Oleh:
Kadek Hemamalini dan Untung Suhardi
Jurusan Penerangan Agama
Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta
kadekhema@gmail.com
Abstract
It is found based on the research that ‘sentana rajeg’ has become the term to be the problem solver
within the wedding system in Bali. This term is obviously based on the teaching of Hinduism in Rg. Ve-
da. The sentana rajeg is caused to be effective in accordance with the Hindu script of law, Manawad-
harmasastra IX.127-140. Considering the Balinese traditional regulation, the condition of sentana ra-
jeg has given an opportunity for the position of the anak sentana to be legalized through the tradition-
al process in a sentana institution because of the philosophical values and the teaching of Hinduism
embedded within. One of its functions is that the sentana rajeg may be used to avoid the revocation of
right called camput as well as to maintain the traditional obligations, ayahan, on the parahyangan,
the pawongan, and the pawongan.
Abstrak
Sentana rajeg merupakan temuan dalam penelitian yang mengatasi salah satu permasalahan
perkawinan di Bali. Istilah ini ternyata bersumber pada ajaran agama Hindu, yaitu Rg Veda. Sentana
rajeg diberlakukan berdasarkan hukum Hindu, yakni Manawadharmasastra IX.127-140. Menurut
perspektif adat, istilah sentana rajeg memberi peluang bagi anak sentana dibentuk dari proses adat
dalam wujud lembaga sentana karena memiliki nilai filsafat dan dijiwai dari ajaran agama Hindu.
Salah satu fungsi dari sentana rajeg adalah untuk menghindari hak camput serta agar tetap bisa
melanjutkan kewajiban-kewajiban ayahan terhadap parahyangan, palemahan, dan pawongan.
DHARMASMRTI
36
Vol. XIII Nomor 26 Oktober 2015 : 1 - 135
138: “Oleh karena seorang anak yang akan me- tian) kepada para leluhurnya (Jelantik, 1972:
nyeberangkan orang tuanya dari neraka yang 3). Demikian pula dalam Adiparwa dijelas-
disebut Put (neraka lantaran tidak memiliki ke- kan bahwa memperoleh anak laki-laki berar-
turunan), oleh karena itu ia disebut Putra”. ti dapat menikmati kebahagiaan dunia.
Penjelasan yang sama juga dapat kita jumpai Secara mitologi fungsi putra sebagai penun-
dalam Àdiparva Mahàbhàrata 74, 27, juga dalam tun arwah dari kenerakaan akhirat terdapat
Walmiki Ramayana II,107-112. Kelahiran Putra dalam cerita Jaratkaru, terdapat dalam Kanta
Suputra ini merupakan tujuan ideal dari setiap Upanisad, diceritakan tentang penderitaan
perkawinan. Kata yang lain untuk putra adalah leluhur di dunia akhirat karena keturunan-
sùnu, àtmaja, àtmasaýbhava, nandana, kumàra nya (dalam hal ini Jaratkaru sendiri) tidak
dan saýtàna. Kata yang terakhir ini di Bali men- mau melangsungkan perkawinan dengan
jadi kata sentana yang berarti keturunan. Hal ini maksud nyukla brahmacari, kemudian sang
dapat dilihat dalam Adiparwa, 74 & 38 sebagai Jaratkaru tersebut akhirnya merasa kasihan
berikut: “Seseorang dapat menundukkan dunia akan penderitaan orang tuanya di akhirat se-
dengan lahirnya anak, ia memperoleh kesenan- hingga ia akhirnya mengurungkan niatnya
gan yang abadi, memperoleh cucu-cucu dan ka- untuk nyukla brahmacari dan bersedia meni-
kek-kakek akan memperoleh kebahagiaan yang kah untuk mendapatkan keturunan dengan
abadi dengan kelahiran cucu-cucunya”. syarat bahwa nama calon istrinya kelak har-
Status anak dalam perkawinan ditentukan us sama dengan namanya yaitu Jaratkaru.
