Anda di halaman 1dari 50

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Langkat 2014

BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH

2.1. Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik

Kabupaten Langkat merupakan salah satu kabupaten yang berada di Dataran Tinggi Bukit Barisan,
terletak di Bagian Barat Laut Provinsi Sumatera Utara, secara geografis berada pada koordinat 3 014’ – 4013’
LU dan 97052’ – 98045’ BT. Secara administratif berbatasan dengan :

 Sebelah Utara : Kabupaten Aceh Tamiang (Provinsi Aceh) dan Selat Malaka
 Sebelah Selatan : Kabupaten Karo
 Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang
 Sebelah Barat : Kabupaten Aceh Tenggara/Tanah Alas (Provinsi Aceh)

Pada tahun 2013 wilayah administratif Kabupaten Langkat meliputi 23 Kecamatan, 240 desa dan 37

kelurahan dengan total area seluas 6.263,29 Km2 atau sekitar 8,74% dari luas Provinsi Sumatera Utara yang

mencapai 71.680,00 Km2. Wilayah administratif Kabupaten Langkat secara detail ditunjukkan oleh tabel 2.1

dan gambar 2.1.

TABEL 2.1
Luas Wilayah Kecamatan, Jumlah Desa/Kelurahan, Jarak dan Presentasi Luas Masing-Masing
Kecamatan Terhadap Luas Kabupaten Langkat

Luas wilayah Desa / Jarak Persentase


No Kecamatan
Km 2 Kelurahan Km (%)
1 Bahorok 884,79 19 73 14,13
2 Serapit 122,95 10 60 1,96
3 Salapian 187,96 17 55 3,00
4 Kutambaru 244,11 8 65 3,90
5 Sei Bingai 338,45 16 45 5,40
6 Kuala 179,95 16 40 2,87
7 Selesai 152,08 14 30 2,43
8 Binjai 49,55 7 23 0,79
9 Stabat 90,64 12 - 1,45
10 Wampu 193,75 14 5 3,09
11 Batang Serangan 934,90 8 31 14,93
12 Sawit Seberang 435,07 7 28 6,95
13 Padang Tualang 274,91 12 36 4,39
14 Hinai 114,28 13 14 1,82

10
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Langkat 2014

Luas wilayah Desa / Jarak Persentase


No Kecamatan
Km 2 Kelurahan Km (%)
15 Secanggang 248,73 17 23 3,97
16 Tanjung Pura 165,78 19 18 2,65
17 Gebang 162,99 11 32 2,60
18 Babalan 101,80 8 40 1,63
19 Sei Lepan 306,81 14 40 4,90
20 Brandan Barat 92,00 7 45 1,47
21 Besitang 597,48 9 61 9,54
22 Pangkalan Susu 219,21 11 63 3,50
23 Pematang Jaya 165,10 8 75 2,64
Kabupaten Langkat 6.263,29 277 - 100,00
Sumber : RTRW Kab. Langkat Tahun 2013 – 2033

Berdasarkan tabel 2.1 diatas, terlihat bahwa Kecamatan Batang Serangan merupakan kecamatan

dengan wilayah terluas, sekitar 14, 93 % dari total luas wilayah Kabupaten Langkat. Sedangkan Kecamatan

yang memiliki luas wilayah terkecil yaitu Kecamatan Binjai, hanya meliputi 0,79 % dari total luas wilayah

kabupaten.

Dari segi klimatologi, wilayah Kabupaten Langkat tergolong beriklim sub-tropis dengan suhu
berkisar 170 – 240C dan intensitas hujan yang sangat variatif antara 2.000 – 5.000 mm/tahun dengan rata-
rata hari hujan 126 hari/tahun. Tipe iklim didasarkan atas intensitas bulan basah (curah hujan > 100
mm/bulan) dalam setahun, diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu:

 Iklim B1
Bulan basah antara 7 – 9 bulan dan bulan kering < dari 2 bulan dalam setahun. Tipe iklim ini berada di
Kecamatan Bahorok sekitarnya.

 Iklim C1
Bulan basah antara 5 – 6 bulan dan bulan kering < dari 2 bulan dalam setahun. Tipe iklim ini berada di
Kecamatan Kuala, Selesai, Brandan Barat dan Pangkalan Susu.

 Iklim D1
Bulan basah antara 3 – 4 bulan dan bulan kering < dari 2 bulan dalam setahun. Tipe iklim ini berada di
Kecamatan Sei Bingai, Padang Tualang, Batang Serangan, Babalan, dan Besitang.

Kondisi curah hujan di Kabupaten Langkat ditampilkan pada peta 2.2

11
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Langkat 2014

GAMBAR 2.1
WILAYAH ADMINISTRATIF KABUPATEN LANGKAT

Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Langkat Tahun 2013-2033

12
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Langkat 2014

Gambar 2.2
Kondisi curah hujan di Kabupaten Langkat
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Langkat Tahun 2013-2033

13
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Langkat 2014

Ditinjau dari segi Topografi, Kabupaten Langkat berada pada ketinggian antara 4 - 105 diatas

permukaan laut (dpl). Kota Stabat adalah Ibukota Kabupaten Langkat yang berada pada

ketinggian 28 m dpl, sedangkan Kecamatan Babalan, Tanjung Pura, Brandan Barat, Pangkalan

Susu, Pematang Jaya, Gebang, Sei Lepan, Besitang merupakan kawasan pesisir dan

mendekati pesisir yang memiliki ketinggian sekitar 4 m dpl. Kecamatan Binjai, Selesai dan

Kecamatan yang bersebelahan dengannya memiliki ketinggian sekitar 28 – 30 m dpl, dan

kecamatan yang mengarah lebih ketengah pulau Sumatera seperti Kecamatan Salapian,

Bahorok dan beberapa kecamatan disekitarnya memiliki ketinggian antara 100 – 105 m dpl.

Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi topografi tiap kecamatan di wilayah Kabupaten Langkat

dirinci pada Gambar 2.3 berikut.

Gambar 2.3
Peta Topografi di Kabupaten Langkat

Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Langkat Tahun 2013-2033

14
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Langkat 2014

Ditinjau berdasarkan geologi yang merupakan pembahasan tentang susunan batuan


yang menyusun dan terkandung dalam suatu wilayah, maka susunan batuan (geologi) di
wilayah, Kabupaten Langkat adalah :

 Qh = Alluvium : Kerikil, pasir dan lempung;


 Qpme = Formasi Medan : Bongkah-bongkah kerikil, pasir, lanau dan lempung;
 QTjr = Formasi Julu Rayeu : Batupasir berlapis selang-seling dan batulumpur;
 Qvt = Tufa Toba : Tufa riodasit, sebagian terlaskan;
 Qvbj = Satuan Binjai : Breksi aliran bersusun andesit sampai dasit;
 Ppbl = Formasi Batu Gamping Batumilmil : Batu gamping dan rijang;
 Pub = Formasi Bahorok : Wakemalihan, batusabak, arenit kuarsa malihan, batulanau
malihan, konglomerat malihan;
 Tps = Formasi Seurela : Batupasir berirama, batulumpur dan konglomerat;
 Tuk = Formasi Keutapang : Batupasir berlapis selang-seling dan batulumpur;
 Tmb = Formasi Baong : Batulumpur (beberapa berglaukonit) dan batu pasir;
 Tob = Formasi Bruksah : Batupasir dan konglomerat.
Untuk lebih jelas mengenai gambaran susunan batuan di Kabupaten Langkat dapat dilihat pada

Gambar 2.4

Jenis tanah di Kabupaten Langkat merupakan susunan tanah yang terdiri dari berbagai
gabungan jenis tanah. Dimana susunan tanah yang ada merupakan dari berbagai jenis materi
tanah seperti Aluvial, Andosol, Grumosol, Latosol, Podsolik coklat, Podsolik merah kuning.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Kedalaman efektif tanah diperinci menurut kedalaman adalah sebagai berikut :

 < 30 cm terutama terdapat di kawasan pesisir Kabupaten Langkat seperti Hinai,


Pematang Jaya, Tanjung Pura dan Pangkalan Susu;
 30 - 60 cm terdapat mengarah kebagian hulu atau tengah Kabupaten Langkat seperti
Kecamatan Brandan Barat, Wampu, Stabat dan wilayah sekitarnya yang dekat ke pesisir;
 60 - 90 cm dan > 90 cm berada tersebar di seluruh kecamatan.

15
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Langkat 2014

Gambar 2.4
Peta Geologi di Kabupaten Langkat

Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Langkat Tahun 2013-2033

16
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Langkat 2014

Gambar 2.5
Peta Tanah di Kabupaten Langkat

Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Langkat Tahun 2013-2033

17
Mempedomani Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11 A / PRT / M / 2006
tentang Kriteria dan Pembagian Wilayah Sungai (WS) di Provinsi Sumatera Utara,
Kabupaten Langkat berada dalam SWS Wampu Besitang yang meliputi sungai Wampu
yang terbentang mulai dari Kecamatan Bahorok, Salapian, Kuala, Selesai, Stabat
Hinai, Secanggang hingga Tanjung Pura.

Terdapat beberapa sungai di wilayah Kabupaten Langkat yang mengalir ke arah


Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara, seperti sungai Wampu, Bekulap, Bingai,
Mencirim, Batang Serangan, Besitang dan sungai-sungai lainnya. Sungai-sungai
tersebut telah digunakan untuk irigasi setengah teknis disamping untuk kebutuhan
domestik. Sungai terpanjang, yaitu:

 Wampu, terbentang di Kecamatan Bahorok – Salapian - Kuala – Selesai – Stabat –


Hinai – Secanggang hingga Tanjung Pura;
 Besitang, terbentang di Kecamatan Besitang;
 Sei Lepan, terbentang di Kecamatan Babalan;
 Batang Serangan, terbentang di Kecamatan Batang Serangan, Padang Tualang
dan bermuara di Kecamatan Tanjung Pura;
 Bingai, terbentang di Kota Binjai – Kecamatan Binjai hingga bermuara di Stabat;
 Besilam, terbentang di Kecamatan Wampu - Stabat hingga bermuara di Kecamatan
Hinai
Untuk lebih jelasnya mengenai Pembagian Wilayah Sungai (WS) di Provinsi Sumatera

Utara berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11 A / PRT / M / 2006

dapat dilihat pada Gambar 2.6 dan aliran-aliran sungai yang terdapat di Kabupaten

Langkat dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut.

