2. Masa akhir hidup, pasien mengalami penurunan tajam pengelihatan, tidak mampu
berdiri, susah tidur dan makan
DASAR ILMU GERONTOLOGI DAN TEORI GERONTOLOGI
Teori ada dua, teori perkembangan genetik (penuaan primer) disebut juga teori non
stokhastik, dan teori stokhastik (penuaan sekunder karena penyakit yang didapat).
Teori “Genetic Clock”
Menua sudah terprogram secara genetic. Didalam nucleus sudah ada jam
genetic yang menghitung mitosis dan bila tidak diputar akan menghentikan
replikasi sel dan menyebabkan kematian meskipun tanpa disertai kecelakaan
lingkungan atau penyakit akhir yang katastrofal.
Teori Telomere
Setiap mitosis sel, bagian telomere DNA akan memendek. Semakin pendek
telomere maka kemampuan sel untuk membelah semakin terbatas dan pada
akhirnya berhenti.
Teori “Aging Clock”
Teradapat jam penuaan tunggal yang menghubungkan berbagai jam biologis
yang terdapat dalam tubuh manusia dan hewan. Salah satu jam biologis
adalah yang berupa ritme biologic yang terlihat pada tingkat hormonal.
Ritme ini disinkronisasikan oleh batang otak. Pengaruh besar pada daya
hidup berasal dari lingkungan yang nyaman dan kebiasaan hidup yang
menyenangkan.
Teori Error Catastrophe (Mutasi Somatik)
Faktor lingkungan dapat menyebabkan terjadinya mutase somatik.
Terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan
terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut. Menurut
hipotesis Error Catastrophe, menua disebabkan oleh kesalahan yang
berunrun sepanjang kehidupan setelah berlangsung dalam waktu yang
cukup lama, terjadi kesalahan dalam proses transkripsi maupun translasi.
Menyebabkan terbentuknya enzim yang salah, metabolisme yang salah,
sehingga mengurangi fungsional sel.
Rusakya Sistem Imun Tubuh
Mutasi berulang atau perubahan protein setelah translasi dapat
menyebabkan berkurangnya system imun tubuh mengenali diri sendiri (self
recognition). Jika mutasi menyebabkan kelainan pada antigen permukaan
sel, maka hal ini dapat menuebabkan system imun menganggap sel tersebut
sebagai sel asing. Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa
autoimun. Efek menua akan menyebabkan reaksi histokompabilitas pada
banyak jaringan.
Teori Menua Akibat Metabolisme
Semakin sedikit metabolism atau intake kalori akan memperpanjang masa
hidup karena tidak memacu pengeluaran hormone pertumbuhan yang
merangsang proliferasi sel seperti insulin, dan growth hormone.
Teori Kerusakan Akibat Radikal Bebas
Electron yang tidak berpasangan akibat proses metabolic normal didalam
mitokondria dan hasil dari proses pernapasan. Radikal bebas (O2, OH, H202)
bersifat merusak karena sangat reaktif, sehingga dapat bereaksi dengan
DNA, protein, asam lemak tak jenuh, seperti seperti dalam membrane sel
dan dengan gugus SH. Radikal bebas dihubungkan dengan kerusakan DNA
akibat oksidasi RB terhadap LDL sehingga membentuk aterosklerosis.
Teori Psikologik Kognitif
Manusia dewasa dengan pendidikan dan intelegensia tinggi akan
menunjukkan penurunan yang lebih sedikit disbanding mereka yang
pendidikan dan intelegensianya rendah. Intelegensia manusia akan terus
meningkat sampai titik terminal drop kemudian akan menurun
Teori Kepribadian
Kepribadian perkembangan dan penyesuaian dipengaruhi oleh kejadian
historis semasa hidup. Kepribadian seseorang menetap saat mereka
mencapai usia lanjut, dan perubahan hanya terjadi bila berhubungan dengan
berbagai kehilangan yang menyangkut system kesehatan dan tunjangan
mereka.
Teori Penuaan Sosial
Teori Pemisahan : penarikan diri pada usia lanjut dan dari peran mereka
sebelumnya dalam masyarakat.
Teori Aktivitas : aktivitas berperan penting dalam kesehatan dak kepuasan
hidup.
