Anda di halaman 1dari 31

PRESENTASI KASUS

ANAK PEREMPUAN USIA 6 BULAN DENGAN DIARE AKUT


DEHIDRASI RINGAN-SEDANG EC ROTAVIRUS DD ETEC, GIZI BAIK

DISUSUN OLEH:
Sarah Asifa G99181059 (F.18)
Hafizh Nur Santoso G991902026 (F.15)

PEMBIMBING:
Prof. Dr. dr. Bambang Soebagyo, SpA(K)

KEPANITERAAN KLINIK / PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik


Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret / RSUD Dr.
Moewardi. Presentasi kasus dengan judul :

ANAK PEREMPUAN USIA 6 BULAN DENGAN DIARE AKUT


DEHIDRASI RINGAN-SEDANG EC ROTAVIRUS DD ETEC, GIZI BAIK

Hari, tanggal : Juli 2019

Oleh :

Sarah Asifa G99181059 (F.18)

Hafizh Nur Santoso G991902026 (F.15)

Mengetahui dan menyetujui,

Pembimbing Preskas

Prof. Dr. dr. Bambang Soebagyo, SpA(K)

2
BAB I
STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. DIN
Tanggal Lahir/ Usia : 25 November 2018/6 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Sumberlawang, Sragen
BB : 6.1 kg
PB : 63 cm
Tanggal masuk : 15 Juni 2019
Tanggal Pemeriksaan : 18 Juni 2019

B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan terhadap orang tua pasien
(alloanamnesis) di Bangsal Melati 2 Kamar 3C Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Dr. Moewardi Surakarta.
1. Keluhan Utama
BAB cair
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien awalnya datang ke IGD RSUD Dr. Moewardi
dengan keluhan BAB cair. Keluhan dirasakan sejak ± 12 jam
SMRS. BAB cair sebanyak +/- 4 kali sehari, sebanyak ¼ gelas
belimbing, konsistensi cair disertai sedikit ampas, warna kuning,
tidak ada lendir maupun darah. Tidak ada faktor yang memperberat
maupun memperingan keluhan. Keluhan disertai muntah. Muntah
dirasakan bersamaan dengan mulai terjadinya diare. Muntah
sebanyak 5 kali sehari berisi makanan pasien yang disertai cairan
sebanyak +/- ¼ gelas belimbing setiap muntah.
Saat di IGD ibu pasien mengaku, pasien terlihat rewel,
masih mau menyusui, diare masih dirasakan, perut tampak

3
kembung, demam (-). Keluhan muntah sudah tidak didapatkan.
Keluhan mata terihat lebih cowong, saat pasien menangis masih
keluar air mata namun sedikit, BAK terakhir diakui sejak 4 jam
SMRS, warna kuning, volume berkurang.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


a. Riwayat rawat inap : (+) dengan diagnosis
ensefalitis viral, pneumonia, sepsis, syok sepsis, dan riwayat
status epileptikus dirawat selama 2 minggu mulai tanggal 29
Mei 2019 hingga 12 Juni 2019 di RSUD Dr. Moewardi
b. Riwayat penyakit serupa : disangkal
c. Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
d. Riwayat rhinitis alergi : disangkal
e. Riwayat dermatitis atopi : disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga


a. Riwayat penyakit serupa : disangkal
b. Riwayat alergi obat/makanan : disangkal

5. Riwayat Kehamilan
Saat hamil, ibu pasien rutin kontrol setiap bulan di bidan.
Tidak ada keluhan selama kehamilan. Ibu pasien mengonsumsi
suplemen besi dan asam folat dari bidan. Ibu pasien tidak
mengonsumsi jamu atau obat selain yang diberikan oleh bidan.
Saat hamil usia ibu 41 tahun. Pada kehamilan kedua ini, didapatkan
kehamilan gemelli. Riwayat pre-eklamsia (-) keguguran (-),
riwayat kehamilan sebelumnya dengan sectio caesaria (+), anak
meninggal (-).
Kesan : Riwayat kehamilan tidak normal

4
6. Riwayat Kelahiran
Pasien merupakan anak kedua dengan riwayat
kehamilan gemelli. Lahir secara sectio cesaria pada usia kehamilan
30 minggu di RSUD Sragen. Bayi langsung menangis, gerakan
bayi aktif, biru (-), ketuban keruh. Berat badan lahir 1400 gr.
Kesan : Riwayat kelahiran tidak normal

7. Status Imunisasi
0 bulan :-
1 bulan :-
2 bulan :-
3 bulan :-
4 bulan :-
9 bulan :-
Kesan : Imunisasi belum lengkap menurut Kemenkes 2017

8. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


Pasien lahir dengan berat badan lahir 1400 gram, selalu
bertambah berat badannya. Panjang badan lahir 37 cm, selalu
bertambah panjang badannya. Saat ini, pasien berusia 6 bulan,
dengan berat badan 6.1 kg dan panjang badan 63 cm. Saat ini
pasien belum dapat duduk dengan tegak, tengkurap, mengangkat
kepala, pasien sudah menoleh ke arah sumber suara.
Kesan : pertumbuhan sesuai usia dan perkembangan terlambat

9. Riwayat Nutrisi
Usia 0 – 6 bulan : tidak diberi ASI karena ibu pasien
mengaku ASI tidak keluar, susu formula sesuai permintaan anak,
susu formula yang digunakan SGM BBLR sebanyak 50 ml tiap 2
jam.
Kesan : kualitas dan kuantitas asupan gizi cukup.