TABEL 2.2
Nama, Lokasi dan Panjang Sungai di Kabupaten Langkat

Nama Luas Panjang Lebar


No Kecamatan
Sungai (Km 2) (Km) (m)
Bahorok, Salapian, Kuala, Selesai, Stabat
1 Wampu 2.569 105 100
Hinai, Secanggang dan Tg. Pura
2 Bagerpang 57 Bahorok, 20 25
3 Gergas 58 Bahorok, Stabat 24 15
4 Salapian 145 Salapian 27 25
5 Bahorok 150 Bahorok 25 40
6 Bekulap 134 Salapian, Kuala 40 30
7 Temuyuk 5 Salapian 4 10
8 Bingai 717 Binjai, Stabat 67 30
9 Mencirim 43 Kota Binjai, Wampu 38 38
10 Gegumit 347 Kuala, Selesai 34 30
11 Tambo 42 Kuala 27 15
12 Bekiun 94 Kuala, Salapian 25 20
13 B. Serangan 1.413 P.Tualang, T.Pura 80 100
14 Besilam 288 Stabat, P.Tualang dan Hinai 45 15
15 Tenang 144 P.Tualang 47 30
16 Musam 175 P.Tualang 25 43
17 Lepan 825 Babalan 80 40
18 Besitang 440 Besitang 83 50
19 Kr.Gading 160 Secanggang, Stabat 27 30
20 Serapuh 40 Tanjung Pura 10 15
21 Alur Hitam 18 Gebang 10 10
Sumber : BPS Kabupaten Langkat Thn 2009

GAMBAR 2.6
PETA DAERAH ALIRAN SUNGAI DI KABUPATEN LANGKAT
Sumber: Bappeda Kabupaten Langkat, 2013
2.2. Demografi

Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada

waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Indikator tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguna

untuk memprediksi jumlah penduduk di suatu wilayah dimasa yang akan datang. Dengan diketahuinya

jumlah penduduk yang akan datang, diketahui pula kebutuhan dasar penduduk ini, termasuk kebutuhan

dalam bidang sosial dan ekonomi. Berdasarkan data statistik di tingkat kabupaten diketahui bahwa

pertumbuhan penduduk rata-rata Kabupaten Langkat dari tahun 2000-2008 adalah sebesar 2,19%

jiwa/tahun sebagaimana terlihat Tabel 2.3 dan tampilan diagram di bawah ini.

Tabel 2.3
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Pertambahan Penduduk
di Kabupaten Langkat Tahun 1995-2000-2008

Laju
No Tahun Laki-Laki Perempuan Jumlah
Pertumbuhan (%)
1 1995 436.300 422.100 858.400 -
2 2000 448.385 440.569 888.954 3,56
3 2001 462.741 454.159 916.900 3,14
4 2002 466.656 459.413 926.069 1,00
5 2003 480.398 464.182 944.580 2,00
6 2004 483.462 471.886 955.348 1,14
7 2005 491.424 479.009 970.433 1,58
8 2006 513.461 500.388 1.013.849 4,47
9 2007 513.651 513.763 1.027.414 1,34
10 2008 521.484 521.039 1.042.523 1,47
Sumber : Langkat Dalam Angka dan Hasil Perhitungan

Laju Pertumbuhan
Penduduk
Persebaran Dan Kepadatan Penduduk

Penduduk Kabupaten Langkat tersebar di 23 kecamatan, dimana jumlah penduduk terbanyak

terdapat di Kecamatan Stabat, hal ini dapat dimaklumi karena kecamatan ini merupakan ibukota

Kabupaten Langkat. Selama periode 13 tahun yakni dari tahun 1995-2008 dapat diketahui bahwa

kepadatan penduduk di Kecamatan ini terus menglami peningkatan, dimana pada tahun 1995 kepadatan

penduduk Kecamatan Stabat mencapai 753 jiwa/km2 dan mengalami peningkatan menjadi 927 jiwa/km2

pada tahun 2008, sebagaimana ditampilkan dalam diagram berikut dan perincian persebaran dan

kepadatan penduduk di Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 2.4 dan Gambar 2.6 berikut.
Untuk meninjau kebutuhan sarana dan prasana penyehatan lingkungan minimum yang dapat mengakomodir

pertumbuhan penduduk Kabupaten Langkat, diperlukan informasi mengenai kondisi kependudukan Kabupaten

Langkat dimasa yang akan datang. Didasari oleh pemikiran tersebut, Pokja Kabupaten Langkat melakukan proyeksi

penduduk lima tahun kedepan. Beberapa variabel kependudukan yang diproyeksikan meliputi variabel jumlah

penduduk, variabel jumlah rumah tangga dan variabel kepadatan penduduk. Adapun formula yang digunakan dalam

proses proyeksi adalah sebagai berikut


n = o x (1+r)ⁿ

Dengan :

n = Jumlah Penduduk pada Tahun ke-n


o = Jumah penduduk tahun berjalan (tahun awal)
r = Rata pertumbuhan penduduk (%)
ⁿ = Pangkat tahun yang diproyeksikan

Data kependudukan Kabupaten Langkat terbaru yang tersedia saat ini yaitu data kependudukan sensus

tahun 2010. Untuk penghitungan proyeksi penduduk sampai dengan tahun 2017, maka pokja sanitasi Kabupaten

Langkat menggunakan data kependudukan tahun 2010 sebagai tahun awal. Untuk nilai r (rata- rata pertumbuhan),

digunakan nilai rata – rata pertumbuhan masing-masing variabel dalam sepuluh tahun terakhir yaitu 0,94 %.
Berdasarkan hasil proyeksi yang dilakukan, pada tahun 2014 diperkirakan jumlah penduduk Kabupaten

Langkat akan meningkat menjadi 1.013.938 jiwa dari semula pada tahun 2010 berjumlah 976.535 jiwa. Tahun 2015,

jumlah penduduk tersebut meningkat sekitar 1.023.510 jiwa dan akan berjumlah sekitar 1.033,173jiwa pada tahun

2016. Tahun 2017, jumlah penduduk Kabupaten Langkat diperkirakan akan meningkat menjadi sekitar 1.042.927

jiwa. Pada tahun akhir proyeksi, yaitu tahun 2018, jumlah penduduk Kabupaten Langkat diperkirakan akan berjumlah

sekitar 1.052.773 jiwa.

Sama halnya dengan hasil proyeksi jumlah penduduk, karena pertumbuhan jumlah rumah tangga dan

pertumbuhan tingkat kepadatan penduduk memiliki trend pertumbuhan prositif, maka hasil peramalanan jumlah

rumah tangga dan tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Langkat lima tahun kedepan cenderung meningkat untuk

setiap tahunnya. Pada tahun 2014, jumlah rumah tangga di Kabupaten Langkat diperkirakan berjumlah 247.255

rumah tangga dan akan meningkat menjadi 249.589rumah tangga pada tahun 2015. Tahun 2016 diperkirakan akan

terjadi peningkatan menjadi sekitar 251,945 rumah tangga. Pada tahun 2017 jumlah rumah tangga di Kabupaten
Langkat diperkirakan berjumlah 254,324 rumah tangga dan meningkat menjadi sekitar 256,725 rumah tangga pada

tahun 2018.
Sedangkan untuk Perkembangan kepadatan penduduk pada tahun 2014 diperkirakan rata- rata kepadatan

penduduk di Kabupaten Langkat sekitar 162 jiwa/Km 2. Pada tahun 2015, tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten

Langkat siperkirakan sekitar 163 jiwa/ Km2 dan akan meningkat menjadi sekitar 165 jiwa/ Km 2 pada tahun 2016.

Tahun 2017 kepadatan penduduk di Kabupaten Langkat diperkirakan sekitar 167 jiwa/ Km2. Sedangkan pada tahun

akhir proyeksi, diperkirakan tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Langkat berkisar sekitar 168 jiwa/ Km 2.

Rincian penghitungan proyeksi penduduk hingga tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut.
TABEL 2.5
PENDUDUK KABUPATEN LANGKAT EKSISTING DAN PROYEKSI LIMA TAHUN KEDEPAN
Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk
Jumlah Rumah Tangga
No Kecamatan (Jiwa) (Jiwa/ Km2)
2010 2014 2015 2016 2017 2018 2010 2014 2015 2016 2017 2018 2010 2014 2015 2016 2017 2018
1 Bahorok
2 Serapit
3 Salapian
4 Kutambaru
5 Sei Bingai
6 Kuala
7 Selesai
8 Binjai
9 Stabat
10 Wampu
Btg.
11
Serangan
12 S. Seberang
13 Pd.Tualang
14 Hinai
15 Secanggang
16 Tg.Pura
17 Gebang
18 Babalan
19 Sei Lepan
Brandan
20
Barat
21 Besitang
22 Pkl.Susu
Pematang
23
Jaya
Jumlah 976,535 1,013,938 1,023,510 1,033,173 1,042,927 1,052,773 238,134 247,255 249,589 251,945 254,324 256,725 156 162 163 165 167 168
Sumber: hasil pengolahan data, 2014
Berdasarkan pemetaan realisasi pendanaan sektor sanitasi per SKPD tersebut, dapat diamati bahwa salah

satu kelemahan dalam pendanaan sanitasi di Kabupaten Langkat yaitu masih kurangnya pendanaan dalam sektor

operasional dan pemeliharaan. Pola pendanaan selama lima tahun terakhir menunjukkan bahwa perkembangan

investasi dalam sektor sanitasi tidak diimbangi dengan pendanaan untuk operasional dan pemeliharaan. Padahal jika

ditinjau lebih jauh operasional dan pemeliharaan memegang peranan penting dalam terciptanya sanitasi berkualitas

yang berkelanjutan. Berdasarkan hal tersebut, maka sebagai upaya perbaikan kualitas sanitasi ke depan di

Kabupaten Langkat, perlu didorong adanya peningkatan pendanaan untuk operasional dan pemeliharaan sektor

sanitasi. Informasi detail rekapitulasi realisasi pendanaan sanitasi per SKPD di Kabupaten Langkat disajikan pada

tabel 2.6.
TABEL 2.6
REKAPITULASI REALISASI APBD KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2008 – 2012
Tahun Rata – Rata
No Realisasi Anggaran
2008 2009 2010 2011 2012 Pertumbuhan
A Pendapatan Rp Rp Rp 2.043.559.541.163,00 Rp 2.453.416.214.536,00 Rp 2.902.414.601.182,00 19 %
1.467.678.537.174,08 1.954.420.909.861,00
a.1 Pendapatan Asli Daerah Rp 144.660.409.277,08 Rp 152.549.655.824,00 Rp 199.240.708.310,00 Rp 291.079.862.460,00 Rp 366.316.690.578,00 27 %
a.1.1 Pajak Daerah Rp 51.654.333.709,60 Rp 47.951.110.528,00 Rp 59.385.578.062,00 Rp 137.799.240.880,00 Rp 186.141.858.448,00 46 %
Dst

