“KEIMANAN”
Di susun oleh:
Puji dan syukur selalu terpanjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah
melimpahkan hidayah serta taufik-Nya karena berkat rahmat, karunia, serta
pertolongan-Nya sehingga dapat tersusun dan menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “KEIMANAN“
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita
nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikut beliau dari
dulu, sekarang, hingga akhir zaman.
Dan tentu saja dalam penyelesaian makalah ini tak lupa saya
menghaturkan ucapan terima kasih khususnya kepada :
Lailatul Isnaniah, S.Ag, M. Pd selaku pengajar mata kuliah Ulumul
Hadist
Kedua orang tua yang selalu memberikan motivasi kepada kami,
Saya menyadari dalam pembuatan makalah ini memang tidak mudah,
masih banyak kekurangan baik itu dari segi isi maupun penyusunan, untuk itu
saya berharap adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 1
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… i
ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...
BAB I 1
:PENDAHULUAN………………………………………………………..
A. Latar Belakang 1
Masalah...........................................................................
1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................
1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................
BAB II 2
:PEMBAHASAN.......................................................................................
A. Hubungan Iman, Islam, Ihsan, dan Hari 2
Kiamat....................................
B. Berkurangnya Iman dan Islam karena 9
Maksiat.....................................
C. Rasa Malu Sebagian dari Iman 1
……………………………………….... 0
D. Cabang-cabang Iman 1
………………………………………………….... 2
BAB III 1
:PENUTUP............................................................................................... 7
1
A. Kesimpulan.................................................................................................
7
1
DAFTAR PUSTAKA………………………………....………………………….
8
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam agama Islam memiliki tiga tingkatan yaitu Islam, Iman, Ihsan.
Tiap-tiap tingkatan memiliki rukun-rukun yang membangunnya.
Jika Islam dan Iman disebut secara bersamaan, maka yang dimaksud Islam
adalah amalan-amalan yang tampak dan mempunyai lima rukun. Sedangkan yang
dimaksud Iman adalah amal-amal batin yang memiliki enam rukun. Dan jika
keduanya berdiri sendiri-sendiri, maka masing-masing menyandang makna dan
hukumnya tersendiri.
Ihsan berarti berbuat baik. Orang yang berbuat Ihsan disebut muhsin
berarti orang yang berbuat baik.setiap perbuatan yang baik yang nampak pada
sikap jiwa dan prilaku yang sesuai atau dilandaskan pada aqidah da syariat Islam
disebut Ihsan. Dengan demikian akhlak dan Ihsan adalah dua pranata yang berada
pada suatu sistem yang lebih besar yang disebut akhlaqul karimah.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat kita simpulkan bahwa rumusan masalahnya
sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan iman, islam, ihsan dan hari kiamat?
2. Bagaimana penjelasan tentang berkurangnya iman karena maksiat?
3. Bagaimana penjelasan malu adalah sebagian dari iman?
4. Bagaimana penjelasan tentang cabang-cabang iman?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami pengertian iman, islam, ihsan dan hari kiamat.
2. Mengetahui dan memahami tentang berkurangnya iman karena maksiat.
3. Mengetahui dan memahami tentang malu adalah sebagian dari iman.
Mengetahui dan memahami tentang cabang-cabang iman.
