Anda di halaman 1dari 19

Hukum Harta Bersama

Kelompok 7

Dian Yulianti 12050250


Dia Ayu P. 1205025018
Restu Fibi 1205025063
Biasanya kasus harta bersama ini dapat menunda
hakim pengadilan agama dalam memutuskan
perkara perceraian dengan waktu yang tidak
dapat ditentukan atau tanpa batas. Sekarang
pengadilan agama memisahkan antara perkara
perceraian dan harta bersama.
Pendahuluan
Salah satu akibat dari konflik rumah tangga
dan putusnya perkawinan terutama karena
perceraian adalah masalah harta bersama.
Harta bersama yang dimaksud adalah harta
bersama suami istri. Harta bersama pada awalnya
merupakan tradisi masyarakat adat Indonesia
termasuk yang beragama islam, kemudian diatur
dalam Kompilasi Hukum Islam Indonesia (KHI)
berdasarkan instruksi presiden nomor 1 tahun 1991.
Harta Bersama Menurut
Hukum Adat

Harta bersama suami-istri adalah harta kekayaan


yang dimiliki oleh suami-istri yang mereka peroleh selama
masa perkawinan.

Ada pula masyarakat adat yang tidak mengenal harta


bersama, baik masyarakat adat yang sifat tersusun
kekeluargaanya patrilineal, matrilineal, maupun parental
Masyarakat adat yang tidak mengenal
harta bersama, baik masyarakat adat
yang sifat tersusun kekeluargaanya

1
Istri tidak berhak atas
Patrilineal dengan harta bersama sebab
perkawinan jujur menurut atura adat asli
(Batak & Tapanuli mereka segala harta yang
Selatan) didapat dalam perkawinan
adalah kepunyaan suami.
(Sjahmuri, Tapanuli
Selatan)
2

Matrilineal seperti dalam tidak ada harta bersama


sistem perkawinan karena suami di anggap tamu
bertandung / urang di rumah keluarga istrinya,
sumando bantandang dan suami tidak punya
(Minangkabau) kekuasaan di rumah istrinya.
(perkawinan bertandung
atau urang sumando
bartanding , Minangkabau)

3 Tidak ada harta bersama


karena suami di pandang
Parental seperti memiliki derajat yang lebih
perkawinan nyalindung / rendah dari derajat istri. Istri
panggih kaya adalah perempuan kaya
(pasunadan /jawa sedangkan suami dari golongan
tengah) miskin. Suami dianggap
“numpang hidup” pada sitri.
(perkawinan nyalindung ke
gelung).
Seorang pakar hukum Indonesia Hazairin
menyatakan bahwa harta bersama dalam perkawinan
menurut hukum adat di Indonesia hanya diakui jika
suami-istri itu hidup bersama dan memiliki derajat
yang sama dalam pandangan masyarakatnya.
Timbulnya harta bersama menurut Bahar
muhammad harus memenuhi syarat sebagai berikut
 Adanya hidup bersama atau hidup berkeluarga.
 Adanya hidup sederajat antara suami dan istri.
 Tidak adanya pengaruh hukum islam
 Adanya hubungan yang baik antera suami dan istri dan
antara kedua belah pihak satu sama lain.
Macam-macam istilah yang diberikan kepada harta
kekayaan milik bersama suami-istri

Di Aceh
Di Jawa Tengah
Di Minangkabau
Hareuta-
sihareukat
Gono-gini Harta
suarang

Masyarakat betawi Di Madura


atau jakarta Di jawa Barat

Ghuna-
Harta ghana
Seguna
pencarian
sekaya
Berikut adalah contoh pembagian harta di jawa dengan sifat
kekeluargaan parental umumnya cara pembagian harta
gono-gini , dibagi menjadi dua :
1 Dibagi dua (1:1) ->> masing-masing pasangan
berhak mendapat separuh, kecuali di daerah
Kauman dengan cara pembagian 1:2 (satu
banding dua), yakni istri mendapat satu
bagian (sepertiga) dan suami dua bagian (dua
pertiga).

2 Cara pembagian ini terlihat sama dengan


ketentuan pembagian waris islam, yang di jawa
dikenal dengan istilah Sekpikul sekgendong. Sak
pikul berarti dua bagian, karena muka
belakang memikulnya. Sak gendong berarti
satu bagian karena hanya digendong
Sajuti Thalib membagi asal usul harta
suami istri menjadi 3 golongan