oleh sistem kekerabatan. Dalam masyarakat Bali 2. Kehadiran anak laki-laki sangat didambakan
yang menganut sistem kekeluargaan patrilinial, ada kaitannya dengan dasar kepercayaan
anak mengikuti garis keturunan dari pihak agama Hindu (Sraddha) yang disebut punar-
bapak. Anak laki-laki pada masyarakat ini dise- bawa yaitu atma atau roh akan menjelma
but purusa. Dengan demikian tentu saja ses- kembali ke dunia untuk dapat meningkatkan
eorang sebenarnya sangat mendambakan la- taraf kehidupan rohaninya. Dengan dasar ke-
hirnya anak yang pertama itu laki-laki yang “su- percayaan ini maka arwah leluhur akan dapat
putra” (anak yang baik). Namun apabila anak menjelma kembali melalui keturunan laki-la-
yang baik tidak diperoleh, maka anak yang tidak ki, sehingga siklus kehidupan kodrati itu
baikpun dapat meggantikannya agar keluarga dapat terisi sampai tercapainya tujuan tera-
tidak menderita di akhirat. Seperti termaktub khir yaitu moksa.
dalam Manawadharmasastra IX.161 yang me- 3 Keturunan merupakan pelanjut hak-hak dan
nyebutkan antara lain : kewajiban-kewajiban seseorang baik dalam
kaitannya dengan kekeluargaan sebagai
“Apapun yang diperoleh sebagai pahala penerus generasi, dalam hubungan dengan
dalam mengarungi lautan dengan memakai per- kemasyarakatan misalkan dalam hal menya-
ahu yang tidak aman. Demikianlah umpamanya ma braya, ngayah dll, dan dalam hubungan-
anak yang tidak baik dimaksudkan mengganti- nya dengan keagamaan yang memuja leluhur
kan kedudukan anak yang baik bagi keluarga di kemulannya, nyungsung sanggah/merajan
yang menderita di akhirat” dll.
Pengutamaan garis keturunan laki-laki ses-
Sehingga bagi masyarakat Bali khususnya uai pula dengan sistem kekeluargaan patrilinial
yang beragama Hindu, masalah keturunan yang dianut oleh masyarakat Bali yang dalam
merupakan masalah yang amat penting artinya bahasa Balinya dikenal dengan istilah pancer
terutama dalam hal perolehan keturunan laki- purusa. Sistem kekeluargaan patrilinial yang di-
laki, hal ini dijelaskan sebagai berikut: anut dalam masyarakat hukum adat Bali sangat
1. Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa berpengaruh terhadap segala perbuatan hukum
keturunan laki-laki (putra) akan dapat mem- yang dilakukan terutama yang menyangkut ma-
bebaskan arwah orang tuanya dari neraka salah kekeluargaan, senantiasa berpatokan pa-
Put, dalam cerita-cerita kuno dikatakan bah- da konsepsi purusa, antara lain dalam penentu-
wa puthra adalah Pratisanthanam (turunan an pelanjut keturunan, perkawinan, pengangka-
langsung) yang akan memberikan bubur pi- tan anak dan hal-hal lain yang tidak kalah pent-
rata dan panguruyagan (sesajen dan kebak- ingnya yaitu menyangkut warisan. Dalam hu-
DHARMASMRTI
38
Vol. XIII Nomor 26 Oktober 2015 : 1 - 135
ing dibandingkan dengan hubungannya den- ja sanggah yang berlainan, menjadi petunjuk
gan sanak saudara dari pihak ibu (saking bahwa tidak ada (lagi) hubungan keluarga kepu-
pradana). rusa antara dua keluarga itu. Hal-hal tersebut
2. Dalam perkawinan, seorang perempuan yang telah diuraikan diatas menyebabkan ke-
dilepaskan dari hubungan hukumnya dengan hadiran anak (keturunan) laki-laki sangat did-
keluarga asalnya dan selanjutnya masuk se- ambakan khususnya bagi masyarakat Hindu di
cara total dalam keluarga suaminya. Dengan Bali, keturunan tersebut (laki-laki) merupakan
demikian seorang anak perempuan yang su- pelanjut hak-hak dan kewajiban-kewajiban
dah kawin tidak lagi diperhitungkan hak dan orangtua dalam hubungannya dengan kekeluar-
kewajibannya, materiil maupun immateriil gaan (penerus generasi/garis kepurusa), dalam
dalam keluarga asal, melainkan sepenuhnya hubungannya dengan kemasyarakatan seperti
diperhitungkan dalam keluarga suami. melakukan ayahan di banjar, dan dalam hubun-
Dalam masyarakat adat di Bali, biasanya gannya dengan keagamaan, yaitu melakukan
tetap ada satu anak laki-laki yang sudah meni- pemujaan di sanggah/merajannya dan untuk
kah tetap tinggal dalam komplek perumahan memuja leluhur.