Teori kontinuitas : lansia cenderung bertindak sesuai dengan pola yang telah
mereka jalani di kehidupan ini.
7. Pasien laki laki datang dengan keluhan sesak napas, berapa terjadinya penurunan
PO2 pada pasien tersebut?
AGING PROCESS RESPIRASI
Elastisitas paru menurun, kekakuan dinding dada meningkat, kekuatan otot dada
menurun. Terjadi pula penurunan gerak silia, reflex batuk, dan reflex fisiologi lain.
PaO2 pada pasien laki laki usia 70 tahun = 109 - (0,43 x 70) + 4 = 74,9
Menurut kuliah fisio = 100 – (0,32 x usia) = 100 – (0,32 x 70) = 77.6
17. Ibu sulit tidur dan tidak mau makan selama tiga bulan, uji ketajaman analisis untuk
mengetahui kondisi pasien
GERONTOLOGI SOSIAL RASIONALISASI TATA KELOLA
Depresi yang akan berpengaruh terhadap malnutrisi
Assement MNA sama GDS
18. Perempuan 102 tahun menghadapi masa akhir hidupnya. Pelajari manajemen akhir
hayat
GERONTOLOGI SOSIAL RASIONALISASI TATA KELOLA
Depresi? General Anxiety Disorder?
20. Mengeluh kencing tidak puas, dapat kencing jika bersin, sulcus medianus cembung
Overflow/Stress
MocaIna :
>26 normal
Hachinski Score :
<4 demensia Alzheimer, >7 demensia vaskular
NIHSS :
27. Gangguan mengingat, perubahan perilaku, progresif melambat. Sering tersasar, sulit
menemukan kata, gangguan atensi menulis dan berhitung
DEMENSIA ALZHEIMER
Pembahasan kesuma 2014 nomor 33
28. Tremor pada tangan kanan, menjalar ke tangan kiri terutama pada saat istirahat,
berkurang saat aktif, meningkat saat emosi, hilang saat tidur, kekakuan otot pada
tangan
PARKINSONS
Tiga gejala utama : hipokinesia, tremor, rigiditas.
Pencetusnya adalah infeksi, obat, pukulan, intoksikasi karbon monoksida
Levodopa sebagai precursor dopamine merupakan lini pertama terapi
Untuk mencegah efek samping nausea dan vomitus digunakan kombinasi
levodopa dengan karbidopa dan benserasid
Pramipexole sebagai agonis dopamine dengan efek samping halusinasi
Entacapone memanjangkan waktuparuh levodopa
Vitamin E enriching substansia nigra
29. Perempuan 70 th tidak tidur di malam hari dan suka berteriak. Instrument
pemeriksaan?
MMPI : dimensi psikopatologi kepribadian
Psikotes
MMSE : menilai demensia
NRS : Numeric Rating Scale – untuk menilai nyeri
VAS : Visual Analog Scale – Menilai nyeri
30. Gangguan bicara mendadak dengan kelemahan anggota sebelah kanan sejak 3 bulan
lalu, tidak bisa bicara tapi dapat memahami pembicaraan, riwayat DM dan HT
Afasia motoric (Broca) : mengerti pembicaraan tapi tidak bisa bicara
Afasia sensorik (Wernicke) : tidak mengerti isi pembicaraan, tapi bisa
berbicara
Afasia transcortical : mirip sensorik tapi dapat menirukan bicara lawan bicara
31. Mudah lupa sejak 6 bulan yang lalu dan semakin memberat
MoCaIna : mirip MMSE, >26 adalah normal
MMSE : menilai demensia, <21 demensia, 22-26 curiga demensia, 27-30
normal
MMPI :menilai psikopatologik kepribadian
32. Gangguan memori berat mendadak, lupa cara mandi dan menggosok gigi
DEMENSIA, DELIRIUM, DAN PENURUNAN KOGNITIF ; PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium : darah, urin, feses. Pemeriksaan kimia klinik : gula darah,
tes fungsi ginjal, fungsi hati, dan status elektrolit, ensim jatung, saturasi oksigen. EKG
dan CT Scan. Pemeriksaan tersebut untuk menentukan penyebab konfusio akut.