1
BAB II
PEMBAHASAN
“Abu hurairah r.a. berkata, pada suatu hari ketika Nabi Muhammad SAW sedang
duduk bersama sahabat, tiba-tiba datang seorang laki-laki dan bertanya,
“Apakah iman itu?” Jawab Nabi SAW, “Iman adalah percaya kepada Allah SWT,
para malaikat-Nya, berhadapan dengan Allah, para Rasul-Nya, dan percaya
pada hari berbangkit dari kubur. Lalu laki-laki itu bertanya lagi, “Apakah islam
itu?” Jawab Nabi SAW, “Islam ialah menyembah kepada Allah dan tidak
menyekutukan-Nya dengan suatu apa pun, mendirikan shalat, menunaikan zakat
yang difardhukan, dan berpuasa di bulan Ramadhan”. Lalu laki-laki itu bertanya
lagi, “ Apakah Ihsan itu?” Jawab Nabi SAW, Ihsan ialahmenyembah kepada
Alah seakan-akan engkau melihat-Nya kalau engkau tidak mampu melihat-Nya,
ketahuilah bahwa Allah melihat-Mu”. Lalu laki-laki itu bertanya lagi: “ Apakah
hari kiamat itu?” Nabi SAW menjawab, “orang yang ditanya tidak lebih
mengetahui daripada yang bertanya, tetapi saya memberikan kepadamu
beberapa syarat (tanda-tanda) akan tibanya hari kiamat, yaitu jika budak sahaya
telah melahirkan majikannya, dan jika pengembala onta dan ternak lainnya telah
berlomba-lomba membangun gedung-gedung. Dan termasuk dalam lima macam
yang tidak dapat mengetahuinya kecuali Allah, yaitu tersebut dalam ayat Lukman
2
ayat 31-34, “ sesungguhnya Allah hanya pada sisi-Nya sajalah yang mengetahui
hari kiamat, dan Dia pula yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang
didalam rahim ibu, dan tiada seorang pun yang mengetahui apa yang akan
terjadi esok hari, dan tidak seorang pun yang mengetahui dimanakah ia akan
mati. Sesungguhnya maha mengetahui sedalam-dalamnya.” Kemudian pergilah
orang itu. Lalu Nabi SAW menyuruh sahabat, “Antarkanlah orang itu. Akan
tetapi, sahabat tidak melihat bekas orang itu. Maka Nabi SAW bersabda, “itu
adalah Malaikat Jibril a.s yang datang untuk mengajarkan agama kepada
manusia.”
2. Biografi perawi
Ahli hadits telah sepakat, beliau adalah sahabat yang paling banyak
meriwayatkan hadits. Abu Muhammad Ibnu Hazm mengatakan bahwa, dalam
Musnad Baqiy bin Makhlad terdapat lebih dari 5300 hadits yang diriwayatkan
oleh Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu.
3
Amr bin Ali al Fallas mengatakan, Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu
datang ke Madinah pada tahun terjadinya perang Khaibar pada bulan Muharram
tahun ke-7 H.
3. Penjelasan singkat
Atas dasar tersebut di atas, maka seseorang yang hanya menganut Islam
sebagai agama belumlah cukup tanpa dibarengi dengan iman. Sebaliknya, iman
tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari dengan Islam. Selanjutnya,
kebermaknaan Islam dan iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi
dengan ihsan, sebab ihsan mengandung konsep keikhlasan tanpa pamrih dalam
ibadah. Keterkaitan antara ketiga konsep di atas (Islam, iman, dan ihsan) dengan
hari kiamat karena karena hari kiamat (baca: akhirat) merupakan terminal tujuan
dari segala perjalanan manusia tempat menerima ganjaran dari segala aktifitas
manusia yang kepastaian kedatangannya menjadi rahasia Allah swt. Berikut ini
akan dibahas lebih rinci tentang iman, Islam, ihsan, dan hari kiamat.
a. Iman
4
Iman sering juga dikenal dengan istilah aqidah, yang berarti ikatan, yaitu
ikatan hati. Bahwa seseorang yang beriman mengikatkan hati dan perasaannya
dengan sesuatu kepercayaan yang tidak lagi ditukarnya dengan kepercayaan lain.
Aqidah tersebut akan menjadi pegangan dan pedoman hidup, mendarah daging
dalam diri yang tidak dapat dipisahkan lagi dari diri seorang mukmin. Bahkan
seorang mukmin sanggup berkorban segalanya, harta dan bahkan jiwa demi
mempertahankan aqidahnya.
Dalam hadis lain, yang senada dengan hadis di atas yang diriwayatkan
oleh Kahmas dan Sulaiman al-Tamimi, selain menyebutkan kelima hal di atas
sebagai kriteria iman, terdapat tambahan satu kriteria yaitu: beriman
kepada qadha dan qadar Allah, yang baik maupun yang buruk.
