Anda di halaman 1dari 22

SKENARIO

To Be A Good Medical Student

Andi adalah seorang mahasiswa FK Unswagtai. Awalnya ia tidak


bersungguh-sungguh menjadi dokter karena paksaan orang tuannya. Akibat
ketidaksungguhannya Andi mendapat nilai yang buruk. Namun seiring
berjalannya waktu ia sadar tidak ada gunanya jika is menyesali paksaan seorang
tuanya. Untuk memulai keseriusannya menjadi mahasiswa kedokteran yang ideal,
ia menerapkan ‘SEVEN STRAS DOCTOR” dan “SELF DIRECTED LEARNING”
berkat kesungguhannya menjalani konsepnya tersebut, ia dapat menjadi
mahasiswa yang unggul.

STEP I

1. SEVEN STAR DOCTOR : tututan bagi pacar calon dokter


untuk selalu professional dalan pekerjaan dan tulus dalam melakukan apa
yang seharusnya di lakukan.

2. SELF DIRECTED LEARNING : usaha belajar individu maupun


dengan bantuan orang lain karena motivasi sendiri untuk dapat menguasai
materi agar dapat menyelesaikan masalah yang ada.

Step II

1. Mengapa mahasiswa kedokteran menerapkan SEVEN STAR DOCTOR?

2. Bagaimana cara mahasiswa kedokteran menerapkan SELF DIRECTED


LEARNING?

STEP III

1. Seven Star Doctor adalah model yang dilakukan oleh calon dokter
untuk di tuntut professional dalan pekerjaan dan tulus dalam melakukan
pekerjaan, khususnya unutk selalu fight dalam keadaan apapun demi
profesi yang mulia. Untuk menjadi seorang dokter, idealnya calon dokter
harus peduli pada orang lain dengan menjalin komunikasi yang baik dan
meneliti juga mengambil suatu keputusan dengan singkat dan tepat.

1
Seorang calon dokter harus bisa mengatur dan memimpin pekerjaan dalam
tim.

2. Model pembelajaran SDL merupakan salah satu model yang


dilakukan oleh individu untuk dirinya sendiri bahwa hasil belajar
maksimal diperoleh apabila siswa bekerja menurut kecepatannya sendiri,
terlibat aktif dalam melaksanakan berbagai tugas belajar khusus, dan
mengalami keberhasilan dalam belajar (Uno dalam Manggala, 2012).
Menurut Hiemstra (dalam Beratha, 2009), langkah-langkah pembelajaran
SDL terbagi menjadi 6 langkah yaitu:

a. preplanning (aktivitas awal proses pembelajaran)

b. menciptakan lingkungan belajar yang positif

c. mengembangkan rencana pembelajaran

d. mengidentifikasi aktivitas pembelajaran yang sesuai

e. melaksanakan kegiatan pembelajaran dan monitoring

f. mengevaluasi hasil belajar individu.

STEP IV

1. Seven Star Doctor sebenarnya merupakan bagian yang telah ditetapkan


oleh WHO, yang dikenal dengan Five Star Doctor. Karena dirasa kurang, ada
dua poin penting yang kemudian ditambahkan oleh jajaran dekanat FKUI,
hingga terlahirlah Seven Star Doctor. Dua poin penting tersebut ialah
‘researcher’ serta ‘iman dan takwa’. Seven Star Docter adalah usaha yang
dilakukan oleh calon dokter yang dituntut professional dalam melaksanakan
tugas dan tulus dalam bertindak.

2. Self Directed Learning merupakan usaha belajar individu sendiri


maupun dibantu dengan orang lain berdasarkan motivasi sendiri untuk
menguasai materi agar dapat menyelesaikan masalah. Metode ini dapat
membantu menyadarkan dan memberdayakan siswa bahwa belajar adalah
tanggung jawab mereka sendiri, di mana proses belajar yang dilakukan

2
berpusat pada siswa (student centered). Akibatnya siswa akan menjadi lebih
aktif, termotivasi, dan yang terpenting siswa secara mandiri untuk mencari
pengetahuannya.

Metode pembelajaran Self Directed Learning (SDL) merupakan model


pemeblajaran kontruktivistik yang berupasat pada siswa (student centered).
Metode pemebelajaran SDL didasarkan atas pandangan John Dewey bahwa
setiap individu memiliki potensi yang tidak terbatas untuk tumbuh dan
berkembang. Pengembangan potensi siswa dalam metode pembelajaran SDL
dapat berlangsung secara baik jika siswa sebagai peserta didik memiliki
tanggung jawab yang penuh terhadap aktivitas belajarnya, atau guru bisa
mengarahkan ke pembelajaran bermakna.
Secara garis besar, proses pembelajaran dalam SDL di bagi menjadi
tiga, yaitu planing, monitoring, dan evaluating (Song & Hill, 2007). Tahap
planing (perencanaan), siswa merencanakan aktivitas (pengamatan dan
observasi) pada tempat dan waktu di mana siswa merasa nyaman untuk
belajar. Tahap monitoring, siswa mengamati dan mengobservasi pembelajaran
mereka. Pada tahap ini banyak tantangan untuk memperoleh pembeljaran
bermakna. Dalam tahap evaluating (evaluasi) siswa mengevaluasi pelajaran
dan pengetahuan yang dimiliki kemudian guru memberikan umpan balik serta
mengkolaborasikan pengetahuan siswa yang satu dengan yang lainnya untuk
mencapai suatu pemahaman yang benar.

Metode SDL kemudian mengalami perkembangan lebih lanjut


sebagaimana yang di ungkapkan oleh Garrison dala Song & Hill (2007). Ia
memandang SDL sebagai personal attribute dalam proses pembelajaran. SDL
difokuskan dalam pengguanaan sumber daya, strategi belajar, dan memotivasi
siswa di dalam pembelajran. Adapun skema dari model SDL yang
dikembangkan oleh Garrison seperti pada Gambar 01.

