keberatan atas surat dakwaan penuntut umum dengan alasan keberatan sebagai
berikut:
Bahwa sesuai asas lex specialis derogat legi generalis dan asas lex specialis sistematis
menjelaskan undang-undang yang bersifat khusus mengesampingkan undang-undang yang
bersifat umum dan diantara undang-undang yang bersifat khusus terdapat undang-undang
yang lebih khusus yang secara sistematis didahulukan ketimbang undang-undang khusus
lainnya. Sebuah aturan dikategorikan lex spesialis jika materiilnya khusus, formilnya khusus
(ada pengadilan yang khusus) dan Adresat (subjek) khusus.
Bahwa telah nyata dalam Dakwaan Jaksa Penuntut umum menyebutkan bahwa tindak
pidana dilakukan dan berakibat pada tercemarnya Perairan Arafura yang terletak di sekitar
Kabupaten Maluku Tenggara yang merupakan perairan tempat kehidupan sumber daya
ikan. Sehingga menjadi tidak relevan jika Dakwaan perkara a quo tidak menggunakan
ketentuan pasal ini sebagai landasan dalam mendakwa Para Terdakwa. Hal ini juga menjadi
bukti tidak taatnya Jaksa Penuntut Umum karena telah mengesampingkan asas lex specialis
derogat legi generalis dan asas lex specialis sistematis.
Maka dengan demikian Pengadilan Negeri Tual Tidak Berwenang Mengadili Perkara A
quo.
2. Surat Dakwaan Penuntut Umum Batal Demi Hukum karena Tidak Cermat dalam
Menerapkan Undang-Undang
Bahwa dari rumusan unsur delik tersebut diatas maka uraian tindak pidana yang
disampaikan oleh Jaksa Penuntut Umum di dalam Dakwaannya lebih tepat bila
menggunakan rumusan pasal yang diatur di dalam Pasal 86 ayat (1) jo. Pasal 12 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Lebih lagi berdasarkan uraian
fakta yang dituangkan di dalam Surat Dakwaan bahwa semua tidak tersebut dilakukan pada
locus delicti yang berlokasi di Perairan Arafuru yang adalah wilayah pengelolaan perikanan
Republik Indonesia. Dalam hal ini berlakulah asas Lex specialis derogat legi generalis dan
asas Lex specialis sistematis sebagaimana yang telah kami uraikan pada poin-poin
sebelumnya.
Dalam hal misalnya Jaksa Penuntut Umum berpendapat bahwa tindak pidana yang
dilakukan oleh Para Terdakwa juga masuk dalam lingkup Tindak Pidana Lingkungan Hidup,
maka Penuntut Umum wajib menggunakan concursus (penggabungan tindak pidana)
dalam perkara a quo dengan tetap memasukan ketentuan Pasal 86 ayat (1) jo. Pasal 12 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Hal ini mengingat bahwa
unsur-unsur pasal 86 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
memiliki kesamaan dengan Pasal 98 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 yang
didakwakan di dalam Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum.
Maka, berdasarkan ketidakcermatan surat dakwaan Penuntut Umum tersebut, maka kami
Penasihat Hukum Terdakwa memohon kepada Majelis Hakim pada perkara a quo untuk
menyatakan Surat Dakwaan Penuntut Umum BATAL DEMI HUKUM karena tidak
memenuhi syarat materiil Surat Dakwaan.
DENGAN PERMOHONAN:
Hormat kami,