat. Majalah Al Munir merupakan majalah
dakwah yang dikelola oleh para ulama di Minangkabau dan
dipimpin oleh Abdullah Ahmad, murid Syekh Ahmad Khatib
Minangkabau. Majalah yang terbit hanya beberapa tahun ini memi-
liki oplah 1.000 eksemplar dan menyebar hingga ke Jawa dan
Semenanjung Malaysia.
Sebenarnya, ada juga yang memasukan media dakwah lain
seperti Al Imam sebelum lahirnya Al Munir. Al Imam, terbit pada
tahun 1906 di Siangapura yang notabene pada saat itu masih tanah
melayu yang sama dengan Nusantara. Media ini digagas oleh Syekh
Tahir Jalaluddin yang baru pulang dari Kairo, beserta Haji Abbas
bin Muhammad Taha dari Aceh. Al Imam merupakan media dakwah
pertama di tanah Melayu-Nusantara (sebelum ada nama Indone-
sia, Singapura dan Malaysia).
Setelah Al Munir, belum ada lagi media cetak Islam yang terbit,
hingga akhirnya di tahun 1915, Suara Muhammadiyah lahir. Jadi,
| 313 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Tradisi Literasi
Sebagai organisasi Islam modern yang gandrung dengan
kemajuan ilmu pengetahuan, di tubuh Muhammadiyah sudah
mengurat-mengakar sebuah tradisi literasi yang melekat. Jika kini
kita masih menyaksikan kehadiran SM dan Suara Aisyiyah, maka
dalam catatan sejarah media yang pernah dilahirkan oleh “tubuh”
Muhammadiyah sesungguhnya lebih banyak lagi.
Dalam Katalog Majalah terbitan Indonesia yang dikoleksi
Perpustakaan Nasional misalnya, di antara rentang tahun 1779-
1980 saja, sedikitnya ada 31 media yang diterbitkan oleh Muham-
madiyah. Sebagai penerbitnya ada yang langsung oleh PP Muham-
madiyah, ada yang oleh Majelis Taman Pustaka, oleh Wilayah dan
juga Ortom Muhammadiyah.
Rentang waktu yang cukup jadul dalam peradaban bangsa ini,
Muhammadiyah sangat agresif dalam tradisi jurnalistik. Peran
dakwah Muhammadiyah benar-benar dikibarkan lewat media
massa sebagai sarana penyampaian pesan. Namun, lagi-lagi
kebanyakan media itu bertumbangan sebelum besar sehingga tidak
bisa bertahan lama.
Di antara nama-nama media yang pernah diterbitkan oleh
persyarikatan Muhammadiyah seperti: Al Fatch, Annida, Arabic
Monthly Paper, Bahteramasa, Berita, Berita (beda tahun dan
penerbit), Brantas, Fadjar, Halal-Bhialal, Al Islam, Kemaoean
Zaman, Kentongan, Madrasah-Moehammadijah, Al-Mahdi,
Menara-Koedoes, Menara Koedoes (beda tahun dan penerbit),
Menara Ngampel, Miratoel Moehammadijah, Moehammadi,
Penerangan Islam, Penjiar Islam, Perikatan, Poestaka Moeham-
madijah Dairah Banjoemas, Sinar Islam, Soeara Moehamadijah,
| 314 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 315 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 316 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Mem”BACA”kan
Masyarakat dan
Me”NULIS”kan
Intelektual 1
Lasa Hs.2
1
Makalah ini dipresentasikan dalam Kopi Darat Nasional (Kopdarnas)
Pegiat Literasi Muhammadiyah, 8-10 Desember 2017 di Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
2
Lasa Hs., Pustakawan Utama. Ketua FPPTMA (Forum Perpustakaan
PTM-PTA). 70 tahun (lahir 1 Januari 1947), di Nogosari, Boyolali.
