Hukum perkawinan
Kerukunan
Kegunaan/kepatutan
Sistem pewarisan
Individual
Kolektif
Mayorat
Belum terbagi : ada janda yg membutuhkan dan atau anak-anak belum dewasa
Tidak terbagi : karena sifat benda, keadaan dan kegunaannya tidak dapat dibagi (harta
pusaka, alat perlengkapan adat, senjata, jimat, ilmu gaib, jabatan/gelar adat utk a.w.
tertentu, dimanfaatkan utk kepentingan bersama)
Jenis harta warisan
Harta asal
Harta pemberian
Harta pencarian
Pemberian berkaitan dengan kematian orang tua (bukan sebagai ahli waris) masy
patrilineal
Yang diperoleh karena pewarisan (sbg ahli waris)
Sbg harta pembujangan,mk fungsi harta itu sbg harta penantian kedatangan istri dalam
perkawinan jujur
Biasanya berupa tanah, bangunan rumah alat2 rmh tangga, dll
Perkawinan tut buri (jawa) suami mengikuti istri, perkw nyalindung kagelung (jabar),
perk semenda mati manuk mati tungu (lampung pesisir)
Harta pemberian adalah semua harta yg diperoleh dari pemberian seseorang atau sekelompok
orang kepada suami/istri atau suami istri selama perkawinan
Pemberian dari siapa ?
Pemberian suami, menjadi milik pribadi istri, lebih tampak pada perkawinan poligami.
Pemberian suami pd perempuan lain yg melahirkan anaknya (istri piaraan (tionghoa),
baku piara (minahasa) pemberian pd anak disebut lilikur, nepa-piara (sangir-talaud). Bisa
terjadi istri memberi suaminya (pd perkw nyalindung kagelung, dll)
Pemberian orang tua, contohnya : pd masy dayak kendayan (kalbar) pemberian lebih
banyak pd anak pangkalan (anak yg memelihara ortu),
Pemberian kerabat
Orang lain.
Ahli waris adalah semua orang yang berhak mewarisi harta warisan
Bukan ahli waris adalah semua orang yang bukan ahli waris ttp dpt harta warisan
Berhak tidaknya para ahli waris dipengaruhi oleh sistem kekerabatan, sehingga daerah
satu berbeda dengan daerah lainnya
Anak kandung
Anak yang lahir dari kandungan ibunya dan ayah kandungnya
Kedudukan anak kandung sebagai waris dipengaruhi oleh perkawinan yang dilakukan
oleh orang tuanya
Artinya jika perkawinan ayah ibu si anak sah maka anaknya sah sebagai waris dari orang
tuanya
Anak sah
Adalah anak kandung yg lahir dari perkawinan orang tuanya yang sah. Menurut ps.42
uup : anak yg dilahirkan dalam atau sbg akibat perkawinan yg sah.
Pada dasarnya anak sah adalah waris dari orang tuanya, walaupun ada yg berkedudukan
sbg waris
Anak tidak sah
Lahir sebelum terjadi perkawinan
Lahir setelah bercerai lama dari suaminya
Penyimpangan, pd suku semendo, punya anak lelaki maka dikawinkan secara semendo
nyangkit
Penyimpangan yg lain, ibu memberi hibah pada anak lelakinya
Di lampung anak sulung (punyimbang) tdk punya anak lelaki, ambil istri kedua agar
punya anak lelaki. Atau anak pr dijadikan lk dan kawin dg lk dr anak sdr lk terdekat
Perkemb, semakin melemah, merantau, sdr lainnya minta hrt dibagi. Rmh klg sbg tempat
berkumpul
Anak sulung perempuan
Di suku semendo (sumsel), disebut anak tunggu tubang, harta tdk dibagi
Di suku dayak landak/tayan, disebut anak pangkalan
Pd sk dayak kendayan, tergantung penunjukan org tua, bisa anak 1,2,3. Bagian terbanyak
anak pangkalan, kmdn anak bungsu, terus anak yg lain
Perkembangannya, kedudukan anak pr sulung juga berubah, krn merantau, kawin dg
orang luar suku
Anak tiri
Di jawa, anak tiri tdk berhak mewaris dari ortu tirinya
Di lampung pepadun, anak tiri dapat mewaris, pd perkw levirat (perkw semalang): istri
dr anak punyimbang kawin dg sdr suami, kmdn anak suami ke-2 ini dijadikan tegak tegi,
caranya anak lk dr perkw ke-2 dikawinkan dg anak pr dr istri &suami (alm).