3
Definisi

Self directed Seven Stars


learning Doctor

Penerapan

Knowles dalam Saha (2006) mengajukan enam tahap self directed


learning. Deskripsi dari keenam tahap SDL oleh Knowles ini meliputi:
1) setting suasana belajar,
2) diagnosis kebutuhan dalam pembelajaran,
3) perumusan tujuan pembelajaran,
4) identifikasi kemampuan pebelajar dan sumber belajar di dalam
pembelajaran,
5) implementasi dan pemilihan strategi belajar yang tepat, dan
6) evaluasi hasil belajar (Saha, 2006).
Selain keenam tahap tersebut, Knowles juga melibatkan beberapa
sumber untuk dapat digunakan oleh baik pebelajar maupun guru dalam
melakukan keenam tahap tersebut, yaitu kontrak belajar (learning
contracts atau learning plans). Keenam tahap linear yang diajukan oleh
Knowles ini kemudian disempurnakan oleh Hiemstra (dalam Sunarto,

4
2008), di mana langkah-langkah pembelajaran SDL terbagi menjadi 6
langkah yaitu:
1) preplanning (aktivitas awal proses pembelajaran),
2) menciptakan lingkungan belajar yang positif,
3) mengembangkan rencana pembelajaran,
4) mengidentifikasi aktivitas pembelajaran yang sesuai,
5) melaksanakan kegiatan pembelajaran dan monitoring,
6) mengevaluasi hasil belajar individu.
Sintak pembelajaran SDL di atas sangat sesuai dengan karakteristik
mata pelajaran biologi dalam kaitannya dengan penggunaan metode ilmiah
(scientific method).
Esensi penggunaan metode pembeajaran SDL dalam pembelajaran
bahasa Indonesia menerapkan sistem pembelajaran secara mandiri. Sistem
pembakajaran secara mandiri ini dapat mengembangkan siswa secara aktif.
Belajar secara aktif akan membuat siswa lebih paham dengan materi yang
ia peroleh. Akan tetapi, pembelajaran secara aktif memerlukan
peningkatan minat belajar siswa agar siswa dapat belajar secara efektif dan
berkualitas. ICT (information and comunication technology) meruapakan
salah satu pendekatan dan metode yang digunakan untuk meningkatkan
aspek kualitas dan efektifitas (Dryden dan Vos, 2003).

Kolaborasi Self Directed Learning berbasis ICT akan mampu


meningkatkan kualitas dan efektifitas belajar siswa secara mandiri.
Sehingga siswa dapat memanfaatkan perangkat teknologi secara benar dan
tepat. Tugas guru adalah mengarahkan TIK kedalam materi ajar yang akan
disampaikan kepada siswa. Peran TIK dalam pembelajran akan
meningkatkan semangat belajar siswa, karena pada era globalisasi ini
teknologi sudah bisa dinikmati oleh berbagai kalangan secara meluas.
Menurut Suryadi (2007:92) Selain membantu menciptakan kondusi belajar
yang kondusif bagi siswa, peran penting dari teknologi informasi dan
komunikasi dalam proses pembelajaran adalah menyediakan seperangkat
media dan alat (tool) untuk mempermudah dan mempercepat pekerjaan

5
siswa, serta tentu saja memberi keterampilan penggunaan teknologi tinggi
(advance skill).

STEP V

1. Pengertian dari Seven Stars Doctor ?

2. Penerapan Self Directed learning ?

3. Cara menjadi mahasiswa kedokteran yang unggul ?

STEP VI

Belajar mandiri

STEP VII

1. Seven Stars Doctor

7 Stars Doctor adalah tujuh keahlian atau bisa dibilang kecakapan yang
harus dimiliki oleh seorang dokter. Mahasiswa kedokteran yang kelak akan
menjadi dokter harus bisa mengimplementasikan tujuh bintang yang ada itu. 7
STARS DOCTOR itu anatara lain adalah Care Provider ( Penyedia Pelayanan
Kesehatan dan Perawatan ), Decision Maker ( Pengambil Keputusan ),
Communicator ( Komunikasi yang Baik ), Community Leader ( Pemimpin
Masyarakat ), Manager ( Pengelola Manajemen ), Researcher (peneliti), dan
Iman dan Taqwa. Itulah yang dinamakan sebagai “7 Stars Doctor”. Dimana
kita sebagai calon dokter dituntut untuk profesional dalam pekerjaan dan tulus
dalam melakukan pekerjaan, khususnya dokter yang dituntut untuk selalu fight
dalam berbagai keadaan demi profesi yang mulia. Seven Star Doctor
sebenarnya merupakan bagian yang telah ditetapkan oleh WHO, yang dikenal
dengan Five Star Doctor. Karena dirasa kurang, ada dua poin penting yang
kemudian ditambahkan hingga terlahirlah Seven Star Doctor. Dua poin
penting tersebut ialah ‘researcher’ serta ‘iman dan takwa’.

Bagi seorang dokter, syarat pertama adalah ia harus peduli (care


provider), sehingga setiap hal yang dilakukan dan keputusan yang diambil
benar-benar bertujuan untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pasien.