Pendidikan terakhir S2 Manajemen Perpustakaan UGM. Pengalaman;
Pustakawan Utama (IV/e), guru, dosen, asesor BAN PT, kepala
perpustakaan PT, penulis, mitra bestari/reviewer jurnal UGM dan UII, juri
berbagai lomba kepustakawanan, tim penyiapan akreditasi perpustakaan
DIY, redaksi jurnal. Karya tulis berupa buku, baru 53 judul (mandiri atau
kolaborasi, diterbitkan 15 penerbit), ratusan artikel dan makalah.
Tulisannya disitasi oleh Google scholar 1.400 kali, dan webometrik
repositiry 807 kali.
| 317 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Pendahuluan
M
embaca dan menulis merupakan dua kegiatan yang
tak terpisahkan. Ayat Al Quran yang turun ke bumi
diawali dengan iqra” (bacalah). Beberapa bulan
kemudian turun ayat Nun, walqolami wama yasthurun. (Nun, demi
qalam dan apa yang mereka tulis).
Iqra’ bukan sekedar melek huruf, tetapi proses penyerapan dan
penggalian ilmu pengetahuan melalui proses merekam, merenung,
berpikir, melakukan penelitian dan lainnya pada fenomena alam
dan kemasyarakatan. Hasil kegiatan ini lalu dirumuskan dan disem-
purnakan. Setelah itu seharusnya direkam, ditulis, dan disosiali-
sasikan/dikembangkan kepada masyarakat. Disinilah proses nun wal
qolami wama yasthurun.
Telah banyak penelitian dan pendapat tentang rendahnya minat
baca dan minat tulis di negeri ini. Tidak diketahui berapa milyar
rupiah yang telah dihabiskan untuk sekedar “ngrumpi” tentang
minat baca. Sementara itu, minat baca belum beranjak menjadi
gemar membaca, apalagi menjadi kultur membaca. Justru yang
meningkat adalah minat baca televisi, smartphone, dan pengguna
internet.
Badan Pusat Statistik/BPS (2012) menyatakan bahwa sebanyak
91,68 % penduduk berusia 10 tahun ke atas lebih menyukai menon-
ton televisi. Hanya sekitar 17.66% dari mereka yang membaca dari
beberapa sumber bacaan. Sementara itu, pengguna internet me-
naik tajam dari tahun ke tahun. Di negeri ini pengguna internet
pada tahun 2001 tercatat 1,9 juta orang (JITU dalam Lasa Hs, 2016).
Kemudian minat penggunaan internet ini menjadi 88,1 juta pada
tahun 2014 (APJII, 2015 dalam Lasa Hs, 2017).
Kesadaran menulis di kalangan intelektual masih rendah, apalagi
dalam masyarakat umum. Penulisan di kalangan akademisi sebatas
keterpaksaan (peraturan akademik, proyek, kenaikan jabatan,
lomba, call paper). Ilmu dan hasil penelitian mereka disosialisasikan
secara lisan (ceramah, mengajar, narasumber seminar, dialog,
diskusi). Bahkan karya akademik yang mungkin bernilai suma
| 318 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 319 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 320 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
2. Menumbuhkan Kreativitas
Dengan membaca, kita memperoleh pandangan, ide dan penga-
laman orang lain. Hasil bacaan ini kemudian kita renungkan=,
pikirkan, dan praktekkan serta dikembangkan kepada orang lain.
Cara baca inilah sebenarnya merupakan cara baca yang berkualitas.
Sebab, dalam proses baca ini terjadi proses seleksi, pengolahan
dan usaha kreatif untuk dikembangkan. Maka dapat dikatakan
bahwa orang yang kreativitasnya menonjol, rata-rata memiliki
kemampuan baca yang tinggi. Hanya orang-orang yang kreatif dan
beranilah yang mampu membawa perubahan.
| 321 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 322 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Mitos Penulisan
Rendahnya kesadaran penulisan diakui oleh banyak pihak.