orang tuanya. Apabila orangtuanya sudah tidak Pengutamaan anak laki-laki di samping kare-
mampu lagi (nyada), maka anak laki-laki terse- na hal-hal tersebut di atas, ber kaitan juga den-
but kemudian yang menggantikan dan melan- gan dasar kepercayaan agama Hindu tentang
jutkan rumah tangga orangtua, bertanggung punarbawa, anak laki-laki dapat menyelamat-
jawab terhadap rumah tangga dan memikul ke- kan arwah leluhurnya dari neraka Put dan ar-
wajiban kemasyarakatan (ayahan ke banjar/de- wah leluhur tersebut dapat menjelma kembali
sa). melalui keturunan laki-laki. Jadi jelas terlihat
Dalam keluarga Bali, tiap-tiap keluarga batih bahwa sistem kekeluargaan di Bali yang mem-
maupun keluarga luas harus tetap memelihara perhitungkan keanggotaan kerabat berdasar-
hubungan dengan kelompok keluarga yang leb- kan garis laki-laki mendapatkan daya dukung
ih luas, yaitu klen purusa yang disebut tunggal kuat dari pandangan agama Hindu yang mene-
dadia dan yang lebih luas lagi yang disebut pai- gaskan mengenai pentingnya keturunan (anak)
bon atau panti. Struktur dari klen yang disebut laki-laki bagi kebahagiaan suatu keluarga, dunia
tunggal dadia ini bervariasi di berbagai tempat dan akhirat. Menurut Korn dalam Het Adatrecht
di Bali. Di desa-desa dataran, orang-orang dari van Bali, bahwa hukum adat keluarga Bali me-
tunggal dadia ini yang hidup neolokal wajib miliki keistimewaan, yakni:
mendirikan tempat pemujaan (sanggah/mera- 1. Mengupayakan sedapat mungkin kewajiban-
jan) di masing-masing tempat kediamannya kewajiban dalam menjalankan keagamaan di
yang disebut kemulan/taksu (I Gusti Ngurah Ba- suatu tempat persembahyangan dilanjutkan,
gus, 1990: 296). serta dilakukan oleh keturunan lelaki menu-
Kemulan Taksu adalah unit tempat pemujaan rut ‘garis lurus’ (pancer purusa).
keluarga dalam satu keluarga batih, sedangkan 2. Dengan bertambahnya anggota keluarga bagi
unit tempat pemujaan untuk klan purusa lebih desa yang bersangkutan berarti suatu hal
luas yang termasuk tunggal dadia, disebut pura yang sangat penting, mengingat tugas pokok
dadia, selanjutnya pura ibu, pura panti dan se- desa yaitu mengabdi, memuja Tuhan dan de-
terusnya untuk tempat pemujaan bagi kelom- wa-dewa yang dalam pelaksanaannya me-
pok klan yang lebih luas sampai pada pura kawi- merlukan tenaga warga desa. Dalam desa
tan/pedharman yang merupakan pura tempat adat, kewajiban ngayah warga desanya men-
pemujaan bagi nenek moyang yang merupakan jadi sangat mutlak dan pokok karena hampir
cikal bakal klan tersebut di Bali. seluruh siklus sosial dan religiusitas berop-
Kenyataan bahwa beberapa keluarga batih erasi di sana. Agar dukungan tenaga mema-
ataupun keluarga luas terhimpun dalam kelom- dai maka dibutuhkan pengendalian aktivitas
pok atau sekeha tunggal dadia, paibon atau panti yang secara bersama-sama dan sukarela di-
dapat dijadikan petunjuk kuat bahwa secara hu- ubah menjadi disiplin kewajiban.