B Belanja Rp 1.480.102.230. Rp Rp 2.106.019.303.925,70 Rp 2.461.282.122.370,00 Rp 2.851.978.727.413,00 18 %


212,00 1.784.086.645.680,38
b.1 Belanja Tidak Langsung Rp 991.733.694.429,00 Rp Rp 1444.066.504.276,70 Rp 1.640.115.443.895,00 Rp 1.736.329.871.127,00 15 %
1.279.421.739.311,38
b.1.1 Belanja Pegawai Rp 820.177.647.361,00 Rp 960.281.724.576,00 Rp 1.142.263.357.762,00 Rp 1.425.619.588.006,00 Rp 1.511.662.036.637,00 17 %
… Dst

C Pembiayaan Rp 167.933.292.216,06 Rp 147.495.125.607,14 Rp 318.946.889.787,76 Rp 295.530.052.754,06 Rp 257.538.157.773,76 21 %


Surplus/(Defisit Anggaran) (Rp 12.423.693.037,92) Rp 170.334.264.180,62 (Rp 62.459.762.762,70) (Rp 7.865.907.834,00) Rp 50.435.873.769,00
Sumber: LKPJ 2009, LKPJ 2010, LKPJ 2011, LKPJ 2012

TABEL 2.7
REKAPITULASI REALISASI BELANJA SANITASI SKPD KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2008 – 2012
Tahun Rata- Rata
No SKPD
2008 2009 2010 2011 2012 Pertumbuhan
1 Dinas Permukiman, Penataan Ruang dan Kebersihan Rp 8.859.926.949,00 Rp 10.812.499.280,00 Rp 12.528.617.224,00 Rp 9.534.142.300,00 Rp 16.273.514.185,00 21,17 %
1.a Investasi Rp 2.887.087.949,00 Rp 5.451.893.544,00 Rp 6.380.573.600,00 Rp 3.154.847.300 Rp 8.636.518.170,00 57,27 %
1.b Operasional/pemeliharaan Rp 5.972.839.000,00 Rp 5.360.605.736,00 Rp 6.148.043.624,00 Rp 6.379.295.000,00 Rp 7.636.996.015,00 6,98 %
2 BPLH Rp 162.700.000,00 Rp 537.700.000,00 Rp 234.390.000,00 Rp 237.890.000,00 Rp 257.700.000,00 45,97 %
2.a Investasi Rp 162.700.000,00 Rp 537.700.000,00 Rp 234.390.000,00 Rp 237.890.000,00 Rp 257.700.000,00 45,97 %
2.b Operasional/pemeliharaan - - - - - -
3 Dinas Kesehatan Rp 268.750.500,00 Rp 668.341.500,00 Rp 983.336.100,00 Rp 474.065.000,00 Rp 467. 656.500,00 35,67 %
3.a Investasi Rp 268.750.500,00 Rp 668.341.500,00 Rp 983.336.100,00 Rp 474.065.000,00 Rp 467. 656.500,00 35,67 %
3.b Operasional/pemeliharaan - - - - - -
4 Bappeda - - - Rp 165.924.500,00 - -
4.a Investasi - - - Rp 165.924.500,00 - -
4.b Operasional/pemeliharaan - - - - - -
5 Belanja Sanitasi Rp 9.291.377.449,00 Rp 12.018.540.780,00 Rp 13.746.343.324,00 Rp 10.412.021.800,00 Rp 16.998.870.685,00 20,68 %
6 Pendanaan Investasi Sanitasi Total Rp 3318.538.449,00 Rp 6.657.935.044,00 Rp 7.598.299.700,00 Rp 4.032.726.800,00 Rp 9.361.874.670,00 49,99 %
7 Pendanaan Operasional/pemeliharaan Total Rp 5.972.839.000,00 Rp 5.360.605.736,00 Rp 6.148.043.624,00 Rp 6.379.295.000,00 Rp 7.636.996.015,00 6,98 %
8 Belanja Langsung Rp 488.368.535.783,00 Rp 504.664.906.369,00 Rp 661.952.799.649,00 Rp 821.166.678.475,00 Rp 1.115.648.856.286,00 24 %
9 Peoporsi Belanja Sanitasi – Belanja Langsung 0.019 0.024 0.021 0.013 0.015 -1,6 %
10 Proporsi Investasi Sanitasi – Total Belanja Sanitasi 0.357 0.554 0.553 0.387 0.0551 16,79 %
Proporsi Operasional/pemeliharaan Sanitasi – Total 0.643 0.446 0.447 0.613 0.449 -5,01 %
11
Belanja Sanitasi
Jika dibandingkan dengan total realisasi belanja Kabupaten Langkat, persentase total belanja di sektor

sanitasi Kabupaten Langkat tahun 2008 ini sekitar 0,62 %. Pada tahun 2012, total belanja sanitasi Kabupaten

Langkat di sektor sanitasi hanya mencapai 0,59 % dari total realisasi belanja Kabupaten Langkat. Dengan

menghi/tung persentase total belanja sanitasi terhadap total realisasi belanja Kabupaten Langkat, terlihat bahwa

meskipun secara nilai ekstrinsik jumlah total belanja sanitasi di Kabupaten Langkat terus mengalami penngkatan,

namun dilihat dari persentase terhadap total realisasi belanja Kabupaten Langkat, proporsi belanja di sektor sanitasi

hampir cenderung tetap.

Untuk mengetahui nilai belanja sanitasi per jiwa di Kabupaten Langkat, digunakan nilai belanja sanitasi

perkapita. Nilai ini diperoleh dengan membagi nilai total belanja sanitasi Kabupaten Langkat dengan jumlah jiwa di

Kabupaten Langkat. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai belanja sanitasi perkapita di Kabupaten Langkat

cenderung terus mengalami peningkatan, kecuali pada tahun 2011 yang sempat mengalami penurunan. Informasi

detail mengenai nilai total belanja sanitasi dan belanja sannitasi perkapita di Kabupaten Langkat disajikan pada tabel

2.8.

TABEL 2.8
BELANJA SANITASI PERKAPITA KABUPATEN LANGKAT
TAHUN 2008 – 2012
Tahun
No Deskripsi Rata- rata
2009 2010 2011 2012 2013

Total Belanja Sanitasi Kabupaten


1
Langkat (Rp)
2 Jumlah Penduduk (jiwa) 967,316 976,535 985,754 995,061 1,004,455
Belanja Sanitasi Perkapita (Rp)

Sumber: Hasil pengolahan data, 2014

Salah satu sumber pendanaan sektor sanitasi di Kabupaten Langkat yaitu dari retribusi yang meliputi retribusi air

limbah dan retribusi sampah. Dalam lima tahun terakhir retribusi air limbah di Kabupaten Langkat mengalami

pertumbuhan negatif sebesar 1,47 %. Sedangkan untuk retribusi persampahan, nilai retribusi dalam lima tahun

terakhir cenderung mengalami pertumbuhan positif sebesar 20,10 %. Jika digabungkan secar keseluruhan, tingkat
pertumbuhan retribusi sektor sanitasi di Kabupaten Langkat rata- rata mengalami pertumbuhan positif sebesar 19,61

%. Nilai tersebut baru memperhitungkan nilai realisasi, tanpa memperhitungkan potensi retribusi di sektor sanitasi.

Jika potensi retribusi sanitasi dapat dimaksimalkan, maka nilai realisasi retribusi sektor sanitasi Kabupaten Langkat

diperkirakan akan akan lebih besar dari nilai realisasi.

TABEL 2.9
REALISASI DAN POTENSI RETRIBUSI SANITASI PER SUBSEKTOR
TAHUN 2008 – 2012
Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) Pertumbuhan
No SKPD
2008 2009 2010 2011 2012
(%)
1 Retribusi Air Limbah
1.a Realisasi retribusi 28.095.000 37.250.000 43.606.250 36.800.000 22.102.500 -1,47
1.b Potensi retribusi 20.313.950.000 20.269.175.000 20.485.425.000 20.988.300.000 21.912.625.000 1,93
2 Retribusi Sampah
2.a Realisasi retribusi 1.055.028.200 1.445.074.500 1.760.491.700 1.605.715.500 2.094.002.001 20,10
2.b Potensi retribusi 39.002.784.000 38.916.816.000 39.332.016.000 40.297.536.000 42.074.160.000 1,93
dengan asumsi
semua rumah
tangga masuk
kategori:
3 Total Realisasi 1.083.123.200 1.482.324.500 1.804.097.950 1.642.515.500 2.116.104.501 19,61
Retribusi Sanitasi
4 Total Potensi 59.316.734.000 59.185.991.000 59.817.441.000 61.285.836.000 63.987.785.000 1,93
Retribusi Sanitasi
5 Proporsi Total 0,018 0,025 0,030 0,027 0,033 17,45
Realisasi – Potensi
Retribusi Sanitasi
Sumber: LKPJ Kabupaten Langkat Tahun 2008, 2009, 2010, 2011, 2012, hasil pengolahan data, 2013

Untuk meninjau kondisi ekonomi Kabupaten Langkat secara keseluruhan, dapat digunakan indikator makro ekonomi

berupa nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), PDRB perkapita serta Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE).

Berdasarkan hasil peninjauan terhadap beberapa indikator tersebut, dapat diketahui bahwa kondisi ekonomi

Kabupaten Langkat secara makro menunjukkan peningkatan.

Kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pertumbuhan PDRB selama 5 (lima) tahun yaitu 2008 –

2012. Pertumbuhan Nilai dan kontribusi sektor dalam PDRB Kabupaten Langkat dapat dilihat berdasarkan harga

konstan dan harga berlaku. Berdasarkan harga konstan, nilai dan kontribusi sektor Pertanian adalah sektor yang

memberikan sumbangan yang terbesar bagi PDRB Kabupaten Langkat. Pada tahun 2008 sektor ini memberikan

sumbangan sebesar 54,72% dengan nilai Rp3.552,47 milyar dan cenderung menurun menjadi 54,33% dengan nilai

Rp4.378,10 milyar pada tahun 2012. Sedangkan sektor-sektor lain yang memberikan sumbangan yang besar bagi
PDRB pada tahun 2012 yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 16,27%, sektor Industri Pengolahan 10,77%

dan sektor jasa 5,83%.

Sektor Pertanian terus mengalami penurunan terhadap PDRB Kabupaten Langkat. Penurunan ini disebabkan

karena semakin menyempitnya lahan hutan produksi di Kabupaten Langkat sehingga produksi hasil pertanian dari

bidang kehutanan juga semakin menurun. Sektor-sektor lain fluktuatif dan cenderung stabil, kecuali Sektor Jasa-jasa

yang terus konstan mengalami peningkatan subangannya terhadap PDRB. Terkait dengan nilai dan kontribusi sektor

dalam PDRB berdasar harga lkonstan tahun 2000, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.10 di bawah ini.