5
10. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan anak kedua dan memiliki saudara
kandung (kakak). Pasien merupakan anak yang diinginkan. Ayah
pasien Tn.M 44 tahun pekerjaan petani. Ibu pasien bernama Ny. J,
umur 42 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga.

11. Pohon Keluarga

Tn M (44 tahun)
Ny J (42 tahun)

An. Y (5 tahun)
An. DIN ( 6 bulan)

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Derajat kesadaran : compos mentis
Derajat gizi : baik
2. Tanda vital
BB : 6.1 kg
PB : 63 cm
SiO2 : 98%
Nadi : 132 x/menit, kuat
Pernafasan : 32 x/menit

6
Suhu : 37.4º C
3. Perhitungan Status Gizi
a. Secara klinis
Nafsu makan : baik
Kepala : rambut jagung (-), susah dicabut (+), wajah
nampak tua (-)
Mata : edema palpebra (-/-), conjungtiva anemis (-
/-), cowong (+/+)
Mulut : mukosa basah (-)
Thoraks : iga gambang (-)
Ekstremitas : baggy pants (-), wasting muscle (-)
- - edema - - akral dingin
- - - -
Status gizi secara klinis : baik
b. Secara Antropometris
Umur : 6 bulan , BB : 6,1 kg, PB : 63 cm
BB
= -1 SD < Z score < 0 SD (normoweight)
U
TB
= -1 SD < Z score < 0 SD (normoheight)
U
BB
: Z score = -1 SD (gizi baik)
TB

Status gizi secara antropometri : gizi baik, normoweight,


normoheight
4. Kepala
Mesocephal, lingkar kepala (LK): 42 cm (-2SD<LK<0SD)
(Nellhaus), wajah dismorfik (-), UUB cekung (+)
5. Mata
Conjunctiva pucat (-/-), palpebra edema (-/-), cowong (+/+),
sclera ikterik (-/-), pupil isokor (+2 mm/ +2mm), reflek cahaya (+/+),
air mata (+/+) berkurang

6. Hidung

7
Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), darah (-/-)
7. Mulut
Bibir sianosis (-), mukosa basah (+), lidah kotor dan hiperemis (-)
8. Telinga
Sekret (-/-)
9. Tenggorok
Uvula di tengah, tonsil T1-T1 hiperemis (-)
10. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
11. Thoraks
Bentuk : normochest, retraksi (-)
Pulmo : Inspeksi : pengembangan dinding dada kanan = kiri
Palpasi : sulit dievaluasi
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : suara dasar: vesikuler (+/+), suara nafas
tambahan (-/-)
Cor : Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat, teraba di
SIC IV LMCS
Perkusi : tidak ada pelebaran batas jantung
Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas nomal, regular,
bising (-)
12. Abdomen
Inspeksi : dinding perut lebih tinggi dari dinding dada
Auskultasi : bising usus (+)
Perkusi : timpani, pekak alih (-), undulasi (-)
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba, turgor kembali
melambat
13. Urogenital : dalam batas normal
14. Anorektal : tidak ada laserasi

8
15. Ekstremitas
Akral dingin - - edema - -
- - - -

Spastik - - klonus - -
- - - -
ADP kuat
CRT < 2 detik

9
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium Darah Tanggal 15 Juni 2019
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Hb 12.9 g/dl 11.1 – 14.1
Hct 37 % 31 – 41
AE 4.19 juta/uL 3.90 – 5.50
AT 452 ribu/uL 150 - 450
AL 13.4 ribu/uL 5.0 – 19.5
Basofil 0.00 % 0-1
Limfosit 9.40 % 60 – 66
Monosit 11.60 % 0–6
Eosinofil 0.10 % 0–4
Netrofil 78.90 % 18 – 74
MCV 89.3 fL 80 – 96
MCH 30.8 Pg 28 – 33
MCHC 34.5 % 33 – 36
RDW 15.1 % 11.6 – 14.6
MPV 7.8 Fl 7.2 – 11.1
PDW 17 % 25 – 65

E. RESUME
Pasien awalnya datang ke IGD RSUD Dr. Moewardi dengan
keluhan BAB cair. Keluhan dirasakan sejak ± 12 jam SMRS. BAB cair
sebanyak +/- 4 kali sehari, sebanyak ¼ gelas belimbing, konsistensi cair
disertai sedikit ampas, warna kuning, tidak ada lendir maupun darah.
Tidak ada faktor yang memperberat maupun memperingan keluhan.
Keluhan disertai muntah. Muntah dirasakan bersamaan dengan mulai
terjadinya diare. Muntah sebanyak 5 kali sehari berisi makanan pasien
yang disertai cairan sebanyak +/- ¼ gelas belimbing setiap muntah.

