Pembagian
Hutan
Penataan
Inventarisasi Hasil Pengukuran Def. Luas
Markir
Hutan Risalah SPP & Peta
SPP
Penyusunan
RPKH Buku
RPKH
+ Peta
1. Inventarisasi hutan adalah kegiatan untuk memperoleh data dan i nformasi
tentang Kelas Perusahaan adalah penggolongan usaha di bidang kehutanan
berdasarkan jenis tanaman hutan, sistem silvikultur, dan jenis produk utama yang
dihasilkan.
2. Petak adalah bagian terkecil dari Bagian Hutan yang berfungsi sebagai
kesatuan manajemen dan administrasi terkecil dan batasnya bersifat tetap atau tidak
mudah berubah.
3. Anak petak adalah bagian dari petak dibedakan berdasarkan perlakuan silvikultur
dan batasnya bersifat sementara.
4. Peninggi adalah tinggi rata-rata 100 pohon t ertinggi dalam satu hektar yang tersebar
merata dengan kualitas pohon yang terbaik.
5. Bonita adalah kelas kemampuan tempat tumbuh dalam memberikan hasil bagi suatu
jenis tertentu.
6. KBD adalah suatu angka yang menunjukan tingkat kesempurnaan bidang dasar
tegakan di lapangan dibandingkan dengan tabel hasil
7. DKN adalah suatu angka yang menunjukan tingkat kesempurnaan jumlah pohon
di lapangan dibandingkan dengan tabel hasil
8. Bonita adalah kelas kemampuan tempat tumbuh dalam memberikan hasil bagi suatu
jenis kayu tertentu.
9. Petak Ukur
10. Intensitas Sampling adalah prosentase sample terhadap areal yang diamati.
11. Kelas hutan adalah kelompok keadaan hutan berdasarkan kriteria atau ukuran tertentu
sehingga dapat dianggap mempunyai kesamaan keadaan dan dapat dibedakan antara
satu dengan yang lain dalam suatu petak/anak petak untuk memudahkan perbedaan
perlakuan.
12. Tally sheet adalah lembar pencatatan dalam kegiatan inventarisasi hutan yang
digunakan untuk mengumpulkan data tegakan, lapangan, tanah, tumbuhan bawah, dan
keterangan lainnya yang diperlukan.
13. Ekstrak risalah adalah data hasil pengolahan dan rekapitulasi tally sheet.
14. Register risalah hutan adalah dokumen yang berisi informasi suatu petak/anak petak
yang diperoleh dari hasil inventarisasi hutan.
TUJUAN DAN SASARAN RISALAH HUTAN
Tujuan
Untuk memberi gambaran yang jelas tentang potensi dan keadaan hutan
Sasaran
Lapangan
Tanah
Tegakan
Tumbuhan Bawah
Hagahypsometer
Tali ukur jarak (tambang)
Pita meteran
Tally sheet
Alat tulis (pinsil, penggaris, busur dll)
dll
Intensitas Sampling
KU Intensitas Luas Radius
Sampling (%) (Ha) (m)
I - II 0,5 0,02 7,94
III - IV 1 0,04 11,28
V Up 2,5 0,10 17,8
Pola Grid
Asesment Unit grid dapat menggunakan satuan petak atau anak petak
Setiap individu tegakan memiliki peluang yang sama untuk masuk ke dalam
sample (PU)
Metoda Pola Grid
Metoda SSWRS (menggunakan tabel random / sesuai SK 143/1974)
Metoda sampling sistematis dg penentuan titik awal tanpa tabel random
(esek-esek)
PENENTUAN TITIK RS DAN PEMBUATAN JARINGAN PU
y
25
3
20
2 4 5 6 7
15
10 10 9 1/RS 8
5
11
x
5 10 15 20 25 30 35
Keterangan :
PU Pertama (PU.1/RS.1) terletak pada koordinat (24,9)
Angka koordinat tersebut ditentukan sebagai berikut :
1. Absis (Sumbu X), karena assesment unit terbentang sampai 35, maka angka random di tabel
diambil 2 digits secara acak. Pada tabel kolom 16 dan 17 baris ke 2 didapat angka 94 > 35,
maka absis yang menunjukkan letak PU adalah 94 : 35 = 2 + 24, yaitu 24 ke timur.