kum mereka merupakan orang-orang yang ma- Adanya kewajiban-kewajiban anak lelaki
sih mempunyai hubungan keluarga garis kepu- yang demikian itu, menyebabkan anak lelaki
rusa. Sebaliknya, jika dua keluarga sudah memu- menjadi pokok dalam masyarakat Bali. Perma-
DHARMASMRTI
40
Vol. XIII Nomor 26 Oktober 2015 : 1 - 135
puan itu dapat menggantikan kedudukan anak kan sesuai dengan pertimbangan agamis ta-
laki-laki. Sebagaimana telah dikemukakan di.
dalam Bab I terdahulu, agar anak perempuan itu c. Berdasarkan faktor intern (keluarga) ada be-
dapat melanjutkan keturunan terlebih dahulu berapa alasan yang mendasarinya antara
statusnya harus diangkat menjadi sentana luh lain:
atau sentana rajeg. Seperti dinyatakan dalam 1. Orang tua tidak mempunyai anak laki-laki
Manawadharmasastra IX. 127: “Ia yang tidak dan hanya mempunyai anak perempuan
mempunyai laki-laki dapat menjadikan anaknya saja.
yang perempuan menjadi demikian menurut 2. Harta peninggalan orang tua dapat diwar-
acara penunjukkan anak wanita dengan men- iskan pada anak kandungnya sendiri.
gatakan pada suaminya anak laki-laki yang lahir 3. Keinginan dari orang tua untuk tetap ber-
daripadanya akan melakukan upacara pengu- kumpul dengan semua anaknya.
buran. ”Sentana luh atau sentana rajeg ini hanya 4. Apabila dalam keluarga yang memiliki
dikenal di daerah kabupaten-kabupaten: Taban- anak laki-laki yang tidak sehat secara ro-
an, Badung, Gianyar dan Klungkung karena pen- hani (cacat mental) sehingga tidak me-
garuh kerajaan-kerajaan Majapahit Gelgel/ mungkinkan bagi anak tersebut untuk
Klungkung dan banyaknya terdapat puri-puri melakukan kewajiban-kewajibannya, ma-
serta adanya hak camput raja-raja. ka dapatlah anak perempuannya diangkat
Hak camput adalah apabila seorang ayah me- statusnya sebagai putrika.
ninggal tanpa meninggalkan anak laki-laki dan
hanya meninggalkan janda dan anak perem- 2.2.Status Anak Sentana Dalam Perkawi-
puan yang belum menikah maka harta warisan- nan dan Waris
nya akan diambil oleh raja-raja maupun pembe- Dalam masyarakat adat Bali, perkawinan
sar-pembesar yang mendapat kepercayaan dikenal dengan beberapa istilah, seperti pawi-
ataupun kekuasaan dari raja dan selanjutnya wahan, nganten, makerab kambe, pewarangan
janda serta anak perempuan yang belum kawin dll. Untuk perkawinan yang dilangsungkan an-
dipelihara di puri yang didalam bahasa Bali tara sentana rajeg dengan suami maka jenis
disebut manjing ke puri. Hak camput raja-raja perkawinan disebut perkawinan nyeburin. Isti-
ini hanya berlaku terhadap golongan kaula jaba lah nyeburin sangat dikenal ooleh masyarakat
saja. Sehingga untuk menghindari hak camput Bali. Kata nyeburin merupakan krune-tiron (ka-
raja-raja ini, maka seorang ayah yang tidak ta jadian), berasal dari kata cebur yang mendapat
mempunyai anak laki-laki diberikan untuk men- anu suara (pengiring) in, sehingga menjadi kata
gangkat anak perempuan menjadi status laki-la- nyeburin. Kata nyeburin berarti melakukan pe-
ki, pengangkatan status ini oleh agama Hindu kerjaan cebur, menyasar atau menuju ke atau
dan hukum adat dapat dibenarkan. Sehingga menerjuni sesuatu. Pekerjaan ‘menerjuni’ men-
dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempen- gandung konteks yang negatif dimana cender-
garuhi diangkatnya sentana rajeg adalah seb- ung meninggalkan kesadaran dan jati diri lalu
agai berikut: mendapatkan resiko (Atmaja, 2008: 140).
