Anda di halaman 1dari 2

2.

4 Patofisiologi

Keadaan refraksi miopia dapat disebabkan karena panjang bola mata lebih dari

rata-rata (disebut dengan miopia aksial); atau karena kekuatan refraksi mata yang

terlalu besar (disebut dengan miopia refraktif). Kedua kondisi ini sama-sama

menyebabkan bayangan jatuh pada titik fokus didepan retina. Berdasarkan besar

koreksi yang diperlukan, miopia dapat diklasifikasikan menjadi miopia ringan (s/d -

3.00 dioptri), miopia sedang (-3.00 s/d -6 dioptri), dan miopia tinggi (>-6 dioptri).

(Ilyas S, Yulianti SR. Tajam Penglihatan Dan Kelainan Refraksi Penglihatan Warna. Dalam :
Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Edisi keempat. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.2015.h.77-8)

Miopia degeneratif atau miopia maligna biasanya bila miopia lebih dari 6 dioptri

disertai dengan kelainan fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai

terbentuk stafiloma postikum yang terletak pada bagian temporal papil disertai

dengan atrofi korioretina. Atrofi retina berjalan kemudian setelah terjadinya atrofi

sklera dan kadang-kadang terjadi rupture membrane Bruch yang dapat menimbulkan

rangsangan untuk terjadinya neovaskularisasi subretina. Pada miopia dapat terjadi

bercak Fuch berupa biperplasi pigmen epitel dan perdarahan, atrofi lapis sensoris

retina lua, dan dewasa akan terjadi degenerasi papi saraf optik.

(Rahayu T. Miopia (Rabun Jauh). Dalam : Sitorus R, Sitompul R, Widyawati S, Bani


AP. Buku Ajar Oftalmologi. Edisi pertama. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.2017.h.185-7.)
Gambar 1. Perbandingan mata normal dengan miopia. Pada mata normal, sinar
cahaya sejajar yang berasal dari objek jauh tak terhingga akan difokuskan tepat di
retina, sedangkan pada miopia difokuskan pada satu titik didepan retina. Pada bola
mata miopik dapat dilihat panjang bola mata yang lebih panjang daripada mata
normal

(Rahayu T. Miopia (Rabun Jauh). Dalam : Sitorus R, Sitompul R, Widyawati S, Bani


AP. Buku Ajar Oftalmologi. Edisi pertama. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.2017.h.185-7.)

Anda mungkin juga menyukai