1 Harta bawaan yang telah


dimiliki oelh masing-masing 3 Harta yang diperoleh
suami-istri sebelum mereka sesudah mereka berada
kawin , baik yang berasal dari dalam hubungan
warisan, hibah atau usaha perkawinan atas usaha
masing-masing mereka berdua atau usaha
salah seorang dari mereka,
yang disebut juga harta
pencaharian
2 Harta masing-masing suami-istri
sesudah mereka berada dalam
perkawinan tetapi diperolehnya
bukan dari usaha mereka,
namun berupa hibah, wasiat
atau warisan untuk masing-
masing
Harta bersama menurut UU Perkawinan
Badan Perencana Lembaga
Harta bersama adalah harta benda
Pembinaan Hukum Nasional
milik suami-istri yang mereka
(BPLPHN) memutuskan pada
peroleh selamamasa perkawinan.
tanggal 28 mei 1962 bahwa dalam
Menurut UU RI Nomor 1 tahun 1974
setiap perkawinan di akui ada
pada BAB VII pasal 35 ayat (1),
harta bersama suami-istri,
yang menyebutkan bahwa
mengenai harta benda yang
diperoleh dalam perkawinan itu
atas usaha suami atau istri.
Rumusan ini terdapat dalam
“Bila Perkawinan putus, maka harta Pasal 12 huruf (d) tentang Hukum
bersama di atur menurut hukumnya Kekeluargaan yang berbunyi “d.
masing-masing.” pada penjelasan Dalam setiap perkawinan diakui
tercantum bahwa “Yang dimaksud ada harta bersama antara suami-
dengan ‘hukumnya’ masing-masing” istri mengenai harta benda yang
ialah hukum agama, hukum adat dan diperoleh dalam perkawinan itu
hukum-hukum lainnya. atas usaha suami atau istri.
UU RI No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi atau
konteks zamannya ketika UU itu dibuat.
Disebutkan bahwa untuk terjaminnya cita-cita
luhur dari perkawinan, maka dalam UU tersebut
terkandung beberapa prinsip, yaitu 1) Azaz
sukarela, 2) Partisipasi Keluarga, 3) Perceraian
dipersulit, 4) Poligami dibatasi secara ketat, 5)
kematangan calon mempelai, 6) memperbaiki
derajat kaum wanita

Pasal 35, 36, dan 37 mengenai Harta Benda dalam Perkawinan


dalam UU Perkawinan tersebut muncul berdasarkan salah satu
prinsip dari enam prinsip yang terdapat pada UU itu. Yaitu
prinsip memperbaiki derajat aum wanita dan dalam rangka
melindungi wanita
Harta Bersama menurut Kompilasi
Hukum Islam di Indonesia
Hukum Islam hanya mengatur harta milik pribadi masing-
masing suami atau istri secara terpisah, baik berupa hartabawan
masing-masing, maupun harta yang didapat oleh salah seorang
dari mereka atas usahanya masing-masing dalam perkawinan.
Bagaimanapun cara memperoleh harta tersebut baik melalui
warisan, wasiat, hibah, hadiah, zakat, sedekah, infak maupun
penghasilan lain yang halal, seperti hasil jerih payah melalui
perdagangan, atau jasa, tidak menjadi persoalan.
Kepemilikan harta individual, termasuk kepemilikannya harta
masing-masing suami dan istri ini tersirat dalam firman Allah,
Surat An-Nisa ‘[4]: 32, yang artinya yaitu :
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang
dikaruniakan Allah kepada sebaian kamu lebih banyak dari
sebagian yang lain. (karena) bagi laki-laki ada bagian dari
pada apa uang mereka usahakan, dan bagi para wanita
(pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan
mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Allah maha mengetahui segala sesuatu”

Dalam ayat diatas kita diajarkan untuk hidup realistis


dengan cara :

Tidak iri hati, berangan-angan dan/atau berkeinginan


kepada pelangaran-pelangaran ketentuan Allah.

Tetapi bukan semua angan-angan dilarang , karena ada


yang dapat mendorong tercapainya kreasi-kreasi
baru.
Persekutuan, percampuran, penggabungan, perseroan
atau perkongsian harta dalam Hukum Perdata Ekonomi
Islam yaitu disebut Syarikah atau Syirkah :

Menurut bahasa perseroan atau persekutuan

Menurut istilah Syara’

Kerjasama antara dua orang atau lebih dalam bidang usaha


ekonomi, perdagangan, atau harta untuk memperoleh
keuntungan dalam syarat dn ketentuan yang teleh
disepakati bersama.
Syirkah akad di bagi tiga atau empat yaitu syirkah
amwal (harta), syirkah a’mal (kerja), syirkah wujuh dan
syirkah mudharabah.

Menurut Busthanul Arifin dasar pemikiran UU Perkawinan dan


KHI dalam hal harta bersama adalah tepatnya mengukur
bagian istri dengan nilai saham istri dalam mengumpulkan
harta bersama yaitu saham istri dinilai dengan keharusan hasil
usaha nyata seperti suami.

Syirkah suami-istri dapat terjadi melalui perjanjian


syirkah, secara tertulis atau diucapkan sebelum atau
sesudah akad nikah, baik terhadap harta bawaan
maupun harta bersama suami-istri.
Kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat,
karena kemaslahatan merupakan prinsip dalam
pembuatan hukum.
Tujuan hukum Islam:
• Penyucian jiwa
• Menegakkan keadilan dalam masyarakat Islam
• Mewujudkan kemaslahatan.

Anda mungkin juga menyukai