Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

TENTANG
MOMEN KELEMBAMAN (M1)

Dosen Pembimbing :
NI MADE WIATI, SSI, MT

Di Susun Oleh
Kelompok 16
DICKY ANASTA SAPUTRA (15041000104)

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MERDEKA MALANG
2015
KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah bagi Allah SWT, karena atas Berkat dan Rahmat serta hidayah-
Nyalah, saya dapat menyelesaikan Penyusunan Laporan Praktikum Fisika ini.

Sholawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi akhir zaman
Muhammad SAW. Dan kepada keluarga, terutama kepada kedua orang tua saya, para sahabat
yang senantiasa menemani dalam penyusunan laporan ini.

Keberhasilan dalam penyusunan laporan ini tentunya tidak terlepas dari beberapa pihak
yang telah memberikan bantuan maupun saran kepada saya. Untuk itu saya mengucapkan terima
kasih yang sebesar - besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung terealisasinya Laporan
Praktikum Fisika ini, khususnya Bapak dan Ibu dosen pembimbing.

Saya juga menyadari sepenuhnya, bahwa hasil penelitian yang kami lakukan atau yang
kami capai dalam penyusunan laporan praktikum fisika ini tentunya masih kurang sempurna.
Sehingga kami memerlukan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan laporan
praktikum fisika ini.

Malang , Desember 2015

Hormat kami,

Penyusun
MOMEN KELEMBAMAN (M1)

A. Tujuan Praktikum
1. Mencari titik pusat massa berbagai bentuk benda
2. Menentukan momen inersia (I) benda tegar yang mempunyai bentuk-bentuk tertentu
B. Alat-alat
1. Statip dinding
2. Mistar
3. Benang tebal dan pemberat
4. Stop watch
5. Beberapa benda tegar
C. Kajian Teori
 Pengertian momen kelembaman
Momen kelembaman adalah ukuran kelembaman suatu benda untuk berotasi
terhadap porosnya. Besaran ini adalah analog rotasi daripada massa. Momen
kelembaman berperan dalam dinamika rotasi seperti massa dalam dinamika dasar,
dan menentukan hubungan antara momentum sudut dan kecepatan sudut, momen
gaya dan percepatan sudut, dan beberapa besaran lain. Meskipun pembahasan
skalar terhadap momen kelembaman, pembahasan menggunakan pendekatan tensor
yang memungkinkan analisis sistem yang lebih rumit seperti gerakan giroskopik.
Lambang I dan kadang-kadang juga J biasanya digunakan untuk merujuk
kepada momen kelembaman. Konsep ini diperkenalkan oleh Euler dalam bukunya
a Theoria motus corporum solidorum seu rigidorum pada tahun 1730. Dalam buku
tersebut, dia mengupas momen kelembaman dan banyak konsep terkait.
Definisi sederhana momen kelembaman (terhadap sumbu rotasi tertentu)
dari sembarang objek, baik massa titik atau struktur tiga dimensi, diberikan oleh
rumus:

di mana m adalah massa dan r adalah jarak tegak lurus terhadap sumbu rotasi.

Momen kelembaman (skalar) sebuah massa titik yang berputar pada sumbu
yang diketahui didefinisikan oleh :

Momen kelembaman adalah aditif. Jadi, untuk sebuah benda tegar yang
terdiri atas N massa titik mi dengan jarak ri terhadap sumbu rotasi, momen
kelembaman total sama dengan jumlah momen inersia semua massa titik :

Untuk benda pejal yang dideskripsikan oleh fungsi kerapatan massa ρ(r),
momen kelembaman terhadap sumbu tertentu dapat dihitung dengan
mengintegralkan kuadrat jarak terhadap sumbu rotasi, dikalikan dengan kerapatan
massa pada suatu titik di benda tersebut:
dimana :

V = volume yang ditempati objek


ρ = fungsi kerapatan spasial objek
r = (r,θ,φ), (x,y,z), atau (r,θ,z) adalah vektor (tegak lurus terhadap sumbu
rotasi) antara sumbu rotasi dan titik di benda tersebut.