5
orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau
budak yang mereka miliki maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
Dengan demikian, iman saja tidaklah cukup, tetapi harus disertai berbagai
amal saleh sebagai perwujudan dari keyakinan tersebut. Sekedar kepercayaan
menyangkut sesuatu, belum dapat dinamai iman, karena iman menghasilkan
ketenangan. Karena itu pula iman berbeda dengan ilmu, karena ilmu tidak jarang
menghasilkan keresahan dalam hati pemiliknya, berbeda dengan iman. Meskipun
ilmu diibaratkan dengan air telaga, tetapi tidak jarang ia keruh. Tetapi iman ketika
diibaratkan dengan air bah dengan gemuruhnya, tetapi ia selalu jernih sehingga
menghasilkan ketenangan.
Disamping itu, iman dapat diibaratkan sebagai makanan rohani. Jiwa yang
kosong dari iman akan lemah dan hampa sebagaimana jasad yang tidak diberi
makan. Dengan demikian, iman merupakan inti kehidupan batin dan sekaligus
menjadi penyelamat dari siksa abadi di akhirat kelak.
b. Islam
Islam berasal dari akar kata kerja aslama secara harfiyah berarti kepatuhan
atau tindakan penyerahan diri seseorang sepenuhnya kepada kehendak orang lain.
Islam adalah kepatuhan menjalankan perintah Allah dengan segala keikhlasan dan
kesungguhan hati. Hal itu sesuai dengan arti kata Islam, yakni penyerahan.
Seorang muslim harus menyerahkan dirinya kepada Allah secara total karena
memang manusia diciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya.
Islam menurut istilah adalah agama yang dibawa oleh para utusan Allah
dan disempurnakan oleh Rasulullah saw. yang memiliki sumber pokok al-Qur’an
dan Sunnah Rasulullah saw. sebagai petunjuk kepada umat manusia sepanjang
masa. (Q.S. 48: 28, dan 5: 3).
6
dan diyakini akan adanya. Tauhid (pengesaan Allah) merupakan seruan pertama
dan terakhir dari Islam. Ia adalah suatu kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa
(faith in the unity of God). Suatu kepercayaan yang menegaskan bahwa hanya
Allah-lah yang mencipta, memberi hukum, mengatur alam semesta ini. Sebagai
konsekuensinya maka hanya Allah pulalah yang satu-satunya yang wajib
disembah.
رحملدثَّرمنراَ ِععبْرمبيمعد ِاللمنه ِببمعن ِعموُرسممىَ ِقرماَرل ِأربخبْرمررنرماَ ِرحبنظرلرمعة ِببمعن ِأرنبمم ِعسمبفيراَرن ِرعمبن ِنعبكنررممرة ِببمنن ِرخاَلنمدد ِرعمبن ِاببمنن ِععرممرر
ن صللىَ ِاللعه ِرعلربينه ِرورسلرم ِبعنن ِانلبسلرعم ِرعرلىَ ِرخب د ن ن
س ِرشمرهاَردة ِأربن ِرل ِإنلرمهر ر ررضري ِاللعه ِرعبنمعهرماَ ِقراَرل ِرقاَرل ِررعسوُعل ِالله ِ ر
صلرنة ِوإنيِتاَنء ِاللزركاَنة ِوابلجج ِو ن
)َ)رواه ِالبْخاَري.ضاَرن صبوُم ِرررم ر
ر ر رر ل ِاللعه ِروأرلن ِعمرلمددا ِررعسوُعل ِاللنه ِروإنرقاَنم ِال ل ر ر إن ل
Artinya: ‘Abdullah ibn Musa telah menceritakan kepada kami, ia berkata bahwa
Hanzhalah ibn Abi Sufyan telah memberitakan kepada kami, dari Ikrimah ibn
Khalid, dari ibn Umar r.a berkata: Rasulullah saw. telah bersabda: “Islam
didirikan atas lima perkara, yakni bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah swt,
dan Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat,
melaksanakan ibadah haji (ke Baitullah), dan berpuasa dibulan Ramadhan”. (H.R.