10
Saat di IGD ibu pasien mengaku, pasien terlihat rewel, masih
mau menyusui, diare masih dirasakan, perut tampak kembung, demam
(-). Keluhan muntah sudah tidak didapatkan. Keluhan mata terihat lebih
cowong, saat pasien menangis masih keluar air mata namun sedikit,
BAK terakhir diakui sejak 4 jam SMRS, warna kuning, volume
berkurang.
Riwayat kehamilan dan kelahiran tidak normal dan
pertumbuhan baik, serta perkembangan telambat, nutrisi anak dalam
kondisi baik. Imunisasi pasien belum lengkap.
Pada pemeriksaan fisik, status gizi klinis dan antropometri
baik, UUB cekung (+), mata cowong (+/+), air mata (+) berkurang,
turgor kembali lambat, lain-lain dalam batasan normal. Pemeriksaan
penunjang terdapat trombositosis, neutrofilia, monositosis,
limfositopenia.

F. DAFTAR MASALAH
Anak perempuan berusia 6 bulan, berat badan 6.1 kg dengan :
1. BAB cair frekuensi 4x sehari volume ¼ gelas belimbing,
konsistensi cair dengan ampas, warna kuning, lendir (-), darah (-
), demam (-), riwayat alergi (-)
2. Riwayat muntah sebanyak 5x, muntah berisi makanan disertai air
sebanyak +/- ¼ gelas belimbing
3. Riwayat kehamilan dan kelahiran tidak normal
4. Status hidrasi : pasien tampak rewel, masih mau menyusui, UUB
cekung (+), mata cowong (+/+), air mata (+) berkurang,
mukosa mulut basah, produksi urin (+) terakhir 4 jam SMRS
warna kuning volume sedikit, turgor kembali lambat, ADP
kuat, CRT <2 detik
Kesan : dehidrasi ringan-sedang
5. Trombositosis, neutrofilia, monositosis, limfositopenia

11
G. DIAGNOSIS BANDING
1. Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang ec rotavirus dd ETEC
2. Gizi baik, normoweight, normoweight

H. DIAGNOSIS KERJA
1. Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang ec rotavirus
2. Gizi baik, normoweight, normoweight

I. PENATALAKSANAAN
1. Rawat inap di bangsal gastroenterologi raber neurologi anak
2. Diet ASB 8x70 ml
3. Inf asering (200ml/kgbb/hr) = 51 ml/jam sampai terehidrasi
selanjutnya inf D5 ¼ NS 26 ml/ jam
4. Oralit 5ml/kg > 30 ml jika muntah
5. Oralit 10 ml/kg > 60 ml jika diare
6. Zinc 10mg/24 jam PO

J. PLAN
1. Urinalisis
2. Feses rutin
3. Kultur feses

K. MONITORING
1. KUVS per jam selama rehidrasi
2. BCD/8 jam

L. EDUKASI
1. Mengenai penyakit pasien, bahwa penyakit pasien perlu tatalaksana
rehidrasi atau pengembalian cairan

12
2. Mengenai kesembuhan pasien dan kemungkinan adanya komplikasi
dan gejala sisa.
3. Mengenai pencegahan diare, berupa kebersihan tangan dengan cuci
tangan sebelum menyentuh pasien dan menyiapkan makanan pasien,
memastikan makanan pasien dicuci bersih sebelum dimasak dan
dimasak hingga matang, serta menjaga kebersihan lingkungan.

M. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam

13
N. FOLLOW UP
Follow Up 16/06/2019 (DPH-1) 17/06/2019 (DPH-2) 18/06/2019 (DPH-3)

Subjektif Diare masih ada 3x Diare masih ada 3x BAB cair satu kali pada
sehari, volume ¼ gelas sehari, volume pagi hari, volume
belimbing, konsistensi berkurang, konsistensi berkurang, konsistensi
cair, ampas lebih cair, ampas lebih cair, ampas lebih
banyak, warna kuning, banyak, warna kuning, banyak, warna kuning,
lendir (-), darah (-), lendir (-), darah (-), lendir (-), darah (-),
demam (-), muntah demam (-), muntah (-) demam (-), muntah (-)
sudah tidak ada

Objektif

Keadaan Tampak sakit sedang, Tampak sakit sedang, Tampak sakit sedang,
umum rewel menangis rewel menangis tenang, bergerak aktif