Jangankan di kalangan masyarakat, bahkan di kalangan akademik-
pun juga rendah. Dalam hal ini antara lain dikemukakan oleh Ahmad
Fauzi (2017: 1) selaku anggota Evaluasi Guru Besar, menyatakan
bahwa pada tahun 2015 jumlah publikasi ilmiah internasional In-
donesia yang mempunyai dampak dari Scimago Journal Rank /JSR
hanya 6.280, sementara Malaysia sudah mencapai angka 23.414,
Singapura 17.976, dan Thailand 11.632. Padahal, di Indonesia, pada
tahun 2016 tercatat 5.273 orang bergelar profesor. Andaikata
mereka itu setiap tahun menulis buku 1 (satu) judul saja, maka
setiap tahun akan terbit 5.273 judul buku. Tetapi kenyataannya tidak
seperti yang diharapkan.
Penulisan di kalangan akademik nampaknya belum menjadi
kesadaran menulis, tetapi terpaksa menulis. Mereka menulis karena
dipaksa oleh kebutuhan angka kredit, royalti dan popularitas yang
bersifat materialis dan bukan idealis. Dalam hal ini, Sudarsono
(2010: 138) melakukan penelitian produktivitas dosen perguruan
tinggi negeri terkenal di Yogyakarta dengan 208 responden.
Hasilnya adalah sebanyak 69 orang dosen (33,17 %) menulis buku
untuk mencari angka kredit, 28 orang (13,46 %) untuk mendapatkan
royalti, kemudian 22 orang (10,58 %) untuk mencari popularitas,
sedangkan 89 orang (43,84 %) menyatakan lainnya.
Data lain menyebutkan bahwa rendahnya kesadaran penulisan
juga terjadi pada guru sebagai tenaga pendidik. Sekedar contoh
bahwa di Indonesia terdapat 1,4 juta guru yang berstatus PNS pada
tahun 2009. Umumnya guru-guru tersebut menduduki golongan
pangkat III/a-III/d yang jumlahnya 996.926 orang. Mereka yang
menduduki golongan pangkat IV/a sebanyak 334.189 orang,
golongan IV/b sebanyak 2.314 guru, golongan IV/c hanya 84 orang
guru, dan hanya 15 guru menduduki golongan pangkat IV/d
| 323 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 324 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
1. Mendapatkan Kemuliaan
Penulis profesional adalah seorang yang ikhlas memberi dan
tidak mengharapkan balasan materi (royalti, angka kredit, jabatan,
popularitas, hadiah). Mereka memberi ilmu kepada banyak orang
(dikenal atau tidak dikenal). Bukankah tangan di atas (pemberi)
lebih baik/mulia daripada tangan di bawah (yadu al ‘ulya khairun
min al yadi as sufla).
Dalam hal ini, Imam Ghazali menyatakan: If you neither a prince
nor a child of famous religious leader, do write (apabila kalian bukan
anak raja dan bukan anak ulama, maka menulislah). Disini ada pesan
bahwa penulis itu akan mendapatkan kemuliaan sama dengan
mulianya anak raja atau anak ulama/kiyai. Begitu mulianya kedu-
dukan penulis sebagai perekam dan pengembang ilmu penge-
tahuan. Khalifah Ali bin Abi Thalib pernah mengingatkan: qaid al
‘ilma bil kitabah (ikatlah ilmu dengan tulisan).
2. Memeroleh Keberanian
Kebanyakan orang takut menulis, karena khawatir jangan-jangan
tulisannya dicemooh, kurang bermutu, tidak dibayar royalti, dibajak
dan lainnya. Menulis saja belum kok takut dibajak, maka sampai
mati tak akan pernah menulis. Ketakutan menulis harus dilawan
dengan keberanian menulis. Para penulis terkenal memang pada
awalnya mengalami kekhawatiran. Namun berkat keberanian dan
nekat mencoba, berlatih, ketakutan itu berubah menjadi kese-
nangan dan kepuasan.
| 325 |
THE SPIRIT of DAUZAN
4. Mengatasi Trauma
Dalam sejarah hidup seseorang kadang mengalami kehidupan
yang tidak menyenangkan. Kondisi ini bisa ditulis dan kadang
menjadi buku best seller. Sebut saja contoh, Azka Corbuzier (10
tahun) menulis nasib dirinya, Gol A Gong (Heri Hendrayana Harris)
yang kehilangan tangan kanannya menjadi penulis novel yang pro-
duktif dan terkenal. Bahkan seorang pengemis Perancis pernah
menulis buku yang best seller di negaranya. (Jean-Marie Roughol ,
menulis buku berjudul Je tape la Manche: Une Vie Dans la Rue -
Hidup Saya sebagai Seorang Pengemis: Kehidupan di Jalanan-,
terjual 40 ribu eksemplar -peny.).