6
Pasien yang sudah sakit, apalagi sakit parah, tentu merasa khawatir dan
mentalnya sedang ambruk. Jika ia ditangani oleh dokter yang tak acuh, maka
bisa dipastikan sang pasien tidak akan sembuh. Seseorang yang sakit itu harus
mendapat perawatan yang layak agar proses penyembuhannya berjalan
optimal sehingga pasien bisa terbebas atau sembuh total dari sakitnya.
Pelaksana pelayanan kedokteran harus terpadu, berkesinambungan.
Penanganan yang meliputi pengobatan, pencegahan, perawatan dan
rehabilitasi semuanya dilakukan secara menyeluruh, berkelanjutan dan
terintegrasi. Dalam proses recovery pasien, peran seorang dokter sangat vital
sehingga seorang dokter harus benar-benar peduli. Care provider, artinya
dalam mengobati dokter juga perlu memenuhi kebutuhan mental dan sosial
dari pasien. Karena sakit bukan hanya masalah fisik, tetapi juga mental dan
psikologi. Maka, dokter sebagai care provider juga perlu menjangkau aspek
mental dan psikologoi tersebut.

Selain peduli, seorang dokter yang baik haruslah bisa mengambil


keputusan (decision maker) dengan cepat. Tak hanya itu, keputusan yang ia
ambil haruslah tepat dan terbaik bagi pasien, bukan bagi dirinya. Terlebih jika
sang dokter dihadapkan dengan situasi yang genting, dimana waktu satu detik
pun sangat berharga. Tentu akan fatal akibatnya apabila seorang dokter tidak
bisa membuat keputusan dengan cepat dan tepat. Seorang dokter dituntut
untuk bisa berpikir dan bertindak cepat serta tepat karena dokter bertanggung
jawab terhadap nyawa seseorang terlebih di situasi gawat darurat. Waktu
sedetikpun sangat berharga bagi dokter karena keadaan pasien tiap detik,
menitnya bisa berubah. Dokter sebagai decision maker adalah penentu pada
setiap tindakan kedokteran, dengan memperhatikan semua kondisi yang ikut
mempengaruhinya seperti teknologi yang sedang berkembang dan juga biaya
yang harus dikeluarkan oleh pasiennya. Seorang dokter harus mampu
mengambil keputusan terbaik untuk pasiennya, baik dalam mendiagnosis dan
seterusnya. Dalam memutuskan pengobatan untuk pasien, misalnya, walaupun
keputusan berada di pasien, namun terkadang pasien mengembalikannya ke
dokter, untuk memutuskan. Pada kondisi seperti ini, dokter perlu memutuskan
pengobatan yang tepat untuk pasien. Yang tepat untuk penyakitnya, juga tepat

7
untuk kondisi mental dan sosialnya, serta dapat
mempertanggungjawabkannya.

Faktor ketiga yang menandakan seorang dokter berkualitas adalah


mampu berkomunikasi (communicator) dengan baik. Hal ini sangat penting
mengingat seorang dokter tak hanya bekerja sendirian. Di banyak kesempatan,
ia harus bekerja sama dengan dokter lain, para staff laboratorium, atau bahkan
dengan masyarakat setempat. Maka dari itu, kemampuan berkomunikasi
sangat diperlukan oleh seorang dokter. Untuk dapat menemukan penyakit dan
menyembuhkan pasien, seorang dokter juga memerlukan komunikasi.
Mungkin terlihat sepele, tapi dampaknya akan luar biasa besar. Misalnya,
seorang dokter memberi resep ke pasien, tapi dokter tersebut tidak memberi
tahu pasien cara pemakaian obatnya, harus diminum berapa kali sehari, karena
pasien tidak tahu, dia overdosis dan malah meninggal karena salah cara
pemakaian obatnya. Hubungan dokter dan pasien telah disadari merupakan
bagian penting dalam aspek mutu pelayanan kesehatan. Komunikasi dokter
dan pasien telah terbukti membawa pengaruh pada kepatuhan pengobatan,
meningkatkan kepuasan pasien dan akhirnya akan membawa manfaat bagi
keluaran pengobatan. pengaruh latihan keahlian berkomunikasi terhadap
proses dan outcome perawatan yang berkaitan dengan distress emosi pasien,
adalah semakin baik keahlian dokter dalam berkomunikasi berhubungan
dengan penurunan distress emosional pasien.

Faktor keempat yang harus dimiliki oleh seorang dokter yang berkualitas
adalah pemimpin masyarakat (community leader). Seumur hidupnya, seorang
dokter tidak mungkin bekerja sendiri. Seorang dokter akan lebih banyak
bekerja dalam tim dibandingkan bekerja sendiri, misalnya waktu mengoperasi
pasien, saat proses diagnosis penyakit, seorang dokter akan memerlukan
dokter lain, staf laboratorium, bahkan kerjasama dari pasien sendiri untuk bisa
dimintai keterangan agar penyakitnya bisa ditemukan. Karena itu kemampuan
bekerja sama dan sifat kepemimpinan sangat dibutuhkan oleh dokter. Sebagai
“community leader” dokter membantu mengambil keputusan dalan ikhwal
kemasyarakatan, yang paling utama adalah kesehatan dan kedokteran
keluarga, sebagai pemantau, penelaah ikhwal kesehatan dan kedokteran

8
keluarga. Pengaruh atau influence yang diberikan seorang dokter di
masyarakat secara tidak langsung menjadikan seorang dokter community
leader di wilayahnya. Secara umum, seorang dokter akan terjun langsung
dalam menyelesaikan masalah kesehatan. Keterlibatan langsung seorang
dokter di masyarakat ini memunculkan sosok pemimpin di masyarakat.