Tanda 1) HR: 125x/menit 1) HR: 129 x/menit 1) HR: 123 x/menit


Vital 2) RR: 36 x/menit 2) RR: 36 x/menit 2) RR: 32 x/menit
3) T: 36,8 0C 3) T: 37 0C 3) T: 36,9
4) SiO2: 99% 4) SiO2: 98 % 4) SiO2: 98%
Kepala Mesocephal, UUB Mesocephal, UUB Mesocephal, UUB
Cekung (+) Cekung (-) Cekung (-)

Mata Konjungtiva anemis (-/- Konjungtiva anemis (-/- Konjungtiva anemis (-/-
), sklera ikterika (-/-), ), sklera ikterika (-/-), ), sklera ikterika (-/-),
mata cowong (+/+), air mata cowong (-/-), air mata cowong (-/-), air
mata (+/+) berkurang, mata (+/+) mata (+/+)
refleks cahaya (+/+)

Hidung Nafas cuping hidung (-) Nafas cuping hidung (-) Nafas cuping hidung (-)

Telinga Sekret (-) Sekret (-) Sekret (-)

14
Mulut Mukosa basah , tonsil Mukosa basah , tonsil Mukosa basah , tonsil
T1-T1 T1-T1 T1-T1

Leher Pembesaran KGB (-) Pembesaran KGB (-) Pembesaran KGB (-)

Thorax Simetris, retraksi (-) Simetris, retraksi (-) Simetris, retraksi (-)

Cor Inspeksi : iktus cordis Inspeksi : iktus cordis Inspeksi : iktus cordis
tak tampak tak tampak tak tampak

Palpasi : iktus Palpasi : iktus Palpasi : iktus


cordis teraba cordis teraba cordis teraba

Perkusi : batas Perkusi : batas Perkusi : batas


jantung dalam batas jantung dalam batas jantung dalam batas
normal normal normal

Auskultasi : Bunyi Auskultasi : Bunyi Auskultasi : Bunyi


Jantung I-II intensitas Jantung I-II intensitas Jantung I-II intensitas
normal, regular, bising normal, regular, bising normal, regular, bising
(-) (-) (-)

Pulmo Inspeksi : Inspeksi : Inspeksi :


pengembangan dinding pengembangan dinding pengembangan dinding
dada kanan sejajar dada kanan sejajar dada kanan
dengan dinding dada dengan dinding dada dibandingkan dada kiri
kiri kiri
Palpasi : sulit dievaluasi
Palpasi : sulit dievaluasi Palpasi : sulit dievaluasi
Perkusi :
Perkusi : Perkusi : sonor/sonor
sonor/sonor sonor/sonor
Auskultasi : SDV (+/+),
Auskultasi : SDV (+/+), Auskultasi : SDV (+/+), suara tambahan (-/-)
suara tambahan (-/-) suara tambahan (-/-)

15
Abdomen Inspeksi: dinding perut Inspeksi: dinding perut Inspeksi: dinding perut
lebih tinggi dinding sejajar dengan dinding sejajar dengan dinding
dada dada dada

Auskultasi : Bising usus Auskultasi : Bising usus Auskultasi : Bising usus


(+) (+) (+)

Perkusi : Timpani Perkusi : Timpani Perkusi : Timpani

Palpasi : Supel, hepar Palpasi : Supel, hepar Palpasi : Supel, hepar


dan lien tidak teraba dan lien tidak teraba dan lien tidak teraba
membesar, turgor kulit membesar, turgor kulit membesar, turgor kulit
kembali lambat kembali cepat kembali cepat

Ekstremitas Akral hangat, ADP Akral hangat, ADP Akral hangat, ADP
teraba kuat, CRT < 2 kuat, CRT <2 detik kuat, CRT <2 detik
detik

Asesment 1. Diare akut dengan 1. Diare akut dengan 1. Diare akut dengan
dehidrasi ringan- dehidrasi ringan- dehidrasi ringan-
sedang ec rotavirus sedang ec rotavirus sedang ec rotavirus
(terehidrasi) (terehidrasi) (terehidrasi)
2. Gizi baik , 2. Gizi baik , 2. Gizi baik ,
normoweight, normoweight, normoweight,
normoweight normoweight normoweight
Plan 1) Urinalisa 1) Feses rutin 1) BLPL
2) Feses rutin
Terapi 1. Rawat inap di 1. Rawat inap di 1. Oralit 5ml/kg > 30
bangsal bangsal ml jika muntah
gastroenterologi gastroenterologi 2. Oralit 10 ml/kg >
raber neurologi raber neurologi 60 ml jika diare
anak anak 3. Zinc 20mg/24 jam
2. Diet ASB 8x70 ml 2. Diet ASB 8x70 ml PO

16
3. Inf asering 3. Inf D5 ¼ NS 26
(200ml/kgbb/hr) = ml/ jam
51 ml/jam sampai 4. Oralit 5ml/kg > 30
terehidrasi ml jika muntah
selanjutnya inf D5 5. Oralit 10 ml/kg >
¼ NS 26 ml/ jam 60 ml jika diare
4. Oralit 5ml/kg > 30 6. Zinc 10mg/24 jam
ml jika muntah PO
5. Oralit 10 ml/kg >
60 ml jika diare
6. Zinc 10mg/24 jam
PO

