Anda di halaman 1dari 4

A.

1PENDAHULUAN

Harta kekayaan dalam sebuah keluarga lazim di sebut harta perkawinan . Harta perkawinan di
golongkan menjadi dua golongan yaitu harga bawaan dan harga bersama.

B. HARTA PERKAWINAN

Menurut Hukum Adat yang dimaksud dengan harta perkawinan adalah semua harta yang dikuasai
suami istri selama mereka teikat dalam ikatan perkawinan,baik harta kerabat yang di
kuasai,maupun harta perseorangan yang berasal dari harta warisan,harta hibah,harta penghasilan
sendiri,harta pencahariaan hasil bersama suami istri,dan barang barang hadiah.

Harta perkawinan merupakan modal kekayaan yang dapat di pergunakan oleh suami stri untuk
membiayaai kebutuhan hidup sehari-hari suami istri dan anak-anak nya di salam satu “somah” , di
dalam satu rumah tangga keluarga kecil dan satu rumah tangga keluarga besar, yang setidak-
tidaknya dari satu rumah tangga kakek dan nenek. Begitu pula ada suami istri yang hanya
bertanggung jawab atas kehidupan dengan anak-anaknya saja

Dalam kedudukan harta perkawinan sebagai modal kekayaan untuk membiyaai kehidupan rumah
tangga suami istri,maka harta perkawinan itu dapat kita golongkan dalam beberapa macam,yaitu:

1. Harta yang di peroleh atau di kuasai suami/istri sebelum perkawinan,yaitu “Harta Bawaan”
2. Harta yang di peroleh atau di kuasai suani/istri secara perseorangan sebelum atau sesudah
perkawinan,yaitu “Harta Penghasilan”
3. Harta yang di peroleh atau di kuasai suami/istri bersama-sama selama perkawinan,yaitu “Harta
Pencaharian”
4. Harta yang di peroleh suami/istri bersama ketika upacara perkawinan sebgai hadiah,yang di
sebut “Hadiah Perkawinan”

C. HARTA PERKAWINAN MENURUT UU NO.1 TAHUN 1974

Menurut UU No. 1 TAHUN 1974 Pasal 35 dinyatakan bahwa harta benda yang diperoleh selama
perkawinan menjadi harta bersama, sedagkan harta bawaan dari masing-masing suami istri dan
harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan, adalah dibawah
penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain. Selanjutnya didalam
penjelasan pasal tersebut dikatakan apabila perkawinan putus maka harta bersama tersebut diatur
menurut hukumnya masing-masing, yaitu hukum agama, hukum adat, dan hukum-hukum lainnya
( penjelasan pasal 37).

1
D. AKIBAT BAGI HARTA PERKAWINAN

a. Dilingkungan masyarakat patrilineal

Bila terjadi perceraian, istri boleh meninggalkan rumah tangga suami tanpa sesuatu hak untuk
mendapatkan pembagian harta perkawinan, kecuali yang merupakan hak milik pribadinya.

Keadaan demikian akan lain sifaatnya jika terjadi perceraian dari bentuk perkawinan “ambil
anak-anak oleh suatu keluarga yang tidak punya anak laki-laki. Suami setelah perkawinan
tinggal ditempat sang istri, maka jika terjadi perceraian suami akan dikeluarkan begitu saja dari
pihak kerabat istri tanpa suatu hak atas harta perkawinan.

b. Dilingkungan masyarakat matrilineal

Jika putusnya perkawinan karena perceraian, maka yang berhak atas harta perkawinan adalah
istri atau kerabat istri. Namun jika kedua suami isri dalam usaha mereka bermata pencaharian
berimbang maka harta tersebut dibagi bersama.

c. Dilingkungan masyarakat bilateral/parental

Jika terjadi perceraian, maka akibat bagi harta perkawinan adalah sebagai berikut:
 Harta bawaan suami atau istri kembali kepada pihak yang membawanya kedalam
perkawinan.
 Harta penghasilan sendiri suami atau istri kembali kepada yang menghasilkannya.
 Harta pencaharian dan barang hadiah ketika upacara perkawinan dibagi antara suami dan
istri menurut rasa keadilan masyarakat setempat.

E. FUNGSI HARTA PERKAWINAN

Menurut hukum adat yang dimaksud dengan harta perkawinan ialah semua harta yang dikuasai
suami dan istri selama mereka terikat dalam ikatan perkawinan, baik harta perseorangan yang
berasal dari harta warisan, harta hibah, harta penghasilan sendiri, harta pencaharian hasil bersama
suami istri dan barang-barang hadiah.

Dalam kedudukannya sebagai modal kekayaan untuk membiayai kehidupan rumah tangga suami
istri, maka harta perkawinan itu dapat digolongkan dalam beberapa macam, yaitu:

 Harta yang diperoleh suami atau istri sebelum perkawinan yaitu harta bawaan
 Harta yang diperoleh suami atau istri secara perorangan sebelum atau sesudah perkawinan
yaitu harta penghasilan
 Harta yang diperoleh suami dan istri bersama-sama selama perkawinan yaitu harta
pencaharian
 Harta Perkawinan
F. PEMISAHAN HARTA PERKAWINAN

a. Harta Bawaan

Harta bawaan ini dapat dibedakan menjadi harta bawaan suami dan harta bawaan istri, dimana
masing-masing dapat dibedakan lagi yaitu harta peninggalan, harta warisan, harta hibah/wasiat
dan harta pemberian.

b. Harta Penghasilan

Harta penghasilan pribadi terlepas dari pengaruh kekuasaan kerabat. Pemiliknya dapat saja
melakukan transaksi atas harta kekayaan tersebut tanpa musyawarah dengan anggota
keluarga/kerabat yang lain.

c. Harta Pencaharian

Harta pencaharian merupakan harta yang diperoleh dari hasil usaha suami dan istri setelah
melangsungkan pernikahan. Tidak merupakan persoalan apakah dalam mencari harta kekayaan
itu suami aktif bekerja, sedangkan istri mengurus anak dirumah, kesemua hasil pencaharian
mereka yang berbentuk “harta bersama suami istri”.

Dilingkungan masyarakat kekerabatannya yang kuat pengaruhnya, hutang suami atau istri
merupakan hutang bersama. Sedangkan dilingkungan masyarakat adat yang kita bersendikan
kekerabatan hal tersebut perlu pemisihan.

d. Hadiah Perkawinan

Sebagaimana yang telah kita ketahui, harta perkawinan merupakan harta pemberian pada waktu
upacara perkawinan. Tetapi jika dilihat dari tempat, waktu dan tujuan pemberian hadiah itu,
maka harta hadiah perkawinan dapat dibedakan antara yang diterima oleh mempelai wanita
(harta bawaan istri). Dan harta yang diterima kedua mempelai bersama-sama ketika upacara
resmi pernikahan. Harta perkawinan yang diterima mempelai laki-laki sebelum pernikahan
disebut dengan harta bawaan suami.

Tetapi semua hadiah yang diterima ketika upacara pernikahan berlangsung adalah harta bersama
suami istri yang terlepas dari pengaruh kekuasaan kerabat.
G. KESIMPULAN

Dalam perkawinan terdapat harta bawaan istri, harta bawaan suami, dan juga harta bersama
dimana seorang suami dan istri boleh menggunakan harta mereka masing-masing untuk
memenuhi kebutuhannya. Apabila kemudian terjadi perceraian atau kematian diantara mereka
maka dibagi secara adil.

Anda mungkin juga menyukai