33. Riwayat ensefalitis, sekarang hemiparesis dextra, apraksia. Letak lesi infeksi?
Hemiparesis dextra berarti kerusakan pada hemisphere sinistra. Lesi infeksi terdapat
pada bagian korteks motoric primer (gyrus presentralis sinistra)
34. Nyeri kedua lutut terutama kanan, didapatkan deformitas dan bengkak pada kedua
sendi lutut
OSTEOARTHRITIS DAN OSTEOPOROSIS
OA : penyakit degenerasi pada sendi meliputi kartilago, tulang, cairan
synovial, otot, dan ligament. Pada laki laki usia >50 tahun wanita >40 tahun.
Faktor resiko kegemukan, usia lanjut, gangguan metab, cedera, pekerjaan,
olahraga, genetic, dan kelainan pertumbuhan
Pada OA ditemukan kapsul yg menebal, pembentukan cyst, sclerosis,
hipertrofi synovial, dan osteofit.
Gambaran klinis nyeri, perubahan bentuk, peradangan, kaku pagi hari,
krepitasi, pembesaran sendi.
36. Patogenesis OA
Penyakit dengan proses degenerative yang berlangsung aktif dan progresif, tulang
rawan menjadi tidak homogeny, mudah pecah, dan akhirnya hilang seluruhnya dari
permukaan sendi, muncul upaya kompensasi dengan pembentukan osteofit untuk
perluasan permukaan sendi.
37. Perempuan nyeri punggung bawah, terdapat kyphosis dan laseque test positif
OSTEOPOROSIS
Primer : tipe I (pasca menopause pada trabekula), tipe II (senilis pada
korteks), idiopatik
Sekunder : karena AR, hiperparatiroid, gagal ginjal kronis, dll
Gejala klinis : nyeri punggung bawah, dowagers hump, patah tulang.
39. Nyeri punggung bawah, alergi susu sapi, penurunan berat badan bermakna
OSTEOPOROSIS - FARMASI
Diet tinggi kalsium (sayur hijau), vitamin D
Obat obatan yang :
membantu pembentukan tulang : steroid anabolik, fluoride.
Mengurangi perusakan tulang : esterpgen, testosterone, kalsium,
bifosfonat, kalsitonin
Teriparatid, TSH,
BIFOSFONAT ATAU RALOKSIFEN sebagai terapi jangka panjang
40. Laki laki, nyeri punggung bawah, konjungtiva palpebra pucat, RT tonjolan keras nyeri
pada jam 12.
OSTEOPOROSIS – karena terapi pada kanker prostat (obat antagonis androgen)
Gambaran radiologis osteoporosis :
Bone loss
44. Pasien perempuan usia 75 th BB 50 kg keluhan sulit tidur. Alprazolam tersedia dalam
dosis lazim, Hitung dosis rasional!
65-70 tahun : D - 10%
75-84 tahun : D - 20 %
85 tahu lebih : D - 30%
45. Pengobatan rasional : kenapa sukralfat suspensi yang melindungi dan melekat pada
mukosa lambung diberikan juga anti emetic metklopramid yang meningkatkan
peristaltik?
Metklopramid : mempercepat pengosongan lambung sehingga obat lain yang
diabsorbsi menurun
Sukralfat :
46. Pasien perempuan 80 tahun, malnutrisi, post operasi fraktur, dibutuhkan antibiotika
preventif infeksi yang terdistribusi di plasma dalam jumlah cukup. Apa yang
diberikan?
PENGOBATAN RASIONAL
48. Pasien laki laki 80 th riwayat stroke, sulit tidur, bangun tidur pergelangan tangan
nyeri. Pasien sering makan bayam. Apa nama obat yang dikonsumsi pasien yang
berinteraksi dengan senyawa makanan?
Warfarin/ heparin – dengan bayam (Mengandung banyak vit K) sehingga
menurunkan efektifitas warfarin sebagai antikoagulan
49. Kombinasi obat antasida dan magnesium oksida kombinasinya aman, karena?
Efek samping aluminium hidroksida (antasida) adalah konstipasi, sedangkan efek
samping magnesium oksida adalah diare osmotic, sehingga dapat menghilangkan
efek samping masing2 obat.