Al-Bukhari)
c. Ihsan
Ihsan secara bahasa berasal dari akar kata kerja ahsana-yuhsinu, yang
artinya adalah berbuat baik, sedangkan bentuk mashdarnya adalah ihsan yang
artinya kebaikan. Mengenai hal ini, Allah swt. berfirman dalam QS. an-Nahl (16):
90: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan ..........”
7
Pernyataan menyembah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-
Nya", mengandung arti bahwa dalam menyembah kepada-Nya, kita harus
bersungguh-sungguh, serius dan penuh keikhlasan serta melebihi sikap seorang
rakyat jelata ketika menghadap Raja. Dalam hati harus ditumbuhkan keyakinan
bahwa Allah seakan-akan berada di hadapannya, dan Dia melihat dirinya.
Sedangkan pernyataan "jika engkau tidak mampu melihat-Nya, ketahuilah bahwa
Allah melihatmu," maksudnya kita harus merasa bahwa Allah selamanya hadir
dan menyaksikan segala perbuatannya.
1. Ibadah
2. Muamalah
3. Akhlak.
8
melihat-Nya, dan jika kita tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah
senantiasa melihat kita”. Jika hal ini telah dicapai oleh seorang hamba, maka
sesungguhnya itulah puncak ihsan dalam ibadah.
d. Hari Kiamat
Percaya akan datangnya hari kiamat termasuk salah satu rukun iman yang
harus diyakini oleh semua orang yang beriman meskipun tidak ada yang tahu
kapan saatnya tiba. Bagi mereka yang beriman, misteri terjadinya hari kiamat
tidak akan mengurangi kadar keimanannya. Mereka justru lebih waspada dan
senantiasa meningkatkan amal kebaikan untuk bekal menghadapi-Nya.
4. Fiqh al-Hadis
1. Iman ialah percaya kepada Allah swt, para malaikat-Nya, pertemuan dengan
Allah, para Rasul-Nya, percaya kepada hari berbangkit dari kubur, dan percaya
kepada qadha dan qadar. Islam ialah menyembah kepada Allah dan tidak
menyekutukan-Nya dengan suatu apapun, mendirikan shalat, menunaikan zakat
yang difardhukan, berhaji, dan berpuasa di bulan Ramadhan; dan Ihsan ialah
menyembah kepada Allah seakan-akan kita melihat-Nya, kalau tidak mampu
melihat-Nya, harus diyakini bahwa Allah melihat kita.
2. Ketiga hal di atas, ditambah mempercayai terjadinya hari kiamat, yang tidak
seorangpun mengetahuinya kecuali Allah swt. merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan dalam membentuk jiwa untuk mengabdi kepada Allah
sehingga mendapat keridhaan-Nya.
9
َ ِإنماَ ِالممر ِواليسمر ِوالنصماَب ِوالزلم:ِ ِ– ِباَب ِقوُل ِال ِتعاَل1ِ ِكتاَب ِالشربة74ِ َ:ِ ي ِ ِفالبْعرخاَنر ي
(َ.ِ َ.ِ رجس ِمن ِعمل ِالشيطاَن
1. Terjemahan Hadits
Abu Hurairah r.a berkata bahwa Nabi saw.telah bersabda, tidak akan
berzina seorang pelacur di waktu berzina jika ia sedang beriman, dan tidak akan
meminum khamar seseorang di waktu meminum jika ia sedang beriman, dan
tidak akan mencuri seseorang di waktu mencuri jika iasedang beriman. Dan tidak
akan merampas rampasan yang berharga sehingga orang-orang membelalakkan
mata kepadanya ketika merampas jika ia sedang beriman.
2. Penjelasan Singkat
10
melakukan perbuatan maksiat. Dalam keadaan seperti ini, ia tetap beriman, hanya
saja keimanannya lemah (berkurang).