a. Menurut religio magis Hindu, hanya anak la- Perkawinan nyeburin merupakan kebalikan
ki-laki saja yang dapat menyelamatkan ar- dari perkawinan biasa dan perkawinan nyebu-
wah leluhur dan roh kelak bila sudah mati, rin ini merupakan jenis perkawinan dimana di
sehingga pertimbangan perubahan status ini dalam upacara diselenggarakan oleh pihak kelu-
berdasarkan pertimbangan agamis. arga perempuan dan kelangsungan upacaranya
b. Berdasarkan pertimbangan adat, dimana pa- pun di rumah si perempuan. Dalam perkawinan
da zaman kerajaan Bali, seorang raja memi- nyeburin hubungan keluarga pihak suami
liki hak camput, hak seorang raja untuk men- dilepaskan dan masuk ke keluarga pihak perem-
guasai seluruh harta kekayaan rakyatnya puan dan pelepasan ini dilakukan dengan mem-
apabila rakyat tersebut tidak memiliki ahli bayar uang yang biasanya disebut uang jujur.
waris dalam hal ini anak laki-laki. Sehingga Perkawinan ini hanya bisa atau boleh dilak-
untuk menghindari hal itu bagi keluarga yang sanakan oleh orang tua yang hanya mempunyai
hanya memiliki anak perempuan saja, men- anak perempuan saja. Di sini suamilah yang pin-
gangkat status anaknya yang dapat dibenar- dah dari keluarganya dan masuk dalam kelom-
DHARMASMRTI
42
Vol. XIII Nomor 26 Oktober 2015 : 1 - 135
Nomor 9 Tahun 1975 (Pelaksanaan Undang-un- semasih orang tuanya hidup, anak perempuan
dang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan) yang kawin keluar itu dapat dibekali harta ben-
maupun menurut agama Hindu dalam kitab hu- da/kekayaan yang didasari atas keikhlasan ser-
kum Manawadharmasastra. ta terlepas dari kewajiban-kewajiban yang har-
Putusnya perkawinan nyeburin dapat terjadi us dilaksanakan karena diterimanya bekal terse-
karena berbagai faktor diantaranya, karena keti- but. Pemberian bekal ini disebut jiwa dana yang
dakcocokan masing-masing pihak, karena keti- dapat dilaksanakan sepanjang tidak merugikan
adaan anak yang dikarenakan salah satu atau ahli waris, yaitu dapat diberikan maksimal sep-
kedua-duanya mandulataupun faktor-faktor ertiga bagian dari seluruh harta kekayaan (Sa-
lainnya sehingga perkawinan nyeburin ini tidak gung Ngurah dan Nyoman Sukerti, 1986: 46).
dapat dipertahankan lagi. Adapun status dari Menurut hukum adat waris di Bali, terdapat
sentana nyeburin ini berstatus sebagai janda tiga garis keutamaan dalam menentukan ahli
(balu) dan biasanya balu ini akan kembali ke waris, yaitu:
rumah asalnya (mulih deha). Kondisi balu ini 1.Garis keutamaan pertama
dapat masuk kembali ke merajan asalnya den- Dalam hal ini yang mendapat prioritas per-
gan upacara pejati. tama sebagai ahli waris adalah anak kandung la-
ki-laki atau sentana dari si pewaris. Jadi yang
2.6.Anak Sentana dalam Hukum Adat menduduki prioritas utama sebagai ahli waris
Waris adalah anak kandung laki-laki/sentana, atau
Seperti telah dikemukakan sebelumnya bah- anak angkat/sentana peperasan, atau sentana
wa masyarakat hukum adat Bali menganut rajeg.
