Anda di halaman 1dari 8

PENGUKURAN TINGGI POHON1

(Measurement of tree height)

Indah Resmiati/E341300302
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas
Kehutanan,Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor

ABSTRAK

Pengukuran tinggi pohon dilakukan pada sepuluh pohon yang terdiri dari enam
pohon daun lebar dan empat pohon daun jarum. Jenis pohon tersebut yaitu putih,
asam keranji, jati, mahoni daun besar, dua flamboyan, dan empat Pinus merkusii.
Alat-alat ukur yang digunakan untuk mengukur tinggi pohon adalah christen
meter, walking stick, suunto hypsometer dan haga hypsometer. Grafik
menunjukkan alat ukur haga hypsometer mempunyai selisih yang tidak jauh beda
dari pohon ke 1 sampai pohon ke 10. Haga hypsometer adalah alat yang memiliki
prinsip trigonometri yang hasil pengukurannya akurat dan teliti. Alat ini didukung
dengan cara/prinsip penggunaan yang mudah dalam pengukuran dan
menghasilkan tinggi pohon yang baik.

Kata kunci: Tinggi total, tinggi bebas cabang, alat ukur, haga hypsometer.

PENDAHULUAN

Hutan merupakan sumberdaya alam yang memiliki banyak manfaat untuk


kehidupan manusia. Kekayaan hutan akan mempunyai nilai jika dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia (Malamassam 2009). Kaitan
dengan pemanfaatan inilah maka diperlukan inventarisasi hutan. Inventarisasi
hutan merupakan kegiatan dalam sistem pengelolaan hutan untuk mengetahui
kekayaan yang terkandung di dalam suatu hutan pada saat tertentu (Simon 1996).
Inventarisasi ini biasa juga disebut dengan perisalahan hutan / timber cruising /
cruising / timber estimation. Secara umum inventarisasi hutan didefinisikan
sebagai pengumpulan dan penyusunan data dan fakta mengenai sumberdaya
hutan untuk perencanaan pengelolaan sumberdaya tersebut secara lestari dan
serbaguna (Departemen Kehutanan dan Perkebunan 1999).

Pengukuran merupakan hal yang paling penting dilakukan, karena dapat


mengetahui atau menduga potensi suatu tegakan ataupun suatu komunitas
tertentu. Pendugaan suatu komunitas salah satunya dilakukan dengan melakukan
pengukuran pada tinggi pohon dari suatu komunitas yang akan diketahui tersebut.
Tinggi pohon merupakan variabel yang dapat diukur dilapangan dengan ketelitian
yang tinggi ( Spurr 1952). Tinggi pohon merupakan dimensi pohon yang sangat
penting dalam pendugaan potensi pohon dan tegakan. Data tinggi bukan hanya
diperlukan untuk menghitung nilai luas bidang dasar suatu tegakan melainkan
juga dapat digunakan untuk menentukan volume pohon dan tegakan, berguna
dalam pengaturan penebangan dengan batas tinggi tertentu serta dapat digunakan
untuk mengetahui struktur suatu tegakan hutan.

Pengukuran tinggi pohon dengan menggunakan alat yang berbeda akan


menghasilkan data yang berbeda pula. Dengan demikian, perbedaan relatif dari
keakuratan data yang diperoleh diantara alat yang berbeda akan terlihat.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian


Pengambilan data dilakukan pada tanggal 10 Mei 2015, pukul 14.30-17.30
WIB di depan Departemen Hasil Hutan dan di Arboretum Fakultas Kehutanan,
IPB.

Alat dan Objek


Alat yang digunakan adalah christen meter, walking stick, sunto
clinometer/hypsometer, Spiegel Relaskop Bitterlich (SRB), dan haga hypsometer.
Objek yang diambil adalah enam pohon daun lebar dan empat pohon daun jarum.
di depan Departemen Hasil Hutan dan di Arboretum Fakultas Kehutanan.

Cara Pengambilan Data


Pengambilan data pengukuran tinggi pohon metode observasi secara langsung.
Jenis data yang diambil untuk pengukuran tinggi pohon meliputi nama/jenis
pohon, tinggi total pohon, dan tinggi bebas cabang pohon pada setiap alat yang
digunakan.