Begitu juga dengan Dave Pelzer menceritakan kisah hidupnya
semasa kecil dalam bukunya berjudul A Child Called it. Dalam buku
ini, beliau menceritakan pedihnya disiksa ibu kandungnya sendiri
yang merupakan pengalaman yang tak bisa dilupakan. Ternyata
buku ini menjadi best seller pada jamannya. Karl Mark yang menulis
buku Das Capital ketika ia hidup miskin, menderita, dan golongan
buruh diekploitir kaum borjuis. Tan Malaka menulis bu-
ku Madilog ketika dihimpit kemiskinan dan sakit parah. Bahkan
Buya Hamka merampungkan Tafsir Al Azhar 30 juz itu, justru ketika
dipenjara oleh rezim Orde Lama.
Dunia kepenulisan dan dunia perbukuan identik dengan
perkembangan ilmu pengetahuan bangsa. Bangsa yang maju adalah
bangsa yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kalau dunia perbukuan bagus, maka masyarakatnya akan
| 326 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Daftar Bacaan
Lasa Hs. 2005. Menulis Itu Segampang Ngomong. Yogyakarta: Pinus
————. 2006. Menaklukkan Reaktur. Yogyakarta: Pinus
————. 2017. Kamus Kepustakawanan Indonesia. Yogyakarta:
Calipus
————. 2017. Menulis Artikel dan Luteratur Sekunder (nas-
kah). Jakarta: Universitas Terbuka
—————. 2017. Manajemen dan Standardisasi Perpustakaan
Perguruan Tinggi Muhammadiyah-‘Aisyiyah/PTMA. Yogya-
karta: MPI PP Muhammadiyah
—————; Roby Kurniadi. 2015. Manajemen dan Standardisasi
Perpustakaan Sekolah/Madrasah Muhammadiyah. Yogya-
karta: Mengari Publisher (MPI PDM Kota Yogyakarta).
Leo, Sutanto. 2017. Mencerahkan Bakat Menulis. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Siregar, A. Ridwan., 2004. Perpustakaan Energi Pembangunan
Bangsa. Medan: USU Press.
Susan, Bunda. 2017. Biblioterapi Untuk Pengasuhan. Bandung:
Noura Publishing.
| 327 |
Manusia yang tidak membaca mempunyai keterbatasan informasi dan
cakrawala dalam memandang persoalan, sehingga cara berfikirnya picik
dan sempit. Betapa akut dan bahaya akibat dari rendahnya budaya baca
dan menulis. Bangsa Indonesia tidak akan maju jika tidak ada gerakan
yang menggelorakan literasi.
Problem literasi sudah sangat akut dan berdampak luas bagi masa
depan bangsa ini. Harus ada kesungguhan dan kesadaran dari setiap
elemen bangsa untuk melakukan Jihad Literasi. Harus ada upaya yang
memaksa generasi muda kita (siswa/mahasiswa) untuk membaca.
Tidak mudah mungkin, tetapi jika kita paksa membaca, tentu dengan
sistem pendidikan yang baik dan suatu saat menjadi kebiasaan maka
budaya literasi akan terbentuk digenerasi muda kita.
(Arif Jamali Muis)
http://www.muhammadiyah.or.id/id/artikel-ipm-dan-jihad-literasi-detail-773.html
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Bagian
Keempat
| 329 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Memasalahkan (Lagi)
Literasi
Setyaningsih
orang beken literer pasti hadir. Ini adalah rangkaian agenda Kopi
Darat Nasional (Kopdarnas) Penggiat Literasi #1 yang diseleng-
garakan Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Pusat Mu-
hammadiyah dan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)
bertempat di Gedung Induk Siti Walidah pada 8-9 Desember 2017.
