Anda di halaman 1dari 3

100 TOKOH MUHAMMADIYAH yang Menginspirasi

SUPRAPTO IBNU JURAIMI


Rihlah dakwah program Majelis Tabligh untuk
melakukan kunjungan dakwah ke daerah-daerah
sering diidentikkan dengan Ustadz Ibnu Juraim,
karena memang beliau sebagai perintis program
ini. Dalam rihlah dakwah yang mulai digagas sejak
Rakernas Majelis Tabligh 1996 sampai sekitar
tahun 2002, Ustadz Ibnu Juraimi sudah
mengunjungi sebanyak 225 PDM di pulau Jawa,
Madura, Kalimantan, Sulawesi, sebagian wilayah
Sumatera, separo Bali dan NTB

Kiyai Haji Suprapto Ibnu Juraimi, biasa dipanggil Pak Prapto, atau Ustadz Prapto atau Ustadz
Ibnu Juraimi, lahir di Jogja pada 3 Juli 1943. Ayah dari 7 orang anak dan alumni Madrasah Muallimin
Muhammadiyah Yogyakarta ini sempat mengenyam bangku kuliah di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Karena aktivitas kemahasiswaannya, beliau pernah melakukan demonstrasi menentang kebijakan kampus
yang dirasa tidak benar. Karena melakukan demo itu, maka pada tahun 1962 beliau “ditendang” (demikian
istilah beliau) atau diskors selama 5 tahun dari IAIN itu. Setelah itu, Suprapto sempat melanjutkan kuliah
lagi di Fakultas Hukum UII. Namun, skorsing dari IAIN itu bagi beliau dirasakan menjadi rahmat
tersembunyi. Beliau menjadi bisa merasa leluasa untuk mengaji kepada seorang ulama besar
Muhammadiyah murid langsung KHA Dahlan yaitu KRH. Hadjid.
Keteguhan seorang Ustadz Suprapto antara lain tercermin dalam kebiasaan shalat lail. Shalat lail
berjamaah dalam rangka mendidik kader-kader muda agar membiasakan diri melaksanakannya. Shalat
malamnya itu memiliki ciri khusus: rakaatnya berlangsung lama, duduk tahiyat awalnya juga lama, tahiyat
akhir apalagi, lebih lama. Qiraat/bacaan surat al-Fatihah dan ayat-ayat, seperti tidak ada intonasi, datar
seperti orang bertutur/bercerita, bahkan seperti orang berkata-kata memberi nasehat. Maka, shalat lail
yang demikian itu selalu memberi kesan khusus bagi siapa saja yang pernah menjadi makmum beliau. Soal
pendidikan shalat lail ini, Ustadz Ibnu Juraim sampai mendapat julukan sebagai “Bapak Pembangunan”.
Sebelum shalat lail dimulai, beliau selalu mendatangi kamar-kamar untuk membangunkan peserta, dengan
ucapan “Qum, qum, qum....bangun, bangun, banguun…, mari shalat lail…!” Itulah maka beliau dijuluki
“Bapak Pembangunan”.
Keteguhan hati Ustadz Ibnu Juraim banyak terdengar dari mulut ke mulut dalam cerita-cerita tentang
kiprah beliau baik ketika menjadi guru dan direktur Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta,
Mudir (direktur) Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM), maupun sebagai anggota pengurus
Majelis Tabligh, baik ketika di PWM DIY maupun di Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Ketika beliau
menjadi Direktur Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta, beliau juga sudah dikenal sebagai
seorang dai, instruktur, motivator, dan sekaligus sebagai muharrik yang menggerakkan anak-anak muda
untuk teguh pendirian atau konsisten dengan Islam.