2. Untuk Ordinat (Sumbu Y) dengan memakai baris berikutnya (baris ke 3) yaitu 59 : 25 = 2 +
9
3. Jadi letak PU 1 (RS.1) adalah pada koordinat (24,9)
Pembuatan Petak Ukur (PU)
PENCATATAN
Tegakan
Data Keliling pohon
Tinggi pohon yang ditentukan sebagai peninggi
Tahun tanam / umur tegakan
Pertumbuhan, kerataan, kemurnian tegakan
Jarak tanam
Tanaman sela
≤40 > 40
tahun tahun
1 ≥0,6 KU KU
MR
4 < 0,05 TK TK
PERLAKUAN TBK
DIPERTAHANKAN
Tegakan yg diperkirakan akan dapat menjadi KU bila diadakan perawatan
- TJBK : KBD 0,31 – 0,59, kecuali bila kondisi tegakan jelek
TIDAK DIPERTAHANKAN
Tegakan yg tidak diharapkan untuk dipertahankan (menjadi KU), yaitu TBK dengan KBD
0,06 – 0,30
LDTI, TBP, KPS,KPKh, HTKh, KTn LDTI, TBP, KPS,KPKh, HTKh, KTn
> 0,1
KU, MR, LTTL, TBK, TKL, TKLR, TK LTTL, TBK, TKL, TKLR, TK Minimal lebar
> 4,0
100 m
a. Apabila keluasan kurang dari persyaratan tersebut, diambil langkah sebagai berikut:
selain kelas hutan LDTI, TBP, KPS, KPKh, HTKh, dan KTn minimal luas 1,0 ha,
diobservasikan sebagai anak petak gandul/cucu petak, sedangkan jika kurang dari
1,0 ha dicantumkan dalam keterangan (Ranap)
b. Khusus untuk tegakan yang sudah masuk pada Umur Tebang Minimum (UTM),
luas kurang dari 1 ha diobservasikan sebagai anak petak gandul/cucu petak.
c. Pencantuman anak petak gandul/cucu petak pada ekstrak risalah hutan maupun
model RPKH-PDE 2 ditulis tersendiri pada kolom anak petak (kolom 1) dan kolom
luas (kolom 2).
d. Penulisan anak petak gandul/cucu petak pada ekstrak risalah hutan maupun
pada m odel RPKH-PDE 2
• JENIS PELAPORAN
- Tallysheet risalah hutan
- Ekstrak risalah hutan
- Peta kemajuan (skala 1 : 10.000)
• MEKANISME PELAPORAN
Mekanisme pelaporan mengacu petunjuk pelaksanaan yang berlaku
MARKIR BATAS ANAK PETAK adalah kegiatan pemberian tanda batas anak petak berupa
gelangan dan tanda lainnya, yang bertujuan untuk memberi petunjuk bagi juru ukur yang
akan melaksanakan pengukuran luas anak petak, serta untuk kemudahan petugas pengelola.
Pada prinsipnya pelaksanaan markir batas anak petak dilaksanakan secara lengkap, kecuali :
Sungai
Jalan
Atau tanda alam yang jelas / permanen
PERSIAPAN
Data dan peta / sket hasil risalah terkoreksi
Peralatan lapangan (tambang, sosrok, cat, parang, dll)
PELAKSANAAN
Teknis pelaksanaan mengacu petunjuk pelaksanaan yang berlaku
MARKIR BATAS ANAK PETAK
20 cm
160 cm
TANDA MARKIR BATAS ANAK PETAK GANDUL
20 cm
160 cm
Laporan hasil markir batas anak petak
Peta kemajuan hasil markir batas anak petak skala 1 : 10.000
Daftar luas sementara berdasarkan perubahan anak petak yang terbaru
ALUR PROSES
HUBUNGAN INVENTARISASI HUTAN/RPKH, PENGHITUNGAN ETAT DAN PENGELOLAAN HUTAN
SURVEY
TERESTRIS INVENTARISASI HUTAN
(INPUT)
Lingkup
Penanaman s/d Pemanenan Kerja
Pengelolaan
Latar Belakang
Pengolahan data dan penyusunan RPKH masih memerlukan proses secara manual
Program SISDH-PDE belum mampu memproses / menyusun rencana secara menyeluruh
Maksud dan Tujuan
Penyeragaman persepsi dalam melaksanakan perhitungan dan penyusunan Rencana
Perusahaan sesuai dengan kaidah-kaidah pengelolaan
Penyajian data potensi SDH yang akurat, bermutu dan tepat waktu
Dasar-dasar
SK Dirjen Kehutanan No. 143/Kpts/DJ/I/1974 tentang Peraturan Inventarisasi Hutan Jati
dan Peraturan Penyusunan RPKH
SK Direksi Perum Perhutani No. 142/Kpts/Dir/1980 tentang Instruksi Penyusunan RPKH
Kelas Perusahaan Pinus
SK Direksi Perum Perhutani No. 1482a/Kpts/Dir/1995 tentang Pedoman Penyusunan
RPKH dengan Program Aplikasi SISDH-PDE
PRINSIP-PRINSIP DASAR PENYUSUNAN RPKH
Kelas Perusahaan
Adalah penggolongan usaha di bidang kehutanan berdasarkan produk yang dihasilkan.