Ibnu Umar r.a. berkata bahwa Nabi SAW melewati (melihat) seorang
lelaki kaum Anshar yang sedang menasehati saudaranya karena malu, maka Nabi
SAW telah bersabda: Biarkanlah ia karena sesungguhnya malu itu sebagian dari
iman.
2. Penjelasan Singkat
Namun demikian, malu yang dimaksud dalam hadis di atas bukan dalam
arti bahasa, tetapi arti malu di sini adalah malu dalam mengerjakan hal-hal yang
jelek dan bertentangan dengan syariat maupun norma-norma etika Islam. Hal itu
dipertegas oleh hadis lain: Artinya : “Adam telah menceritakan kepada kami,
Syu’bah telah menceritakan kepada kami, dari Qatadah dari Abi al-Sawwar al-
µAdawiy ia berkata bahwa ia telah mendengar Imran bin Husain r.a berkata
bahwa Rasulullah SAW telah telah bersabda: Malu itu tidak aka menimbulkan
sesuatu kecuali kebaikan semata.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
11
Sehubungan dengan makna malu sebagaimana yang disebutkan di atas,
ulama merumuskan definisi malu sebagai berikut Artinya: Hakikat malu adalah
sifat atau perasaan yang mendorong untuk meninggalkan perbuatan jelek dan
menghalangi mengurangi hak orang lain” Menurut Abu al-Qasim (Junaid),
perasaan malu akan timbul bila memandang budi kebaikan dan melihat
kekurangan diri. Hampir senada dengan itu, al-Hulaimy berpendapat bahwa
hakikat malu adalah rasa takut untuk melaksanakan kejelekan. Diantara ulama,
ada pula yang berpendapat, sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibnu Hajar
dalam kitab Fathu al-Bary bahwa merasa malu dalam mengerjakan perbuatan
haram adalah wajib; dalam mengerjakan pekerjaan makruh adalah sunnah; dan
dalam mengerjakan perbuatan yang mubah adalah kebiasaan/adat. Perasaan malu
seperti itulah yang merupakan salah satu cabang iman.
1. Malu kepada Allah swt., maksudnya ialah malu melakukan maksiat kepadaAllah
karena menyadari besarnya nikmat Allah swt. yang dianugerahkan kepadanya.
2. Malu kepada sesama manusia, maksudnya menutup mata dari hal-hal yangtidak
berguna.Malu merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi manusia. Oleh sebab
itu, jika manusia telah kehilangan rasa malunya, maka ia tidak ada lagi
bedanyadengan binatang. Kehilangan rasa malu akan menyebabkan orang
menjadi permissif, sehingga membenarkan segala cara demi untuk kepuasan
naluri kemanusiaannya dan bahkan naluri dan kebinatangan yang ada pada
dirinya.
D. Cabang-cabang Iman
ٌ ِأربو،سبْمععوُرن
ضمنع ِرو ر ب َ ِا بنليرماَعن ِبن ب:ِ صمللىَ ِاللعه ِرعلربيمنه ِرورسملرم ن ن
رعبن ِأرنب ِعهرريِبمرررة ِررضري ِاللعه ِرعبنمعه ِقرماَرل ِرقاَرل ِررعسمبوُعل ِالم ِ ر
ٌ ِروابلريرماَعء ِعشمبعبْرةن،ٌ ِروأربدرناَرهماَ ِإنرماَطرمعة ِابلررذىَ ِرعمنن ِالطلنريِمنق،َ ِرل ِإنلرره ِإنلل ِاللمعه:ِ ضلعرهاَ ِقرمبوُعل بن ب ن
ٌ ِفرأرفب ر،ضنع ِروستتوُرن ِعشبعبْردة
نمرن ِابنلرياَنن
12
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Iman itu ada tujuh puluh cabang lebih, atau enam
puluh cabang lebih. Yang paling utama yaitu perkataan Lâ ilâha illallâh, dan
yang paling ringan yaitu menyingkirkan gangguan dari jalan.Dan malu itu
termasuk bagian dari iman.