Diagram perhitungan momen kelembaman sebuah piringan. Di sini k adalah


1/2 dan adalah jari-jari yang digunakan untuk menentukan momen kelembaman.
Berdasarkan analisis dimensi saja, momen kelembaman sebuah objek bukan titik
haruslah mengambil bentuk :

dimana :

M = massa
R = jari-jari objek dari pusat massa (dalam beberapa kasus, panjang objek
yang digunakan)
k = konstanta tidak berdimensi yang dinamakan "konstanta inersia", yang
berbeda-beda tergantung pada objek terkait.

Konstanta inersia digunakan untuk memperhitungkan perbedaan letak massa


dari pusat rotasi. Contoh:
 k = 1, cincin tipis atau silinder tipis di sekeliling pusat
 k = 2/5, bola pejal di sekitar pusat
 k = 1/2, silinder atau piringan pejal di sekitar pusat.

 Teori yang digunakan


Benda tegar dengan bentuk sembarang digantungkan pada satu poros yang
tetap di O (Gambar 1). Jika benda diberi simpangan kecil kemudian dilepas, akan
berayun dengan periode ayunan P.

Pm

Gambar 1. Osilasi benda tegar

𝐼
𝑃 = 2𝜋√ … (1)
𝑚𝑔𝐿

dengan :

I = momen inersia
m = massa benda
g = percepatan gravitasi di tempat percobaan
L = jarak dari sumbu putar ke pusat massa
Pada gambar 2 dapat dicari momen inersia terhadap sumbu putar tidak
melalui pusat massa tetapi berjarak L dan sejajar dengan sumbu melalui pusat
massa.

Ipm

l
A
pm

Gambar 2. Metode sumbu sejajar

𝐼 = 𝐼𝑝𝑚 + 𝑚𝐿2 … (2)

dengan :

Ipm = momen inersia terhadap sumbu putar melalui pusat massa


D. Cara Kerja
1. Mencari letak pusat massa benda tegar
a. Metode Fisis
1. Menggantungkan benda (berbentuk trapesium) pada suatu poros.
2. Mengikat benang yang telah diberi pemberat.
3. Membuat suatu garis vertikal dengan mengambil dua titik yang
berlainan.
4. Mengulangi untuk satu poros yang lain. (titik potong garis-garis
tersebut merupakan titik pusat massa dari benda tersebut)
5. Menghitung koordinat pusat massa dengan cara mengambil salah satu
titik poros sebagai titik asal (0,0).

b. Metode Teoritik
1. Mengukur dimensi dari benda (berbentuk trapesium).
2. Menentukan titik tengah benda tersebut.
3. Menentukan koordinatnya ditinjau dari titik asal yang telah ditentukan
sebelumnya. (ini merupakan pusat massa benda tersebut)

2. Mencari momen kelembaman (Momen Inersia)


Metode Ayunan Fisis
1. Menggantung benda tegar berbentuk tertentu (trapesium).
2. Memberi simpangan kecil lalu melepaskannya.
3. Mencatat waktu untuk 10 ayunan.
4. Mengulangi untuk poros-poros yang lain.
E. Hasil Praktikum
1. Data hasil pengamatan
I. Massa benda = 1142 gr

D C

A x E B

Gambar 3. Benda praktikum

AB = 40 cm
BC = 31 cm
CD = 25 cm
DA = 27 cm
CE = 27 cm

Titik F adalah titik pusat massa


koordinat pusat massa secara fisis = ( x , y)
= ( 16,4 , 12,5) cm
II. Tabel (10 ayunan)

Poros L (cm) t (s)

A 18 10,5
B 23,5 11
C 14,7 10,3
D 19,5 10,4
2. Koordinat pusat massa secara teoritik
 p.m = ( x1 , y1 )
= ( ½ AE , ½ AD )
= ( ½ x 25 , ½ x 27 )
= ( 12,5 , 13,5 ) cm

 p.m =( x2 , y2 )
=( AE + 1/3 EB , 1/3 EC )
=( 25 +(1/3 x 15 ) , (1/3 x 27 )
=( 30 , 9 ) cm

 Luas = p x l
= DA x CD
= 27 x 25
= 675 cm2

 Luas =½ x A x t
= ½ x EB x CE
= ½ x 15 x 27
= 202,5 cm2

x1 ( luas )  x 2 ( luas  )
 X pm 
luas  luas 
12,5(675) + 30(202,5)
=
675 + 202,5
= 16,538 cm
y1 ( luas )  y 2 ( luas  )
 Ypm 
luas  luas 
13,5(675) + 9(202,5)
=
675+202,5
= 12,461 cm