Di lantai VII gedung itu orang-orang mempermasalahkan (lagi)
tentang bangsa dan nasib budaya literer dan literasi. Mereka ber-
kumpul, berbagi, selfie, dan makan. Di koridor lantai VII juga ada
lapak-lapak penjual buku.
Bombastis
Kita selalu disapa agenda literasi yang bombastis, mengundang
pembicara terkenal dan diikuti peserta dari seluruh Nusantara. Se-
minar nasional gerakan literasi di UMS ini juga mendatangkan Direk-
tur PT Pos Indonesia, Kepala Perpusnas Syarif Bondo, dan petinggi-
petinggi Muhammadiyah.
Mereka bermaksud menguatkan jaringan literasi lewat simbol
penandatanganan kerja sama. Terulang lagi untuk kali kesekian dan
diselenggarakan oleh pihak yang merasa prihatin dengan budaya
literasi bangsa, ditegaskan dengan segalak-galaknya prestasi literasi
Indonesia yang parah, remuk, dan terbawah.
Nirwan Arsuka yang mengawali sesi seminar pada Sabtu sore
mengatakan sebenarnya enggan hadir dalam acara-acara literasi.
“Sudah basi!” kata dia. Nirwan Arsuka seolah-olah tidak mampu
bergerak saat didaulat menjadi narasumber di tempat yang cende-
rung eksklusif.
Literasi tidak bergerak dari lantai VII gedung berpendingin
ruangan dan berlift! Nirwan lebih banyak bercerita tentang gerakan-
gerakan berpustaka di daerah. Nirwan memang tidak membawa
serta buku-buku, apalagi anak sungguhan yang membaca buku.
Foto-foto gerakan pustaka di layar putih cukup memberikan
testimoni.
Dua dekade terakhir ini bisa dikatakan banyak komunitas di In-
donesia yang gencar bergerak mengantarkan pustaka ke pelbagai
| 331 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Berupaya
Negara-negara Barat memang selalu berupaya menyelamatkan
budaya literasi di negara-negara dunia Ketiga. Sejak kemunculan
badan amal, lembaga charity, atau aksi donatur bagi kemanusiaan,
buku jadi sumbangan berarti bagi dunia.
Kita mengingat John Wood, mantan pejabat Microsof yang
mendirikan organisasi nirlaba Room to Read untuk memberesi
masalah pendidikan, perempuan, dan etos berbuku anak-anak. Di
buku Mengembangkan Ruang Baca (2014), Wood bercerita bukan
hanya karena harga buku yang mahal, faktor geografis dan resepsi
atas buku makin menjadi kendala mendatangkan buku.
Di desa terpencil negara-negara dunia ketiga, buku benar-benar
menjadi kemewahan di tengah kesulitan makan dan beban kerja
harian rumah tangga. Setiap masa di pelbagai negara bersiap tidak
hanya untuk melawan gesekan ras, krisis ekonomi, paceklik pangan
dan air, tapi juga paceklik buku.
Paceklik melek baca biasanya lebih ganas melanda dan berjang-
ka lebih panjang. Terasa ironis merasakan selama dua hari seminar
ternyata sedikit sekali pihak pembicara atau peserta yang saling
mengomongkan buku. Mereka lebih bersemangat mengomongkan
teknis dan kuantitas: jumlah pengunjung perpustakaan, anggota
taman baca, jumlah sumbangan buku, jumlah sukarelawan, jumlah
| 332 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Daya Magis
Sungguh nuansa seminar jauh dari daya magis seolah-olah me-
masuki lorong berbuku Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken (Jostein
Gaarder dan Klaus Hagerup, 2011) atau menyimak kegilaan orang-
orang di Rumah Kertas (Carlos Maria Dominguez, 2016). Saya
seperti kesusahan menemukan pembaca di acara sosialisasi budaya
membaca!