Kemampuan kelima yaitu kemampuan mengorganisasikan dan mengelola


(management) juga mutlak harus dikuasai. Hal ini sangat penting mengingat
seorang dokter harus bisa mengatur dan mengkondisikan keadaan sehingga
terbentuklah suatu sistem yang efektif. Hal tersebut sering dianggap sepele,
tapi bila tidak ditangani dengan baik malah akan menyulitkan pekerjaan
dokter. seorang dokter harus mampu mengatur. Mengatur apa? Mengatur
keadaan agar terbentuk sistem yang efektif dan tidak ruwet. Misalnya,
mengatur administrasi pasien, penebusan obat, dll. Kelihatannya sepele, tapi
bila tidak dilakukan akan menyulitkan pekerjaan si dokter. Dalam
menyelesaikan masalah kesehatan, seorang dokter memerlukan keahlian
dalam mengatur segala sesuatunya. Tidak jarang pula dokter bekerja sebagai
tim. Dalam sebuah tim, dokter-dokter tersebut perlu menentukan dan
membagi perannya masing-masing, agar kinerja dari tim tersebut efektif.
Sosok mengatur tersebut menjadikan dokter membutuhkan kemampuan
manajerial. Seorang dokter juga harus berkemampuan untuk berkolaborasi
dalam kemitraan pada penanganan kesehatan dan kedokteran keluarga.

Faktor keenam yang wajib dimiliki dokter adalah peneliti (researcher).


Dunia yang berkembang setiap waktu serta dinamis adalah tantangan yang
harus dihadapi oleh seorang dokter sebagai tenaga kesehatan. Suka atau tidak
suka, fakta menunjukan bahwa dari masa ke masa semakin banyak muncul
virus dan penyakit baru. Dengan demikian, dokter dituntut untuk terus
mengembangkan diri dan tidak stagnan. Tentu bisa dibayangkan apabila tidak
ada yang namanya penelitian. Bahkan penyakit flu pun akan menjadi penyakit
yang serius dan mematikan. Ilmu kedokteran itu selalu berkembang dan up to
date karena yang namanya virus, bakteri, parasit penyebab penyakit itu
berkembang terus. Contohnya, dulu, antibiotik itu dianggap obat dewa saat
Alexander Flaming pertama kali menemukan antibiotik penisilin. Antibiotik

9
dianggap bisa menyembuhkan banyak penyakit, terutama penyakit infeksi
virus, bakteri. Tapi, sekarang, antibiotik banyak yang resisten. Virus, bakteri,
parasit sudah mampu melawan antibiotik sehingga diperlukan penemuan obat
baru lagi yang lebih mujarab dari penisilin. Kalau tidak dilakukan penelitian
dan tidak ada dokter yang meneliti, mana mungkin ada obat baru.

Semua kemampuan diatas tak cukup apabila tidak disertai dengan


iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai seorang dokter, tak
jarang mucul sifat “mampu meramal”, sehingga terkadang tanpa berpikir
panjang menentukan sisa hidup manusia. Hal ini tentu harus dihindari
mengingat seorang dokter hanyalah alat dari yang mahakuasa untuk
membantu orang-orang yang kesulitan. Sebagai seorang dokter muslim, kita
memerlukan modal utama dalam setiap aktivitas kita, yakni ‘iman dan taqwa’.
Karakter ini tak boleh lepas dan wajib menjadi target utama bagi kita, sebagai
mahasiswa muslim. Dengan iman yang kuat, serta atas dasar takwa kita
kepada Allah, segala hal yang nantinya akan kita lalui akan menjadi berkah
dan bernilai lebih mulia. Selain itu dengan iman dan taqwa kita bisa terhindar
dari sifat sombong, mencari keuntungan semata dari pasien, rakus harta dan
kehormatan dan yang lainnya. Sepanjang hidupnya, dokter akan menjadi
seorang pembelajar sejati –life long learner-, sehingga akan lebih baik jika
segala sesuatu dilandaskan atas dasar keimanan dan ketakwaan kepada
Penciptanya. Itulah gambaran tentang 7 stars doctor jika dihubungkan dengan
kehidupan seorang dokter. Maka bagi seorang dokter, 7 stars doctor adalah
sebuah tujuan sekaligus harapan seorang dokter untuk mencapai itu semua.

Yang perlu diketahui tentang apa saja yang harus dikerjakan seorang
dokter yang professional . antara lain

- Peduli pada pasien yang ditanganinya

- Harus bisa mengambil keputusan yang tepat

- Mampu berkomunikasi dengan baik

- MamPu memimpin dan bekerja sama dengan tim

- Seorang harus mampu mengatur

10
Komunikasi dokter-pasien adalah hubungan yang terjadi antara dokter
dengan pasien selama proses pemeriksaan atau pengobatan. Komunikasi
dokter-pasien merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh
setiap dokter, karena kompetensi ini dapat menentukan keberhasilan
penyelesaian masalah kesehatan pasien. Hingga saat ini, dapat dikatakan
bahwa para dokter masih mengabaikan kompetensi komunikasi dokter-pasien,
baik dalam proses pendidikan maupun praktik kedokteran.

Keterampilan dalam komunikasi dokter-pasien yang baik akan


membantu dokter dalam mengumpulkan informasi tentang keluhan pasien
sehingga dapat menghasilkan diagnosis yang akurat dan dapat memberikan
terapi yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Komunikasi dokter-pasien adalah
hal yang penting dalam proses pelayanan keschatan. Tanpa keterampilan
komunikasi yang baik pelayanan kesehatan akan mengalami banyak
hambatan.