Adalah tujuan utama pengelolaan suatu kawasan hutan dalam suatu bagian hutan tertentu
yang didasarkan pada pertimbangan kesesuaian lahan, iklim, ekologi dan kondisi sosial
ekonomi daerah setempat serta secara ekonomis memberikan kontribusi pendapatan
paling dominan dengan syarat kawasan hutan tersebut tetap mempunyai fungsi hutan.
Daur
Daur adalah jangka waktu antara saat penanaman hutan sampai dengan saat
pemungutan hasil akhir atau tebangan habis.
Daur dibedakan menurut jangka waktu (lamanya) sebagai berikut :
1. Daur pendek : kurang dari 15 tahun
2. Daur menengah : 15 – 35 tahun
3. Daur panjang : lebih dari 40 tahun
Pengaturan Hasil
Pengaturan hasil merupakan upaya untuk mengatur pemungutan hasil (panenan) agar
jumlah hasil yang dipungut setiap periode kurang lebih sama dan dapat diusahakan
meningkat secara berkesinambungan.
Etat adalah massa kayu yang diijinkan untuk ditebang per satuan waktu (tahun).
Etat ditentukan berdasarkan metoda kombinasi antara luas dan massa kayu.
Taksiran hasil akhir massa kayu untuk tegakan kelas umur ditentukan pada umur tebang
rata-rata.
Umur tebang rata-rata adalah umur rata-rata kelas perusahaan ditambah ½ daur.
Umur rata-rata kelas perusahaan adalah umur rata-rata tertimbang dari masing-masing
kelas umur.
Tahapan yang menetapkan besarnya etat adalah sebagai berikut :
1. Perhitungan Etat
Penentuan etat digunakan rumus sebagai berikut :
- Etat luas = jumlah luas produktif / daur
- Etat massa = (V1 + V2) / daur, dimana :
V1 = massa kayu tegakan KU
V2 = massa kayu hutan alam dan miskin riap (MR)
Volume (massa) tegakan hutan terbagi dalam 2 kelompok, yaitu :
a. Volume hutan Tanaman (Vnt)
Volume jenis kayu pokok (volume kelas perusahaan) berasal dari hutan
tanaman, merupakan jumlah volume kayu dari tiap kelas umur.
Untuk penghitung volume kayu dari tiap kelas umur digunakan tabel
tegakan dari jenis kayu pokok yang bersangkutan.
b. Volume Hutan alam (Vna)
Volume hutan alam yang akan ditebang habis dalam jangka berjalan dan atau
volume hutan yang sudah tidak memberikan riap lagi, dihitung dengan
menggunakan tabel volume.
2. Proyeksi setiap jangka (Bagan Tebang)
Setelah diuji dalam tahap pertama, kemudian diproyeksikan di setiap jangka yaitu mulai
jangka pertama sampai dengan akhir daur, 1 jangka = 10 tahun proyeksi ini disebut
bagan tebang.
Bagan tebang adalah suatu daftar (bagan) yang menggambarkan hubungan antara
jumlah etat didalam tiap jangka dengan kelas umur yang akan ditebang didalam jangka
yang bersangkutan.