Analisis Data
Data yang didapatkan dengan menggunakan cara/prinsip penggunaan
setiap alat untuk mengukur tinggi pohon.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Tabel 1. Hasil pengukuran tinggi bebas cabang pohon menggunakan berbagai alat ukur
Christen Walking Suunto Haga
No Nama Pohon Meter Stick Hypsometer SRB Hypsometer
1 Pinus 15 7 12 8 16
2 Jati Putih 3 3 14 9 7
3 Asam Keranji 4 4 16 4 5
4 Pinus 4 10 15 8 8
5 Jati 3 3 18 3 3
Mahoni Daun
6 Besar 1 4 8 4 3
7 Flamboyan 2 2 19 3 4
8 Flamboyan 2 6 13 4 3
9 Pinus 2 9 23 12 12
10 Pinus 3 13 21 12 12

Tabel 2. Hasil pengukuran tinggi total pohon menggunakan berbagai alat ukur
Christen Walking Suunto Haga
No Nama Pohon Meter Stick Hypsometer SRB Hypsometer
1 Pinus 22 16 25 11 18
2 Jati Putih 23 21 16 13 11
3 Asam Keranji 23 14 19 14 19
4 Pinus 24 19 30 23 25
5 Jati 24 20 31 18 21
Mahoni Daun
6 Besar 22 13 15 11 13
7 Flamboyan 24 21 29 23 28
8 Flamboyan 23 15 18 18 21
9 Pinus 24 30 40 25 30
10 Pinus 20 25 40 21 26

Hasil pengukuran dilakukan pada 10 pohon yang disajikan pada tabel 1


dan tabel 2 yaitu enam pohon daun lebar dan empat pohon daun jarum yang
terdiri dari jati putih, asam keranji, jati, mahoni daun besar, dua flamboyan, dan
empat Pinus merkusii. Pengambilan data ini hasil pengukuran tinggi pohon
dengan menggunakan lima macam alat ukur di depan Departemen Hasil Hutan
dan di Arboretum Fakultas Kehutanan.
Grafik hasil pengukuran dapat dilihat seperti berikut:

45
40
35
30
25
Christen Meter
20
Walking Stick
15
Suunto Hypsometer
10
SRB
5
Haga Hypsometer
0

Gambar 1.Diagram hasil pengukuran tinggi total pohon menggunakan berbagai alat ukur

25

20

15
Christen Meter
10 Walking Stick
Suunto Hypsometer
5 SRB
Haga Hypsometer
0

Gambar 2.Diagram hasil pengukuran tinggi bebas cabang pohon menggunakan berbagai
alat ukur
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan di depan Departemen
Hasil Hutan dan di Arboretum Fakultas Kehutanan, perbandingan relatif hasil
pengukuran dari setiap alat untuk masing-masing pohon contoh dengan
memplotkan tinggi pohon tersebut (baik tinggi total dan tinggi bebas cabang)
dalam bentuk grafik yang disajikan pada grafik 1 dan grafik 2.