Tidak hanya bermanfaat bagi dokter, pasien juga akan mendapatkan


keuntungan dengarn adanya komunikasi dokter-pasien yang baik, yaitu
mendapatkan pelayanarn yang efektif dan efisien schingga hasilnya
memuaskan dan dapat membantu proses penyembuhan 3 Komunikası dokter-
pasien menjadi penting untuk diperhatikan dalam pelayanan keschatan, karena
dalam perjalanan proses komunikasi banyak faktor yang mempengaruhi sertn
penilaian keberhasian bergantung dari sudut pandang orang yang menilai
proses komunikasi tersebut. Berdasarkan survey yang dilakukan, Tongue et al
(2010) telah melaporkan hasil surveinya yaitu sebanyak 75 % dokter bedah
menyatakan yakin bahwa pasien mereka telah merasa puas terhadap
komunikasi dokter-pasien yang dilakukan, akan tetapi ketika ditanyakan
kepada pasien tentang konsultasi tersebut hanya 21 % dari total pasien yang
merasa puas terhadap komunikasi bersama dokternya. Selama ini sebagian
besar penelitian berfokus pada sudut pandang pasien dalam menilai hubungan
komunikasi dokter-pasien. Idealnya komunikasi dokter- pasien dinilai
berdasarkan hasil integrasi berbagai sudut pandang agar mendapatkan titik
temu komunikasi yang seusai dengan harapan pelaku utamanya yakni dokter
dan juga pasien.

11
Keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien kini
semakin mendapatkan perhatian dalam proses berlangsungnya pendidikan
kedokteran. Seperti yang telah jelaskan oleh WHO. Profil ideal seorang dokter
adalah memenuhi karakter karakter minimal yang salah satu poinnya adalah
dokter merupakan seorang komunikator yang baik.

Disinilah peran keterampilan komunikasi dokter-pasien harus


dikembangkan, karena harapan setiap pasien tidaklah sama. Profesionalisme
dokter kini menjadi sorotan masyarakat, oleh karena itu praktik profesionalitas
seorang dokter harus ditingkatkan dengan cara mengasah keterampilan
interpersonal baik bidang komunikasi, kepemimpinan, mengajar, maupun
manajemen diri. Di dalam Standar

Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), dijelaskan bahwa area


kompetensi seorang dokter dibangun oleh 7 pondasi, salah satunya
komunikasi efektif. Tujuan dari kompetensi ini adalah semua lulusan dokter
mampu berkomunikasi dengan pasien, keluarga, mitra kerja dan juga
masyarakat yang telah menyelesaikan program pendidikan kedokteran dengan
baik. dapat mengarahkan emosi pasien, memberikan informasi medis.

Dengan komunikasi dokter-pasien yang baik, diharapkamr para dokter


yang komprehensif. sehingga pasien benar-benar mengerti akan hal yang
terjadi pada dirinya. Dokter juga dapat mengidentifikasi secara lebih baik
tentang hal yang dibutuhkan pasien, persepsi pasien, serta harapan pasien.
Diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat atas masalah yang dikeluhkan
pasien, serta nasihat tambahan dokter yang sesuai dapat memberikan kepuasan
tersendiri bagi pasien. Kepuasan pasien tersebut pada akhimya akan
memberikan hasil positif terhadap tercapainya kesembuhan.

Keterampilan interpersonal adalah keterampilan dasar yang terlibat


dalam berhubungan antara satu orang dengan yang lainnya. Keterampilan
interpersonal menjadi hal penting dalam berhubungan dengan orang lain
karena mencakup cara berkomunikasi, bersosialisasi, bekerjasama, yang
cenderung peka terhadap nilai kebudayan dan keberagaman sikap individu.

12
Sebagian besar orang berasumsi bahwa keterampilan inte kebiasaan
yang telah dilakukan sehari-hari, sehingga banyak orang merasa sudah
mempunyai kemampuan keterampilan interpersonal yang baik, bahkan
sebagian orang menganggapnya remeh. interpersonal merupakan
Keterampilan interpersonal sama seperti kemampuan (skil) yang lainnya,
sehingga memerlukan usaha untuk meningkatkan kemampuan yang dimiliki
setiap individu. Keberhasilan keterampilan interpersonal bergantung pada
penanaman nilai dan pengulangan atau repetisi secara berulang-ulang
sehingga terbentuk keterampilan interpersonal dalam pikiran dan perilaku
manusia. 5

2. Penerapan Self Directed learning

Sejalan dengan NCTM (2000), dalam permendiknas No 22 Tahun 2006


tentang Standar Isi Mata Pelajaran Matematika ditegaskan bahwa tujuan
pembelajaran matematika antaralain adalah (1) pemecahkan masalah yang
meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (2)
mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (3) memiliki sikap
menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa
ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta
sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Lebih lanjut dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan juga dikatakan bahwa peserta didik
diharapkan dan dituntutmemiliki (1) Kemampuan pemecahan masalah
dalam matematika, pelajaran lain, maupun masalah yang berkaitan dengan
kehidupan nyata; (2) Kemampuanmenggunakan matematika sebagai alat
komunikasi; dan (3) Kemampuanmenggunakan matematika sebagai cara
bernalar yang dapat dialihgunakan pada setiapadaan, seperti berpikir kritis,
logis dan sistematis. Selain kemampuan komunikasi matematis, penelitian
ini juga mau melihat self-directed learning mahasiswa. Dalam belajar
mahasiswa harus memiliki inisiatif untuk belajar, tidak tergantung pada
orang lain, memiliki jadwal belajar sendiri, menetapkan tujuan dari setiap