50. Hasil pemeriksaan BMD -0.8
Diagnosis osteoporosis
Normal : >-1
Osteopenia : -1 sd -2,5
Osteoporosis : <-2,5
Osteoporosis berat : <-2,5 dengan fraktur
51. Fraktur collum femur, lalu mendapat tindakan operatif. Orthestic Prostetic
Menggunakan moore prosthesis karena setelah itu bis jalan lebih cepat, alat yang
digunakan menurutku wheelchair kalau pasca op tapi karena komplikasi bisa
decubitus bisa menggunakan walker setelah mampu berjalan
Crutch
Not usually used in older adults because higher level of coordination and skill is
required
Allows significantly greater loads to be exerted in comparison with cane
Walker
Provide bilateral support, promote upright posture and stability, and reduce more
body weight than the cane
Allows to convey items from place to place with bag or basket on the walker
Gait is slower, more difficult to use on stairs and in smaller spaces
Wheelchair
Only prescribed when the person can’t walk safely or when walking endurance is
slow
Provides community mobility but may be difficult to use in the home
May discourage walking Decline muscle strength and endurace Increase risk of
falling
Indikasi :
o EFEK ANALGESIK
o EFEK ANTI INFLAMASI
o EFEK RELAKSASI
o EFEK SEDATIF
o MENINGKATKAN SUHU JARINGAN
o VASODILATASI
Terapi Dingin
Stimulasi Listrik (TENS)
Laser Terapi
Lie on your back with knees bent, feet flat on floor. Flatten the small of your back
against the floor, without pushing down with the legs. Hold for 5 to 10 seconds.
2- Partial sit-ups:
The athlete lies in "hooklying" position (supine with knees bent and feet flat). With
hands behind his or her head, the athlete elevates the upper torso until the scapulae
clear the resting surface and stress is placed on the rectus abdominus. After
returning to the start position, the sit-up is repeated for a prescribed number of
repitions.
3- Knee-to-chest:
Single Knee to chest. Lie on your back with knees bent and feet flat on the floor.
Slowly pull your right knee toward your shoulder and hold 5 to 10 seconds. Lower
the knee and repeat with the other knee.
Double knee to chest. Begin as in the previous exercise. After pulling right knee to
chest, pull left knee to chest and hold both knees for 5 to 10 seconds. Slowly lower
one leg at a time.
4- Hamstring stretch:
Lying supine, the athlete places both hands around the back of one knee. The athlete
straightens his or her knee and pulls the thigh toward his or her head so the hip goes
into flexion. Williams believed that flexible hamstrings are necessary to accomplish
full flexion of the lumbar spine. Although tight hamstrings limit lumbar flexion in
standing with knee straight, we now know that tight hamstrings actually tilt the
pelvis posteriorly and promote trunk flexion.
5- Standing lunges:
This exercise actually results in some extension of the lumbar spine when performed
properly. Nonetheless, it is a good stretching exercise for the entire lower extremity,
especially the iliopsoas, which may be a perpetrator of low back pain if it is
abnormally tight or in spasm.
The athlete begins the forward lunge in a standing position with the feet shoulder
width apart. He or she then takes a big step forward with the right leg and plants the
foot out front, keeping the body relatively straight. The knee should stay over your
ankle and not extend out over the toes to minimize stress on the knee joint.
6- Seated trunk flexion:
7- Full squat:
William's squat position is with the feet placed shoulder width apart, the hip and
knees are flexed to the maximum available range of motion, and the lumbar spine is
rounded into flexion. Upon reaching maximum depth, the athlete "bounces the
buttocks up and down" 15 to 20 times, with 2 to 3 inches of excursion on each
bounce, then repeats 3 to 4 times.