:: 225 ::
100 TOKOH MUHAMMADIYAH yang Menginspirasi

Ketika Ustadz Ibnu Juraimi menjadi Direktur sebagai perintis program ini. Menurut beliau, rihlah
Madrasah Muallimin, terjadi perubahan sistem dakwah diilhami kisah perjalanan Nabi ke Thaif.
pendidikan Mu’allimin yang sangat mendasar. Kedatangan Nabi ke Thaif ini bukan karena diundang
Sebelumnya, asrama tidak menjadi satu kesatuan atau ditunggu, maupun karena diharap kedatang-
sistem dengan madrasah, maka sejak tahun 1980 annya oleh penduduk Thaif. Tetapi dilakukan semata
Mu’allimin mulai menganut sistem “long life edu- karena amanah dakwah yang dipikul oleh Rasulullah.
cation”. Pada sistem ini madrasah merupakan Sebagaimana hijrah dakwah Nabi Muhammad
merupakan subsistem dari pondok pesantren secara ke Thaif, perjalanan seorang muballigh Muham-
keseluruhan. Langkah perubahan ini didasari pemi- madiyah dalam rihlah dakwah juga bukan karena
kiran bahwa tujuan pendidikan Mu’allimin yang diharapkan atau dinanti-nanti kedatangannya. Menu-
sesuai dengan idealisme hanya bisa dicapai dengan rut Ustadz, kalau harus menunggu undangan dari
memadukan sistem madrasah dan asrama. PWM atau PDM, belum tentu undangan itu akan
Perpaduan antara kebutuhan mencetak kader ada. Sebagai program terobosan, rihlah dakwah
Persyarikatan dan kebutuhan santri untuk mendapat sifatnya memang menjemput bola, bahkan bisa
ijazah formal yang diakui negara, sehingga dapat dikatakan menyerbu bola.
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, adalah Dalam rihlah dakwah yang mulai digagas sejak
tuntutan yang tidak bisa dielakkan. Dibawah kepe- Rakernas Majelis Tabligh 1996 ini, Ustadz Ibnu
mimpinan beliau, langkah pengembangan yang Juraim memulai kegiatan sejak sore hari bakda shalat
dilakukan adalah: pertama, memasukkan kurikulum Ashar berjamaah, sampai sekitar pukul enam
Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah sesuai Kurikulum keesokan harinya. Seluruh peserta wajib menginap
1975 ke dalam kurikulum Mu’allimin (SKB 3 di lokasi acara, biasanya di dalam atau sekitar masjid.
Menteri, Menteri Agamanya Prof. Dr. H.A. Mukti Dalam acara itu disampaikan materi Risalah
Ali). Dengan cara ini para siswa Mu’allimin dapat Islamiyah, Tadabbur Al-Qur’an, Pembajaan Diri,
mengikuti ujian Madrasah Tsanawiyah dan Madra- Pelajaran KHA. Dahlan, dan diskusi berbagai materi
sah Aliyah Negeri. Kedua, para siswa diwajibkan khususnya yang berkaitan dengan ketarjihan. Tentu
tinggal di dalam asrama/pondok. Ketiga, pengajaran saja tidak terlupa adalah qiyamullail dengan gaya
Bahasa Arab dan Bahasa Inggris lebih diintensifkan Ustadz Ibnu Juraim yang khas itu.
lagi untuk mencetak siswa Mu’allimin yang handal Ustadz Ibnu Juraimi biasanya berangkat
dalam berbahasa asing. bersama seorang muballigh lain dari Majelis Tabligh.
Setelah tidak lagi menjadi direktur Muallimin, Sekali berangkat rihlah dakwah, perjalanan yang
Ustadz Ibnu Juraim melanjutkan pengabdiannya di dilakukan Ustadz Ibnu Juraim rata-rata ditempuh
Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM). selama 8 hari perjalanan, paling lama 23 hari. Saat
Beliau ditunjuk PP Muhammadiyah menjadi mudir masih menjadi guru Muallimin, biasanya beliau
PUTM. Sebagai sebuah lembaga PUTM memiliki berangkat rihlah ketika Muallimin sedang libur.
sistem pendidikan yang unik, PUTM mewajibkan Sampai akhir hayatnya, hampir seluruh PDM di
santri mahasiswanya melaksanakan qiyamullail seluruh Indonesia telah disambangi oleh Ibnu Juraim,
dan puasa Senin-Kamis. Karena itu tugas seorang dari Sumatera sampai Papua.
mudir tidak hanya mengajar dan membuat kebijakan. Dalam sebuah rihlah dakwah, kisah ini terjadi
Dalam hal ini, Ustadz Ibnu Juraim menunggui PUTM sekitar awal tahun 2001, dikisahkan oleh Ustadz Dr.
24 jam penuh. Mahli Zainuddin Tago, kini Sekretaris Majelis Tabligh
Cerita tentang keteguhan hati alias semangat PP Muhammadiyah dan Dekan FAI UMY. Pada
pantang menyerah dalam berdakwah dari Ustadz hari ke-21 dari perjalanan panjang rihlah dakwah
Ibnu Juraim tercermin dalam aktivitas Rihlah ke pulau Sumatera, setelah berkeliling hampir ke
Dakwah. Rihlah dakwah adalah program Majelis semua daerah tingkat dua di tiga propinsi: Jambi,
Tabligh untuk melakukan kunjungan dakwah ke Sumatera Selatan dan Lampung, mereka berdua
daerah-daerah. Rihlah dakwah ini sering diidentikkan berpisah di kota Metro. Dalam kondisi fisik yang
dengan Ustadz Ibnu Juraim, karena memang beliau sudah lelah, Ustadz Mahli kembali menuju Jogja,