sistem kekeluargaan patrilinial. Sebagai kon- 2.Garis keutamaan kedua
sekuensi dengan dianutnya sistem kekeluar- Menurut garis keturunan kedua, kalau tu-
gaan patrilinial tersebut maka menurut hukum runan pewaris lurus ke bawah tidak ada, maka
adat Bali yang dipandang sebagai ahli waris yang berhak mewaris adalah mereka yang men-
adalah anak laki-laki bukan anak perempuan. duduki garis lurus keatas yaitu ayah/ibu sebagai
Namun ada kalanya anak laki-laki juga tidak golongan ahli waris kedua. Dalam hal ini jika
berhak menjadi ahli waris, misalkan dalam hal: yang masih hidup hanyalah ibunya saja maka
1. Anak laki-laki yang diangkat menjadi anak ibu bukanlah sebagai ahli waris, namun hanya
angkat oleh keluarga lain. dapat menikmati dan mengambil hasil dari har-
2. Anak laki-laki yang kawin nyeburin. ta wariasan anaknya, karena ia berkedudukan
3. Anak laki-laki yang tidak melaksanakan sebagai seorang janda.
dharmaning anak, yaitu : 3.Garis keutamaan ketiga
- durhaka terhadap orang tua Golongan ahli waris ketiga ini akan ada bila
- durhaka terhadap leluhur golongan pertama dan kedua tidak ada.Yang ter-
Salah satu dasar yang dapat dipakai petunjuk masuk golongan ketiga ini adalah saudara laki-
dalam hukum adat waris di Bali bersumber pa- laki pewaris atau saudara perempuan yang telah
da hukum agama Hindu. Hal ini terlihat pada ke- ditetapkan sebagai sentana (sentana rajeg) atau
tentuan bab IX. 104: kalau mereka itu telah meninggal lebih dulu dari
pewaris maka menurut azas penggantian hak
“Setelah kematian seorang ayah dan ibu, mereka akan digantikan oleh anak atau ketu-
saudara-saudara (laki) setelah berkumpul bers- runan lain lurus ke bawah. Jadi ahli waris menu-
ama mereka boleh membagi harta (orang tua), rut hukum adat waris Bali secara hierarkis, yai-
sesungguhnya tidak ada kekuasaan atas harta tu :
itu selagi orang tua mereka masih hidup.” 1. Sentana (anak laki-laki)
2. Sentana rajeg (biasanya anak perempuan
Dari ketentuan diatas dapatlah diketahui tunggal, diangkat statusnya dari status pre-
dengan jelas bahwa anak laki-lakilah yang meru- dana menjadi purusa)
pakan ahli waris dan bukan anak perempuan. 3. Sentana peperasan (anak angkat)
Walaupun anak perempuan (predana) bukan 4. Kedua orangtua
sebagai ahli waris, namun terhadap hukum adat 5. Saudara laki-laki pewaris atau saudara
waris Bali terdapat suatu terobosan dimana perempuannya yang telah ditetapkan sebagai
DHARMASMRTI
44
Vol. XIII Nomor 26 Oktober 2015 : 1 - 135
b. Sentana nyeburin wa dalam kondisi tanpa keturunan dalam
Kedudukan sentana nyeburin dalan perkawi- perkawinan nyeburin bila seorang sentana rajeg
nan nyeburin ini adalah berstatus sebagai meninggal terlebih dahulu, seorang sentana
predana (istri). Seorang sentana nyeburin nyeburin berhak mewarisi apa yang menjadi
berkewajiban nyungsung (menyembah) le- warisan istrinya (pihak purusa).