Bukankah ini masalah tatkala para penggerak literasi (ketua
komunitas, pustakawan, sukarelawan) adalah pihak yang sudah
pensiun dari membaca dan menulis? Tugas menggerakkan budaya
literasi seolah-olah hanya menyebarkan buku, menghimpun spon-
sor, mengurus pengiriman, menata buku, membuat program, dan
akhirnya terdampar di acara-acara bincang literasi sebagai nara-
sumber.
Tentu yang tidak dapat berubah bahwa sosialisasi gerakan lite-
rasi, terutama membaca, selalu bermula dari kesimpulan bahwa
orang-orang (lain) tidak membaca. “Aku” yang masih membaca dan
purna membaca tidak dimasalahkan.
Di ruang yang sejuk dan berkursi empuk, di pojokan tampak
tiga lelaki tidur nyenyak seolah-olah terbuai setelah menerima
dongeng tentang literasi. Saya ingat orang-orang masih sempat
tergelak bangga sekaligus mengangguk-angguk tatkala Ketua
| 333 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 334 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Muhammadiyah dan
Literasi di Abad
Kedua
(Refleksi terhadap Kopdarnas
Literasi Majelis Pustaka dan
Informasi)
Fauzan Anwar Sandiah
| 336 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 337 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 338 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 339 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 340 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 341 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 342 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Tentang Kopdarnas
Literasi: Berkumpul,
Berbagi, dan
Bergerak Bersama
Kampus UMSurakarta, 8-10 Desember2017
David Efendi*
*
David Efendi , SIP., M.Si., M.A. Anggota MPI PP Muhammadiyah,
Panitia Pengarah Kopdarnas Penggiat Literasi, pegiat literasi di
RumahBacaKomunitas.org
| 343 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Berkumpul
Ya, kumpul-kumpul saja dengan hati riang, pikiran tenang, rileks
dan siap bertemu dengan segala keadaan di TKP. Forum ini tidak
ekslusif, tetapi membuka ruang ruang pertemuan beragam komu-
nitas, beragam latar dan satu hal yang penting: berkumpul untuk
menyusun kekuatan, melipatgandakan energi kebaikan untuk
mendorong kerja literasi yang militan, ideologis (iqra’). Juga mem-
bangun keyakinan bersama bahwa bangsa harus move on dari
bencana tuna literasi. Kumpul-kumpul banyak manfaat, Dan semua
itu harus dibangun dari kedalaman jiwa para pelakunya.
Kumpul dalam Kopdarnas punya makna konstruktif: bahwa kita
tak pernah merasa sendirian dalam berhidmat dan berkiprah dalam
Gerakan Literasi, banyak teman, banyak aktor, sehingga lebih
memberdayakan diri dan memperkuat barisan, ketimbang pera-
saan sudah melakukan banyak hal, lelah sendirian dan mati dima-
kan sunyi. Kehadiran banyak teman adalah kekuatan apresiatif
untuk kembali menggerakan pengetahuan, merayakan Abad
Pencerahan!
Kerja-kerja literasi akan tetap ada di dalam dimensi sunyi, tetapi
dengan hadirnya model-model perpustakaan jalanan, pustaka
bergerak, dan seterusnya. Kreativitas pelaku gerakan menjadikan
kesunyian itu termaknakan oleh kegembiraan yang luar biasa.
Setidaknya, saya mengalaminya dan bersama banyak pegiat lain
| 344 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Berbagi
Sangat asik jika nanti di Kopdarnas bisa berbagi buku antar
penulis, penerbit, juga panitia memberikan dukungan bagi pegiat
untuk menambah bacaan. Tentu sekarang lebih mudah berbagi
buku karena ada fasilitas pengiriman buku bebas ongkos kirim, tiap
tanggal 17, di Kantor Pos (syarat terdaftar/tidak sulit). Dan kedepan,
kita bisa membuat Komunitas sendiri yang bisa mendaftar langsung
ke Kantor Pos agar lebih cepat lagi proses dan taktik berbagi bacaan
ini. Sampai detik ini, yang terdaftar di Kantor Pos baru tiga kanal:
FTBM (ribuan TBM), Pustaka Bergerak Indonesia (200an, Oktober
2017), dan Rumah Baca Asma Nadia (67 komunitas). Kita akan
menyusulkan satu kanal lagi: Jaringan Taman Pustaka, atau apalah
namanya.