SYARAH HADITS
Hadits ini menunjukkan bahwa iman mencakup keyakinan dan perbuatan hati,
amalan anggota badan, perkataan lisan, serta semua yang bisa mendekatkan diri
kepada Allâh Azza wa Jalla , juga segala yang dicintai dan diridhai-Nya, baik
yang wajib maupun yang mustahabb. Itu semua masuk dalam iman.
Iman itu ada tujuh puluh cabang lebih , atau enam puluh cabang lebih
Definisi iman menurut Ahlussunnah wal Jama’ah bahwa dien dan iman adalah
ucapan dan perbuatan; perkataan hati dan lisan, amalan hati, lisan dan anggota
tubuh. Iman itu bertambah dengan sebab ketaatan dan bisa berkurang dengan
sebab perbuatan dosa dan maksiat.
Dalam hadits ini disebutkan iman yang paling utama, yang paling rendah, serta
yang pertengahan. Yang pertengahan yaitu malu. Malu disebutkan di sini, karena
ia merupakan faktor terkuat yang mendorong seseorang mengerjakan seluruh
cabang keimanan. Orang merasa malu terhadap Allâh Azza wa Jalla karena
menyadari nikmat Allâh Azza wa Jalla yang melimpah kepadanya,
kedermawanan-Nya, kemuliaan nama-nama dan sifat-sifat-Nya –sementara dia
seorang hamba yang sangat banyak kekurangannya terhadap Rabbnya Yang Maha
Mulia dan Maha Besar, dia menzhalimi dirinya dan bermaksiat. Kesadaran ini
mengharuskan dirinya memiliki rasa malu untuk mencegahnya dari (berbuat)
kejahatan dan mengerjakan segala kewajiban dan keutamaan-keutamaan.
Cabang iman yang paling tinggi, paling pokoknya, akar dan pondasi iman adalah
perkataan هل إإلهااهه إإلل ااااdengan jujur dari hatinya, dalam keadaan tahu, sadar dan
13
meyakini bahwa tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali hanya
Allâh semata. Allâh Azza wa Jalla, Rabb yang mengurusnya dan mengurus
seluruh alam dengan keutamaan dan kebaikan-Nya. Segala sesuatu itu selain Allâh
Azza wa Jalla itu faqir, hanya Allâh Yang Maha Kaya. Segala sesuatu itu lemah,
hanya Allâh Yang Maha Kuat. Kemudian seorang hamba beribadah kepada Allâh
Azza wa Jalla dalam setiap keadaan, mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya.
Karena semua cabang-cabang iman itu merupakan cabang dan buah dari pokok
ini.
Hadits ini juga menunjukkan bahwa sebagian iman itu kembali kepada
pengikhlasan ibadah kepada Allâh dan sebagiannya lagi kembali kepada berbuat
baik kepada sesama makhluk.
Kalimat syahadat merupakan kalimat yang paling agung dan memiliki banyak
keutamaan. Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah mengatakan, “Aku
bersaksi bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi dengan benar
selain Allâh. Kalimat yang menjadi tegak dengannya langit dan bumi. Semua
makhluk diciptakan karena kalimat ini. Dengan (membawa misi) kalimat itu,
Allâh Azza wa Jalla mengutus para Rasul-Nya, menurunkan Kitab-kitab-Nya, dan
menetapkan syari’at-Nya. Dengan sebab kalimat itulah mizan (timbangan)
diadakan, diletakkan catatan-catatan amal, serta manusia digiring menuju surga
atau neraka. Dengan sebab kalimat ini, makhluk terbagi menjadi dua: Mukmin
dan kafir, serta yang baik dan yang jahat. Kalimat itu adalah pangkal dari
penciptaan, perintah, pahala, dan siksa. Ia adalah kebenaran yang karenanya
makhluk diciptakan. Tentangnya dan tentang hak-haknya diadakan pertanyaan
dan hisab (perhitungan). Atas dasar kalimat itulah ada pahala dan siksa, kiblat
dipancangkan, dan azas-azas agama diletakkan. Dan karena kalimat inilah
pedang-pedang jihad dihunus. Dia adalah hak Allâh Subhanahu wa Ta’ala atas
segenap makhluk-Nya. Dia adalah kalimat Islam dan kunci negeri kesejahteraan
(Surga). Tentangnyalah makhluk yang pertama dan yang terakhir akan ditanya.