13
kegiatan belajarnya, mengevaluasi hasil pekerjaannya, mengidentifikasi
kelemahan dan kekuatan yang dimilikinya. Kegiatan-kegiatan ini akan
sangat membantu mahasiswa mencapai apa yang diharapkan sebagai
tujuan pendidikannya. Dengan memiliki self-directed learning yang baik,
mahasiswa memiliki kepercayaan diri untuk menyampaikan ide
matematikanya. Mahasiswa yang memiliki jadwal belajar dan konsisten
dengan jadwal yang membuat pasti memiliki kemampuan yang lebih
dalam menyelesaikan masalah matematika. Mereka lebih kreatif dan kritis
mengungkapkan gagasan matematika mereka. Memiliki self-directed
learning juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif, kritis, dan
logis.Menyadari pentingnya kemampuan komunikasi matematis dan self-
directed learning dalam belajar matematika, maka penulis menganggap
perlu melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana kemampuan
komunikasi matematis mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian ini, dosen
dapat menentukan strategi pembelajaran apa yang tepat dalam upaya
menumbuhkembangkan dan meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis dan self-directed learning mahasiswa.
Self-directed learningTerdapat 58,3% mahasiswa yang jarang menciptakan
lingkungan belajar yang produktif. Sedangkan 25% mahasiswa
menyatakan bahwa kadang-kadang menciptakan lingkungan belajar yang
produktif. Hal ini berarti sebagian besar mahasiswa tidak mempersiapkan
diri sebelum mengikuti perkuliahan, jarang bertanya kepada dosen apa
yang tidak mereka pahami, jarang mengajak teman-temannya berdiskusi
tentang materi perkuliahan. Selain itu mahasiswa juga tidak mengetahui
cara terbaik untuk dirinya belajar.Berkaitan dengan mengatur kegiatan
belajar, sebanyak 66,67% mahasiswa menyatakan jarang melakukan itu.
Sedangkan sebanyak 25% mahasiswa mengatakan jarang sekali mengatur
kegiatan belajar. Mereka jarang memanfaatkan waktu luang untuk belajar.
Mereka belajar apabila disuruh dosen atau orang lain, atau ada tugas yang
diberikan oleh dosen. Sebanyak 33% mahasiswa mengatakan jarang
memiliki inisiatif untuk memulai belajar. Kebanyakan mereka melakukan
kegiatan belajar apabila ada tugas atau tes yang diberikan dosen. Berkaitan

14
dengan mencari sumber-sumber belajar, hanya 16,67% yang sering
melakukannya. Sedangkan 58% mengatakan jarang mencari sumber-
sumber lain selain yang diberikan oleh dosen. Untuk membuat jadwal
belajar, paling banyak (50%) mahasiswa yang jarang membuat jadwal
belajar dan sebanyak 66,67% mahasiswa yang tidak konsisten dengan
jadwal belajar yang dibuat. Sebanyak 75% mahasiswa yang jarang
mengevaluasi kelebihan dan kekurangannya dalam belajar, diikuti
sebanyak 16,67% yang jarang sekali melakukan evaluasi terhadap hasil
kerjanya. Upaya peningkatan kemampuan komunikasi matematis berkaitan
erat dengan self-directed learning. Mahasiswa yang kurang atau tidak
memiliki self-directed learningmengalami kesulitan meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis.6

3. Menjadi mahasiswa yang unggul

Ada 9 (sembilan) kecenderungan atau trend pendidikan kedokteran


yang sedang berkembang saat ini.1 Trend pertama adalah pendidikan untuk
mencapai kemampuan atau kompetensi atau kapabilitas(capability).
Pendidikan kedokteran yang selama ini bersifat umum sehingga kurikulum
sangat padat, sekarang lebih ditujukan kepada kompetensi yang dibutuhkan.
Hal ini ditandai adanya standar kompetensi minimal yang harus dicapai
(kurikulum inti) dan kurikulum pilihan, pentingnya latihan keterampilan
klinik, dan diperlukannya kompetensi umum. Yang dimaksud kompetensi
umum adalah kompetensi bioetika, keterampilan komunikasi, keterampilan
hubungan interpersonal, kemampuan pemecahan masalah, keterampilan
manajemen dan organisasi, bekerja dalam kelompok, keterampilan teknologi
informasi dan hubungan dokter pasien.

Trend kedua adalahcommunity orientation in medical education


(COME). Pendidikan kedokteran diarahkan pada kebutuhan masyarakat baik
individu atau kelompok, serta ditujukan pada pembelajaran promosi
kesehatan, pencegahan penyakit, penilaian dan pemenuhan kebutuhan
masyarakat, dan kesadaran akan peran faktor lingkungan dan sosial dalam
timbulnya penyakit.

15
Trend ketiga adalah belajar terpusat padamahasiswa
(selfdirectedlearning/learner-centredlearning). Trend ini dilandasi teori belajar
orang dewasa (adult learning)yang mensyaratkan peran aktif mahasiswa dalam
proses pembelajaran.

Trend keempat adalahproblem based learning (PBL) dan Task Based


Learning (TBL) yang merupakan perwujudan dariself directed danlearner-
centred learning. Jika PBL didasarkan pada skenario di atas kertas, maka TBL
didasarkan kepada tugas nyata yang dipraktikkan di lapangan oleh profesi
kedokteran.

Trend kelima adalah integrasi dan kontak atau paparan dini dengan
pasien (early clinical contact/exposure). Trend ini mendorong pendekatan
disiplin ilmu menjadi lebih terintegrasi antar disiplin dan antar profesi.

Trend keenam adalah pendidikan dokter berkelanjutan (continuing


professional development/CPD). Hal ini didasari akan pentingnya
pembelajaran sepanjang hayat bagi profesi kedokteran sebagai wujud
tanggung jawab profesi.

Trend ketujuh adalah penyatuan antara pendidikan dan praktik.


Pendidikan kedokteran harus memiliki akses ke pusat-pusat pelayanan yang
ada di tengah masyarakat agar terjadi proses yang berkesinambungan antara
pendidikan dan kebutuhan masyarakat.

Trend kedelapan adalah pendidikan kedokteran berdasarkan fakta (best


evidence on medical education/BEME). Keputusan medis dokter yang harus
didasari oleh fakta berupa temuan ilmiah, harus diikuti dengan proses
pendidikan dokter yang juga didasari oleh bukti ilmiah, bukan karena tradisi,
kebiasaan atau asumsi semata.

