Sistem kemih terdiri dari organ pembentuk urin (ginjal) dan struktur-
struktur yang membawa urin dan ginjal keluar untuk dieliminasi dari tubuh. Ginjal
adalah sepasang organ berbentuk kacang dengan panjang 4-5 inci yang terletak di
belakang rongga abdomen (di antara rongga perut dan pinggang), satu di masing-
masing sisi kolumna vertebralis, sedikit di atas garis pinggang. Setiap ginjal
mendapat satu arteri renalis dan satu vena renalis, yang masing-masing masuk dan
keluar ginjal di indentasi ginjal yang menyebabkan organ ini seperti kacang. Ginjal
bekerja pada plasma yang mengalir melaluinya untuk menghasilkan urin,
mengonservasi bahan-bahan yang akan dipertahankan di dalam tubuh dan
mengeluarkan bahan yang tidak diperlukan tubuh. 1
Gambar 1.2 Posisi ginjal, Ren [Nephros], dan kelenjar anak ginjal, Glandula
suprarenalis, dalam rongga retroperitoneal; dilihat dari ventral. 1
Gambar 1.3 Ginjal, Ren [Nephros], dan kelenjar anak ginjal, Glandula
suprarenalis, sisi kiri dilihat dari ventral. 1
Ginjal yang berbentuk seperti kacang memiliki Polus superior dan inferior.
Hilum renale, yang terletak di antara Polus dan menghadap ke medial,
berhubungan dengan ruangan di dalam ginjal (Sinus renalis) dan berisi pembuluh
darah ginjal dan Ureter. Glandula suprarenalis berdekatan dengan Polus superior
ginjal. Tempat masuk pembuluh darah di garis medial terkadang disebut Hilum.1
Gambar 1.4 Ginjal, Ren Nephrosl, sisi kiri; dilihat dari ventral; setelah biseksi
vertical 1
Gambar 1.5 Ginjal, Ren Nephrosl, sisi kiri; dilihat
dari ventral; setelah biseksi vertical dan Pelvis renalis dibuka1
Ginjal terdiri dari Cortex (Cortex renalis) dan Medulla Medulla renalis).
Medulla dibagi lagi menjadi beberapa bagian yang, berdasarkan bentuknya,
disebut piramida ginjal (Pyramides renales). Columnae renales terletak di antara
piramida-piramida ginjal ini. Satu piramida dan area kortikal di dekatnya disebut
Lobus renalis. Batas antara 14 lobus tidak dapat dilihat pada permukaan ginjal
manusia dewasa. Ujung piramida (Papillae renales) memasuki Calices renales
majores dan minores untuk mengeluarkan urin (panah). Bersama dengan jaringan
adiposa dan pembuluh darah ginjal, Pelvis renalis terletak dalam Recessus
medialis parenkim ginjal (Sinus renalis).
Gambar 1.6 Ginjal, Ren [Nephros]; potongan transversal melalui Sinus renalis;
dilihat dari kaudal. 1
Bagian korteks yang menyelimuti dasar piramid disebut arkus korteks atau
lengkung korteks (cortical arch). Secara makroskopik, ada tiga struktur yang dapat
diamati pada korteks
1. Bagian berupa titik seperti granula berwarna merah, yaitu korpuskel ginjal
2. tubulus kontortus (tubulus bergelung), labirin korteks
3. garis-garis yang berjalan longitudinal, yaitu prosesus medula/berkas medulla
(prosesus Ferreini atau medullary ray), merupakan kelanjutan dari piramid ginjal
menjorok ke korteks. 1
Nefron
Terdapat dua tipe nefron pada ginjal manusia: nefron kortikal yang pendek,
dan nefron jukstamedular yang panjang. Nefron kortikal dibagi menjadi dua
kelompok, nefron superfisial dan nefron midkortikal, kedua kelompok ini, tidak
ada yang mencapai medula. Sedangkan nefron jukstamedular, korpuskel renalnya
berada di korteks namun bagian tabularnya mencapai mendula. Lokasi spesifik
