ILMU KESEHATAN
TELINGA HIDUNG TENGGOROK
BEDAH KEPALA DAN LEHER
PENDAHULUAN
1. Daftar isi
A. OTOLOGI
1. Mastoidektomi
B. RHINOLOGI
C. LARING FARING
1. Trakeostomi
2. Direct Laringoskopi
D. ONKOLOGI
E. NEUROOTOLOGI
F. THT KOMUNITAS
1. BERA
G. BRONKOESOFAGOLOGI
1. Bronchoscopy
2. Esofagoskopi
A. OTOLOGI
1. Mastoidektomi
KEGIATAN
Nama
Diagnosis
Informed Choice & Informed Consent
Rencana Tindakan
Persiapan Sebelum Tindakan
II. PERSIAPAN PROSEDUR TIMPANOMASTOIDEKTOMI
- Pemberian antibiotika preoperatif, secara injeksi
- Menyiapkan mikroskop dan alat-alat yang akan digunakan
- Cuci tangan, memakai baju operasi dan handscoon
- tindakan a dan antiseptik pada daerah operasi dan sekitarnya dengan menggunakan povidon
iodine atau antiseptik lainnya
- pasang kain penutup operasi steril pada pasien, kecuali di area operasi
- Posisi pasien: terlentang, kepala miring ke arah berlawanan dengan sisi telinga yang dioperasi
III. PROSEDUR OPERASI
- Operasi dilakukan dalam narkosis
- Pada daerah operasi yang akan diinsisi dilakukan suntikan dengan larutan Xylocaine 1% dengan
epinefrin 1 : 100.000., untuk memisahkan periosteum
- Dilakukan insisi retroaurikular 3-5 mm dari sulkus atau pada batas kulit rambut daerah
retroaurikular, mulai dari kulit, subkutis, hingga periosteum, mulai dari setinggi linea temporalis
sampai mendekati ujung mastoid
- Dilakukan pengambilan tandur fasia muskulus temporalis atau perikondrium tragus
Mastoidektomi superfisialis:
- Bor korteks mastoid dengan landmark segitiga Mc Ewen, dengan mengidentifikasi dinding
posterior liang telinga, linea temporalis dan spina Henle. Identifikasi tegmen timpani, tegmen
mastoid, sinus sigmoid dan kanalis semisirkulatis lateralis.
Mastoidektomi dalam
- Identifikasi aditus ad antrum, fosa inkudis, solid angle dan N. Fasialis pars vertikal. Bila ada
jaringan patologis/ jaringan granulasi dibersihkan
- Identifikasi inkus, inkudimaleolar join dan maleus serta periksa mobilitas osikel dan patensi
aditus ad antrum. Bila perlu dilakukan timpanotomi posterior.
- Pasang tandur yang sudah disiapkan dengan salah satu teknik pemasangan graft (inlay, underlay,
overlay, inlay-underlay), sesuai dengan tipe timpanoplasti
- Diletakkan tampon liang telinga yang sudah dilapisi oleh salep antibiotik.
- Luka operasi ditutup dengan jahitan lapis demi lapis
- Bila perlu dipasang pipa salir di daerah insisi
PASCA OPERASI
- Instruksi pasca operasi
- pemberian antibiotika
- pemberian analgetik/atiinflamasi
- evaluasi pascaoperasi berupa adanya: perdarahan, paresis N.fasialis dan gangguan pendengaran
sensorineurineural
- rencana pasien dipulangkan 2 hari pascaoperasi
- tampon luar dikeluarkan 1 minggu pascaoperasi dan tampon dalam 2 minggu pascaoperasi
B. RHINOLOGI
1. Cald well Luc
2. Septoplasty
1. Cald well Luc
KEGIATAN
III. PROSEDUR
Pada sulkus ginggivobukal (fosa kanina), tepat diatas soket gigi dibuat insisi (insisi dapat antara
caninus sp premolar) melalui mukosa dan periosteum beberapa sentimeter dari garis
tengah. Mukosa secukupnya dipertahankan dibagian bawah untuk memudahkan penutupan
(A).
Periosteum dielevasi. Insersi otot-otot wajah mungkin memerlukan diseksi tajam untuk
membebaskannya dari dinding depan antrum (B).