Terakhir, trend kesembilan adalah keberadaan teknologi informasi dan


komunikasi(informationandcommunicationtechnology/ICT). Perkembangan
dibidang ICT telah memberikan pengaruh kepada dunia penelitian, pelayanan
dan pendidikan. Pada satu sisi, setiap dokter dituntut memahami dan mampu
menggunakan teknologi ICT dalam pelayanan, penelitian dan pedidikan, dan

16
pada sisi yang lain ICT dapat digunakan untuk kepentingan proses pendidikan
dokter itu sendiri. Kesembilan trend ini dapat dijadikan tolok ukur inovasi di
suatu institusi pendidikan kedokteran. Senada dengan perkembangan atautrend
diatas, Harden mengajukan model strategi SPICES dalam pendidikan
kedokteran.6 SPICES merupakan rangkaian strategi pendidikan yang tersusun
dari Student centred, Problem based, Integrated/ Interprofessional
education,Comunity based, Elective/Early clinical exposure dan Systematic.
Pendekatan ini lahir sebagai suatu inovasi akan strategi pendidikan yang ada
sebelumnya, yaitu Teacher centred, Information oriented, subject/discipline
based,Hospital based,Uniformdan opportunistic. Model ini menjadi strategi
pendidikan yang harus digunakan oleh seluruh institusi pendidikan kedokteran
di Indonesia karena merupakan standar yang telah ditetapkan KKI.4

Kedokteran adalah ilmu yang terus berkembang dari waktu ke waktu.


Begitupun metode pembelajaran dalam pendidikan kedokteran. Pendidikan
kedokteran merupakan suatu hal yang komplek, interaksi dari seni dan ilmu
dalam pengajaran. Kedokteran pada umumnya mempunyai tujuan utama
adalah mencapai kesejahteraan umat manusia. Praktek kedokteran saat ini
telah mengalami banyak perubahan dan kemajuan. Hal ini juga telah membuat
perubahan pada dunia pendidikan kedokteran. Pendidikan kedokteran terus
mengalami perkembangan untuk membuat proses belajar mengajar bagi
profesi kesehatan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa, dosen dan masyarakat.
Konsil Kedokteran Indonesia telah mengenalkan kurikulum berbasis
kompetensi dengan pendekatan SPICES (student centered, problem based,
integrated, community based, elective,systematic).1

Mahasiswa baru adalah peserta didik yang baru memulai memasuki


pendidikan tinggi. Pengenalan terhadap metode pembelajaran baru merupakan
bekal memulai pendidikan di jenjang yang lebih tinggi. Perlu menggunakan
metode pembelajaran yang efektif yang meningkatkan kemampuan belajar
siswa motivasi sehingga dapat memiliki keterampilan yang diharapkan oleh
kurikulum dan industri seperti kemampuan berpikir logis, kemampuan kreatif,
motivasi kerja yang tinggi, ketekunan,. Salah satu cara untuk melibatkan siswa
secara aktif dalam proses pembelajaran, berpusat pada siswa, terintegrasi,

17
berbasis masalah, berbasis komunitas, elektif dan studi sistematis dari konsep
ini adalah dengan menggunakan SPICES. PBL menggunakan masalah ini
sebagai titik fokus untuk tujuan penyelidikan dan penelitian siswa. Inti dari
PBL melibatkan presentasi situasi yang otentik dan bermakna, yang berfungsi
sebagai dasar untuk penyelidikan dan penyelidikan.1

Perlu menggunakan metode pembelajaran yang efektif yang


meningkatkan kemampuan belajar siswa motivasi sehingga dapat memiliki
keterampilan yang diharapkan oleh kurikulum dan industri seperti kemampuan
berpikir logis, kemampuan kreatif, motivasi kerja yang tinggi, ketekunan,.
Salah satu cara untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran, berpusat pada siswa, terintegrasi, berbasis masalah, berbasis
komunitas, elektif dan studi sistematis dari konsep ini adalah dengan
menggunakan SPICES. PBL menggunakan masalah ini sebagai titik fokus
untuk tujuan penyelidikan dan penelitian siswa. Inti dari PBL melibatkan
presentasi situasi yang otentik dan bermakna, yang berfungsi sebagai dasar
untuk penyelidikan dan penyelidikan.2

Model SPICES (student centered learning, problem-based


learning,integrated,community-based learning,elective,systematic) adalah
suatu model yang dapat digunakan sebagai strategi/pendekatan dalam
mengembangkan kurikulum pendidikan kedokteran. Penerapan model ini
diharapkan dapat membentuk dokter yang memiliki kemampuan belajar
mandiri, menyelesaikan masalah yang dihadapi, dan membentuk dokter yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.3

Di Indonesia, setiap institusi pendidikan kedokteran diharuskan


menerapkan strategi/pendekatan yang menggunakan model SPICES.
Penerapan model SPICES ini dilakukan dengan menggunakan metode
pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) sebagai proses belajarnya.
Penerapan strategi/pendekatan model SPICES dalam kurikulum dimaksudkan
untuk membentuk lulusan yang memenuhi standar kompetensi sebagai
seorang dokter yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Baik tidaknya
penerapan model SPICES dalam kurikulum pendidikan kedokteran akan

18
mempengaruhi kualitas lulusan dari suatu institusi. Penilaian dengan model
SPICES dapat menunjukkan arah dari proses pembelajaran yang dilakukan.3