kedua tipe nefron itu, komposisi selular pada masing-masinglokasi, dan
pengaturan khusus antara masing-masing lokasi tersebut menyebabkan medula
terbagi menjadi 2 sub bagian, yaitu zona luar (outer zone) dan zona dalam (inner
zone). Zona luar medula dibagi lagi menjadi garis luar (outer stripe) dan garis
dalam (inner stripe). Kecuali diberi catatan khusus, semua yang dijelaskan ini
menjelaskan tentang nefron jukstaglomerular, walaupun hanya merupakan 15%
dari seluruh nefron.2
Korpuskel Ginjal
Korpuskel ginjal, adalah struktur yang berbentuk oval sampai bulat dengan
diameter 200-250 μm, disusun oleh kapilar bergelung, glomerulus yang
mengalami invaginasi ke dalam kapsula Bowman yang berdilatasi dan membentuk
struktur seperti kantong, merupakan ujung proksimal nefron. Selama proses
tumbuh kembang, kapilar-kapilar dibentuk oleh ujung buntu bagian tubular nefron,
hampir seperti jika tangan ditekankan ke balon (yang sudah ditiup) sampai ke
ujung. Sehingga ruang dalam kapsula bowman yang disebut ruang Bowman atau
Bowman's space (ruang urinarius) menjadi berkurang volumenya. Glomerulus
melekat pada kapsula Bowman pars viseral yang disusun oleh modifikasi sel epitel
yang disebut podosit. Dinding luar yang mengelilingi ruang Bowman disusun oleh
epitel selapis gepeng (berdiri di atas lamina basal yang tipis), disebut lapisan
parietal (kapsula Bowman pars parietal).2
Bagian korpuskel ginjal tempat pembuluh darah masuk dan keluar disebut
kutub vaskular, sedangkan bagian muara pertemuan ruang Bowman dengan
tubulus proksimal disebut kutub urinarius. Glomerulus diperdarahi oleh arteriol
aferen glomerulus yang lurus dan pendek, sedangkan aliran darah baliknya dibawa
oleh arteriol eferen glomerulus; Glomerulusnya sendiri secara keseluruhan
merupakan bantalan kapilar. Meski diameter luar arteriol aferen lebih besar
daripada arteriol eferen, namun diameter lumennya kurang lebih sama ( dinding
arterial aferen lebih tebal).2
Terdapat tiga unsur sawar filtrasi (sel endotel, lamina basalis, celah filtrasi
atau diafragma), sehingga material selular dan makromolekul tidak dapat melewati
glomerulus; sehingga, ultrafiltrat sama dengan plasma (tanpa unsur
makromolekul).2
Molekul yang lebih besar dari 69.000Da (misalnya albumin) ditahan oleh
lamina basalis. Selain berat molekul, bentuk dan muatan molekul serta fungsi
sawar filtrasi, semua mempengaruhi kemampuan molekul melewati sawar filtrasi.
Karena sawar filtrasi bermuatan negatif, makromolekul yang bermuatan negatif
kurang mampu melewati sawar dibandingkan dengan makromolekul yang
bermuatan positif atau netral.2
Glomerulus
Lamina Basal
Kapsula Bowman pars viseral disusun oleh sel-sel epitel yang mengalami
modifikasi sehingga memiliki fungsi filtrasi yang sangat kuat. Sel-sel berukuran
besar ini disebut podosit, memiliki juluran sitoplasma panjang seperti tentakel,
yang disebut prosesus primer, yang berjalan sejajar dengan aksis longitudinal
kapilar glomerulus, namun tidak menempel. Masing-masing prosesus primer
memiliki banyak juluran yang disebut dengan prosesus sekunder atau dikenal
dengan pedikel yang tersusun rapi. Hampir semua kapilar glomerulus diselimuti
seluruh permukaannya oleh pedikel, karena pedikel tersusun secara interdigitasi
dengan pedikel di sebelahnya yang berasal dari prosesus primer podosit lain. 2