Tata Batas
Pembagian
Hutan
Penataan
Inventarisasi Hasil Pengukuran Def. Luas
Markir
Hutan Risalah SPP & Peta
SPP
Penyusunan
RPKH Buku
RPKH
(SK 143)
Validasi Data
Tahapan Penyusunan (Register)
- PDE-2 Register Risalah Hutan
- PDE-3 Ikhtisar Register Kelas Hutan
- PDE-3A Susunan Kelas Hutan Produktif (Ikhtisar PDE-3)
- PDE-4 Register Tanah Perusahaan Dalam Kawasan Hutan
- PDE-5 Register Tanah Perusahaan Diluar Kawasan Hutan
- PDE-6 Volume pada UTR Sebelum Uji Etat
- PDE-7 Volume pada UTR pada Pengujian Terakhir
- PDE-8 Daftar Perhitungan Jangka Waktu Penebangan Komulatif
dari Hasil Pengujian Terakhir
- PDE-9 Bagan Tebang Habis Selama Daur
- PDE-10 Ikhtisar Register Tebang Habis Menurut Waktu dan Tempat
- PDE-10A Rekapitulasi Ikhtisar Pembagian Tebang Habis
- PDE-11 Rencana Teresan
- PDE-11A Rekapitulasi Rencana Teresan
- PDE-12 Rencana Tanaman Umum
- PDE-12A Rekapitulasi Rencana Tanaman Umum
- PDE-13 Rencana Pemeliharaan dan Penjarangan
- PDE-13A Rekapitulasi Rencana Pemeliharaan dan Penjarangan
- PDE-14 Rencana Sadapan
- PDE-14A Rekapitulasi Rencana Sadapan
- PDE-14B Rencana Produksi Non Kayu Lainnya
ALUR PROSES
HUBUNGAN INVENTARISASI HUTAN/RPKH, PENGHITUNGAN ETAT DAN PENGELOLAAN HUTAN
SURVEY
TERESTRIS INVENTARISASI HUTAN
(INPUT )
RTT Teb. RTT Teresan RTT Tanam RTT Pemel/ RTT Sadapan dll.
OUTPUT Teb. E
(RTT )
RTT Persemaian.
Lingkup
Penanaman s/d Pemanenan Kerja
Pengelolaan
Pengadaan Alat dan Bahan
Bahan dan alat dihimpun dan diusulkan untuk mendapatkan pengesahan
Kepala Biro Renbang Perusahaan
Pengumpulan Data
Database SDH dari hasil risalah yang telah mendapatkan pengesahan Kepala
Biro Renbang Perusahaan cq. KSPPU.
Data tanah perusahaan, bersumber dari Register Tanah Perusahaan dan BA
perubahannya dari SPP
Data pengelolaan hutan beberapa jangka yang lalu
Data agraria termasuk perubahannya
Data sosial ekonomi termasuk data pembantu iklim mikro KPH yang
bersangkutan
EKSTRAKSI DAN PENGOLAHAN DATA
Ekstraksi
Penyusunan manual database SDH, bersumber dari Tallysheet dan Ekstrak
Risalah Hutan
Pengumpulan data Tanah Perusahaan
Pengolahan Data
Entry data : database SDH dan database Tanah Perusahaan
Validasi, bersumber dari :
- Manual database SDH
- Risalah pelengkap
- BAP / Evaluasi Tanaman Tahun Ketiga
- Luas definitif hasil pengukuran SPP
Proses program RPKH-PDE
Editing (perhitungan secara manual) :
- PDE-9
Pengaturan PDE-9 disesuaikan dengan PDE-7 dan potensi riil yang memenuhi
syarat di tebang (untuk jangka pertama), sisanya dibagi rata sampai akhir daur
- PDE-10
a. Harus memperhatikan etat, potensi KH produktif yang direncanakan untuk
ditebang, proyeksi tebangan A dan B tahun pertama dan kedua, pusat tebangan,
estimasi jangka berikutnya, keamanan/hutan, prasarana hutan, tenaga kerja,
rencana tebangan A3, kerawanan dan prioritas utama tebangan B
b. Sesuai hasil koordinasi dengan KPH yang bersangkutan
c. Apabila terdapat keterangan anak petak (ranap) yang perlu
direncanakan tebangan (terobservasi)
- PDE-11
a. Apabila terjadi teresan setahun, teresan 3 tahun, tebang basah dan persediaan
tebangan untuk jangka berikut (A3)