55. Nyeri punggung bawah, BMD -3.5, peran tim rehabilitasi medik?
PERAN TIM REHAB MEDIK
56. Nyeri punggung bawah dengan BMD -3.5, nyeri paralumbal dextra.
PROMOTIF, PREVENTIF, FAKTOR RESIKO
Assesment geriatri : risiko jatuh, jenis osteoporosis, fraktur
Edukasi life style dan pencegahan jatuh
Latihan dan program rehabilitasi : jogging, jalan cepat
Diet tinggi kalsium dan Vit. D
Medikamentosa : Bifosfonat, raloksifen, Teripatide, SERM, strontium maleat,
kalsium, vit D, kalsitriol, sulih hormon
Pembedahan pada kasus fraktur
57. Seorang pasien perempuan 87 tahun dibawa ke IGD dengan riwayat stroke. Pasien
tidak bisa bangun dari tempat tidur, ,makan dan minum hanya sedikit. Penentuan
faktor resiko malnutrisi :
ASSESMENT GIZI // MALNUTRISI
Faktor resiko :
Depresi
Loss of income karena pension
Imobilitas
Jarak rumah dan tempat belanja jauh
Isolasi
Penyakit : loss of appetite, absorbtion
Obat
Ignorance tentang nutrisi
Dental problem : sulit mengunyah
Alcohol
ASSESMENT
Skrining : MNA (Mini Nutritional Assesment), SGA , penurunan BB, asupan
(kedua terakhir paling mudah dilakukan)
Assesment : ABCD (Antropometry, Biochemistry, Clinical, Diet)
58. Faktor risiko malnutrisi pada pasien tersebut?
Eating poorly, Imobilitas
60. Dari kasus diatas, kesadaran pasien apatis, tekanan darah 110/70, respirasi 30x per
menit, HR 108x/menit.
PEMBERIAN DIET
Dukungan gizi peroral diutamakan, namun apabila ada gangguan saluran
cerna bagian atas maka makanan enteral dapat diberikan.
Selama tidak ada gangguan GIT dapat diberikan secara enteral.
Indikasi pemberian secara enteral : pasien yang tidak mau makan, tidak dapat
secara oral, yang membutuhkan terapi nutrisi
61. Kebutuhan energy lansia menurun sehingga dianjurkan mengurangi porsi makanan
terutama sumber karbohidrat
MALNUTRISI, AGING PROCESS, MEKANISME FISIOLOGI
Energy : 51-75 tahun = 90% dari usia 23 tahun; > 75 tahun = 75 - 80%
Karena terdapat intoleransi glukosa sehingga harus mengurangi karbohidrat, tambah
intake karbohidrat kompleks.
62. Lansia sering kesulitan untuk mengunyah makanan, upaya untuk memenuhi tujuan
tersebut adalah dengan meningkatkan densitas energy makanan.
Maksudnya adalah makan makanan dengan snack berkalori tinggi
65. Pasien seminggu tidak mau makan dan minum, susah tidur, sering menangis sendiri.
Riwayat HT sejak 20 tahun lalu terkontrol baik. 2 tahun yang lalu pasien sering
mengeluh nyeri sendi lutut kaki kanan dan sering konsumsi obat nyeri.
ASSESMENT GERIATRI
GDS : Geriatric Depression Scale
Pasien menderita depresi ringan, faktor resiko dari obat anti hipertensi.
66. Dari kasus diatas, pelajari demensia, depresi, dan penurunan kognitif, termasuk
Farmasi
Terapi dengan fluoxetine (SSRI) start low go slow (1/3-1/2 dosis dewasa dinaikkan
perlahan)
67. Dari kasus diatas, pelajari demensia, depresi, dan penurunan kognitif, termasuk
Farmasi
Penyebab :
Digoksin
L-Dopa
Steroid
Beta-Bloker
Anti-hipertensi lainnya
Pemakaian Benzodiazepin kronis
Fenobarbital
Pemakaian neuroleptik kronis
Terapi dengan fluoxetine (SSRI) start low go slow (1/3-1/2 dosis dewasa dinaikkan
perlahan)
68. Wanita 66 tahun dibawa keluarganya ke puskesmas karena sakit kepala sebah mual
sulit tidur, sebelumnya dirawat di RS karena anggota gerak kiri lemah tidak bisa
berjalan. Pasien dirawat selama 5 hari dan diperbolehkan pulang karena telah pulih
semula. Diagnosis?