luhur dari istrinya (sentana rajeg) di kemu- Dari pemaparan di atas, anak sentana khu-
lan, melakukan ayahan di desa/banjar dan susnya sentana rajeg dalam perkawinan nyebu-
tentunya bersama istrinya meneruskan ketu- rin yang berada di bawah naungan lembaga sen-
runan dimana nantinya anak-anak yang ter- tana pada masyarakat Hindu di Bali, tidak ber-
lahir nantinya mengikuti garis keturunan pi- tentangan dengan ajaran suci Veda dan susastra
hak istrinya. Seorang sentana nyeburin kare- Hindu, dan hal ini diperkuat pula oleh sumber
na ia sudah berubah status menjadi predana hukum Hindu yakni Sruti, Smerti, Sila, Acara, At-
dimana dalam hukum Hindu seorang istri ti- manastuti dan Nibandha seperti yang telah diu-
dak berhak mewaris hanya berhak menjaga, raikan di atas.
menikmati hasil warisan tersebut untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya sampai ahli 2.7.Kedudukan Anak Sentana dari Sudut
warisnya (anaknya) cukup umur untuk di- Pandang Agama Hindu
berikan tanggung jawab itu. Demikian pula di Dalam sistem perkawinan Hindu yang men-
keluarga asalnya, seorang yang melakukan ganut sistem patrilinial, umumnya yang bersta-
perkawinan nyeburin secara formal ia tidak tus sebagai purusa adalah anak laki-laki, namun
berhak mewaris lagi dan sudah keluar dari bagi mereka yang tidak mempunyai anak laki-
garis keluarga sehingga tidak dapat lagi laki dapat mengangkat sentana rajeg, dan men-
nyungsung di kawitannya karena sudah di- jadikan anak perempuannya tersebut sebagai
peras. seorang putrika. Kata putrika berarti status hu-
Apabila terjadi putusnya perkawinan nyebu- kum disamakan atau difungsikan sebagai
rin karena kematian si istri, maka si suami ini seorang anak laki-laki (Apte, 1978:623).
menjadi janda, dalam hukum adat Bali dike- Seperti yang sudah dipaparkan, sangatlah
nal dengan istilah balu (balu lanang). Apabila penting bagi keluarga Hindu untuk memiliki
putusnya perkawinan nyentana itu karena anak. Seperti dalam Adiparva Mahabharata
perceraian (sapihan), maka si suami sentana 74.38: “Seseorang dapat menundukkan dunia
nyeburin menjadi janda. Putusnya perkawi- dengan lahirnya anak, ia memperoleh kesenan-
nan nyeburin karena kematian si istri, maka gan yang abadi, memperoleh cucu-cucu dan ka-
sentana nyeburin dapat saja menetap di kek-kakek akan memperoleh kebahagiaan yang
rumah istrinya atau dapat juga kembali ke abadi dengan kelahiran cucunya”. Pandangan
rumah asalnya. Tetapi kalau perkawinan nye- susastra Hindu ini mendukung betapa penting
burin itu putus karena perceraian (sapihan), setiap keluarga memiliki anak. Kemudian masih
maka biasanya sentana nyeburin (sapihan la- dalam Adiparva 74.52, 55, 57, dan 74,61-63,
nang) itu akan kembali ke rumah asalnya dinyatakan:
(mulih deha).
Namun ada kalanya perkawinan nyeburin ti- “Disebutkan bahwa seorang anak meru-
dak mengahasilkan keturunan seperti yang pakan pengikat tali kasih yang sangat kuat
diharapkan, dalam hal ini seorang sentana di dalam keluarga, ia merupakan pusat
nyeburin memiliki hak untuk mewarisi harta menyatunya cinta kasih orang tua. Apakah
peninggalan istrinya, seperti dinyatakan yang melebihi cinta kasih orang tua terha-
Manawadharmasastra IX.135: “Tetapi bila dap anak-anaknya, mengejar mereka, me-
karena kemalangan anak wanita yang diang- mangku, merangkul tubuhnya yang berde-
kat statusnya meninggal tanpa meninggalkan bu dan kotor (karena bermain-main).