Tubulus Proksimal
a. 2/3 bagian awal dari tubulus kontortus (tubulus bergelung), disebut sebagai
daerah S1
b. Bagian tersisa dari tubulus kontortus (tubulus bergelung) dan sebagian besar
ansa Henle segmen tebal pars desendens (tubuh rektus), disebut sebagai daerah S2
c. Bagian sisa dari ansa Henle segmen tebal pars desendens (tubulus rektus),
disebut sebagai daerah S3
Sel-sel di daerah S1 memiliki mikrovili yang panjang (1,3-1,6 μm), dan
tersusun rapat serta sistem kaveol intermikrovili (caveolae) yang dikenal sebagai
kanalikuli apikal. Kanalikuli ini meluas sampai ke dalam sitoplasma apikal. Sistem
ini lebih panjang selama proses aktif diuresis, yang menunjukkan bahwa fungsinya
adalah meresorpsi protein saat bersihan tubular (tubular clearing) pada ultrafiltrat
glomerular. Mitikondria, apparatus Golgi, dan komponen-komponen sel normal
lainnya, dapat ditemukan pada sel-sel S1 ini. Dengan pengamatan lebih rinci,
ditemukan bahwa prosesus lateral dan basal dapat memanjang sampai hampir
seluruh ketinggian sel. Prosesus ini panjang dan sempit dan biasanya memiliki
mitokondria tubular yang memanjang.2
Sekitar 67%-80% natrium, klorida (C1-), dan air diresorpsi dari cairan
ultrafiltrat glomerular dan dibawa ke jaringan ikat stroma oleh sel-sel tubulus
proksimal. Natrium dipompa secara aktif keluar sel pada membran basolateral oleh
pompa natrium yang berhubungan dengan Natrium-Kalium adenosine trifosfatase
(Na+, K+-ATPase). Ion Natrium (Na+) diikuti oleh klorida untuk menjaga agar
muatan tetap netral dan diikuti juga oleh air untuk menjaga keseimbangan tekanan
osmotik. Air melewati channel aquaporin-1 yang berada di membran basolateral
sel. Sedangkan semua glukosa, asam amino, dan protein yang terkandung dalam
cairan ultrafiltrat glomerular diresorpsi oleh vakuol apparatus endositik sel tubulus
proksimal. Tubulus proksimal juga mengeliminasi larutan organik, obat, dan
toksin yang harus segera diekskresikan dari tubuh.3
Setiap hari, sebanyak 140g glukosa, 430g natrium, 500g klorida, 300g
bikarbonat, 18g ion kalium, 54g protein dan 142L air dipertahankan oleh tubulus
proksimal ginjal.3
Tubulus proksimal juga mengeluarkan substansi tertentunke dalam lumen
tubulus, yaitu hidrogen, amonia, fenol merah, asam hipurat, asam urat, basa
organik dan etilendiamintetraasetat dan juga obat-obatan seperti penisilin.3
Inti sel penyusun ansa Henle segmen tipis, menonjol ke arah lumen;
sehingga dalam sediaan blok parafin, tampilannya seperti kapilar yang terpotong
melintang. Perbedaannya dengan kapilar adalah sel-sel epitelnya sedikit lebih
tinggi, inti terwarna kurang padat, dan dalam lumen tidak ada sel darah.3
Ultrastruktur sel epitel penyusun segmen tipis ini seperti biasa, terdapat
beberapa mikrofili yang pendek gemuk pada permukaan lumen dan beberapa
mitokondria di sitoplasma di sekeliling inti. Banyak prosesus menjulur dari bagian
basal mengadakan interdigitasi dengan sel di sebelahnya.3
Keempat tipe sel penyusun ansa Henle di lokasi yang berbeda ini dapat
dibedakan berdasarkan ultrastrukturnya. Ansa Henle segmen tipis pars desendens
memiliki permebilitas yang tinggi terhadap air, karena terdapat banyak kanal air
aquaporin-1, yang permeable terhadap urea, natrium, klorida, dan ion-ion lainnya.
