Anda di halaman 1dari 5

A.

Amal Usaha Muhammadiyah

Dalam perjuangan menegakkan dan mewujudkan masyarakat islam yang sebenar-


benarnya Muhammadiyah memiliki berbagai amal usaha dalam berbagai bidang kehidupan.
Muhammadiyah dalam mengelola amal usahanya didasarkan pada mencari ridlo Allah
semata demi kemaslahatan masyarakat, bergemanya syri'ah islam. Gerakan dakwah
Islamiyah melalui amal usaha ini secara langsung telah dirasakan dan dikenyam manfaatnya
oleh masyarakat dan bangsa Indonesia. Segala amal usaha Muhammadiyah berjalan dengan
landasan untuk beramal dan mewujudkan masyarakat Islam yang sebenarnya. Keikhlasan,
kesabaran, serta ketekunan menjadi modal utama para pengelola amal usaha Muhammadiyah
ini.
Dalam pasal 7 ayat 1 Anggaran Dasar Muhammadiyah “Untuk mencapai maksud dan
tujuannya, Muhmmadiyah melaksanakan Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Mungkar dan Tajdid
yang diwujudkan dalam usaha di segala bidang kehidupan”, dan ayat 2 menyebutkan “Usaha
Muhammadiyah diwujudkan dalam bentuk amal usaha , program, dan kegiatan yang macam
dan penyelenggaraannya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga”, yang kemudian diperjelas
dan diperinci dalam Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah pasal 3, disebutkan bahwa
usaha Muhammadiyah meliputi 14 macam, yaitu :
1. Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman, meningkatkan
pengalaman, serta menyebarluaskan ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan.
2. Memperdalam dan mengembangkan pengkajian ajaran Islam dalam berbagai aspek
kehidupan untuk mendapatkan kemurnian dan kebenarannya.
3. Meningkatkan semangat ibadah, jihad, zakat, infak, wakaf, shadaqah, hibah, dan amal
shalih lainnya.
4. Meningkatkan harkat, martabat, dan kualitas sumber daya manusia agar berkemampuan
tinggi serta berakhlaq mulia.
5. Memajukan dan memperbaharui pendidikan dan kebudayaan, mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni, serta meningkatkan penelitian.
6. Memajukan perekonomian dan kewirausahaan ke arah perbaikan hidup yang berkualitas.
7. Meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
8. Memelihara, mengembangkan dan mendayagunakan sumber daya alam dan lingkungan
untuk kesejahteraan.
9. Mengembangkan komunikasi, ukhuwah dan kerjasama dalam berbagai bidang dan
kalangan masyarakat dalam dan luar negeri.
10. Memelihara keutuhan bangsa serta berperan aktif dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
11. Membina dan meningkatkan kualitas serta kuantitas anggota sebagai pelaku gerakan.
12. Mengembangkan sarana, prasarana, dan sumber dana untuk mensukseskan gerakan.
13. Mengupayakan penegakkan hukum, keadilan dan kebenaran, serta meningkatkan
pembelaan terhadap masyarakat.
14. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan Muhammadiyah.