Monitoring 1) KUVS/8 jam 1) KUVS/8 jam 1) KUVS/8 jam


2) BCD/8 jam 2) BCD/8 jam 2) BCD/8 jam

17
BAB II
Tinjauan Pustaka

A. Definisi
American Academy of Pediatrics (AAP) mendefinisikan diare dengan
karakteristik peningkatan frekuensi dan/atau perubahan konsistensi, dapat
disertai atau tanpa gejala dan tanda seperti mual, muntah, demam atau sakit
perut yang berlangsung selama 3 – 7 hari. Diare akut adalah.
Diare cair akut merupakan buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24
jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 14 hari (bahkan
kebanyakan kurang dari 7 hari), dengan pengeluaran tinja yang lunak/cair.
Mungkin disertai muntah dan panas. Diare cair akut menyebabkan
dehidrasi, dan bila masukan makanan kurang dapat mengakibatkan kurang
gizi. Kematian yang terjadi disebabkan karena dehidrasi. Penyebab
terpenting diare pada anak-anak adalah Shigella, Campylobacter jejuni dan
Cryptosporidium, Vibrio cholera, Salmonella, E. coli, rotavirus.

B. Faktor Risiko
Kuman penyebab diare menyebar masuk melalui mulut antara lain
makanan dan minuman yang tercemar tinja atau yang kontak langsung
dengan tinja penderita.
Terdapat beberapa perilaku khusus meningkatkan resiko terjadinya
diare yaitu tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama
kehidupan, menggunakan botol susu yang tercemar, menyimpan makanan
masak pada suhu kamar dalam waktu cukup lama, menggunakan air
minuman yang tercemar oleh bakteri yang berasal dari tinja, tidak mencuci
tangan setelah buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum
memasak makanan, tidak membuang tinja secara benar.

18
Faktor yang meningkatkan kerentanan terhadap diare antara lain tidak
memberikan ASI sampai umur 2 tahun, kurang gizi, campak,
imunodefisiensi/ imunosupressif.
Umur Kebanyakan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Infeksi rotavirus paling umum terdapat pada anak usia 4 sampai 24 bulan,
khususnya mereka yang menghabiskan waktu di tempat penampungan anak
atau kelompok bermain. Pada orang dewasa yang merawat anak-anak, maka
akan memiliki peningkatan risiko terinfeksi sama besarnya.
Variasi musiman pola musim diare dapat terjadi melalui letak
geografi. Pada daerah sub tropik, diare karena bakteri lebih sering terjadi
pada musim panas sedangkan diare karena virus (Rotavirus) puncaknya
pada musim dingin. Pada daerah tropik diare Rotavirus terjadi sepanjang
tahun, frekuensi meningkat pada musim kemarau sedangkan puncak diare
karena bakteri adalah pada musim hujan.
Kebanyakan infeksi usus bersifat asimtomatik atau tanpa gejala dan
proporsi ini meningkat di atas umur 2 tahun karena pembentukan imunitas
aktif.

C. Epidemiologi
Baik di negara berkembang maupun negara maju, rotavirus sebagai
penyebab 1/3 kasus rawat inap diare pada bayi dan anak-anak dibawah usia
5 tahun. Di daerah iklim sedang, diare yang disebabkan oleh rotavirus
mencapai puncak selama musim dingin, sedangkan di daerah tropis kasus
ditemuka sepanjang tahun.
Di Jakarta dan Surabaya sekitar 21-42 persen balita meninggal akibat
diare dari rotavirus. Presentase yang lebih tinggi ditemui di tingkat Asia.
Rata-rata dengan angka di atas 50 persen. Di Korea bahkan kasus diare
akibat rotavirus 73 persen. Untuk tingkat dunia, 440 ribu kematian anak
setiap tahun meninggal akibat rotavirus. Di Indonesia kematiananak
mencapai 240.000 orang per tahun. Kematian anak karena diare 50.400

19
orang. Dari jumlah itu 10.088 anak di antaranya aibat rotavirus. Rotavirus
menyebabkan diare berat. Jad jika pasien tidak dirawat di sarana kesehatan
yang memadai, kemungkinan besar ia meninggal.
Hasil penelitian yang dilakukan Eko Raharjo dkk di RS Karantina
Jakarta pada tahun 1989 melaporkan bahwa balita dan anak-anak dibawah
umur lima tahun cenderung terinfeksi rotavirus, selain itu juga dilaporkan
bahwa infeksi rotavirus lebih sering terjadi pada musim kemarau.4
D. Etiologi
1. Faktor infeksi
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli,
Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi
virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi
parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
Infeksi parenteral yaitu infeksi di luar sistem pencernaan yang
dapat menimbulkan diare seperti otitis media akut, tonsilitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. (Behrman, 2009).
2. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat yaitu disakarida (intoleransi laktosa,
maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan
galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang
terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi
malabsorbsi lemak dan protein.
3. Faktor Makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun
dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
4. Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).