Itu baru soal bacaan. Hal penting lainnya di Kopdarnas yang
dapat dibagi adalah pengalaman, militansi, kisah perjuangan,
rencana rencana, dan beragam energi positif lainnya.
Berbagi ide dan gagasan adalah salah satu mesin organik yang
dapat memproduksi pengetahuan yang sangat penting. Gagasan
dari banyak kepala, pasti lebih punya daya kreatif, daya ubah, daya
gugah yang sangat dahsyat, yang pada akhirnya dapat mengisi
energi daya tahan yang diperlukan pelakunya. Pentingnya gagasan
yang dibagi tidak diragukan lagi. Berbagi adalah kunci segala hal
mengenai keberhasilan sebuah gerakan sosial.
| 345 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Beraksi Bersama
Aksi literasi satu orang sangat mungkin mengubah keadaan,
tetapi aksi literasi yang dilakukan banyak orang, di berbagai skala
dan lokasi punya peluang besar untuk mengubah takdir manusia/
bangsa, juga mengubah takdir buku-buku —yang sedianya hanya
memberi makna guna sedikit orang menjadi multi impact:
sentripetal dan sentrufugal. Kekuatan kerja sama menjadi
eksprimen baru dalam perayaan era informasi: kolaborasi, multi-
media, multi stakeholders yang akan menarik gerbong Gerakan
Kebudayaan Literasi lebih akseleratif, lebih bertanaga di masa-masa
yang akan datang.
Sama dengan teori gaya erupsi, aksi kolaborasi dalam literasi
dapat bergaya internal dan eksternal atau kombinasi. Gempa
literasi, tsunami literasi atau badai literasi dapat diproduksi dari
kerja dan aksi bersama. Meminjam istilah Pak Jokowi: literasi,
literasi, literasi! Sekian semoga manfaat untuk menghangatkan
Kopdarnas.
| 346 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Epilog
P
asca krisis ekonomi di Tepi Pasifik tahun 1990-an hanya
sedikit contoh Negara-negara di Asia yang berhasil
memperbaiki pertumbuhan ekonomi, sehingga menjadi
fondasi penting bagi produksi buku dan konsumsi buku. India dan
Cina (sekarang disebut Republik Rakyat Tiongkok) termasuk yang
mampu keluar dari krisis tersebut, memungkinkan tingkat konsumsi
buku tetap tinggi. Sementara Negara semacam Indonesia semakin
miskin dan sangat bergantung pada modal asing, juga menjadi dasar
mengapa dibutuhkan waktu yang cukup panjang setelah pemulihan
ekonomi, pemerataan aktivitas industri perbukuan. Maka, tidak
aneh juga jika diskursus dunia pengetahuan Indonesia pasca-
Soeharto pada awal tahun 2000-an secara umum merespon isu
industri perbukuan sebagai bagian dari agenda pembangunan,
serta kemungkinan revolusi media yang bersiap menjadi ancaman
bagi industri buku cetak.
Di tengah hiruk-pikuk tersebut istilah “literasi” jarang digunakan
untuk menghubungkan semua proses dunia perbukuan dan kepen-
tingan pengetahuan masyarakat. Istilah literasi pada umumnya
digunakan sebagai bagian terpisah dari aktivitas perbukuan,
| 347 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 348 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 349 |
THE SPIRIT of DAUZAN
| 350 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
| 351 |
THE SPIRIT of DAUZAN
dan pecinta peradaban, tetapi secara khusus minat dan idenya itu
sendiri. Bila seseorang memandang Yogyakarta dari cara pandang
berbeda kota ini dibesarkan melalui ide-ide, maka nama Dauzan
mungkin muncul sebagai potret memukau. Lalu, bagaimana
memahami potret itu sebagai tesa lampau yang penting bagi
gerakan literasi hari ini?