Empat belas bidang inilah yang kemudian melatarbelakangi Muhammadiyah
membentuk berbagai Majelis, Lembaga, Organisasi Otonom, Badan, dan Biro untuk
melaksanakan dan melancarkan amal usaha itu. Dari pengembangan ini lahirlah berbagai
amal usaha dalam bidang keagamaan, pendidikan, kemasyarakaat, maupun politik
kenegaraan.
Amal Usaha Bidang Keagamaan
Bidang ini adalah pusat semua kegiatan Muhammadiyah, serta menjadi dasar dan jiwa
setiap amal usahanya. Terkait dengan amal usaha di bidang lain, baik pendidikan,
kemasyarakatan, kenegaraan, dan lain-lain, kesemuanya tidak terpisah dari jiwa, dasar, dan
semangat keagamaan. Di antara usahanya adalah untuk membentuk Majelis Tarjih pada
1927, lembaga yang menghimpun ulama dalam Muhammadiyah yang secara rutin
melakukan permusyawaratan, memberikan fatwa, dan membuat tuntunan dalam bidang
keagamaan yang sangat bermanfaat bagi masyarakat.
Selain itu, usaha di bidang keagamaan ini juga bisa dilihat dari kepeloporan
Muhammadiyah dalam penentuan awal puasa Ramadhan dan Idul Fitri dengan metode hisab
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Muhammadiyah juga tercatat sebagai
organisasi pertama yang mendirikan mushala khusus wanita, meluruskan arah kiblat,
memberikan tuntunan zakat profesi, dan lain-lain.
Amal Usaha Bidang Pendidikan
Mencermati jejak K.H. Ahmad Dahlan, sejak awal kiprahnya dia sangat mengutamakan
pendidikan umat Islam menjadi umat yang berilmu, baik ilmu agama maupun ilmu umum.
Tidak heran jika bidang amal usaha yang dirintis pertama kali adalah sebuah sekolah di
rumahnya dan biaya pendidikannya pun ditanggungnya sendiri.
Bahkan, salah satu faktor penyebab lahirnya Muhammadiyah adalah tidak efisiennya
lembaga pendidikan di Indonesia saat itu. Lembaga pendidikan yang tersedia sudah tidak
memenuhi kebutuhan dan tantangan zaman lagi, sehingga isi, metode pengajaran, bahkan
sistemnya juga harus dirombak. Muhammadiyah mulai mendirikan sekolah yang tidak lagi
memisahkan pelajaran yang dianggap sebagai ilmu agama dengan pelajaran yang dianggap
sebagai ilmu umum (dunia).
Kini lembaga pendidikan Muhammadiyah sudah berkembang luas di pelosok tanah air.
Hingga tahun 2012, Muhammadiyah memiliki 4.623 Taman Kanak-Kanak (TK), 2.604
Sekolah Dasar (SD), 1.769 Madrasah Diniyah/Ibtidaiyah (MI), 1.718 Sekolah Menengah
Pertama (SMP), 534 Madrasah Tsanawiyah (MTS), 1.143 Sekolah Menengah Atas (SMA),
263 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), 172 Madrasah Aliyah (MA), dan 67 Pondok
Pesantren. Adapun di bidang pendidikan tinggi, hingga tahun itu Muhammadiyah memiliki
172 Perguruan Tinggi.
Amal Usaha Bidang Kemasyarakatan dan Bidang Kesehatan
Sejak awal berdirinya Muhammadiyah menaruh perhatian besar terhadap kesejahteraan
masyarakat, khususnya masyarakat kelas dhu’afa. Penyaluran dan pembagian zakat fitrah dan