TABEL 2.10
Nilai dan Kontribusi dalam PDRB Berdasarkan Harga Konstan 2000 Kabupaten Langkat
Tahun 2008-2012 (dalam milyaran rupiah).

2008 2009 2010 2011 2012


Sektor
(Rp.) % (Rp.) % (Rp.) % (Rp.) % (Rp.) %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Pertanian 3.552,47 54,72 3.742,78 55,30 3.941,30 54,66 4.157.07 54,50 4.378,10 54,33
Pertambangan & penggalian 392,99 6,05 394,26 4,55 412,03 5,71 432,16 5,70 437,47 5,43
Industri Pengolahan 714,93 11,01 744,70 11,25 784,14 10,88 827,54 10,85 868,06 10,77
Listrik, gas & Air Bersih 22,41 0,35 23,86 0,36 25,45 0,35 27,21 0,36 28,85 0,36
Konstruksi 155,41 2,39 163,40 2,36 174,46 2,42 188,00 2,45 218,16 2,71
Perdagangan, hotel & Restoran 1.038,67 16,00 1.099,72 16,88 1.176,73 16,32 1.246,38 16,34 1.311,13 16,27
Pengangkutan dan Komunikasi 146,76 2,26 152,78 2,17 162,39 2,25 171,88 2,25 182,25 2,26
Keuangan, Sewa dan Jasa 109,37 1,68 120,22 1,76 131,13 1,82 144,23 1,89 164,77 2,04
Perusahaan
Jasa 358,87 5,53 377,51 5,37 402,94 5,59 432,53 5,67 469,87 5,83
PDRB 6.491,87 100,00 6.819,23 100,00 7.210,56 100,00 7.626,99 100,00 8.058,65 100,00
PDRB Tanpa Migas 6.123,35 92,78 6.352,74 94,25 6.722,63 93,23 7.114,97 93,26 7.545,54 93,63
MIGAS dan hasil-hasilnya 368,42 7,22 466,49 5,75 487,93 6,77 512,02 6,74 513,11 6,37
Sumber : PDRB Kabupaten Langkat tahun 2013
1) *) Angka Perbaikan
2) **) Angka Sementara

Sedangkan untuk nilai dan kontribusi sektor dalam PDRB yang didasarkan pada harga berlaku, sektor Pertanian

juga memberikan sumbangan terbesar yaitu 48,71% pada tahun 2008 dengan nilai Rp6.449,44 milyar dan

meningkat menjadi 49,8% pada tahun 2012 dengan nilai Rp11,050,79 milyar. Sedangkan sektor-sektor lain yang

memberikan sumbangan yang besar bagi PDRB pada tahun 2012 yaitu sektor Industri Pengolahan 12,96%, sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran 10,97% , dan sektor Pertambangan dan Pengolahan 10,62%. Nilai dan

konstribusi PDRB berdasarkan harga berlaku Kabupaten Langkat tahun 2008 – 2012 selengkapnya dapat dilihat

pada pada tabel 2.11 sebagai berikut :

TABEL 2.11
Nilai dan Kontribusi dalam PDRB Berdasarkan Harga Berlaku Kabupaten Langkat
Tahun 2008-2012 (dalam jutaan rupiah).

2008 2009 2010 2011 2012


Sektor
(Rp.) % (Rp.) % (Rp.) % (Rp.) % (Rp.) %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Pertanian 6.449,44 48,71 7.268,63 49,15 8.393,85 49,27 9.691,31 49,53 11,050,79 49,85
Pertambangan & penggalian 1.532,31 11,57 1.677,42 11,34 1.906,66 11,19 2.189,98 11,19 2.354,94 10,62
Industri Pengolahan 1.866,50 14,10 2.039,08 13,79 2.307,78 13,54 2,569,55 13,13 2.872,89 12,96
Listrik, gas & Air Bersih 73,75 0,56 82,81 0,56 92,67 0,54 104,29 0,53 118,69 0,54
Konstruksi 343,25 2,59 395,62 2,67 465,21 2,73 559,61 2,86 707,60 3,19
Perdagangan, hotel & 1.509,64 11,40 1.651,02 11,16 1.920,04 11,27 2.168,46 11,08 2.432,00 10,97
Restoran
Pengangkutan & Kom 363,56 2,75 411,93 2,79 480,46 2,82 543,30 2,78 626,91 2,83
Keuangan, Sewa dan Jasa 238,43 1,80 279,63 1,89 325,01 1,91 377,21 1,93 450,62 2,03
Perusahaan
Jasa 864,27 6,53 983,69 6.65 1.146,30 6,73 1.361,54 6,96 1.552,05 7,00
PDRB 13.241,17 100,00 14.789,83 100,00 17.037,98 100,00 19.565,25 100,00 22.166,50 100,00
PDRB Tanpa Migas 11.592,12 87,55 13.034,19 88,13 15.078,99 88,50 17.331,09 88,58 19.829,34 89,46
MIGAS dan hasil-hasilnya 1.649,05 12,45 1.755,64 11,87 1.958,99 11,50 2.234,16 11,42 2.337,16 10,54
Sumber : PDRB Kabupaten Langkat tahun 2013
1) *) Angka Perbaikan
2) **) Angka Sementara

Sektor Pertanian adalah sektor penyumbang PDRB terbesar di Kabupaten Langkat. Keberadaan sektor ini tersebar

hampir diseluruh kecamatan di Kabupaten Langkat. Jika melihat sumbangan PDRB pada setiap kecamatan di

Kabupaten Langkat, maka, masing-masing kecamatan memiliki nilai dan kontribusi yang berbeda beda terhadap

PDRB.

Berdasarkan pada harga harga berlaku pada tahun 2012, Kecamatan Pangkalan Susu adalah kecamatan yang

memberikan sumbangan yang terbesar bagi PDRB Kabupaten Langkat, yang mencapai Rp3.161,27 milyar atau

14,26% dari PDRB Kabupaten Langkat. Sektor yang telah berkembang sejak lama di Kecamatan Pangkalan Susu

adalah sektor Pertambangan minyak dan Gas, serta sector pertanian. Kecamatan penyumbang PDRB terbesar

selanjutnya adalah kecamatan Besitang, pada tahun 2012 menyumbang Rp2.039,08 milyar atau 9,20% dari total

PDRB. Gambaran distribusi PDRB per kecamatan terhadap total PDRB Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel

2.12 berikut.

TABEL 2.12
PDRB berdasar harga berlaku per Kecamatan Tahun 2012 (milyaran rupiah)

SEKTOR Total

Kecamatan Ankutan
Industri Listrik, gas Dagang,
Pertania Pertamba Konstr & Keuanga
Pengolaha & air hotel, Jasa Rp. %
n ngan uksi Komunik n
n bersih restoran
asi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
Bahorok 660.74 1.13 6.4 4.43 26.95 99.19 2.34 11.36 65.07 877.61 3.96
Sirapit 366.76 0.14 45.17 2.15 15.44 35.79 0.98 7.12 27.67 501.22 2.26
Salapian 558.54 0.44 297.75 3.49 17.52 76.56 1.58 3.06 46.43 1005.37 4.54
Kutambaru 366.27 0.17 44.66 1.96 3.51 42.67 1.73 2.83 18.52 482.32 2.18
Sei Bingei 592.41 1.3 86.59 5.44 33.72 115.02 5.66 6.19 73.87 920.20 4.15
Kuala 425.74 0.47 6.21 4.24 34.31 93.22 11.11 15.55 66.69 657.54 2.97
Selesai 420.98 1.38 11.21 6.78 53.85 150.37 13.59 30.4 89.67 778.23 3.51
Binjai 434.37 1.16 19.49 4.11 37.15 95.57 34.39 32.19 61.36 719.79 3.25
Stabat 432.88 0.28 325.93 11.83 67.73 185.81 36.91 43.4 134.07 1238.84 5.59
Wampu 359.75 1.11 130.42 4.47 10.14 100.06 15.01 21.58 63.33 705.87 3.18
Bt. Serangan 440.63 0.97 289.78 3.97 20.19 87.89 7.07 2.15 59.6 912.25 4.12
Sawit Sbr. 377.32 0.07 144.75 2.92 16.85 68.16 8.91 4.15 69.77 692.90 3.13
Pdg. Tualang 597.31 0.14 38.8 5.05 23.63 118.2 15.99 8.49 73.52 881.13 3.98
Hinai 333.18 1.04 19.85 5.55 50.47 125.25 29.58 28.04 59.53 652.49 2.94
Secanggang 818.48 0.9 19.46 7.45 43.7 175.3 94.81 25.87 73.73 1259.70 5.68
Tg. Pura 571.28 0.69 6.96 8.39 63.98 168.14 64.53 41.44 108.5 1033.91 4.66
Gebang 511.54 0.83 174.7 5.16 47.08 115.46 27.46 34.42 61.96 978.61 4.41
Babalan 530.07 0.76 8.67 10.63 60.65 146.61 31.42 39.47 112.78 941.06 4.25
Sei Lepan 453.31 1.01 10.02 6.14 57.22 130.5 20.53 36.96 75.69 791.38 3.57
Brd. Barat 286.85 0.41 5.64 2.21 13.42 51.44 29.71 22.76 54.56 467.00 2.11
Besitang 673.52 0.23 1146.93 4.82 1.98 104.15 21.51 14.28 71.66 2039.08 9.20
Pkl. Susu 458.54 2340.19 19.11 5.65 6.19 104.65 136.07 17.49 73.38 3161.27 14.26
Pmt. Jaya 380.32 0.12 14.39 1.85 1.92 41.97 16.02 1.42 10.69 468.70 2.11
Kab. Langkat 11050.79 2354.94 2872.89 118.69 707.60 2431.98 626.91 450.62 1552.05 22166.47 100.00
Sumber : PDRB Kabupaten Langkat tahun 2013
1) *) Angka Perbaikan
2) **) Angka Sementara

Pertumbuhan PDRD Kabupaten Langkat Tahun 2008 – 2012.

Selama 5 tahun terakhir (2008-2012) pertumbuhan ekonomi Kabupaten Langkat terus mengalami peningkatan.

Pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi mencapai 5,07% dan menjadi 5,66% pada tahun 2012. Pada pertumbuhan

ekonomi tersebut pertumbuhan ekonomi dari sector Migas dan hasil-hasilnya cenderung terus menurun dari 0,16%
pada thun 2008 menjadi -0,39% pada tahun 2012. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Langkat pada tahun 2008-

2012 disajikan dalam gambar 2.9 di bawah ini.