20
Gambar 3. Bagan Penyebab Diare

21
Tabel 1. Mikroorganisme Penyebab Diare dan Gejala Klinisnya

Gejala Klinis Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera

Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair

Lendir darah - Sering Kadang - + -

Bau - - Busuk + - Amis khas

Warna Kuning- Merah- Kehiajauan Tak Merah- Seperti air


hijau hiaju berwana hijau cucian beras

Leukosit - + + - - -

Lain lain Anoreksia Kejang Sepsis Meteorism Infeksi -


us sistemik

E. Patofisiologi
Terdapat beberapa mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare
yaitu:
1. Gangguan osmotik
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus akan
difermentasi oleh bahteri usus sehingga tekanan osmotik di lumen usus
meningkat yang akan menarik cairan sehingga terjadi pergeseran air dan
elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus.
Toxin dari bakteri akan menstimulasi c AMP dan cGMP yang akan
menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit ke dalam lumen usus dan
selanjutnya timbul diare karena peningkatan isi lumen usus.

22
F. Manifestasi Klinis
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam,
tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling
fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah
kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau
gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseorang
yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata
cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun
serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air
yang isotonik. (Behrman, 2009).
Berdasarkan konsentrasi Natrium plasma tipe dehidrasi dibagi 3 yaitu :
dehidrasi hiponatremia ( < 130 mEg/L ), dehidrasi iso-natrema (130m – 150
mEg/L) dan dehidrasi hipernatremia ( > 150 mEg/L ). Pada umunya dehidrasi
yang terjadi adalah tipe iso – natremia (80%) tanpa disertai gangguan
osmolalitas cairan tubuh, sisanya 15 % adalah diare hipernatremia dan 5%
adalah diare hiponatremia.
Kehilangan bikarbonat bersama dengan diare dapat menimbulkan
asidosis metabolik dengan anion gap yang normal ( 8-16 mEg/L), biasanya
disertai hiperkloremia. Selain penurunan bikarbonat serum terdapat pula
penurunan pH darah kenaikan pCO2. Hal ini akan merangsang pusat
pernapasan untuk meningkatkan kecepatan pernapasan sebagai upaya
meningkatkan eksresi CO2 melalui paru (pernapasan Kussmaul) Untuk
pemenuhan kebutuhan kalori terjadi pemecahan protein dan lemak yang
mengakibatkan meningkatnya produksi asam sehingga menyebabkan
turunnya nafsu makan bayi. Keadaan dehidrasi berat dengan hipoperfusi
ginjal serta eksresi asam yang menurun dan akumulasi anion asam secara
bersamaan menyebabkan berlanjutnya keadaan asidosis.
Kadar kalium plasma dipengaruhi oleh keseimbangan asam basa ,
sehingga pada keadaan asidosis metebolik dapat terjadi hipokalemia.
Kehilangan kalium juga melalui cairan tinja dan perpindahan K+ ke dalam
sel pada saat koreksi asidosis dapat pula menimbulkan hipokalemia.

23
Kelemahan otot merupakan manifestasi awal dari hipokalemia, pertama kali
pada otot anggota badan dan otot pernapasan. Dapat terjadi arefleks, paralisis
dan kematian karena kegagalan pernapasan. Disfungsi otot harus
menimbulkan ileus paralitik, dan dilatasi lambung. EKG mnunjukkan
gelombang T yang mendatar atau menurun dengan munculnya gelombang U.
Pada ginjal kekurangan K+ mengakibatkan perubahan vakuola dan epitel
tubulus dan menimbulkan sklerosis ginjal yang berlanjut menjadi oliguria dan
gagal ginjal.
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat
berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit),
tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka
pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium
pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.

G. Diagnosis
Anamnesis
1. Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari >3x sehari, konsistensi
tinja cair, warna dan konsentrasi tinja, lender dan/darah dalam tinja
2. Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air
kecil terakhir,
3. demam, sesak, kejang, kembung
4. Jumlah cairan yang masuk selama diare
5. Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare, mengonsumsi
makanan yang tidak biasa
6. Penderita diare di sekitarnya dan sumber air minum

Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital
2. Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma,
rasa haus, turgor kulit abdomen menurun
3. Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir,
mulut, dan lidah

24
4. Berat badan
5. Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas
cepat dan dalam (asidosis metabolik), kembung (hipokalemia), kejang
(hipo atau hipernatremia)

Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut :


 Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan <5% berat badan)
1. Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan
2. Keadaan umum baik, sadar
3. Ubun ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada ,
mukosa mulut dan bibir basah
4. Turgor abdomen baik, bising usus normal
5. Akral hangat
 Dehidrasi ringan sedang/ tidak berat (kehilanagn cairan 5-10% berat
badan)
1. Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda
tambahan
2. Keadaan umum gelisah atau cengeng
3. Ubun ubun besar sedikut cekung, mata sedikit cekung, air mata
kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering
4. Turgor kurang, akral hangat
 Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10%berat badan)
1. Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah dengan 2 atau lebih tanda
tambahan
2. Keadaan umum lemah, letargi atau koma
3. Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada,
mukosa mulut dan bibir sangat kering
4. Turgor sangat kurang dan akral dingin
5. Pasien harus rawat inap

25
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali apabila
ada tanda intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis
2. Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja :
Makroskopis : konsistensi, warna, lendir, darah, bau
Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit, bakteri
Kimia : pH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)
3. Biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada diare akut
4. Analisis gas darah dan elektrolit bila secara klinis dicurigai adanya
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit

H. Tatalaksana
Apabila derajat dehidrasi yang terjadi akibat diare sudah di tentukan, baru
kemudian menentukan tatalaksana yang akan diterapkan secara konsisten..
Terdapat lima lintas tatalaksana diare, yaitu:
1. Rehidrasi
2. Dukungan nutrisi
3. Supplement zinc
4. Antibiotik selektif
5. Edukasi orang tua
1. Diare cair akut tanpa dehidrasi
Penanganan lini pertama pada diare cair akut tanpa dehidrasi antara lain
sebagai berikut:
a. Memberikan kepada anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk
mencegah dehidrasi. Dapat kita gunakan cairan rumah tangga yang
dianjurkan, seperti oralit, makanan cair (seperti sup dan air tajin) dan
bila tidak ada air matang, kita dapat menggunakan larutan oralit untuk
anak. Pemberian larutan diberikan terus semau naak hingga diare
berhenti. Volume cairan untuk usia kurang dari 1tahun : 50-100cc,
untuk usia 1-5 tahun mendapat 100-200cc, untuk usia lebih dari 5 tahun
dapat diberikan semaunya.

26
b. Pemberian tablet Zinc
Pemberian tablet zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut
meskipun anak telah sembuh dari diare. Dosis zinc untuk anak
bervariasi, untuk anak usia dibawah 6 bulan sebesar 10mg (1/2 tablet)
perhari, sedangkan untuk usia diatas 6 bulan sebesar 20 mg perhari.
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, meskipun anak telah
sembuh dari diare.
c. Memberikan anak makanan untuk mencegah kekurangan gizi
d. Membawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik
dalam 3 hari atau menderita sebagai berikut buang air besar cair lebih
sering, muntah terus menerus, rasa haus yang nyata, makan atau minum
sedikit, demam, dan tinja berdarah.
e. Anak harus diberi oralit di rumah Formula oralit baru yang berasal dari
WHO dengan komposisi sebagai berikut:
No Larutan Elektrolit Glukosa Mmol/Liter
ORS- WHO ORS- WHO

Osmolaritas Standar
rendah
1 Na+ 75 90
2 Glukosa Anhindros 75 111
3 Cl- 65 80
4 K+ 20 20
5 Sitrat 10 10
Osmolaritas 245 311

Ketentuan pemberian oralit formula baru :


Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 200 ml air matang,
berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar dengan
ketentuan untuk anak usia kurang dari 1 tahun berikan 50-100 ml setiap

27
kali buang air besar, sedangkan untuk anak berumur lebih dari 1 tahun
berikan 100-200 ml tiap kali buang air besar.
2. Diare cair akut dengan dehidrasi ringan-sedang
a. Cairan rehidrasi oral (CRO) hipoosmolar diberikan sebanyak 75
mL/kgBB dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah
terjadi dan sebanyak 5-10 mL/kgBB setiap diare cair.
b. Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap
diberi minum walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi sedikit
atau melalui pipa nasogastrik. Cairan intravena yang diberikan adalah
ringer laktat atau KaEN 3B atau NaCl dengan jumlah cairan dihitung
berdasarkan berat badan. Status hidrasi dievaluasi secara berkala.
c. Berat badan 3-10 kg : 200 mL/kgBB/hari
d. Berat badan 10-15 kg : 175 mL/kgBB/hari
e. Berat badan > 15 kg : 135 mL/kgBB/hari
f. Pasien dipantau di Puskesmas/Rumah Sakit selama proses rehidrasi
sambil memberi edukasi tentang melakukan rehidrasi kepada orang tua.
3. Diare Cair akut dengan Dehidrasi Berat
a. Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan ringer laktat atau ringer
asetat 100
mL/kgBB dengan cara pemberian:
1) Umur kurang dari 12 bulan: 30 mL/kgBB dalam 1 jam pertama,
dilanjutkan 70 mL/kgBB dalam 5 jam berikutnya
2) Umur di atas 12 bulan: 30 mL/kgBB dalam ½ jam pertama,
dilanjutkan 70 mL/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya
b. Masukan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat
minum, dimulai dengan 5 mL/kgBB selama proses rehidrasi