Perbedaan utama antara segmen tipis pars asendens dengan pars desendens adalah
bahwa pars asendens hanya memiliki permeabilitas sedang terhadap air. Perbedaan
yang nyata sehubungan dengan permeabilitas terhadap air ini akan didiskusikan
kemudian. 3
Tubulus Distal
Tubulus distal dibagi menjadi bagian yang lurus (parsrektus) dan bagian
yang bergelung (pars kontortus). Bagian yang lurus merupakan kelanjutan dari
ansa Henle segmen tipis pars asendens, juga dikenal dengan nama ansa Henle
segmen tebal pars asendens atau tubulus rektus distal. Sedangkan bagian yang
bergelung disebut juga tubulus kontortus distal. Ada struktur khusus yang berada
di peralihan bagian lurus dengan bagian bergelung, yang disebut makula densa,
merupakan modifikasi sel-sel tubulus distal.3
Ansa Henle segrnen tebal pars asendens panjangnya kurang lebih 9-10 mm
dengan diameter sekitar 30-40 μm. Bagian ini menghubungkan ansa Henle segmen
tipis pars asendens di daerah garis dalam medula dan terus naik melewati medulla
mencapai korteks. Epitel kuboid selapis yang membentuk ansa Henle segmen tebal
pars asendens ini memiliki inti di tengah, berbentuk bulat sampai oval dan sedikit
mikrovili yang pendek seperti drum stick (club-shaped). Meskipun bagian lateral
sel berinterdigitasi satu sama lain, namun hubungan antar sel yang bersebelahan
itu masih belum terungkap sejelas tubulus kontortus proksimal. Interdigitasi di
daerah basal lebih luas, dan jumlah mitokondria sel ini lebih banyak daripada
tubulus kontortus proksimal. Lebih lanjut, sel-sel ini membentuk zonula okludens
(zonulae occludentes) yang sangat efisien dengan sel di sebelahnya.3
Ansa Henle segmen tebal pars asendens tidak permeable terhadap air dan
urea. Sebagai tambahan, sel-selnya memiliki pompa klorida (kemungkinan juga
natrium) yang berfungsi dalam transport aktif klorida (dan natrium) dari
lumennya. Saat cairan filtrat mencapai korteks ginjal dalam lumen tubulus distal,
konsentrasi garamnya rendah dan konsentrasi ureanya tetap tinggi. Sel-sel ini juga
merupakan pabrik protein Tamm-Horsfall, yang dilepaskan ke lumen ansa Henle
segmen tebal pars asendens untuk mencegah pembentukan batu ginjal.3
Saat ansa Henle segmen tebal pars asendens berjalan dekat korpuskel
ginjalnya sendiri, maka ansa Henle tersebut berada di antara arterial aferen dan
eferen glomerulus. Di daerah ini, tubulus distal diberi nama makula densa. Karena
sel macula densa tinggi dan langsing, maka inti selnya terlihat jauh lebih rapat
daripada inti sel tubulus distal di lokasi lain.3
Serupa dengan ansa Henle segmen tebal pars asendens, tubulus kontortus
distal juga tidak permeabel terhadap air dan urea. Namun pada plasmalema
basolateral sel ini, berlangsung aktivitas Na+, K+-ATPase yang tinggi,
menggerakkan pompa pertukaran natriumkalium. Sebagai respons terhadap
hormon aldosteron, sel-sel ini secara aktifmeresorpsi hampir semua sisa natrium
(dan resorpsi klorida secara pasif) dari lumen tubulus ke jaringan interstisial ginjal.