Gambar 2.9
Grafik pertumbuhan ekonomi Kabupaten Langkat tahun 2008 – 2012.

Meskipun terus mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam lima tahun terakhir. Namun pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Langkat masih dibawah pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara dan Nasional. Hal ini perlu terus

diwaspadai, mengingat pertumbuhan ekonomi adalah salah satu ukuran akan kemajuan ekonomi daerah dan

kemakmuran masyarakatnya. Gambaran pertumbuhan ekonomi Kabupaten Langkat dan Provinsi Sumatera Utara

disajikan dalam Gambar 2.10 berikut ini.

Sektor yang menjadi penyumbang paling dominan bagi perekonomian Kabupaten Langkat selama tahun 2003-2008

adalah sektor Pertanian dengan rata-rata mencapi 50,32% per tahun.


Gambar 2.10
Grafik pertumbuhan ekonomi Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara dan Nasional tahun 2008-2012.

TABEL 2.13
Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Langkat Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008 - 2012 (%).
LAPANGAN USAHA 2008 2009 2010 2011 2012

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


1. PERTANIAN 6,07 5,36 5,30 5,47 5,32
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN -8,03 0,32 4,51 4,89 1,23
3. INDUSTRI PENGQLAHAN 4,25 4,16 5,30 5,54 4,90
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 6,12 6,47 6,68 6,91 6,03
5. BANGUNAN 5,38 5,14 6,27 7,76 16,04
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 7,45 5,88 7,00 5,92 5,20
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 3,76 4,10 6,29 5,84 6,04
8. KEUANGAN, PERSEWAAN & J 12,07 9,92 9,08 9,98 14,24
9. JASA-JASA 5,00 5,19 6,74 7,35 8,63
PDRB 5,07 5,04 5,74 5,78 5,66
PDRB TANPA MIGAS 4,81 5,47 5,82 5,84 6,05
MIGAS DAN HASIL-HASILNYA 0,16 -0,43 -0,08 -0,06 -0,39
Sumber : PDRB Kabupaten Langkat tahun 2013
1) *) Angka Perbaikan
2) **) Angka Sementara
PDRD per Kapita Kabupaten Langkat Tahun 2008-2012.

PDRB per kapita menurut harga berlaku (ADHB) selama 5 tahun terakhir meningkat 64,79% atau rata-rata per tahun

12,95% yaitu dari Rp 13.769.491,22 pada tahun 2008 menjadi Rp 22.690.998,95 pada tahun 2012. PDRB per kapita

menurut harga konstan (ADHK) tahun 2000 meningkat 22,19% atau rata-rata per tahun 4,44% yaitu dari Rp

5.801.356,57 pada tahun 2008 menjadi Rp 6.256.486,28 pada tahun 2012.

TABEL 2.14
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Kabupaten Langkat Tahun 2008 – 2012.

Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan 2000


Tahun
PDRB (milyar Rp.) PDRB Per-Kapita (Rp.) PDRB (milyar Rp.) PDRB Per-Kapita (Rp.)
(1) (2) (3) (4) (5)
2008 13.241,17 13.769.491,22 6.491,87 6.750.890.66
2009 14.789,83 15.329.540,05 6.819,23 7.068.079,55
2010 17.037,98 17.609.677,69 7.210.56 7.452.507,89
2011 19.565,25 20.034.354,59 7.626,99 7.809.865,32
2012 22.166,49 22.690.998,95 8.058,65 8.249.329,20
Sumber : PDRB Kabupaten Langkat tahun 2013
1) *) Angka Perbaikan
2) **) Angka Sementara

2.3. Tata Ruang Wilayah

Mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Langkat Tahun 2013 – 2033, tujuan penataan ruang

Kabupaten Langkat adalah :

” Terwujudnya Langkat yang Maju, Sejahtera dan Berwawasan Lingkungan”

Sebagai upaya pencapaian tujuan penataan ruang Kabupaten Langkat, beberapa kebijakan dan strategi penataan
ruang telah dirumuskan. Kebijakan penataan ruang Kabupaten Langkat diklasifikasikan kedalam kebijakan
perencanaan tata ruang, kebijakan pemanfaatan ruang dan kebijkanan pengendalian pemanfaatan ruang.

Berdasarkan tujuan penataan ruang yang ingin dicapai, maka kebijakan penataan ruang Kabupaten Langkat beserta
strategi penataan ruang yang mendukung kebijakan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

2.2.1 Kebijakan dan Strategi Struktur Ruang

1. Kebijakan 1: Peningkatan pelayanan pusat kegiatan kawasan yang merata dan berhierarki.

Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :


a. Meningkatkan keterkaitan antar pusat-pusat kegiatan Lokal;
b. Menjaga berfungsinya secara optimal pusat-pusat kegiatan yang sudah ada;
c. Mengendalikan pusat-pusat kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi dan panduan rancang
Kabupaten; dan
d. Mendorong berfungsinya pusat-pusat kegiatan baru di Wilayah Kabupaten Langkat.

2. Kebijakan 2: Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi,


telekomunikasi, energi, sumber daya air, serta prasarana dan sarana wilayah yang terpadu dan
merata di seluruh kawasan.

Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :


a. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat, dan
udara, serta keterpaduan intra dan antar moda;
b. Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi;
c. Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tidak terbarukan serta
mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik, minyak, dan gas bumi secara optimal;
d. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air,
mempercepat konservasi sumber air, serta meningkatkan pengendalian daya rusak air.

3. Kebijakan 3: Peningkatan sarana dan prasarana yang merata dan terpadu di seluruh wilayah
Kabupaten Langkat.

Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :


a. Meningkatkan pemerataan fasilitas di setiap kecamatan dengan memperhatikan jumlah dan perkembangan
penduduk;
b. Menciptakan sistem perhubungan yang efektif dan efisien terutama di daerah pedalaman yang ditempuh
dengn jalur transportasi laut maupun darat guna meningkatkan produktivitas.

4. Kebijakan 4: Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, melaui pelatihan-pelatihan dan


penyuluhan oleh pemerintah dan instansi terkait, seperti pelatihan bidang pertanian, perikanan,
perkebunan, dan lain-lain, serta pemerataan penduduk di Wilayah Kabupaten Langkat.

Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :


a. Penambahan fasilitas-fasilitas sosial (pendidikan dan kesehatan) di daerah/kecamatan yang masih
kekurangan fasilitas;
b. Mengarahkan perkembangan suatu wilayah melalui distribusi penduduk sesuai daya dukung wilayah
sehingga tercapai kesejahteraan penduduk yang proporsional;
c. Meningkatkan sumber daya manusia melalui penyediaan fasilitas pendidikan dan pelatihan-pelatihan serta
fasilitas kesehatan untuk menjaga tingkat kesehatan masyarakat agar lebih baik.
5. Kebijakan 5: Pengembangan sarana dan prasarana transportasi baik darat, kereta api maupun laut
yang berpotensi dan dapat dikembangkan.

Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :


a. Pengembangan pelayanan angkutan kereta api penumpang tidak hanya mencapai kota Binjai, namun
dikembangkan menjadi Medan-Binjai-Stabat.
b. Peningkatan pelayanan kereta api yang menghubungkan Medan (Sumatera Utara) menuju propinsi NAD
dilakukan apabila kondisi keamanan sudah kondusif/baik;
c. Peningkatan pembangunan jalan yang rusak berat yang meliputi Kecamatan Salapian, Sei Bingai, Stabat,
Wampu, Batang Serangan, Padang Tualang, Hinai, Secanggang, dan Besitang;
d. Meningkatkan fungsi pelabuhan Pangkalan Susu sebagai pelabuhan pengumpan lokal dan pengembangan
pelabuhan perikanan di kawasan pantai Timur Kabupaten Langkat sesuai dengan arahan RTRWP
Sumatera Utara;
Untuk pembangunan pelabuhan baru di wilayah Secanggang perlu studi lebih lanjut dan detail dengan melihat

seberapa besar dampak negatif yang ditimbulkan terhadap biota laut dan daya dukung lahan.

2.2.2 Kebijakan dan Strategi Pola Ruang

2.2.2.1 Kebijakan Pengembangan Kawasan Lindung

1. Kebijakan 1: Pelestarian lingkungan dan Pengembalian keseimbangan ekosistem.

Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :

a. Mempertahankan luasan dan meningkatkan kualitas kawasan lindung;

b. Mengelola kawasan lindung untuk mendukung terwujudnya konsep/misi pembangunan berkelanjutan


yang memuat antara lain :

1. Mengembalikan ekosistem kawasan lindung;


2. Memantapkan kawasan berfungsi lindung;
3. Merehabilitasi kawasan lindung yang mengalami degradasi kualitas;
4. Memberikan “reward and punishment” dalam rangka pengendalian dan pengawasan kawasan
lindung.

2. Kebijakan 2: Pecegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan
lingkungan.

Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :


a. Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup terutama kawasan
tangkapan air, sungai, danau/waduk dan mata air;
b. Melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang
ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk
hidup lainnya;
c. Melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang
dibuang kedalamnya;
d. Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan
sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang
pembangunan yang berkelanjutan;
e. Mengendalikan pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi
masa kini dan generasi masa depan;
f. Mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan
tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya;
g. Mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di kawasan rawan
bencana.

3. Kebijakan 3: Memantapkan fungsi kawasan lindung berdasarkan hasil analisis fisik wilayah yang
terdapat di Kecamatan ; Bahorok, Salapian, Kutambaru, Sei Bingai, Batang Serangan, Sawit
Seberang, Secanggang, Tanjung Pura, Gebang, Sei Lepan, Brandan Barat, Besitang, Pangkalan
Susu dan Pematang Jaya.

Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :

a. Relokasi pemukiman dan kegiatan budidaya lainnnya di kawasan lindung;


b. Memantapkan kawasan penyangga sehingga berfungsi untuk mengamankan kawasan lindung dan
kawasan bawahannya;
c. Pemantapan kawasan lindung menjadi prioritas utama, mengingat banjir yang melanda wilayah hilir
Kabupaten Langkat mengakibatkan kerugian materi dalam jumlah yang besar;
d. Perlu adanya studi mengenai sungai dan normalisasi sungai.

4. Kebijakan 4: Menetapkan dan memantapkan fungsi kawasan lindung serta memanfaatkan potensi
yang ada dengan tetap menjaga keseimbangan dan kelestarian kawasan lindung.

Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :


a. Memanfaatkan potensi sumber daya alam secara optimal melalui pembangunan berwawasan lingkungan
dan berkelanjutan untuk mencapai peningkatan pendapatan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan
masyarakat;
b. Menetapkan kawasan lindung sesuai dengan fungsinya untuk menjaga kelestarian tanah, air, flora dan
fauna terutama di Kawasan Hutan TNGL dan Suaka Margasatwa Langkat Timur Laut;
c. Penanggulangan secara konsisten kegiatan budidaya yang dapat mengganggu/memutus fungsi ekologis
suatu ekosistem;
d. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan antar wilayah, serta keserasian
antar sektor;
e. Mengalokasikan pemanfaatan ruang dari setiap kegiatan sektor-sektor sesuai dengan kriteria dan kaidah
perencanaan.

2.2.2.2 Kebijakan Pengembangan Kawasan Budidaya

1. Kebijakan 1: Pengembangan dan pengembangan kawasan budidaya baik dalam pengelolaan hutan
maupun hasil-produksi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga
keseimbangan dan kelestarian alam.

Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :

a. Peningkatan pengelolaan kawasan hutan sebagai suatu kekayaan alam sehingga dapat memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi rakyat dengan tetap menjaga fungsi dan kemampuannya dalam
melestarikan lingkungan hidup;
b. Peningkatan produksi tanaman pangan untuk mempertahankan / memantapkan swasembada pangan di
Kecamatan Babalan, Sei Bingai, Secanggang dan Tanjung Pura;
c. Pengembangan perkebunan diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani
melalui peningkatan produksi dan peningkatan kontribusi terhadap pembangunan sehingga dapat
mengatasi berbagai masalah ekonomi, sosial, tenaga kerja, pelestarian sumber daya alam dan
lingkungan;
d. Peningkatan produksi perikanan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi Kabupaten Langkat serta
meningkatkan ekspor melalui usaha budidaya perikanan air asin/payau di daerah pesisir Pantai Timur
Kabupaten Langkat dan budidaya perikanan air tawar;
e. Peningkatan produksi ternak yang berorientasi pada peningkatan pendapatan, perluasan kesempatan
kerja melalui pengembangan peternakan, efisiensi usaha dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi,
serta ekspor ternak pada setiap kecamatan.
2. Kebijakan 2: Perlindungan lahan pertanian terhadap alih fungsi lahan untuk kegiatan wilayah.

Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :

a. Menetapkan kawasan yang sudah dan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian
pangan yang berkelanjutan;
b. Meningkatkan produktifitas pertanian tanaman pangan.

3. Kebijakan 3: Peningkatan pengelolaan potensi daerah berbasis agribisnis, ekonomi kerakyatan dan
kepariwisataan.

Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :

a. Meningkatkan keterampilan petani, pengelolaan agribisnis melalui pemberian insentif, pengembangan


kawasan strategis dan komoditas unggulan;
b. Memfasilitasi tumbuhkembangnya usaha kecil dan menengah untuk mengolah hasil-hasil pertanian;
c. Memfasilitasi promosi usaha komoditas pertanian, usaha kecil dan menengah;
d. Meningkatkan kajian dan mengelola potensi pariwisata.

4. Kebijakan 4: Pengalokasian ruang didasarkan pada karakteristik alam.

Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :

a. Menetapkan kawasan budidaya dan kawasan rawan bencana sesuai dengan karakteristik alam.

5. Kebijakan 5: Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar sesuai fungsi dan tidak
melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.

Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :

a. Menetapkan ketentuan-ketentuan peraturan zonasi pada masing-masing kawasan budidaya sesuai

dengan karakteristiknya;

b. Membatasi perkembangan kegiatan budidaya terbangun di kawasan rawan bencana untuk meminimalkan

potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana;

c. Mengendalikan pemanfaatan di kawasan budidaya melalui mekanisme perizinan;

d. Memberikan insentif bagi kegiatan yang sesuai dengan fungsi dan disinsentif bagi kegiatan yang

mengakibatkan gangguan bagi fungsi utamanya; dan

e. Melakukan penertiban bagi kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai fungsi.


6. Kebijakan 6: Pengembangan sektor ekonomi unggulan melalui peningkatan daya saing dan
diversifikasi produk.

Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :

a. Menetapkan dan mengembangkan kawasan agropolitan sebagai strategi pengembangan wilayah dalam
usaha pengembangan sistem agribisnis yang disinergikan untuk mengoptimalkan kawasan dalam
pembangunan;
b. Mengembangkan kegiatan ekonomi berbasis pada sumberdaya alam dan potensi lokal (perkebunan,
pertanian, pariwisata, dll);
c. Mendorong kegiatan pengolahan komoditi unggulan di pusat produksi komoditi unggulan;
d. Mengembangkan kawasan budidaya untuk mendorong dan meningkatnya kegiatan usaha produktif yang
meliputi berbagai sektor terutama tanaman pangan, holtikultura buah-buahan, sayuran, perkebunan
tanaman perdagangan bahan eksport khususnya didalam rangka pengembangan komoditas unggulan.

7. Kebijakan 7: Peningkatan dan pengmbangan potensi yang ada di Kabupaten Langkat sehingga
dapat mengembangkan seluruh potensi ekonomi yang ada.

Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :

a. Memperpendek hirarki fungsional dan tata kaitan ke depan dan ke belakang (backward and forward
linkage) antara sektor primer, sekunder, dan tersier melalui pengembangan agropolitan untuk mewadahi
agroindustri dan agrobisnis dari setiap ruang pengembangan;
b. Melalui penguatan siklus produksi dalam satuan ruang yang lebih terbatas diharapkan sektor primer tidak
sekedar menghasilkan bahan mentah namun juga membentuk daur pertambahan nilai untuk dinikmati
masyarakat setempat serta melibatkan pelaku ekonomi lokal, maka sekaligus akan terbangun keterkaitan
fungsional secara horizontal antar satuan ruang pengembangan;
c. Memperkuat batas perekonomian menurut sektor/komoditi unggulan di masing-masing Sub Wilayah
Pembangunan (SWP) dan lebih rinci lagi perkecamatan, termasuk memperluas keanekaragaman sumber
daya alam yang dapat dimanfaatkan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjadi
sumber pendapatan daerah, antara lain sumberdaya mineral, pariwisata, pertanian, perkebunan,
perikanan, dan sebagainya;
d. Pengembangan keterkaitan industri pertanian mulai dari hulu (produksi), distribusi dan pengolahan hilir;
e. Pengembangan kepariwisataan secara menyeluruh dan terpadu baik objek wisata sejarah, budaya, alam
dan bahari;
f. Memberikan kemudahan perijinan bagi usaha galian C. Perijinan dijadikan sebagai mekanisme kontrol
atas eksploitasi alam di Kabupaten Langkat agar tetap memperhatikan lingkungan.
2.2.3 Kebijakan dan Strategi Kawasan Strategis

1. Kebijakan 1: Pengembangan Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan


Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup

Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :

a. Memelihara keseimbangan ekosistem disekitar kawasan strategis serta wilayah hulu yang
mempengaruhinya.

2. Kebijakan 2: Pengembangan Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan


Pertumbuhan Ekonomi

Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut:

a. Mengembangkan kawasan agropolitan Kabupaten Langkat yang berkesinambungan;


b. Mengembangkan kawasan-kawasan strategis ekonomi sesuai dengan daya dukung dan potensinya.

3. Kebijakan 3: Pengembangan Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan


Sosial dan Budaya

Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :

a. Merevitalisasi situs-situs peninggalan budaya di Kabupaten Langkat;


b. Mengembangkan potensi-potensi bidang kebudayaan dan pariwisata dalam rangka menunjang
pengembangan ekonomi wilayah.

4. Kebijakan 4: Pengembangan Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan LIngkungan

Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :

a. Mengembangkan potensi sumberdaya alam yang dimiliki untuk sebesar-besarnya kemakmuran


masyarakat Kabupaten Langkat tanpa merusak lingkungan;
b. Tetap menjaga keseimbangan antara potensi yang ada dengan kelestarian alam, sehingga pemanfaatan
yang dilakukan tidak merusak lingkungan.
GAMBAR 2.10
PETA POLA RUANG KABUPATEN BANDUNG
Sumber: RTRW Kabupaten Bandung Tahun 2007 - 2027
2.4. Sosial dan Budaya

Sebagai bagian dari pemetaan kondisi sanitasi di Kabupaten Langkat, perlu dilakukan identifikasi terhadap kondisi

sosial dan budaya wilayah Kabupaten Langkat. Kondisi sosial dan budaya tersebut secara tidak langsung akan

mencerminkan kualitas penduduk di Kabupaten Langkat. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk

mengidentifikasi kondisi sosial budaya masyarakat yaitu kondisi tempat tinggal dan ketersediaan fasilitas pendidikan.

Informasi sosial dan budaya ini penting untuk turut ditinjau sebagai dasar untuk menentukan strategi sanitasi

Kabupaten Langkat kedepan.

Pada dokumen buku putih sanitasi ini, beberapa variabel terkait aspek sosial dan budaya masyarakat Kabupaten

Langkat akan meliputi beberapa variabel sebagai berikut:

a. Jumlah rumah perkecamatan;

b. Jumlah penduduk prasejahtera;

c. Jumlah fasilitas pendidikan di Kabupaten Langkat.

Fasilitas pendidikan dasar dan menengah di Kabupaten Langkat dapat dikategorikan kedalam kategori umum dan

agama. Fasilitas pendidikan kategori umum, meliputi Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

(SLTP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Informasi detail mengenai

ketersediaan fasilitas pendidikan dasar dan menengah di Kabupaten Langkat disajikan pada tabel 2.15.
TABEL 2.13

FASILITAS PENDIDIKAN DI KABUPATEN LANGKAT

Jumlah Sarana Pendidikan


No Kecamatan
TK SD SLTP SMA SMK PT
1 Bahorok 32 12 4 2
2 Serapit 14
3 Salapian 1 22 10 2 2
4 Kutambaru 12
5 Sei Bingai 2 35 10 4
6 Kuala 2 33 8 4
7 Selesai 3 39 11 5 4
8 Binjai 1 24 3 2 1
9 Stabat 8 32 15 7 16
10 Wampu 2 31 5 4 2
11 Batang Serangan 2 20 5 2
12 Sawit Seberang 3 16 5 1 2
13 Padang Tualang 2 21 6 3 3
14 Hinai 30 5 1
15 Secanggang 2 38 10 3 1
16 Tanjung Pura 5 44 7 3 6 1
17 Gebang 1 31 4 1
18 Babalan 7 31 13 1 4
19 Sei Lepan 1 19 6 2
20 Brandan Barat 12 2
21 Besitang 3 35 11 3 3
22 Pangkalan Susu 1 29 7 4 3
23 Pematang Jaya 11

Berdasarkan informasi pada tabel 2.13 diatas, dapat diamati bahwa fasilitas pendidikan tingkat dasar telah tersedia

di seluruh kecamatan di Kabupaten Langkat.