b. Apabila terdapat keterangan anak petak (ranap) yang perlu direncanakan teresan
(terobservasi)
- PDE-12
a. Apabila terjadi hal-hal diluar ketentuan, misal : JPT, tebang tanam, tebang tunda
b. Apabila terdapat keterangan anak petak (ranap) yang perlu direncanakan tanaman
(terobservasi)
- PDE-13
a. - Khususnya terhadap perhitungan harapan produksi penjarangan pada
frekuensi I dan II tidak perlu dicantumkan
- Frekuensi dan penjarangan terakhir berdasarkan daur, jenis dan UTM
b. Penyusunan rencana pemeliharaan dan penjarangan jenis rimba dalam KP. Jati
secara manual
c. Apabila terdapat keterangan anak petak (ranap) yang perlu direncanakan
pemeliharaan / penjarangan (terobservasi)
- PDE-14
a. Apabila terdapat keterangan anak petak (ranap) yang perlu direncanakan
sadapan (terobservasi)
b. Terdapat perbedaan ketinggian dpl yang berpengaruh pada volume sadapan
Output :
- PDE-2 Register Risalah Hutan per Bagian Hutan
- PDE-2 Ikhtisar Register Kelas Hutan
- PDE-3A Ikhtisar Register Kelas Hutan per Bagian Hutan
- PDE-3B Ikhtisar Register Kelas Hutan per KPH
- PDE-4 Kawasan Bukan Untuk Produksi
- PDE-5 Register Tanah Perusahaan
- PDE-6 Volume pada UTR Sebelum Uji Etat
- PDE-7 Volume pada UTR pada Pengujian Terakhir
- PDE-8 Daftar Jangka Waktu Penebangan dan Etat
- PDE-9 Bagan Tebang Habis Seluruh Daur
- PDE-10 Ikhtisar Pembagian Tebang Habis A dan B
- PDE-10A Rekapitulasi Ikhtisar Tebang Habis A dan B
- PDE-11 Rencana Teresan Tebangan A
- PDE-11A Rekapitulasi Rencana Teresan
- PDE-12 Rencana Tanaman Umum
- PDE-12A Rekapitulasi Rencana Tanaman
- PDE-13 Rencana Pemeliharaan dan Penjarangan
- PDE-13A Rekapitulasi Rencana Pemeliharaan dan Penjarangan
- PDE-14 Rencana Produksi Non Kayu / Getah
- PDE-14A Rencana Persiapan Sadapan
- PDE-14B Rencana Sadapan
Di dalam program SISDH-PDE, Statistik Perusahaan melalui data
PH dan data pendukung lainnya
Data yang diperlukan :
Laporan definitif
BAP Perubahan Kelas Hutan
BA Tukar Menukar Kawasan
Data Keamanan
Data Agraria
dan lain-lain
Naskah RPKH-PDE :
Lembar Pengesahan
Ringkasan (Executive Summary)
Mekanisme Penyusunan RPKH
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
Daftar Grafik
I. Pendahuluan
II. Risalah Umum dan Sejarah
A. Risalah Umum
B. Sejarah Penataan, Revisi, Pengukuran dan Perpetaan
serta Tanah Perusahaan
III. Evaluasi RPKH Jangka Yang Lalu
A. Pembinaan Hutan
B. Produksi
C. Pemasaran Hasil Hutan
D. Gangguan Keamanan Hutan
IV. Tindakan Yang Akan Datang
A. Pembinaan Hutan
B. Produksi
C. Pemasaran Hasil Hutan
D. Gangguan Keamanan Hutan
V. Rencana Kegiatan Sepuluh Tahun
A. Rencana Teresan (PDE-11)
B. Rencana Tebangan (PDE-10)
C. Rencana Tanaman (PDE-12)
D. Rencana Pemeliharaan Hutan (PDE-13)
Lampiran RPKH-PDE :
1. Register Risalah Hutan (Model RPKH-PDE2)
2. Ikhtisar Daftar Kelas Hutan (PK-3 Lengkap Model RPKH-PDE3)
3. Register Lapangan Bukan Untuk Penghasilan (Model RPKH-PDE4)
4. Register Tanah Perusahaan di Luar Kawasan Hutan (Model RPKH-PDE5)
5. Volume pada UTR Sebelum Uji Etat (Model RPKH-PDE6)
6. Volume pada UTR pada Pengujian Terakhir (Model RPKH-PDE7)
7. Daftar Jangka Waktu Penebangan dan Etat (Model RPKH-PDE8)