Pemaparan diperluas ke atas sampai titik tepat dibawah tepi orbita, dimana saraf infra orbita
diidentifikasi dan dipertahankan. Dengan menggunakan osteotom atau bor, dinding depan
antrum dibuka. Lubang ini harus benar-benar diatas soket gigi dan diatas lantai antrum.
Semua fragmen patahan tulang diambil (C).
Dengan cunam Kerrison, lubang dilebarkan sampai ukuran yang diinginkan untuk
memungkinkan eksplorasi (D).
2. Septoplasty
- Suntikan diteruskan ke bagian yang cembung maupun cekung septum, untuk mengangkat
lapisan ini. Alat suction sangat membantu untuk mengangkat area ini.
- Setelah lapisan antara kartilago dan mukokondrium dapat dipisahkan, diseksi ke arah posterior
kartilago septum dari arah berlawanan dengan respatorium
- Kartilago septal dibebaskan dari perpendicular plate os ethmoid dan vomer (kondrotomi
posterior), sehingga diseksi dapat dilanjutkan ke arah posterior dari dua sisi untuk menyisihkan
septum bagian tulang (bony septum)
- Kartilago dapat dipotong dengan mudah di area maxilary crest (kondrotomi inferior). Kartilago
disini biasanya berlebihan di crest ini dan dapat direseksi pada satu sisi atau sisi lainnya.
- Bagian tulang septum (bony septum) dan bagian-bagian tulang lain yang tidak pada tempatnya
(displaced) harus direseksi
- Bila terdapat perforasi mukosa yang kecil, biasanya tidak menjadi persoalan, kecuali terdapat
perforasi kedua sisi. Bila terjadi perforasi seperti ini, harus dijahit dengan benang catgut 4-0 dan
jarum kecil.
- Kedua lapisan mukoperikondrium dapat dijahit bersamaan menggunakan benang catgut plain 4-
0 dengan jarum Keith yang kecil.
- Insisi hemitransfiksi ditutup dengan jahitan 2 matras dengan benang chromic catgut 4-0 dengan
jarum Keith.
- Septal splint yang dibuat dari silastik, dapat dipasang untuk mencegah sinekia, terutama apabila
septoplasti dikombinasi dengan reseksi konkha atau operasi bedah sinus endoskopi.
- Splint tersebut dipasang dengan jahitan transseptal memakai benang nylon 5-0
- Hidung ditampon dengan tampon yang sudah dilapisi oleh salep antibiotik.
PASCA OPERASI
Instruksi pasca operasi
a. pemberian antibiotik
b. pemberian analgetik/atiinflamasi
C.LARING FARING
1. TRAKEOSTOMI
KEGIATAN
I. KAJI ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR OPERATIF
- Nama
- Diagnosis
- Informed Choice & Informed Consent
- Rencana Tindakan
- Persiapan Sebelum Tindakan
- Evaluasi ulang indikasi dan kontra indikasi operasi
II. PROSEDUR OPERASI
- Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk prosedur Trakeostomi
telah tersedia dan lengkap
- Trakeotomi dapat dilakukan dengan anestesi lokal maupun umum.
- Posisi penderita tidur telentang, kepala hiperektensi (punggung diganjal bantal).
- Desinfeksi betadin daerah operasi dan sekitarnya, lapangan operasi dipersempit dengan doek
steril.
- Infiltrasi lidokain epinefrin di daerah operasi untuk anestesi dan vasokonstriksi.
- Insisi secara vertikal (atau horisontal) antara kartilago tiroid sampai batas atas suprasternal,
lapangan operasi diperlebar dengan retraktor.
- Insisi di garis tengah dipisahkan (diperdalam) lapis demi lapis, hati-hati terhadap vena jugularis
anterior, arteri tiroidea ima, kelenjar tiroid (ismus tiroid dapat diklem dipotong selanjutnya
diligasi/kauter atau disisihkan ke atas atau ke bawah).
- Identifikasi krikoid dan trakea dengan punksi percobaan (bila mengenai lumen trakea ditandai
udara masuk dalam spuit).
- Trakea dikait di tempat punksi percobaan, selanjutnya dilakukan insisi trakea pada ring kedua
dan ketiga dari arah inferior ke superior.