Ditinjau berdasarkan tingkat kesejahteraan penduduk, masih terdapat 125,970 RT (Rumah Tangga) atau sekitar 36 %

Rumah Tangga di Kabupaten Langkat yang masih berada dalam kategori Rumah Tangga Sasaran (RTS). Jumlah RT

tersebut terdistribusi di setiap kecamatan. Pada tahun 2011, jumlah RTS terbanyak terdapat di Kecamatan Tanjung

Pura yaitu berjumlah 7,742 RT atau sekitar 52 % Jumlah RT di Kecamatan tersebut atau sebesar 8,27% dari total

jumlah RTS di Kabupaten Langkat. Sedangkan kecamatan dengan jumlah RTS terendah yaitu Kecamatan
Kutambaru berjumlah 963 RT atau sekitar 26 % Jumlah RT di Kecamatan tersebut atau sebesar 1,63% dari total

RTS di Kabupaten Langkat. Kecamatan lain dengan jumlah RTS yang relative rendah di Kabupaten Langkat yaitu

Kecamatan Pematang Jaya dengan jumlah RTS sebanyak 1.657 KK atau sekitar 50% Jumlah RT di Kecamatan

tersebut atau sebesar 1,77% dari total jumlah RTS di kabupaten Langkat.

TABEL 2.14
Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS)
Menurut Kecamatan Kabupaten Langkat
Tahun 2011
Perbandingan Jumlah Perbandingan Jumlah Penduduk
Rumah Tangga (RT) dengan dengan Jumlah Anggota Rumah
No. Kecamatan
Rumah Tangga Sasaran (RTS) Tangga Sasaran (ARTS)
RT RTS % Penduduk ARTS %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. BAHOROK 10,363 4,020 39% 40,343 16,650 41%
2. SIRAPIT 4,294 1,757 41% 16,045 4,659 29%
3. SALAPIAN 6,963 2,440 35% 26,137 8,950 34%
4. KUTAMBARU 3,702 963 26% 13,521 3,597 27%
5. SEI BINGAI 12,563 3,394 27% 48,754 14,945 31%
6. KUALA 10,467 2,674 26% 39,486 10,201 26%
7. SELESAI 17,133 5,933 35% 70,035 24,129 34%
8. BINJAI 10,128 2,334 23% 42,875 6,596 15%
9. STABAT 19,753 6,932 35% 83,093 27,473 33%
10. WAMPU 10,494 3,262 31% 40,960 12,480 30%
11. BT. SERANGAN 9,387 2,316 25% 35,311 8,948 25%
12. SWT. SEBERANG 6,264 1,761 28% 25,410 6,884 27%
13. PD. TUALANG 11,397 3,883 34% 47,073 16,591 35%
14. HINAI 11,961 5,416 45% 47,843 23,697 50%
15. SECANGGANG 16,246 7,586 47% 65,909 31,289 47%
16. TANJUNG PURA 14,961 7,742 52% 65,030 37,272 57%
17. GEBANG 10,422 4,863 47% 42,918 21,725 51%
18. BABALAN 14,566 6,622 45% 56,920 29,876 52%
19. SEI LEPAN 11,555 4,742 41% 47,214 21,602 46%
20 BRANDAN BARAT 5,452 3,038 56% 22,118 14,105 64%
21 BESITANG 11,024 6,096 55% 44,338 23,716 53%
22 PANGKALAN SUSU 10,167 4,169 41% 41,907 18,070 43%
23 PEMATANG JAYA 3,292 1,657 50% 13,102 6,708 51%
Jumlah 352,104 125,970 36% 1,410,469 511,978 36%
Sumber : - Survey PPLS BPS Tahun 2011
- Kecamatan dalam Angka Tahun 2012

Ditinjau berdasarkan jumlah rumah, pada tahun 2011 jumlah rumah di Kabupaten Langkat berjumlah 202.217 unit

rumah dengan persebaran di setiap kecamatan ditunjukkan oleh tabel 2.15. Jumlah rumah tersebut merupakan

gabungan antara jumlah rumah permanen dan nonpermanen.


TABEL 2.15
Jumlah Rumah Permanen Nonpermanen
Menurut Kecamatan Kabupaten Langkat
Tahun 2011

Rumah Rumah Non


No Kecamatan Jumlah
Permanen Permanen
1 BAHOROK 2297 5733 8030
2 SIRAPIT 1457 2870 4327
3 SALAPIAN 854 6662 7516
4 KUTAMBARU 1474 3014 4488
5 SEI BINGAI 6198 6537 12735
6 KUALA 4883 4933 9816
7 SELESAI 7401 9628 17029
8 BINJAI 1487 2312 3799
9 STABAT 7281 8995 16276
10 WAMPU 2683 1313 3996
11 BT. SERANGAN 2303 5305 7608
12 SWT. SEBERANG 2977 1811 4788
13 PD. TUALANG 7732 4529 12261
14 HINAI 3704 7025 10729
15 SECANGGANG 5477 10242 15719
16 TANJUNG PURA 5856 7530 13386
17 GEBANG 2299 8370 10669
18 BABALAN 5677 5284 10961
19 SEI LEPAN 2494 8658 11152
20 BRANDAN BARAT 1187 2198 3385
21 BESITANG 1400 3002 4402
22 PANGKALAN SUSU 3267 2529 5796
23 PEMATANG JAYA 772 2577 3349
Jumlah 81160 121057 202217
Sumber : Kecamatan Dalam Angka Tahun 2012

2.5. Kelembagaan Pemerintah Daerah

2.6.1 Struktur Organisasi Pemerintah Daerah


Secara garis besar, kelembagaan pemerintah daerah Kabupaten Langkat meliputi sekretariat, Dinas Daerah dan

Organisasi Lembaga Teknis Daerah yang masing- masing dapat dijabarkan sebagai berikut:

I. Sekretariat

a. Sekretariat Daerah

Sekretariat daerah memiliki kedudukan dibawah bupati serta bertanggung jawab langsung kepada kepala

daerah. Mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Langkat Nomor 23 tahun 2007, susunan organisasi

sekretariat daerah meliputi sekretaris daerah, Staf Ahli, Asisten Administrasi Tata Pemerintahan, Asisten

Administrasi Ekonomi Pembangunan dan Sosial serta Asisten Administrasi Umum. Rincian tugas, fungsi dan

tata kerja sekretariat daerah selanjutnya diatur oleh Peraturan Bupati Nomor 4 tahun 2008.

 Sekretaris Daerah

Dalam struktur kelembagaan Kabupaten Langkat, sekretaris daerah mempunyai fungsi untuk

membantu Bupati dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan Dinas Daerah dan Lembaga

Teknis Daerah melalui penyusunan kebijakan pemerintahan daerah, pengkoordinasian pelaksanaan

tugas Dinas Daerah dan Lembaga Teknis daerah, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan

pemerintahan daerah, pembinaan administrasi dan aparatur pemerintahan daerah dan pelaksanaan

tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. Adapun fungsi sekretaris

daerah yaitu untuk menyelenggarakan fungsi penyusunan kebijakan pemerintahan daerah,

pengorganisasian pelaksanaan tugas dinas daerah dan Lembaga Teknis Daerah, pemantauan dan

evaluasi pelaksanaan kebijakan pemerintahan daerah, pembinaan administrasi dan aparatur

pemerintahan daerah serta pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

 Asisten Administrasi Tata Pemerintahan

Asisten pemerintahan mempunyai tugas pokok untuk memipin, merumuskan, mengatur, membina,

mengendalikan, mengkoordinasikan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan sebagian tugas

Sekretaris Daerah di bidang penetapan penyusunan rumusan kebijakan dan pengkoordinasian Dinas
Daerah dan Lembaga Teknis Daerah di bidang pelayanan administrasi pemerintahan umum,

pengkajian produk, permasalahan dan dokumentasi hukum serta fasilitasi dan pengembangan otonomi

daerah. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, asisten pemerintahan menjalankan fungsi:

a. Penetapan rumusan kebijakan pelayanan administrasi pemerintahan umum, pengkajian

produk, permasalahan dan dokumentasi hukum serta fasilitasi dan pengembangan otonomi

daerah.

b. Perumusan penetapan kebijakan petunjuk teknis, tujuan, sasaran dan monitoring

penyelenggaraan administratif pemerintahan daerah di bidang pelayanan administrasi

pemerintahan umum, pengkajian produk, permasalahan dan dokumentasi hukum serta

fasilitasi dan pengembangan otonomi daerah;

c. Penyelenggaraan pembinaan administratif pemerintahan daerah di bidang pelayanan

administrasi pemerintahan umum, pengkajian produk, permasalahan dan dokumentasi hukum

serta fasilitasi dan pengembangan otonomi daerah;

d. Pengkoordinasian tugas Bagian - Bagian di lingkungan Asisten Pemerintahan;

e. Perumusan penetapan kebijakan evaluasi dan pelaporan di bidang pelayanan administrasi

pemerintahan umum, pengkajian produk, permasalahan dan dokumentasi hukum serta

fasilitasi dan pengembangan otonomi daerah;

f. Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;

g. penetapan rumusan koordinasi penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan Perangkat

Daerah, DPRD, Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan instansi lainnya di bidang pelayanan

administrasi pemerintahan umum, pengkajian produk, permasalahan dan dokumentasi hukum

serta fasilitasi dan pengembangan otonomi daerah.