Msh di lampung, punyimbang kawin dg istri kedua yg sdh punya anak lelaki, kmdn
diangkat anak oleh suaminya
Anak angkat mewaris
Di lampung, anak angkat tegak tegi (menantu lk2 dr kerabat sendiri yg diangkat sbg
anak)
Di madura dan using banyuwangi, anak angkat hanya mewaris dari orang tua angkatnya
saja
Di jawa mewaris dari dua sumber
Pts ma no.37 k/sip/1959 : anak angkat mewaris harta gono gini ortu angkatnya, thd brg
asal tdk berhak mewaris
Di minahasa, anak angkat sama hak mewarisnya dg anak kandung, kecuali harta
kalakeran. Anak angkat dipecat, kemungkinan hak mewaris tdk dipecat, menyebabkan
sengketa dg anak kandung
Anak angkat tdk mewaris
Di lampung, perkw ambil lelaki (ngakuk ragah), anak lk angkat tdk mewaris hrt ortu
angkatnya.
Anak akuan, anak pancingan, anak piara, anak titip tdk mewaris dari ortu angkatnya
Di lampung dan batak , janda bisa kawin levirat (dng sdr suaminya)
Jika kawin ke luar, janda tdk membawa apa-apa kecuali harta bawaan
Di minahasa, janda bukan ahli waris suaminya, dkmn sebaliknya. Jika janda punya anak,
janda dpt separo hrt pencarian dan setengahnya dibagi untuk anak2nya
Penggolongan ahli waris :
Ahli waris hubungan darah (anak, cucu, orang tua, kakek-nenek)
Ahli waris hubungan hukum (istri /suami, anak angkat)
Utk tentukan ahli waris hub darah :
Garis pokok keutamaan (gpk) : grs hk utk tentkan urutan2 keutamaan diantara klp2
keutamaan dlm klg pewaris, dg pedoman klp keutamaan urutan atas lebih utama drpd klp
keutamaan di bawahnya
Grs pokok penggantian (bw:plaatsvervulling): grs hk utk tentukan siapa diantara org2
dlm klp keutmaan terttu yg tampil sbg ahli waris yg paling berhak dpt warisan
Penggolongan ahli waris :
Ahli waris hubungan darah (anak, cucu, orang tua, kakek-nenek, dll)
Ahli waris hubungan hukum (istri/suami, anak angkat)
Penentuan ahli waris hub darah :
Garis pokok keutamaan (gpk): utk tentukan urutan2 keutamaan, diantara klp keutmn dlm
klg pewaris; dg pedoman klp keutmn urutan atas lebih utama drpd dibawahnya.
Grs pokok penggantian (bw:plaatsvervulling) : utk ttk siapa yg tampil sbg ahli waris dlm
satu klp keutamaan tertentu.
Gpk pd masy parental (jawa,dll) :
1. Gpk i : keturunan pewaris
2. Gpk ii: orang tua pewaris
3. Gpk iii: sdr pewaris dan keturunanya
4. Gpk iv : kakek-nenek pewaris
5. Gpk v : sdr ortu pewaris (paman/tante pewaris dan keturunannya)
Gpk masyarakat patrilineal (misal batak karo-mnrt prof rehngena purba) :
1. Anak laki-laki
2. Ayah
3. Sdr laki-laki
4. Anak sdr laki-laki
5. Sdr laki-laki ayah
6. Anak sdr laki-laki ayah
7. Kakek
8. Sdr laki-laki kakek
Gpk masy matrilineal (minang) utk hrt pusaka (mnrt dr.chairul anwar, sh):
Harta pusaka
1. Yg meninggal ibu, ahli waris (a.w. nya) adl a.w. nan dakek-
nya (a.w. yg dekat), yaitu anak2nya, kmdn cucu2nya , dst.
pr belum kawin, a.w.nya dan sanak kanduang (sdr kan-
dung).
tdk ada a.w. nan dakek a.w. nan jauah (ibu pewaris)sdr –
laki2/pr dari ibu pewaris.
2. Yg meninggal se-org laki-laki, a.w. nya adl a.w. nan dakek
nya yaitu dan sanak kanduang, sdr laki2 dan/ perempuan
yg seibu sebapak.
laki2 belum kawin, a.w.nya dan sanak kanduang (sdr kan-
dung).
Gpk masy matrilineal (minang) utk hrt pencarian (mnrt dr.chairul anwar, sh):
Harta pencarian (harato suarang)
Putusan ma tgl.1 november 1961 no.179 k/sip/1961 : anak pr dan anak lk dr si peninggal
warisan bersama berhak atas harta warisan. Dlm arti bag anak lk sama dg anak pr.
Di tingkat daerah/tanah batak putusan ma ini belum disetujui terutama org2 tua
Peneltn meiliana lubis (2003) thd org batak di jkt : anak lk & pr, serta istri sbg ahli waris