Penerapan model SPICES dalam kurikulum pendidikan kedokteran


akan berjalan dengan baik bila dilakukan monitoring dan evaluasi yang
berkelanjutan. Harden mengemukakan bahwa model SPICES tidak hanya
dapat digunakan sebagai strategi/pendekatan yang digunakan untuk
mengembangkan kurikulum, namun juga dapat digunakan sebagai panduan
dalam menilai kurikulum yang sedang berjalan. Penjelasan diatas
menunjukkan pentingnya bagi suatu institusi pendidikan kedokteran untuk
menjamin terlaksananya kurikulum pendidikan berdasarkan model SPICES.3

SPICES lahir dari dunia pendidikan kedokteran. Sebuah artikel yang


ditulis oleh Dent (2014) menulis bahwa SPICES memberikan kesempatan
untuk pembelajaran yang berpusat pada siswa dan terpadu penyelesaian
masalah. Beberapa fenomena yang terjadi dalam proses pembelajaran, telah
menjadi alasannya untuk mengubah paradigma pembelajaran melalui berbagai
inovasi. Orientasi tujuan pembelajaran sekarang tidak hanya bagi siswa untuk
mengingat untuk jangka pendek, tetapi hasil dari pembelajaran proses harus
dapat membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam jangka panjang. 2

Pada tahun 1984, Harden dkk. memulai konsep SPICES. Pada


awalnya, konsep pembelajaran ini dipraktekkan dan dikembangkan dalam
pendidikan kedokteran. SPICES adalah akronim untuk (1) Student centered
learning, (2) Problem-based, (3) Integrated, (4) Community-based, (5)
Elective, (6) Systematic. Ini menggambarkan komponen pembelajaran yang
disajikan dalam strategi SPICES.2

1. Student Centered Learning


Student centered Learning berarti pembelajaran berorientasi pada aktivitas
siswa. Murid adalah seorang subjek yang aktif belajar membangun
pemahamannya melalui pengalaman yang telah dimiliki serta pengalaman
yang baru saja ditemukan. Pembelajaran yang berpusat pada siswa dapat
dilakukan oleh siswa dalam menghadapi dunia nyata melalui sumber belajar
yang dapat dihadapi.2

19
2. Problem-Based Learning.
Belajar dimulai dengan masalah atau Problem-based Learning yang
sebenarnya dan otentik, akan memberi makna kepada siswa. Melalui suatu
masalah, siswa akan mempelajari konsep / teori pada saat yang bersamaan
menyelesaikan masalah. Dengan demikian, belajar tidak hanya menghasilkan
(menjawab) tetapi juga menghasilkan proses (bagaimana mengatasi masalah).2

3. Integrated
Pendekatan terpadu berdasarkan pandangan bahwa pembelajar atau siswa
membangun pemahaman mereka tentang topik yang harus mereka pelajari
daripada merekam pelajaran formulir disusun secara sistematis. Tujuan
pembelajaran tentang pembelajaran terpadu adalah membantu siswa mencapai
tujuan pembelajaran yang saling terkait.2

4. Community
SPICES strategi belajar mengambil masalah yang terjadi di masyarakat
sebagai "starter" untuk memperoleh pembelajaran yang bermakna. Belajar
dengan strategi ini juga mengajak siswa untuk dapat menerapkan apa yang
telah dia pelajari ke dalam konteks masyarakat.2

5. Elective
Setiap siswa memiliki beragam karakteristik. Pembelajaran yang inovatif
harus membayar memperhatikan karakteristik pada setiap siswa. Sebagai
subjek dapat menentukan kapan siswa ingin belajar dan cara belajar. Guru
bertindak sebagai sumber belajar, tutor, konselor, evaluator, dan pembicara
motivasi.2

6. Sistematic
Substansi materi pelajaran, umumnya hirarkis. Sebuah materi kadang-kadang
membutuhkan bahan lain sebagai prasyarat. Setiap langkah prosedural adalah
prasyarat untuk langkah selanjutnya. Dengan demikian, penelitian harus
dilakukan secara sistematis.2

20
Dilihat dari komponen yang terkandung dalam SPICES akronim,
strategi ini menawarkan beberapa keuntungan sebagai tindak lanjut, antara
lain:

 menumbuhkan motivasi dan keaktifan siswa dalam pendidikannya,


 mengembangkan keterampilan memecahkan masalah secara kreatif dan
komprehensif,
 mengembangkan analitis dan kemampuan berpikir logis yang lebih tajam dan
komprehensif,
 membangun keterampilan sosial,
 menyediakan peluang bagi siswa untuk belajar sesuai dengan minatnya,
memberikan nuansa suatu pembelajaran yang teratur dan efektif.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Sari MI, Lisiswanti R, Oktaria D. Pembelajaran di Fakultas Kedokteran:


Pengenalan bagi Mahaiswa Baru. 2016 Okt; 1(2): 1-2
2. Maharani A, Laelasari. Experimentation of SPICES Learning Strategies with
The Method of Problem Based Learning (PBL) to Build Motivation anf ability
to Think Logical for Vocational School Student. 2017 Sep; 6(2): 2-3
3. Akbar S, Claramita M, Kristina TN. Pengembangan Kuesioner Penilaian
Proses Belajar Problem-Based Learning dengan Model SPICES. 2014 Nov;
3(3); 2
4. Suhoyo Y. Konsep Inovasi Strategi Pendidikan di Institusi Pendidikan
Kedokteran. 2004; 1(2): 2-3
5. Rachmawati NP. Gambaran Persepsi Keterampilan Interpersonal dalam
Komunikasi Dokter-Pasien menurut Akademisi Dokter Umum dan Dokter
Spesialis di FKIK UIN SYARI HIDAYATULLAH JAKARTA. Program
Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015
6. Maria KA.Kemampuan Komunikasi Matematis Dan Self Directed Learning
Mahasiswa;Ntt.2016;15-19

22

Anda mungkin juga menyukai