Selanjutnya, kalium dan ion hidrogen secara aktif disekresi ke dalam lumen, hal
ini untuk mengontrol kadar kalium cairan ekstraselular tubuh dan selanjutnya juga
mengontrol keasaman urin.3
Ansa Henle segmen tebal pars asenden impermeable terhadap air, namun
pompa klorida secara aktif memindahkan ion klorida dari lumen tubulus dan ion
ini masuk ke interstisium ginjal. Ion natrium mengikuti secara pasif (walaupun ada
beberapa yang mengatakan terdapat pompa natrium) untuk mempertahankan
muatan elektrik dalam keadaan netral. Makin naik filtrat maka ion makin sedikit;
oleh sebab itu jumlah garam yang berpindah ke interstisium menurun. Jadi,
gradien konsentrasi garam terbentuk dimana osmolaritas interstisial tertinggi
berada di dalam medula, dan osmolaritas intersisial makin menurun ke arah
korteks.3
Karena medula terdiri atas ansa Henle segmen tebal dan tipis (pars asenden
dan pars desenden) dan duktus koligens, gradien osmolaritas yang terbentuk akan
menyebar dan berdampak sama pada seluruh tubulus. Oleh sebab itu, kita dapat
menyimpulkan pergerakan ion dan air dimulai sebagai ultrafiltrat yang isotonik
dengan darah sewaktu meninggalkan tubulus proksimal pars rekta.2
Saat ultrafiltrat berada pada ansa Henle segmen tipis pars desenden,
ultrafiltrat mulai kehilangan air (mengurangi volume dan meningkatkan
osmolaritas), bereaksi terhadap gradien osmotik interstisium, sehingga filtrat
intraluminal lebih kurang seimbang dengan jaringan ikat sekitarnya.2
Cairan dengan osmolaritas tinggi ini naik ke ansa Henle segmen tipis pars
asenden, yang sebagian besar impenneabel terhadap air tapi tidak terhadap garam.
Sehingga volume ultrafiltrat tidak berubah (artinya volume ultrafiltrat sama saat
meninggalkan dan masuk ansa Henle segmen tipis pars asenden) tapi osmolaritas
ultrafiltrat dalam tubulus menyesuaikan dengan osmolaritas intertsisium.2
Cairan yang masuk ke ansa Henle segmen tebal pars asenden melewati
daerah yang tidak permeable terhadap air, namun memiliki pompa klorida, yang
mengeluarkan ion klorida dari lumen, diikuti secara pasif (bisa juga aktif) oleh ion
natrium. Karena air tidak dapat meninggalkan lumen, cairan ultrafiltrat menjadi
hipotonik namun volumenya tetap stabil saat berjalan ke atas dalam ansa Henle
segmen tebal pars asenden menuju korteks. Ion klorida dan natrium yang dibawa
keluar dari lumen ansa Henle segmen tebal pars asenden ke jaringan ikat
bertanggung jawab dalam menjaga kestabilan gradien konsentrasi dalam
interstisial ginjal di zona luar medula.2
Aparatus Jukstaglomerular
Sel-sel makula densa tinggi, langsing, dan pucat dengan inti di sentral.
Karena sel-sel ini langsing, inti yang terwarna padat terlihat berdekatan, bersama-
sama, dengan mikroskop cahaya inti-inti tersebut terlihat sebagai bercak padat.
Dengan mikroskop elektron, terlihat banyak mikrovili, mitokondria kecil, dan
badan golgi terletak di bawah inti (infranuclear).2
Sel makula densa bertugas mengawasi volume dan konsentrasi filtrat. Bila
konsentrasi natrium di bawah ambang batas, sel macula densa akan melakukan dua
hal berikut:
Duktus koligens bukan merupakan bagian nefron. Saluran ini berasal dari
jaringan embryologi yang berbeda, dan baru pada tahap perkembangan selanjutnya
bergabung dengan nefron membentuk struktur yang kontinu. Tubulus kontortus
distal dari beberapa nefron bergabung membentuk saluran pendek, yaitu tubulus
penghubung (connecting tubule) yang kemudian bermuara pada duktus koligens
(collecting tubule). Cairan yang masuk ke dalam duktus koligens dimodifikasi dan
dialirkan ke papilla medul. Panjang duktus koligens kurang lebih 20 mm dan
ditemukan di tiga lokasi:
a. Kortikal
b. Medular
c. Papilar
a. Sel-sel Prinsipal
b. Sel-sel interkalaris
Sel-sel prinsipal memiliki inti oval dan terletak sentral, sedikit mitokondria,
serta mikrovili pendek dan jarang. Membran basal sel memiliki banyak lipatan.