- Kanul trakea diinsersikan secara gentle dan dilakukan tes benang (bila kanul trakea masuk dalam
lumen trakea, maka benang akan bergerak dihembus oleh udara pernapasan lewat kanul).
- Kanul trakea difiksasi dengan meniup balon kanul, jahitan pada kulit leher, dan pita leher.
- Luka operasi yang terlalu lebar dapat dijahit secara longgar, terakhir ditutup dengan kasa, anak
kanul dipasang.
- Operasi selesai.
III. PASCA OPERASI
- Observasi pasase kanul, perdarahan, tekanan darah, suhu dan nadi secara teratur
- Mencegah terjadinya dehidrasi
- Pemberian antibiotik segera setelah operasi
- Mencegah terjadinya komplikasi pasca operasi
IV. PERAWATAN PASCA TRAKEOSTOMI
- perawatan kanul
- Perawatan komplikasi
- Bila fiksasi menggunakan balon, maka balon dikempiskan dalam 24 jam.
- Jahitan fiksasi kulit leher diangkat sebelum penderita dipulangkan atau pada hari ke-5.
- Penderita diedukasi cara perawatan kanul dan anak kanul serta tindakan pertama bila kanul
buntu total atau salah posisi
- Prosedur Dekanulasi
2. Direct Laringoskopi
Informed Consent
Pemeriksaan Penunjang
Penderita Puasa
Persiapan Tindakan
TINDAKAN
Memasukkan Laringoskop
Memasukkan Teleskop
Evaluasi Laring
2.
KEGIATAN/LANGKAH KLINIK
PERSIAPAN PRA-TINDAKAN
- Informed Consent
- Pemeriksaan Penunjang
- Persiapan Tindakan
- Evaluasi Nasofaring
- Evaluasi Laring
D. ONKOLOGI
E.NEUROOTOLOGI
1. Audiometri Nada Murni
1. Alat audiometer yang telah distandardisasi oleh American National Standards Institute (ANSI).
2. Suasana yang tenang. Bila perlu ruangan kedap suara.
3. Pemeriksa yang sabar dab teliti.
Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang baik maka prosedir yang perlu diperhatikan antara lain :
F. THT KOMUNITAS
1. Pemeriksaan BERA
I. PERSIAPAN PASIEN
Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
Memeriksa Identitas Pasien
- Informed consent
Penjelasan kepada penderita dan keluarganya mengenai pemeriksaan
yang akan dijalani serta risiko pemakaian obat-obatan yang akan
digunakan, disertai dengan tanda tangan persetujuan dari orang tua.
- Rencana pemeriksaan
- Persiapan sebelum tindakan
Persiapan pasien: sehat, tidak menderita ISPA
II. PERSIAPAN PEMERIKSAAN
Persiapan status
Memeriksa kesiapan alat; timpanometer , OAE dan AABR
Persiapan tempat (<40 dB)
Pemeriksaan THT (otoskopi & timpanometri)
Mengetahui keadaan liang telinga, membran timpani serta fungsi telinga tengah. Bila ada
kelainan, dilakukan penanganan terlebih dahulu
Bila perlu, diberikan sedasi
(contoh: chloral hidrat 50 – 75 mg/kgBB, maksimal pemberian 1.800 mg perkali (perhatikan indikasi
dan kontraindikasi))
III. PROSEDUR PEMERIKSAAN
Setelah anak tidur dilakukan pembersihan kulit dengan alkohol 70 %, dan abrasive gel pada
tempat untuk menempelkan elektroda
Dilakukan pemasangan elektroda dikedua mastoid dan dahi/pipi.
Dilakukan pemeriksaan impedance sampai tercapai impedance 3 – 5 kOhm (Bila impedance
masih tinggi, penempelan dan penempatan elektroda diperbaiki).
Dilakukan pemeriksaan skrining OAE
Dilakukan pemeriksaan AABR ( Automated Auditory Brainstem
Respons )
Melakukan analisis dan intepretasi hasil pemeriksaan
Bila hasil OAE dan AABR lulus skrining (Pass) pada anak dengan faktor risiko, perlu tetap
dipantau sampai anak berbicara.
Bila hasil Refer maka dilakukan pemeriksaan ulang sesuai dengan alur skrining HTA 2010
Diagnosis ditegakkan sebelum usia 3 bulan.