Pembahasan
Hasil pengukuran tinggi pohon yang telah dilakukan di depan Departemen
Hasil Hutan dan di Arboretum Fakultas Kehutanan maka dapat diketahui tinggi
masing-masing pohon. Tinggi pohon yang diukur tersebut sangat bervariasi.
Dalam inventarisasi yang telah dilakukan, proses pengukuran dilakukan dengan
menggunakan prinsip geometri atau prinsip segitiga sebangun dengan
menggunakan alat ukur walking stick dan christenmeter, dan prinsip trigonometri
atau pengukuran sudut dengan menggunakan alat ukur suunto hypsometer dan
haga hypsometer. Spiegel relaskop bitterlich juga dipakai untuk pengukuran
tinggi pada umumnya hubungannya dalam pengukuran tinggi batang yang
pengukurannya didasarkan pada teori trigonometri.
Pengukuran yang paling teliti dan akurat adalah alat yang memiliki prinsip
trygonometri yaitu haga hypsometer kemudian suunto hypsometer. Hal ini
dikarenakan pengukuran tinggi melalui alat-alat ini dilakukan pengukuran jarak
datar yang disesuaikan dengan kondisi lapangan dan hasil ini sesuai dengan yang
dikemukakan Rahlan (2004) bahwa prinsip dasar trigonometris kebanyakan sering
dijelmakan didalam dan kompas klino (suunto hypsometer) pengukuran
menggunakan haga hypsometer, spiegel relaskop bitterlich dan kompas klino
(suunto hypsometer) lebih tinggi, teliti dan lebih cermat tetapi pengukuran lebih
memerlukan banyak waktu dan kadang-kadang memerlukan jarak yang jauh
antara pengamat dan pohon.
Hasil pengukuran tinggi pohon yang diperoleh dapat dibandingkan hasil-
hasil tersebut yang merupakan hasil pengukuran denganalat-alat yang berbeda-
beda. Terdapat perbedaan hasil pengukuran alat yang dibuat secara manual seperti
christenmeter dan walking stick menunjukkan hasil perbedaan dengan
menggunakan haga hypsometer dan suunto hypsometer. Hal ini disebabkan tidak
ada ketepatan membidik. Hasil ini sesuai dengan yang di kemukakan oleh
Suwardi (2002) yang menyebabkan terjadinya kesalahan–kesalahan dalam
pengukuran, antara lain kesalahan dalam melihat puncak pohon, pohon yang
diukur tingginya dalam keadaan tidak tegak, jarak antara pengukuran dan pohon
tidak diatas ataupun karena jarak ukur tidak tepat.
Pengukuran pohon dengan lima alat ukur tersebut sering kali terjadi
kesalahan pengukuran, baik karena kesalahan si pengukur maupun kesalahan alat,
kesalahan dalam melihat puncak pohon, pohon yang diukur tingginya dalam
keadaan tidak tegak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suwardi ( 2002) yang
menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan-
kesalahan dalam pengukuran, antara lain kesalahan dalam melihat puncak pohon,
pohon yang diukur tingginya dalam keadaan tidak tegak, jarak antara pengukuran
dan pohon tidak diatas ataupun jarak ukur tidak tepat.
Kelebihan alat ukur christen meter adalah alat dapat dibuat sendiri,
jarak pengukuran tidak ditentukan jaraknya, pengukuran tinggi tidak dipengaruhi
oleh kemiringan lereng, dan pengukuran cukup satu kali. Kekurangannya adalah
hasil pengukuran menimbulkan bias apabila alat tersebut tidak berdiri vertikal
ketika dipegang oleh pengukurnya, dibutuhkan alat bantu galah pada saat
pengukuran, sulit mendapatkan posisi yang baik apabila pengukuran dilakukan
pada tegakan yang rapat, pada pengukuran pohon yang relatif tinggi memberikan
peluang bias yang besar, karena interval skala alat semakin sempit. Kelebihan alat
ukur walking stick adalah alat sederhana, murah dan mudah dibuat sendiri
sekalipun sedang ada di lapangan, tidak memerlukan jarak ukur tertentu, tidak
terpengaruh oleh kemiringan lereng, dan tinggi diperoleh dengan sekali
pengukuran. Kekurangannya adalah hasil pengukuran kurang teliti, memerlukan
bantuan orang lain untuk menandai titik B di batang pohon yang diukur,
pembacaan tinggi pohon merupakan hasil perhitungan lanjutan, pada tegakan
rapat sulit mendapatkan kedudukan yang sesuai. Kelebihan alat ukur suunto
adalah hasil pengukuran akan lebih teliti dibandingkan dengan alat sederhana,
tinggi pohon dapat diketahui langsung. Kekurangannya adalah diperlukan koreksi
jarak lapang pada daerah lereng untuk mendapatkan jarak datar, dibutuhkan jarak
tertentu pada saat pengukuran, dua kali pengukuran, pengukuran agak sulit pada
hutan yang pohonnya rapat. Kelebihan alat ukur SRB adalah dapat mengukur
diameter tanpa menyentuh objek pohon, dapat mengukur diameter pada berbagai
ketinggian pohon. Kekurangannya adalah memerlukan cahaya yang cukup untuk
dapat membaca skala, hasil ukuran diameter tidak didapat secara langsung tetapi
diperoleh melalui perhitungan, pengukuran harus dilakukan minimal dua kali.
Kelebihan alat ukur haga hypsometer adalah hasil pengukuran akan lebih teliti
dibandingakan dengan alat sederhana, tinggi pohon dapat diketahui langsung.
Kekurangannya adalah diperlukan koreksi jarak lapang pada daerah lereng
untuk mendapatkan jarak datar, dua kali pengukuran.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Pengukuran tinggi pohon dengan lima alat yaitu christen meter, walking
stick, sunto clinometer/hypsometer, Spiegel Relaskop Bitterlich (SRB), dan haga
hypsometer memperlihatkan tinggi pohon yang beraneka ragam. Alat yang paling
teliti adalah Perbedaan hasil yang diperoleh pada pengukuran disebabkan oleh
kurangnya ketelitian alat, ketepatan pembidik dan ketepatan dalam membaca
skala. Alat ukur tinggi pohon dengan prinsip trigonometri diyakini hasil
pengukuran datanya lebih teliti dan akurat tetapi membutuhkan waktu yang lebih
banyak. Pengukuran yang paling akurat adalah menggunakan haga hypsometer.
Saran

Diperlukan pengukuran tinggi pohon pada setiap alat ukur pohon secara
berulang supaya ketelitian dan ketepatan yang didapatkan lebih tinggi.
Ketersediaan dan kelayakan alat juga perlu dipenuhi untuk kelancaran
praktikum ke depannya.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kehutanan dan Perkebunan RI. 1999. Panduan Kehutanan


Indonesia. Jakarta (ID) : Departemen Kehutanan dan Perkebunan.

Malamassam D. 2009. Modul Inventarisasi Hutan. Makasar (ID) : Universitas


Hassanudin.

Rahlan E N. 2004. Membangun Kota Kebun Bernuansa Hutan Kota. Bogor (ID) :
IPB Pres.

Simon H. 1996. Metode Inventore Hutan. Yogyakarta (ID) : Aditya Media.

Spur S H. 1952. Forest Inventory. New york (US) : The Ronald Press Company.

Suwardi. 2002. Tekhnik Penarikan Sampel. Medan (ID) : USU Press.

Anda mungkin juga menyukai