Sedangkan membran lateral selnya tidak memiliki lipatan, sehingga dapat terlihat
jelas dengan menggunakan mikroskop cahaya. Sel-sel ini memiliki banyak kanal
aquaporin-2 yang sangat sensitive terhadap hormon anti-diuretik/ antidiuretic
hormone (ADH) dan membuatnya permeabel terhadap air.3
Duktus koligens bersifat impermeabel terhadap air. Namun jika ada ADH,
menjadi permeabel terhadap air (dan sampai batas tertentu, juga urea). Sehingga
tanpa adanya ADH urine menjadi sangat banyak dan hipotonik, sedangkan jika ada
ADH, volume urin sedikit dan pekat.3
Hilangnya Air dan Urea dari Filtrat pada Duktus Koligen
Dibawah pengaruh (ADH), sel duktus koligen (dan tubulus kontortus distal
pada hewan selain manusia dan monyet), menjadi lebih permeabel terhadap air dan
urea.3
Saat filtrat dalam duktus koligen turun menuju medulla dan akan
berhadapan dengan perbedaan tekanan osmotic yang diatur oleh ansa Henle
(hairpinlike loops) dan vasa rekta, dan air meninggalkan lumen duktus koligen
untuk memasuki interstisium. Jadi dengan adanya ADH, urin menjadi lebih
terkonsentrasi dan hipertonik.3
Urine diangkut oleh ureter ke kandung kemih tempat urine disimpan sampai
dikeluarkan selama miksi melalui urethra. Kaliks, pelvis renalis, ureter dan
kandung kemih memiliki struktur dasar histologis yang sama dengan dinding yang
semakin tebal saat mendekati kandung kemih. Mukosa organorgan ini dilapisi oleh
epitel transisional unik berlapis atau urothelium. Epitel ini dikelilingi oleh lamina
propria dan submukosa yang terlipat, diikuti dengan sarung jalinan lapisan otot
polos dan tunica adventitia. Urine bergerak dari pelvis renalis ke kandung kemih
karena kontraksi peristaltik. Urothelium terdiri atas tiga lapisan berikut:
a. selapis sel basal yang terletak pada membran basal yang sangat tipis
b. Regio peralihan yang terdiri atas satu atau beberapa lapis sel yang lebih
kolumnar
c. Sebuah lapisan superfisial sel bulbosa polihedral yang sangat besar yang
disebut umbellocytus (umbrella ceII) yang terkadang berinti dua atau
multinuklear dan sangat terdiferensiasi melindungi sel-sel di bawahnya dari
efek sitotoksik urine hipertonik.2
Lamina propria kandung kemih dan jaringan ikat iregular padat submukosa
banyak vaskularisasi. Muscularis terdiri atas tiga lapisan yang tidak berbatas
tegas, secara kolektif disebut otot detrusor yang berkontraksi mengosongkan
kandung kemih . Ketiga lapisan otot terlihat paling jelas di leher kandung kemih
dekat urethra. Ureter melintas melalui dinding kandung kemih secara oblik, yang
membenfuk suatu katup yang mencegah aliran balik urine ke dalam ureter. Semua
pasase urine dilapisi tunika adventisia di luar, kecuali bagian atas kandung kemih
yang dilapisi peritoneum serosa.2
Urethra merupakan suatu saluran yang membawa urine dari kandung kemih
ke luar. Mukosa urethra memiliki lipatan longitudinal yang besar, yang
memberikannya tampilan khusus dalam potongan melintang. Pada pria, dua
duktus untuk transpor sperma selama ejakulasi menyatukan urethra di kelenjar
prostat.2
Pada dasarnya semua pembuluh darah ginjal, termasuk arteriol aferen dan
simpatis
eferen, kaya akan persarafan serat saraf . Aktivasi saraf simpatis ginjal
yang kuat dapat mengakibatkan konstriksi arteriol ginjal dan menurunkan
aliran darah ginjal serta LFG. Rangsang simpatis yang ringan atau sedang
memberikan pengaruh yang kecil pada aliran darah ginjal dan LFG. Sebagai
contoh, aktivasi refleks sistem saraf simpatis yang disebabkan oleh penurunan
sedang pada tekanan baroreseptor di sinus karotid atau reseptor