:: 226 ::
100 TOKOH MUHAMMADIYAH yang Menginspirasi

sedangkan Ustadz Ibnu Juraim yang tentu lebih lelah di Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq di kompleks
lagi, beliau melanjutkan rihlah untuk beberapa hari pesantren Budi Mulia tempat acara diselenggarakan,
lagi di Lampung. tinggal di ruangan khusus disamping mihrab masjid.
Sendirian beliau menenteng tas bawaan dan Aktivitas dakwah yang beliau lakukan rutin tiap
termos es berisi jarum suntik dan insulin untuk tahun berangkaian dengan PIR itu adalah
menyuntik diri sendiri karena sakit gula kronis. Suatu melaksanakan dakwah di kota Palu. Jadi, awal
hari, Ustadz Mahli bertemu dengan menantu Ustadz sampai pertengahan ramadhan beliau di kota Palu,
Ibnu Juraim, Agus Syamsul Bahri, dia menceritakan Sulawesi Tengah, setelah itu beliau kembali ke Yogya
tentang Ustadz Ibnu Juraim dalam rihlah dakwah menuju Pesantren Budi Mulia untuk Pesantren
itu yang seperti tidak mengenal lelah meski dalam I’tikaf Ramadhan. Aktivitas ini secara rutin beliau
kondisi fisik berresiko bisa tiba-tiba ambruk itu. laksanakan hingga menjelang beliau wafat. Kota
Kekhawatiran Ustadz Mahli dijawab ringan oleh Palu adalah tempat beliau pertama kali dibenum,
sang menantu yang juga pernah menemani rihlah yakni istilah untuk dikirim melaksanakan tugas
dakwah, “Tidak usah khawatir Pak Mahli, cita-cita dakwah dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Bapak memang ingin syahid dalam perjalanan setelah beliau menyelesaikan pendidikan di Akademi
dakwah itu….” Tabligh Muhammadiyah.
Ustadz Prapto sangat akrab bagi kalangan Tanggal 21 April 2009, bakda dhuhur, ribuan
aktivis mahasiswa muslim yang pernah mengenyam jamaah memenuhi Masjid Besar Kauman Yogya-
pendidikan di Pesantren Mahasiswa Budi Mulia karta. Mereka bersama-sama melepas kepergian
Yogyakarta, didirikan dan diasuh oleh Dr. H.M. seorang mujahid dan muharrik yang teguh hati dalam
Amien Rais dan sahabat-sahabatnya para intelektual berdakwah. Ustadz Suprapto Ibnu Juraimi telah ber-
muslim di Yogyakarta. Pesantren ini mendidik santri pulang ke Rahmatullah. Inna lillahi wainna ilaihi
yang tinggal menetap di pondok, yakni mahasiswa raji’un. Berpuluh tahun sudah beliau gigih berdak-
terseleksi yang kuliah di PTN dan PTS Yogya. Ada wah. Beberapa tahun terakhir dengan kondisi gagal
juga yang disebut santri kalong, mereka santriwati ginjal, mengharuskan beliau melakukan cuci darah
yang mengikuti perkuliahan khusus, menginap, setiap dan kemudian diganti cuci perut (peritoneal dialy-
kamis sore hingga jum’at pagi. Pada kesempatan sis). Bahkan, menjelang akhir hayat dengan kondisi
itulah Ustadz Prapto memberikan pembinaan kepada mata yang tidak bisa lagi melihat, beliau tetap sema-
para mahasiswa itu dengan istilah Universitas Malam ngat berdakwah. Pada Rakernas Majelis Tabligh
Jum’at. Materi perkuliahan seputar akidah, ibadah tahun 2009 di Semarang, dua bulan sebelum beliau
praktis, dan materi yang beliau sebut “pembajaan wafat, beliau hadir dalam kondisi mata sudah tidak
diri”, untuk menggembleng mental kader-kader mampu melihat.
muda itu menjadi mujahid dakwah yang tangguh. Wajah-wajah duka jelas terlihat pada siang itu.
Shalat lail dan shalat shubuh secara berjamaah, Mereka yang merasa pernah menjadi murid beliau,
yang beliau latihkan setiap malam Jum’at kepada datang dari jauh untuk bertakziyah. Alumni Madra-
para santri mahasiswa itulah yang paling berkesan sah Mu’allimin, santri-santri alumni ponpes Budi
bagi mereka dan selalu ditunggu-tunggu. Pada Mulia, mantan-mantan mahasiswa yang dulu mengaji
setiap bulan Ramadhan, Budi Mulia juga kepada beliau, segenap kerabat, rekan seperjuangan,
menyelenggarakan Pesantren I’tikaf Ramadhan para pimpinan dan aktivis Muhammadiyah dan yang
pada 10 hari terakhir Ramadhan. Peserta PIR ini lainnya dengan khidmat mengikuti prosesi pema-
adalah mahasiswa muslim dari berbagai PTN dan kaman beliau; memberi penghormatan terakhir k
PTS seluruh Indonesia. Selain para para dosen epada ustadz yang mereka cintai. Wajah-wajah itu
muslim tokoh aktivis yang menjadi pemateri PIR, menjadi saksi atas keteguhan hati seorang guru,
Ustadz Ibnu Juraim mengambil peran yang sama muballigh, sekaligus muharrik, seorang mujahid
seperti pada Universitas Malam Jum’at dalam dakwah sejati. Allahumma ibdil lahu daron
pembinaan santri mahasiswa tersebut, namun kali khairan min darihi...** (adm)
ini beliau full selama 10 hari melaksanakan i’tikaf

:: 227 ::

Anda mungkin juga menyukai