maal kepada fakir miskin dan asnaf yang lain. Pendirian panti asuhan, panti miskin, panti
jompo, balai kesehatan, poliklinik, Rumah sakit Ibu dan Anak dan Rumah Sakit Umum.
Untuk mengelola amal-amal usaha tersebut maka dibentuklah :
1. Majelis Pelayanan Kesehatan masyarakat.
2. Majelis Pelayanan Sosial.
3. Majelis Pemberdayaan Masyarakat.
4. Majelis Lingkungan Hidup.
5. Lembaga Penangulangan Bencana.
Hingga tahun 2005, dalam bidang kesehatan Muhammadiyah memiliki 345 amal
usaha, baik berupa rumah sakit umum, rumah sakit bersalin, rumah bersalin, balai kesehatan
ibu dan anak (BKIA), balai pengobatan, poliklinik, balai kesehatan masyarakat, maupun
layanan kesehatan yang lain. Dalam bidang kesejahteraan sosial, Muhammadiyah telah
memiliki 330 amal usaha, baik berupa panti asuhan yatim, panti jompo, balai kesehatan
sosial, santunan keluarga, panti wreda/manula, santunan wreda/manula, panti cacat netra,
maupun santunan kematian. Dalam bidang ekonomi, hingga 2005 Muhammadiyah memiliki
5 bank perkreditan rakyat (BPR), 190 Baitut Tamwil Muhammadiyah, dan 808 Koperasi
(warga) Muhammadiyah.
Amal Usaha Bidang Politik Kenegaraan
Muhammadiyah bukan suatu organisasi politik dan tidak akan menjadi partai politik.
Meskipun demikian, dengan keyakinan bahwa agama Islam adalah agama yang mengatur
segenap kehidupan manusia di dunia ini maka dengan sendirinya segala hal yang
berhubungan dengan dunia juga menjadi bidang garapnya, tak terkecuali soal-soal politik
kenegaraan. Akan tetapi, jika ikut bergerak dalam urusan kenegaraan dan pemerintahan,
Muhammadiyah tetap dalam batas-batasnya sebagai gerakan dakwah Islam amar makruf nahi
munkar, dan tidak bermaksud menjadi partai politik.
Atas dasar pendirian itulah, K.H Ahmad Dahlan ikut duduk menjadi pengurus Budi
Utomo atau pun menjadi penasehat pimpinan Sarekat Islam. Begitu pula pemimpin-
pemimpin Muhammadiyah yang lain seperti K.H Fakhruddin, K.H Mas Mansyur, Ki Bagus
Hadikusumo dan Prof. Hamka pada dasarnya mempunyai pendirian yang sama. Di antara
perjuangan Muhammadiyah yang dapat digolongkan kedalam politik kenegaraan adalah :
1. Menentang kebijakan pemerintah belanda agar semua binatang yang dijadikan "qurban"
dibayar pajaknya.
2. Pada zaman kolonial berjuang agar urusan agama di Indonesia yang mayoritas
penduduknya beragama Islam, juga dipegang oleh orang Islam.
3. Ikut memelopori berdirinya Partai Islam Indonesia, termasuk menjadi pendukung utama
berdirinya Partai Islam Masyumi tahun 1945.
4. Ikut menanamkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air di kalangan umat Islam
Indonesia, dengan menggunakan Bahasa Indonesia dalam tabligh, khutbah ataupun
tulisan-tulisannya.
5. Ikut aktif dalam keanggotaaan MIAI (Majelis Islam A'la Indonesia) dan menyokong
sepenuhnya tuntutan gabungan Politik Indonesia (GAPI) agar Indonesia memiliki
parlemen di zaman penjajahan.