kardiopulmonal hanya memberikan pengaruh kecil pada aliran darah ginjal
atau LFG. Saraf simpatis ginjal tampaknya berperan penting dalam
menurunkan LFG selama gangguan akut dan berat, yang berlangsung selama
beberapa menit sampai beberapa jam, seperti yang ditimbulkan oleh reaksi
pertahanan, iskemia otak, atau perdarahan hebat. Pada orang sehat dalam
keadaan istirahat, tampaknya tonus simpatis hanya akan memberi sedikit
pengaruh terhadap aliran darah ginjal. 3
Jadi, kenaikan kadar angiotensin II yang terjadi pada diet rendah natrium
atau kehilangan volume, dapat membantu mempertahankan LFG dan ekskresi
produk sisa metabolik (seperti ureum dan kreatinin) yang normal, yang
ekskresinya bergantung pada filtrasi glomerulus; pada waktu yang bersamaan,
konstriksi arteriol eferen yang dipicu oleh angiotensin II dapat menyebabkan
kenaikan reabsorpsi natrium dan air di dalam tubulus, yang membantu
memulihkan volume darah dan tekanan darah.3
Ada sistem umpan balik yang kuat untuk mengatur osmolaritas plasma
dan konsentrasi natrium, yang bekerja dengan mengubah ekskresi air oleh
ginjal, dan tidak bergantung kepada kecepatan ekskresi zat terlarut. Pelaku
utama sistem umpan balik ini adalah hormon antidiuretik (ADH), yang juga
disebut vasopresin. Bila osmolaritas cairan tubuh meningkat di atas normal
(yaitu, zat terlarut dalam cairan tubuh menjadi terlalu pekat), kelenjar
hipofisis posterior akan menyekresi lebih banyak ADH, yang meningkatkan
permeabilitas tubulus distal dan duktus koligens terhadap air. Keadaan ini
memungkinkan terjadinya reabsorbsi air dalam jumlah besar dan penurunan
volume urine, tetapi tidak mengubah kecepatan ekskresi zat terlarut oleh
ginjal secara berarti. Bila terdapat kelebihan air dalam tubuh dan osmolaritas
cairan ekstraselular menurun, maka sekresi ADH oleh hipofisis posterior akan
menurun. Oleh sebab itu, permeabilitas tubulus distal dan duktus koligens
terhadap air akan menurun, sehingga menghasilkan sejumlah besar urine
encer. Jadi, kecepatan sekresi ADH sangat menentukan encer atau pekatnya
urine yang akan dikeluarkan ginjal.3
3. Refleks miksi dan regulasi
Miksi (berkemih)
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi urine. Miksi
melibatkan dua tahap utama: Pertama, kandung kemih terisi secara progresif
hingga tegangan pada dindingnya meningkat melampaui nilai ambang batas;
keadaan ini akan mencetuskan tahap kedua, yaitu adanya refleks saraf disebut
refleks miksi yang akan mengosongkan kandung kemih atau, jika gagal,
setidaknya akan menyebabkan keinginan berkemih yang disadari. Meskipun
refleks miksi adalah refleks medula spinalis yang bersifat otonom, refleks ini dapat
dihambat atau difasilitasi oleh pusat di korteks serebri atau batang otak.4
Refleks Miksi
Bila kandung kemih hanya terisi sebagian, kontraksi miksi ini biasanya akan
berelaksasi secara spontan dalam waktu kurang dari semenit, otot detrusor berhenti
berkontraksi, dan tekanan turun kembali ke nilai dasar. Ketika kandung kemih
terus terisi, refleks miksi menjadi semakin sering dan menyebabkan kontraksi otot
detrusor yang lebih kuat.4
Sekali refleks miksi dimulai, refleks ini bersifat regenerasi sendiri." Artinya,
kontraksi awal kandung kemih akan mengaktifkan reseptor regang yang
menyebabkan peningkatan impuls sensorik yang lebih banyak dari kandung kemih
dan uretra posterior, sehingga menyebabkan peningkatan refleks kontraksi
kandung kemih selanjutnya; jadi, siklus ini akan berulang terus-menerus sampai