Selain mengatasi dehidrasi pada diare. Tatalaksana pada diare juga


harus berfokus untuk menghilangkan penyebab diare. Untuk mengetahui
penyebab infeksi biasanya dihubungkan dengan dengan keadaan klinis diare

28
tetapi penyebab pasti dapat diketahui melalui pemeriksaan biakan tinja
disertai dengan pemeriksaan urine lengkap dan tinja lengkap.
Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diperjelas
melalui pemeriksaan darah lengkap, analisa gas darah, elektrolit, ureum,
kreatinin dan berat jenis plasma.
Bila ada demam tinggi dan dicurigai adanya infeksi sistemik
pemeriksaan biakan empedu, Widal, preparat malaria serta serologi
Helicobacter jejuni sangat dianjurkan. Pemeriksaan khusus seperti serologi
amoeba, jamur dan Rotavirus biasanya menyusul setelah melihat hasil
pemeriksaan penyaring.
Secara klinis diare karena infeksi akut digolongkan sebagai berikut:
1. Koleriform, diare dengan tinja terutama terdiri atas cairan saja.
2. Disentriform, diare dengan tinja bercampur lendir kental dan kadang-
kadang darah.
Terapi simtomatik juga harus benar-benar dipertimbangkan kerugian
dan keuntungannya. Antimotilitas usus seperti Loperamid akan
memperburuk diare yang diakibatkan oleh bakteri entero-invasif karena
memperpanjang waktu kontak bakteri dengan epitel usus yang seharusnya
cepat dieliminasi.
Terapi kausal yang dapat diberikan :
1. Kolera :
a) Tetrasiklin 50mg/kg/hari dibagi 4 dosis (2 hari)
b) Furasolidon 5mg/kg/hari dibagi 4 dosis (3 hari)
2. Salmonellosis : Ampisilin atau Kotrimoksasol atau golongan Quinolon
seperti Siprofloksasin
3. Shigellosis :
a) Trimetroprim 5-10mg/kg/hari
b) Sulfametoksasol 25mg/kg/hari Diabgi 2 dosis (5 hari)
c) Asam Nalidiksat : 55mg/kg/hari dibagi 4 (5 hari)

4. Helicobacter : Eritromisin
5. Amebiasis :

29
a) Metronidasol 30mg/kg/hari dibari 4 dosis 9 5-10 hari)
b) Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg
(maks 90mg) (im) s/d 5 hari tergantung reaksi (untuk semua umur)
6. Giardiasis :
Metronidasol 15mg.kg/hari dibagi 4 dosis ( 5 hari )
7. Balantidiasis : Tetrasiklin
8. Candidiasis : Mycostatin
9. Virus : simtomatik dan suportif

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Kandun NI. Upaya pencegahan diare ditinjau dari aspek kesehatan


masyarakat dalam kumpulan makalah Kongres nasional II BKGAI juli 2003
hal 29
2. Irwanto,Roim A, Sudarmo SM.Diare akut anak dalam ilmu penyakit anak
diagnosa dan penatalaksanaan ,Ed Soegijanto S : edisi ke 1 jakarta 2002 :
Salemba Medika hal 73-103
3. Lung E. Acute diarrheal Diseases dalam Current diagnosis abd treatment in
gastroenterology.Ed.Friedman S ; edisi ke 2 New Tork 2003 :McGraw
Hill,hal 131-49
4. Rohim A, Soebijanto MS. Probiotik dan flora normal usus dalam Ilmu
penyakit anak diagnosa dan penatalaksanaan . Ed Soegijanto S. Edisi ke 1
Jakarta 2002 Selemba Medika hal 93-103
5. Pudjiadi, Antonius H. et al. (2009). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan
Dokter Anak Indonesia. Jakarta Pusat: Badan Penerbit IDAI.
6. Abdullah M. (2006). Perdarahan Saluran Cerna Bagian Bawah dan
Perdarahan Samar. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I.
7. Jakarta: Bagian Penyakit Dalam FKUI, pp: 295.
8. Ardhani Punky. (2008). Art of Theraphy: Ilmu Penyakit Anak, Pustaka
Cendekia Press: Jogjakarta
9. Hasan Rusepno et al. (2007). Ilmu Kesehatan Anak 1: cetakan ke 11,
Infomedika : Jakarta.
10. Hassan R, Alatas H. (2007). Ilmu Kesehatan Anak, Buku Kuliah 2. Jakarta:
11. Naeem S dan Perveen S. (2014). Role of Bottle Feedind and Parental
Education in Children Diarrhea. Research Journal Vol. 5 Issue 2 Updated
14-01-2016
12. Zander R. (2009). Fluid Management Second expanded edition. Bibliomed
– Medizinische Verlagsgesellschaft mbH, Melsungen.
13. Cortés DO, Bonor AR, Vincent JL. (2014). Isotonic crystalloid solutions: a
structured review of the literature. Br. J. Anest.

31

Anda mungkin juga menyukai