Ujaran Dauzan bahwa “siapa saja bisa menjadi pegiat literasi”
benar-benar terjadi. Orang-orang muda yang melibatkan diri
dengan komunitas atau kolektif, sekalipun ikut mengurus buku,
tidak semuanya memahami aktivitas literasi sebagai intensitas ting-
gi membaca buku atau menulis. Sebagiannya memakai kelenturan
diksi literasi juga untuk bermusik atau melakukan kerja seni rupa.
Apa yang menghubungkan semua kelenturan diksi literasi ini? Tak
dapat dipungkiri sebagaimana kata Dauzan , yakni “senang melihat
orang lain membaca buku..”, ini semacam keterlibatan moral dan
intelektual tentang mengapa literasi bukan sekedar melek yang
sangat personal maknanya, tetapi kejadian-kejadian refleksi emosi
yang bersifat sosial juga termanifestasi dalam diksi literasi.
Ide Dauzan tampaknya membawa pemahaman baru bahwa
dorongan sosial sangat sentral dalam kegiatan literasi. “Perpusta-
kaan” dalam ide semacam ini memiliki makna lain yakni proses
penciptaan pengalaman dan peristiwa sosial di mana buku dan
manusia-manusia terlibat di dalamnya. Harus ada peristiwa sosial
di setiap perpustakaan, buku, dan aktivitas literasi secara keselu-
ruhan. Tampaknya apa yang mendorong Dauzan menggunakan
semua waktu lowong membawa buku dengan sepeda hampir
terasa terjawab.
Dari sebuah wawancara yang dilakukan terhadap dirinya, pende-
ngar akan menangkap kesan bahwa Dauzan memperoleh keterca-
paian ambisi pribadinya jika seseorang berbahagia membaca buku
koleksinya. Dauzan cukup puas dengan pembaca setia buku-buku
dan majalah koleksi Mabulir, mungkin membuatnya merasa bahwa
tugas literasi begitu menyenangkan sehingga siapa saja bisa
mengambil posisi untuk peran ini.
| 352 |
Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi
Daftar Pustaka
Basuki, S., 1993, Pengantar Ilmu Perpustakaan, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Cooperrider, D.L. And Whitney, D. 2005. Appreciative Inquiry: A
Positive Revolution in Change. In P. Holman and T. Devane
(eds.), The Change Handbook, Berrett-Koehler Publishers,
Inc., 245-263.
Desmita. 2015. Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosda Karya
Erianto, D., 2015, Popularitas Perpustakaan Semakin Pudar Dilibas
Digital, diunduh dalam http://print.kompas.com/baca/2015/09/
15/Popularitas-Perpustakaan-Semakin-Pudar-Dilibas-Dig
Essa, Eva. L. 2008. Introduction to Early Childhood Education.
Canada: Delmar Learning.
Hardjoprakoso, M., 2005, Bunga Rampai Kepustakawanan, Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI.
Homat, George. 2011. Mencipta Kenyataan Baru: Panduan Vision-
ing dan Perencanaan Pemenuhan Hak Dasar: Pendekatan
Appreciative Inquiry. Kupang, Perhimpunan Pikul.juga dapat
diakses di http://www.perkumpulanpikul.org/download/
buku(2)/mencipta-kenyataan-baru-panduan-visioning.pdf
Hurlock, E. 2004. Psikologi Perkembangan sebagai Suatu
Pendekatan sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi kelima.
Terjemahan Bahasa Indonesia oleh Istiwidianti, dkk. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
| 353 |
THE SPIRIT of DAUZAN
Situs Online:
www.astralife.co.id.
www.appreciativeinquiry.case.edu
www.bandungbisnis.com.
www.koran-sindo.com
www.muhammadiyah.or.id
www.mpi.muhammadiyah.or.id
www.nasional.sindonews.com
www.print.kompas.com
www.pustakamu.id
www.radioaustralia.net.au
| 355 |
THE SPIRIT of DAUZAN
www.rumahbacakomunitas.org
www.suaramuhammadiyah.id
www.tegal.muhammadiyah.or.id
www.wawasan pendidikan.com
| 356 |