kandung kemih mencapai derajat kontraksi yang cukup kuat. Kemudian, setelah
beberapa detik sampai lebih dari semenit, refleks yang beregenerasi sendiri ini
mulai kelelahan dan siklus regeneratif pada refleks miksi menjadi terhenti,
memungkinkan kandung kemih berelaksasi.4
Jadi, refleks miksi merupakan siklus yang lengkap yang terdiri atas (1)
kenaikan tekanan secara cepat dan progresif, (2) periode tekanan menetap, dan (3)
kembalinya tekanan kandung kemih ke nilai tonus basal. Bila refleks miksi yang
telah terjadi tidak mampu mengosongkan kandung kemih, persarafan pada refleks
ini biasanya akan tetap dalam keadaan terinhibisi selama beberapa menit hingga
1 jam atau lebih, sebelum terjadi refleks miksi berikutnya. Bila kandung kemih
terus-menerus diisi, akan terjadi refleks miksi yang semakin sering dan semakin
kuat.4
Bila refleks miksi sudah cukup kuat, akan memicu refleks lain yang berjalan
melalui nervus pudendus ke sfingter eksterna untuk menghambatnya. Jika inhibisi
ini lebih kuat di dalam otak daripada sinyal konstriktor volunter ke sfingter
eksterna, maka akan terjadi pengeluaran urine. Jika tidak, pengeluaran urine tidak
akan terjadi hingga kandung kemih terus terisi dan refleks miksi menjadi lebih
kuat lagi.4
Refleks miksi adalah refleks medula spinalis yang bersifat otonom, tetapi dapat
dihambat atau difasilitasi oleh pusat di otak. Pusat ini meliputi (1) pusat fasilitasi
dan inhibisi kuat di batang otak, terutama terletak di pons, dan (2) beberapa pusat
yang terletak di korteks serebri yang terutama bersifat inhibisi tetapi dapat berubah
menjadi eksitasi.
Refleks miksi merupakan penyebab dasar berkemih, tetapi biasanya pusat yang
lebih tinggi yang akan melakukan kendali akhir untuk proses miksi sebagai
berikut.
(1) Pusat yang lebih tinggi menjaga agar refleks miksi tetap terhambat sebagian,
kecuali bila miksi diinginkan.
(2) Pusat yang lebih tinggi dapat mencegah miksi, bahkan jika terjadi refleks
miksi, dengan cara sfingter kandung kemih eksterna melakukan kontraksi tonik
hingga saat yang tepat datang.
(3) Jika waktu berkemih tiba, pusat kortikal dapat memfasilitasi pusat miksi sakral
untuk membantu memulai refleks miksi dan pada saat yang sama menghambat
sfingter eksterna sehingga pengeluaran urine dapat terjadi.4
Pengeluaran urine secara volunter biasanya dimulai dengan cara berikut: Mula-
mula, orang tersebut secara volunter mengontraksikan otot perutnya, yang akan
meningkatkan tekanan di dalam kandung kemih dan memungkinkan urine
tambahan memasuki leher kandung kemih dan uretra posterior akibat tekanan,
sehingga meregangkan dindingnya.4
b. Urethra Feminina
Urethra feminina panjangnya sekitar 1,5 inci (3,8 cm). Urethra terbentang
dari collum vesicae urinariae sampai meatus urethrae externus, yang
bermuara ke dalam vestibulum sekitar 1 inci (2,5 cm) distal dari clitoris.
Urethra menembus musculus sphincter urethrae dan terletak tepat dari
depan vagina. Di samping meatus urethrae externus terdapat muara kecil
dari ductus glandula paraurethralis. Urethra dapat dilebarkan dengan
mudah. 4
Gambar 4.4 Radix dan corpus clitoridis beserta otot-otot perineal
Memperlihatkan orificium urethrae.4
Daftar Pustaka
1. Tortora, GJ, Derrickson, B. 2012. Principles of Anatomy & Physiology 13th
Edition. United States of America: John Wiley & Sons, Inc.
2. Mescher A.L . Histologi Dasar JUNQUIERA . Jakarta : EGC . 2011
3. Guyton and hall. Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-12. Elsevier: Singapore; 2016.
4. Laurale Sherwood. fisiologi manusia dari sel ke sistem. EGC: jakarta; 2012.