Gangguan depresi pasca stroke
69. keluhan sakit kepala, perut sebah mual dan sulit tidur. 4 minggu yg lalu pasien
menjalani rawat inap karena anggota gerak terasa lemah hingga tidak bisa jalan. Selama 5
hari diperbolehkan pulang karena udah pulih. Penyebab gangguan? Depresi pasca stroke
Biologis : berkurangnya sel-sel saraf dan neurotransmiter, risiko genetik, penyakit
fisik
Karena pasien sebelumnya pernah kena stroke, maka terjadi kerusakan neuron pada
otak. Sehingga penyebabnya adalah gangguan biologis.
Tx : antidepresan fluoxetin
70. pasien sering marah marah sejak 3 minggu yg lalu. Keluhan terasa sore-malam. Ada
waham curiga yg ditandai dgn barang2 akan dicuri oleh tetangganya. Daya ingat semakin
lama semakin memberat demensia alzeimer
Isi pikiran waham paranoid
gangguan marah2nya sundowning
Tx: karena pasien ada waham paranoid maka terapinya antipsikotik yaitu risperidol
dengan dosis lansia 2x2 atau 2x3 mg/hari
71. pasien sering marah marah sejak 3 minggu yg lalu. Keluhan terasa sore-malam. Ada
waham curiga yg ditandai dgn barang2 akan dicuri oleh tetangganya. Daya ingat semakin
lama semakin memberat demensia alzeimer gangguan kognitif
1. Bladder training bertujuan memperpanjang interval berkemih yang normal dengan teknik
distraksi atau teknik relaksasi sehingga frekuensi berkemih hanya 6-7 kali per hari atau 3-4
jam sekali.
2. Habit training memerlukan penjadwalan waktu berkemih. Diupayakan agar jadwal
berkemih sesuai dengan pola berkemih pasien sendiri.
3.Prompted voiding dilakukan dengan cara mengajari pasien mengenali kondisi atau status
kontinensia mereka serta dapat memberitahukan petugas atau pengasuhnya bila ingin
berkemih. Teknik ini digunakan pada pasien dengan gangguan fungsi kognitif.
4. Terapi biofeedback bertujuan agar pasien mempu mengontrol/menahan kontraksi
involunter otot detrusor kandung kemihnya. Cara biofeedbackmempunyai kendala jangka
waktu lama dan perlu mempunyai intelegensia yang cukup untuk dapat mengikuti petunjuk
pelatihnya.
5.Stimulasi elektrik merupakan terapi yang menggunakan dasar kejutan kontraksi otot pelvis
dengan menggunakan alat-alat bantu pada vagina atau rektum. Terapi ini tidak begitu
disukai oleh pasien, karena pasien harus menggunakan alat dan kemajuan dari terapi ini
terlihat lamban.
6.Penggunaan keteter menetap (indwelling catheter) sebaiknya tidak digunakan secara rutin
dalam pengelolaan inkontinensia urin karena dapat terjadi ISK sampai sepsis, pembentukan
batu, abses, dan bocor
79. pasien dengan keluhan pusing berputar sehingga ingin terjatuh (instabilitas) dan kedua
lutut terasa nyeri. Dokter menilai kemampuan dan kemandirianya ADL (activity daily
living)
Assessment geriatri meliputi aspek bio-psycho-social. Dalam menentukan kapasitas
fungsional (interaksi 3 komponen yg menentukan keadaan fungsi organ atau kesehatan
tubuh secara keseluruhan) geriatri dibutuhkan penilaian melalui ADL dengan indek barthel
dan indek katz.
Pasien keluhan pusing berputar sehingga ingin jatuh vertigo (gangguan organ
vestibuler)
Kedua lutut nyeri OA
80. sindrom geriatri merupakan kumpulan gejala yg sering dikeluhkan oleh lansia. Etiologi
dan patofisiologi bersifat multifaktorial dan belum diketahui. Untuk itu diperlukan
assessment.
Menurut solomon UCLA “14I”
Immobilisasi
Impaksi (konstipasi)
Instability pasien mengeluh pusing berputar hingga jatuh ketika pasien lansia
jatuh fraktur imobilisasi
Iatrogenik (misdiagnosis karena salah obat atau pemberian terapi)
Intelektual impairment
Insomnia
Inkontinensia
Impecunity (kemiskinan)
Isolation
Impotensi
Imunodefisiensi
Infeksi
Inanisi (malnutrisi)
Impairment of vision smell