Asisten Administrasi Tata Pemerintahan membawahi:


1. Bagian Tata Pemerintahan

 Sub Bagian Bina Otonomi Daerah dan Pemerintahan Kecamatan

 Sub Bagian Perangkat Daerah

 Sub Bagian Pemerintahan Umum

2. Bagian Hukum

 Sub Bagian Tata Hukum

 Sub Bagian Bantuan Hukum

 Sub Bagian Dokumentasi dan Produk Hukum

3. Bagian Pemerintahan Desa/Kelurahan

 Sub Bagian Pemerintahan Desa

 Sub Bagian Pemerintahan Kelurahan

 Sub Bagian Kekayaan Desa

 Asisten Administrasi Ekonomi Pembangunan dan Sosial

Asisten perekonomian dan kesejahteraan rakyat memiliki tugas pokok untuk memimpin, merumuskan,

mengatur, membina, mengendalikan, mengkoordinasikan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan

sebagian tugas Sekretaris Daerah di bidang penetapan penyusunan rumusan kebijakan dan

pengkoordinasian pelayanan kesejahteraan sosial, pengendalian pelaksanaan pembangunan serta

mengkoordinasikan peningkatan dan pengembangan perekonmian daerah. Adapun fungsi asisten

perekonomian dan kesejahteraa rakyat antara lain dalam hal:

a. Penetapan rumusan kebijakan pengkoordinasian pelayanan kesejahteraan sosial,

pengendalian pelaksanaan pembangunan serta pengkoordinasian peningkatan dan

pengembangan perekonomian daerah;

b. Perumusan penetapan kebijakan petunjuk teknis, tujuan, sasaran dan monitoring

penyelenggaraan administratif pemerintahan daerah dibidang pengkoordinasian pelayanan


kesejahteraan sosial, pengendalian pelaksanaan pembangunan serta pengkoordinasian

peningkatan dan pengembangan perekonomian daerah;

c. Penyelenggaraan pembinaan administratif pemerintahan daerah di bidang pengkoordinasian

pelayanan kesejahteraan sosial, pengendalian pelaksanaan pembangunan serta

pengkoordinasian peningkatan dan pengembangan perekonomian daerah;

d. Pengkoordinasian tugas bagian-bagian di lingkungan Asisten Perekonomian dan

Kesejahteraan Rakyat;

e. Perumusan penetapan kebijakan evaluasi dan pelaporan di bidang pengkoordinasian

pelayanan kesejahteraan sosial, pengendalian pelaksanaan pembangunan serta

pengkoordinasian peningkatan dan pengembangan perekonomian daerah;

f. Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;

g. Penetapan rumusan koordinasi penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan Perangkat

Daerah, DPRD, Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan instansi lainnya di bidang

pengkoordinasian pelayanan kesejahteraan sosial, pengendalian pelaksanaan pembangunan

serta pengkoordinasian peningkatan dan pengembangan perekonomian daerah.

Asisten Administrasi Ekonomi Pembangunan dan Sosial membawahi:

1. Bagian Perekonomian

 Sub Bagian Pengembangan Produksi dan Hasil SDA;

 Sub Bagian Pengembangan Potensi SDA;

 Sub Bagian Perekonomian Rakyat.

2. Bagian Kessos

 Sub Bagian Urusan Keagamaan;

 Sub Bagian Kesra;

 Sub Bagian Bantuan Sosial.

3. Bagian Organisasi
 Sub Bagian Kelembagaan;

 Sub Bagian Tata Laksana dan Kepegawaian;

 Sub Bagian Analisa Jabatan.

 Asisten Administrasi Umum

Asisten administrasi mempunyai tugas pokok memimpin, merumuskan, mengatur, membina,

mengendalikan, mengkoordinasikan dan mempertanggungjawabkan, pelaksanaan sebagian tugas

Sekretariat daerah di bidang penetapan penyusunan rumusan kebijakan dan pengkoordinasian Dinas

Daerah dan Lembaga Teknis Daerah di bidang pelayanan administrasi umum kerumahtanggaan,

keuangan dan kepegawaian, penataan kelembagaan, ketatalaksanaan dan perencanaan

pendayagunaan aparatur, pelayanan ketatausahaan, keprotokolan, publikasi dan pemberitaan serta

penataan dan pengelolaan aset pemerintah daerah. Adapun fungsi Sekretariat DPRD yaitu untuk

melaksanakan penyelenggaraan administrasi kesekretariatan DPRD, penyelenggaraan administrasi

keuangan DPRD, penyelenggaraan rapat- rapat DPRD dan penyediaan serta pengorganisasian tenaga

ahli yang diperlukan oleh DPRD.

Asisten Administrasi Umum membawahi:

1. Bagian Umum dan Perlengkapan yang terdiri dari:

 Sub Bagian Tata Usaha;

 Sub Bagian Protokol dan Rumah Tangga;

 Sub Bagian Pengadaan dan Distribusi.

2. Bagian Humas / Informasi yang terdiri dari:

 Sub Bagian Pengumpulan Informasi;

 Sub Bagian Pemberitaan dan Penyebaran Informasi;

 Sub Bagian Penerbitan dan Pameran.

3. Bagian Pengelolaan Data Elektronik dan Sandi Telekomunikasi yang terdiri dari:
 Sub Bagian Pengolahan dan Pelayanan Data Elektrik;

 Sub Bagian Pengumpulan Data;

 Sub Bagian Sandi dan Telekomunikasi.

b. Sekretariat DPRD

Sekretariat DPRD memiiki tugas menyelenggarakan administrasi kesekretariatan, administrasi keuangan,

mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD, dan menyediakan serta mengkoordinasikan tenaga ahli yang

diperlukan oleh DPRD sesuai denagn kemampuan keuangan daerah. Mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten

Langkat Nomor 23 tahun 2007, susunan organisasi sekretariat terdiri dari:

 Sekretaris DPRD

Sekretaris DPRD memiliki tugas pokok untuk memimpin, membina dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas

sekretariat DPRD dalam menyelenggarakan administrasi kesekretariatan, administrasi keuangan, mendukung

pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD dan menyediakan serta mengkoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan

oleh DPRD sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.

 Bagian umum

Bagian umum dipimpin seorang kepala yang memiliki tugas pokok untuk memimpin, mengkoordinasikan dan

mengendalikan tugas- tugas di bidang pengelolaan administrasi umum yang meliputi pelayaan ketatausahaan,

kerumahtanggaan dan pelayanan humas serta keprotokolan sekretariat DPRD.

Bagian Umum membawahi:

a. Sub Bagian Protokol dan Rumah Tangga;

b. Sub Bagian Keuangan;

 Bagian Risalah
Bagian persidangan dipimpin seorang kepala yang memiliki tugas pokok untuk memimpin, mengkoordinasikan

dan mengendalikan tugas- tugas di bidang pengkoordinasian pelayanan Risalah yang meliputi penyusunan

program dan pelaporan DPRD, pelayanan rapat dan risalah serta pelayanan administrasi alat kelengkapan

DPRD.

Bagian Risalah membawahi:

a. Sub Bagian Risalah

b. Sub Bagian Persidangan

 Bagian hukum dan perundang- undangan

Bagian hukum dan perundang- undangan dipimpin oleh seorang kepala yang memiliki tugas pokok memimpin,

mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas- tugas di bidang pelayanan hukum dan perundang- undangan

yang meliputi pengolahan data, dokumentasi dan perpustakaan, pengkajian dan pengembangan hukum serta

produk DPRD dan perundang- undangan.

Bagian hukum dan perundang- undangan membawahi

a. Sub Bagian Perundang-Undangan

b. Sub Bagian Humas dan Dokumentasi

II. Dinas

Dinas daerah merupakan pelaksana otonomi daerah. Dalam lingkup Kabupaten Langkat, dinas daerah meliputi:

1. Dinas Pekerjaan Umum Daerah

2. Dinas Kesehatan

3. Dinas Pendidikan dan Pengajaran

4. Dinas Pertanian

5. Dinas Perhubungan

6. Dinas Perindustrian dan Perdagangan

7. Dinas Kebersihan dan Pertamanan

8. Dinas Koperasi, UKM, dan Penanaman Modal Daerah


9. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

10. Dinas Perikanan dan Kelautan

11. Dinas Pemuda dan Olahraga

12. Dinas Kehutanan dan Perkebunan

13. Dinas Pertambangan dan Energi

14. Dinas Peternakan

15. Dinas Pendapatan Daerah

16. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

III. Oganisasi Lembaga Teknis Daerah

a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

b. Inspektorat Daerah

c. Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat

d. Badan Kepegawaian Daerah

e. Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Kelurahan

f. Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan

g. Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah

h. Badan Lingkungan Hidup

i. Kantor Kebudayaan dan pariwisata

j. Kantor Sosial

k. Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi

l. Kantor Pelayanan Terpadu


BUPATI
DPRD
WAKIL BUPATI

SEKRETARIAT DAERAH

PERDA NO 23 TAHUN 2007

DINAS DAERAH LEMBAGA TEKNIS DAERAH STAF AHLI SATPOL PP BPBD SEKRETARIAT DPRD

PERDA NO 23 TAHUN 2007 PERDA NO 23 TAHUN 2007 PERDA NO 23 TAHUN 2007

DINAS DAERAH LEMBAGA TEKNIS DAERAH


Dinas Pekerjaan Umum Daerah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Dinas Kesehatan Inspektorat Daerah
Dinas Pendidikan dan Pengajaran Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan
Dinas Pertanian Masyarakat
Dinas Perhubungan Badan Kepegawaian Daerah
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa dan
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kelurahan
Dinas Koperasi, UKM, dan Penanaman Modal Daerah Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Perempuan
Dinas Perikanan dan Kelautan Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
Dinas Pemuda dan Olahraga Badan Lingkungan Hidup
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kantor Kebudayaan dan pariwisata
Dinas Pertambangan dan Energi Kantor Sosial
Dinas Peternakan Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi
Dinas Pendapatan Daerah Kantor Pelayanan Terpadu
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

KECAMATAN

DESA KELURAHAN
GAMBAR 2.11
STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN KABUPATEN LANGKAT
Sumber: Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat, 2013
BUPATI

WAKIL BUPATI

BAPPEDA BPMDK BADAN KB DAN DINAS PUD DKP DINAS KESEHATAN BLH
PP

Bidang Fisik dan Bidang Cipta Karya Bidang Bidang Pencegahan Bidang
Prasarana KebersihanKarya dan Pemberantasan Pengendalian
Penyakit Pencemaran
Lingkungan

Bidang Pembinaan
Kesehatan Lingk. Dan
Keterangan: Masyarakat
BAPPEDA = Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
BPMDK = Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Kelurahan
BAdan KB dan PP = Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan
DINAS PUD = Dinas Pekrjaan Umum Daerah
DKP = Dinas Kebersihan dan Pertamanan
BLH = Badan Lingkungan Hidup
= Memiliki Tupoksi yang Terkait Secara Langsung Dengan Pembangunan Sanitasi
= Memiliki Tupoksi yang Terkait Secara Tidak Langsung Dengan Pembangunan Sanitasi

GAMBAR 2.12
SKPD YANG MEMILIKI KETERKAITAN TUPOKSI DENGAN PEMBANGUNAN SANITASI
Sumber: Hasil analisis, 2013
2.6.2 Peraturan Daerah Terkait Sanitasi dan Air Bersih

Beberapa peraturan daerah terkait sanitasi yang ada di Kabupaten Langkat antara lain sebagai berikut:

 Peraturan Daerah Kabupaten Langkat Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Retribusi Pelayanan Persampahan

Sampah/Kebersihan
 Peraturan Daerah Kabupaten Langkat Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Organisasi Dinas

Daerah Kabupaten Langkat.


 Peraturan Daerah Kabupaten Langkat Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Langkat Tahun 2013 – 2033.

Anda mungkin juga menyukai