anak laki-laki, maka suami dari istri yang di- Demikian pula bau yang lembut dari bu-
angkat statusnya dengan pasti mengambil buk cendana, atau sentuhan lembut tan-
harta warisan itu.” gan wanita atau sejuknya air, tidaklah
demikian menyenangkan seperti halnya
Pernyataan sloka di atas menyebutkan bah- sentuhan bayi sendiri, memeluk dia erat-
DHARMASMRTI
46
Vol. XIII Nomor 26 Oktober 2015 : 1 - 135
III. PENUTUP
Dari penelitian yang telah dilakukan maka 2. Kedudukan anak sentana rajeg dari perspe-
dapat penulis simpulkan bahwa: ktif ajaran agama Hindu dan adat adalah seb-
1. Bahwa yang dimaksud dengan sentana rajeg agai berikut:
adalah anak perempuan yang diangkat sta- • Dari perspektif agama Hindu, bahwa sen-
tusnya menjadi status purusa yang disebut tana rajeg merupakan ajaran agama Hin-
juga putrika, dilakukan karena keluarga yang du bersumber pada Sruti yaitu dibagian
tidak memiliki anak laki-laki dan bertujuan Rgveda, pengeimplementasian diatur
untuk: dalam hukum Hindu yakni Manawadhar-
• Dari segi religio magis Hindu, untuk me- masastra IX.127-140.
nyelamatkan arwah leluhurnya dan • Dari perspektif adat, bahwa sentana rajeg
melakukan upacara pitra yajna. merupakan anak sentana yang dibentuk
• Dari segi hukum Hindu, untuk melanjut- dari proses adat dalam wujud lembaga
kan dan meneruskan garis keluarga, sentana, memiliki nilai filsafat dan dijiwai
mengingat sistem kekerabatan Hindu di dari ajaran agama Hindu. Dan juga memi-
Bali yaitu patrilinial (purusa), dan men- liki fungsi lain yaitu untuk menghindari
jadi ahli waris dari orang tuanya. hak camput serta agar tetap bisa melan-
• Meneruskan kewajiban-kewajiban orang jutkan kewajiban-kewajiban ayahan terh-
tua, baik kewajiban di parahyangan, pale- adap parahyangan, palemahan dan pa-
mahan dan pawongan dan ayahan di desa. wongan.
DAFTAR PUSTAKA
Apte, Vaman Shviram, 1978. Sanskrit-English Dictionary. New Delhi. Motilal Banarsidass
Arthayasa, I Nyoman, 1998, Petunjuk Teknis Perkawinan Hindu. Surabaya: Paramita
Atmaja, Jiwa, 2008, Bias Gender Perkawinan Terlarang Pada Masyarakat Bali, Udayana University
Press: Denpasar
Bagus, I Gusti Ngurah, 1990, “Kebudayaan Bali”, dalam Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan
di Indonesia. Djambatan
Dirksen, Anak Agung Ngurah Gede, Seri Hukum Perdata Hukum Perkawinan dan Permasalahannya.
Denpasar: Setia Kawan
DEPAG, Petunjuk Teknis Perkawinan Agama Hindu. Departemen Agama R.I Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Hindu dan Budha: Jakarta
Korn, V.E, 1972, Hukum Waris Bali. Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat, Universitas Uday-
ana: Denpasar
Pudja, Gde. 1977, Hukum Kewarisan Hindu Yang Diresepsir Ke Dalam Hukum Adat Bali dan Lombok.
Jakarta: CV Junasco
Pudja dan Tjokorda Rai Sudarta, 2004, Manawadharmasastra atau Veda Smrti compendium Hukum
Hindu. Paramita: Surabaya
Titib, I Made, 1996, Perkawinan dan Kehidupan Keluarga Menurut Kitab Suci Weda. Paramita : Sura-
baya
Titib, I Made, 1996, Veda Sabda Suci Pedoman Praktis Kehidupan. Paramita: Surabaya
Undang-undang Perkawinan No1 tahun 1974