Jadi, koordinat pusat massa secara teoritik = ( Xpm , Ypm )


= ( 16,53 , 12,46 ) cm

3. Perbandingan hasil metode fisis dan metode teoritik


Koordinat titik pusat massa yang diperoleh dari metode fisis maupun dari
perhitungan secara teoritik hasilnya mendekati, yaitu ( 16,4 ; 12,5 ) hasil dari
metode fisis dan ( 16,5 ; 12,4 ) hasil dari perhitungan secara teoritik. Perbedaan
yang sedikit tersebut terjadi karena banyaknya faktor yang mempengaruhi saat
mengukur koordinat titik pusat massa secara fisis, diantaranya : ketelitian dalam
membuat garis, ketelitian dalam membaca ukuran, dan lain-lain. Jadi
disimpulkan bahwa hasil perhitungan titik koordinat pusat massa dengan
menggunakan metode secara fisis maupun metode secara teoritik adalah sama.
4. Perhitungan mencari momen kelembaman (Momen Inersia)

Poros L t P I mL2 I pm (I pm)2

A 18 10,5 1,05 563.127,03 370.008 19,3 x 104 372,5 × 108

B 23,5 11,0 1,1 806.879,17 630.669,5 17,6 x 104 309,7 × 108

C 14,7 10,3 1,03 442.534,42 246.774,78 19,5 x 104 380,3 × 108

D 19,5 10,4 1,04 598.245,5 434.245,5 16,4 x 104 268 × 108

72,8 x 104 1331,4 × 108


 Satuan Momen Kelembaman :

∑ 𝐼𝑝𝑚
 ̅̅̅̅̅
𝐼𝑝𝑚 =
𝑛

72,8 x 104
̅̅̅̅̅
𝐼𝑝𝑚 =
4

̅̅̅̅̅
𝐼𝑝𝑚 = 𝟏𝟖, 𝟐 𝐱 𝟏𝟎𝟒 𝐠𝐫. 𝐜𝐦𝟐

2
∑( 𝐼𝑝𝑚 )– 𝑛(𝐼̅̅̅̅̅
𝑝𝑚 )
2
 ∆ ̅̅̅̅̅
𝐼𝑝𝑚 = √
𝑛(𝑛−1)

( 1331,4 x 108 ) − 4(18,2 x 104 )2


∆ ̅̅̅̅̅
𝐼𝑝𝑚 = √
4(4 − 1)

(1331,4 x 108 ) − (1324,9 x 108 )


∆ ̅̅̅̅̅
𝐼𝑝𝑚 = √
12

∆ ̅̅̅̅̅
𝐼𝑝𝑚 = 𝟎, 𝟕𝟑𝟔 𝐱 𝟏𝟎𝟒 gr.cm2

Jadi, 𝐼𝑝𝑚 = ̅̅̅̅̅


𝐼𝑝𝑚 ± ∆𝐼̅̅̅̅̅
𝑝𝑚

= ( 𝟏𝟖, 𝟐 𝐱 𝟏𝟎𝟒 ± 𝟎, 𝟕𝟑𝟔 𝐱 𝟏𝟎𝟒 ) gr.cm2


5. Perhitungan kesalahan relatif

∆ ̅̅̅̅̅̅
𝐼𝑝𝑚
Kesalahan relatif = x 100 %
̅̅̅̅̅̅
𝐼𝑝𝑚

𝟎,𝟕𝟑𝟔 𝐱 𝟏𝟎𝟒
= x 100 %
𝟏𝟖,𝟐 𝐱 𝟏𝟎𝟒

= 4,04 %
F. Kesimpulan
1. Titik pusat massa benda merupakan titik potong garis yang berasal dari posisi-
posisi yang berlainan.
2. Titik pusat massa dapat ditentukan dengan dua cara yaitu dengan cara metode
fisis dan metode teoritik, yang besar keduanya akan mendekati.
3. Momen kelembaman benda tegar dipengaruhi oleh massa, periode ayunan,
percepatan gravitasi, dan jarak dari sumbu putar ke pusat massa, secara
matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝑃2 𝑚 𝑔 𝐿
𝐼=
4 𝜋2

dengan :

P = periode ayunan
m = massa
G = percepatan gravitasi
L = jarak dari sumbu putar ke pusat massa

Anda mungkin juga menyukai