8. Bagan Tebang Habis Seluruh Daur (Model RPKH-PDE9)
9. Rencana Tebangan, terdiri dari :
- Rekapitulasi Ikhtisar Pembagian Tebang Habis (Model RPKH- PDE10A)
- Ikhtisar Pembagian Tebang Habis (Model RPKH-PDE10)
10. Rencana Teresan, terdiri dari :
- Rekapitulasi Rencana Teresan (Model RPKH-PDE11A)
- Rencana Teresan (Model RPKH-PDE11)
11. Rencana Tanaman, terdiri dari :
- Rekapitulasi Rencana Tanaman Umum (Model RPKH-PDE 12A)
- Rencana Tanaman Umum (Model RPKH-PDE 12)
12. Rencana Pemeliharaan dan Penjarangan, terdiri dari :
- Rekapitulasi Rencana Pemeliharaan dan Penjarangan (Model RPKH-PDE
13A)
- Rencana Pemeliharaan dan Penjarangan (Model RPKH-PDE 13)
13. Rencana Pungutan Hasil Non Kayu (Model RPKH-PDE 14)
a. Khusus untuk KP Pinus
- Rencana Persiapan Sadapan Pinus (Model RPKH-PDE 14A)
- Rencana Sadapan (Model RPKH-PDE 14B)
b. Khusus untuk KP Lak
- Rencana Tularan dan Unduhan Lak (Model RPKH-PDE 14C)
14. Peta-peta sesuai ketentuan SK Dirjen Kehutanan No. 143/1974)
SPP SPPU SPH KPH
Ukur Peta Koreksi Inventarisasi
Database
SDH + Sos
Administratur / KKPH
KSPH
Kepala Biro Renbang Perusahaan
Kepala Unit
Direksi cq. Kadiv Renbang
MENU UTAMA
PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN DI JAWA OLEH PERUM PERHUTANI
JASA LINGKUNGAN
PENGEMBALIAN
"PUBLIC SERVICE
RUSAK REHABILITASI FUNGSI LINDUNG
OBLIGATION
DAN KONSERVASI
(PSO)"
SDH
RISALAH
LINDUNG
BAIK
PERSIAPAN TANAMAN
RUSAK REHABILITASI PEMBANGUNAN
SDH POTENSI
RISALAH (TEB B) (REHABILITASI)
PRODUKSI KAYU
SISTEM RPKH
Perhitungan Etat
Etat adalah suatu angka yang menunjukan besarnya tebangan ( dalam Ha atau m3 ) yang boleh
ditebang/dipungut dalam jangka waktu tertentu
Faktor –faktor penentu etat tebangan :
◦ Kelas Hutan : yang diperhitungkan adalah kelas hutan produktif t.a. : MR, MT dan KU
◦ Bonita ( site quality ) : yang dipakai adalah bonita rata-rata tertimbang dari masing-masing kelas
umur
◦ KBD : yang dipakai adalah kepadatan bidang dasar rata-rata tertimbang dari masing-masing kelas
umur
◦ Daur : suatu periode ( dalam tahun ) yang diperlukan untuk menanam dan memelihara sesuatu
jenis pohon sampai mencapai umur yang dianggap masak untuk keperluan tertentu
◦ Umur rata-rata kelas hutan : umur rata-rata tegakan pada suatu kelas hutan
◦ Umur rata-rata tanaman : angka rata-rata aritmatik, yang didapat dari jumlah perkalian luas
masing-masing kelas hutan dibagi dengan jumlah luas total
◦ Umur tebang rata-rata : umur rata-rata tanaman ditambah setengah daur
Penentuan Etat :
Etat luas : L/D , dimana :
L = Luas areal produktif
D = Daur
Etat massa : (V1+V2)/ D , dimana :
V1 = massa kayu tegakan KU pada UTR
V2 = massa kayu hutan MR
◦ Adanya koreksi tegakan tinggal (N/Ha), Dkn, KBD dan kemungkinan perubahan
kelas hutan pada database ter-update akibat dimasukkannya database KAM
sebagai komponen transaksi pada proses update.
◦ Memberikan gambaran kondisi anak petak pada tahun berikutnya sebagai hasil
update.
◦ Menyediakan link interface dengan SIG-PDE yaitu menyiapkan data atribut untuk
diakses dan ditampilkan sebagai informasi tesktual yang menyertai tampilan peta
dasar ataupun peta kemajuan.