B. Kedudukan Serta Fungsi Amal Usaha Muhammadiyah


Muhammadiyah mempunyai semboyan dalam gerakannya : “Sepi Ing Pamrih rame ing
gawe atau Sedikit Bicara Banyak Bekerja” Sebagai bentuk realisasi dari kegiatan
Muhammadiyah dalam berbagai bidang kehidupan untuk mencapai maksud dana tujuan
Muhammadiyah dan Sebagai wujud dari pelakasanaan gerakan dakwah Muhammadiyah
dalam bidang-bidang kehidupan agar manfaatnya dapat langsung dirasakan masyarakat.
Berikut fungsi amal usaha muhammadiyah :
1. Untuk membimbing masyarakat ke arah perbaikan kehidupan sesuai dengan tuntunan
Islam dalam bentuk kerja nyata.
2. Sebagai wadah atau sarana peribadatan bagi warga Muhammadiyah.

C. Dasar dan Pedoman Mengelola Amal Usaha Muhammadiyah


Berikut dasar dan pedoman mengelola amal usaha muhammadiyah :
1. Amal Usaha Muhammadiyah adalah salah satu usaha dari usaha-usaha dan media
dakwah Persyarikatan untuk mencapai maksud dan tujuan Persyarikatan, yaitu
menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya. Oleh karena itu semua bentuk kegiatan amal usaha
Muhammadiyah harus mengarah kepada terlaksananya maksud dan tujuan itu dan seluruh
pimpinan serta pengelola amal usaha berkewajiban utnuk melaksanakan misi utama
Muhammadiyah dengan sebaik-baiknya sebagai misi dakwah.
2. Amal Usaha Muhammadiyah adalah milik psersyarikatan dan Persyarikatan bertindak
sebagai bada hukum/yayasan dari seluruh amal usaha sehingga semua bentuk
kepemilikan Persyarikatan hendaknya dapat diinvetarisasi dengan baik serta dilindungi
dengan bukti kepemilikan sah menurut hukum yang berlaku. Oleh karena itu, setiap
pimpinan dan pengelola amal usaha di berbagai bidang dan tingkatan berkewajiban
menjadikan amal usaha dan pengelolaanya secara keseluruhan sebagai amanat umat yang
harus ditunaikan dan dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya.
3. Pimpinan amal usaha Muhammadiyah diangkat dan diberhentikan oleh pimpinan
persyarikatan dalam kurun waktu tertentu. Dengan demikian pimpinan amal usaha dalam
mengelola amal usahanya harus tunduk kepada kebijaksanaan Persyarikatan dan tidak
menjadikan amal usaha itu terkesan sebagai milik pribadi atau keluarga yang akan
menjadi fitnah dalam kehidupan dan bertentangan dengan amanat.
4. Pimpinan amal usaha Muhammadiyah adalah anggota Muhammadiyah yang mempunyai
keahlian tertentu di bidang amal usaha tersebut. Oleh karena itu status keanggotaan dan
komitmen pada misi Muhammadiyah menjadi sangat penting bagi pimpinan tersebut agar
yang bersangkutan memahami secara tepat tentang fungsi amal usaha tersebut bagi
Persyarikatan dan bukan semata-mata sebagai pencari nafkah yang tidak peduli dengan
tugas-tugas dan kepentingan Persyarikatan.
5. Pimpinan amal usaha Muhammadiyah harus dapat memahami peran dan tugas dirinya
dalam mengemban amanat Persyarikatan. Dengan semangat amanat tersebut maka
pimpinan akan selalu menjaga kepercayaan yang telah diberikan oleh Persyarikatan
dengan melaksanakan fungsi manajemen perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
yang sebaik-baiknya dan sejujur-jujurnya.
6. Pimpinan amal usaha Muhammadiyah senantiasa berusaha meningkatkan dan
mengembangkan amal usaha yang menjadi tanggung jawabnya dengan penuh
kesungguhan . Pengembangan ini menjadi sangat penting agar amal usaha senantiasa
dapat berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat) guna memenuhi tuntutan
masyarakat dan zaman.
7. Sebagai amal usaha yang bisa menghasilkan keuntungan, maka pimpinan amal usaha
Muhammadiyah berhak mendapatkan nafkah dalam ukuran kewajaran (sesuai ketentuan
yang berlaku) yang disertai dengan sikap amanah dan tanggungjawab akan
kewajibannya. Untuk itu setiap pimpinan Persyarikatan hendaknya membuat tata aturan
yang jelas dan tegas mengenai gaji tersebut dengan dasar kemampuan dan keadilan.
8. Pimpinan amal usaha Muhammadiyah berkewajiban melaporkan pengelolaan amal usaha
yang menjadi tanggung jawabnya, khususnya dalam hal keuangan, kekayaan kepada
pimpinan Persyarikatan secara bertanggung jawab dan bersedia untuk diaudit serta
mendapatkan pengawasan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
9. Pimpinan amal usaha Muhammadiyah harus bisa menciptakan suasana kehidupan Islami
dalam amal usaha yang menjadi tanggung jawabnya dan menjadikan amal usaha yang
dipimpinnya sebagai salah satu alat dakwah maka tentu saja usaha ini menjadi sangat
perlu agar juga menjadi contoh dalam kehidupan bermayasrakat.
10. Karyawan amal usaha Muhammadiyah adalah warga (anggota) Muhammadiyah yang
dipekerjakan sesuai dengan keahlian atau kemampuannya. Sebagai warga
Muhammadiyah diharapkan karyawan mempunyai rasa memiliki dan kesetiaan untuk
memelihara serta mengembangkan amal usaha tersebut sebagai bentuk pengabdian
kepada Allah dan berbuat kebajikan kepada sesama. Sebagai karyawan dari amal
usaha Muhammadiyah tentu tidak boleh terlantar dan bahkan berhak memperoleh
kesejahteraan dan memperoleh hak-hak lain yang layak tanpa terjebak pada rasa
ketidakpuasan, kehilangan rasa syukur, melalaikan kewajiban dan bersikap berlebihan.

Anda mungkin juga menyukai