Sungguh, kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser di hadapan Allâh Azza
wa Jalla sampai dia tanya tentang dua pertanyaan:
14
1. Apa yang dahulu engkau ibadahi?
15
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ي نن لررقبد ِرأريِت ِرجلد ِيِمتمرقلب ِنف ِالنلنة ِنف ِرشجردة ِقرطرعهاَ ِنمن ِظرهنر ِالطلنريِنق ِركاَنر ن
ت ِتعمبؤذي ِالبعمبسلم ب ر
ب ب رر ر ر ب ب ر ر ب ع ر ع رر ع
نن َ ِوا ن:ِ ٌ ِفرمرقمماَرل،ِ َ ِمملر ِرجمل ِبنغعصمنن ِرشمجردة ِعلرمىَ ِظرهمنر ِطرنريِمدق:ِ ونفمم ِنروايِمدة
ي ِرهمرذا ِرعمنن ِالبعمبسملم ب ر
ي ِرل لم ِرلعنمرجح م ر ل ر ب رر ر ر رر ر رع ن ب
ٌ ِفرأعبدنخرل ِالبمجمرنلةر،ِ يِمعبؤنذيِبنهبم
Dalam riwayat lain: Ada laki-laki yang melewati batang pohon yang berada di
tengah jalan, lalu ia berkata, ‘Demi Allâh! Saya akan menyingkirkannya agar
tidak mengganggu kaum Muslimin.’ Maka (dengan itu) ia dimasukkan ke surga.”
ٌ ِفرمغررفمرر،ِ صرن ِرشبوُدك ِرعرلىَ ِالطلنريِبنق ِفرأرلخررعه ِفررشمركرر ِالمعم ِلرمعه ن د
َ ِبربميمنررماَ ِررعجنل ِريبشي ِبنرطريِبدق ِرورجرد ِغع ب:ِ َرونف ِنرروايِرة ِرلعرما
لرهع
Dalam riwayat lain di al-Bukhâri dan Muslim, “Suatu hari seseorang melewati
sebuah jalan lalu mendapati dahan berduri di jalan tersebut. Lalu ia
menyingkirkannya, kemudian dengan itu Allâh berterima kasih kepadanya dan
mengampuninya.”
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Malu kepada Allah swt., maksudnya ialah malu melakukan maksiat kepadaAllah
karena menyadari besarnya nikmat Allah swt. yang dianugerahkankepadanya.
2. Malu kepada sesama manusia, maksudnya menutup mata dari hal-hal yangtidak
berguna.Malu merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi manusia. Oleh sebab
itu, jika manusia telah kehilangan rasa malunya, maka ia tidak ada lagi
bedanyadengan binatang. Kehilangan rasa malu akan menyebabkan orang
menjadi permissif, sehingga membenarkan segala cara demi untuk kepuasan
nalurikemanusiaannya dan bahkan naluri dan kebinatangan yang ada pada dirinya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Al-Shan’aniy, Muhammad bin Ismailm, Subul al-Salam. Juz IV. Cet. IV; Beirut: Dar Ihya al-
Turats al-Arabiy, 1379 H.
Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail Abu Abdullah. Shahih al-Bukhari, op.cit., h. 2240;
Muslim bin al-Hajjaj Abu al-Husain al-Qusyairiy an-Naisaburi, Shahih
Muslim, juz I. Beirut: Dar Ihya al-Turats al-‘Arabiy, t.th.
Baqi, Muhammad Fuad Abdul. Allu’lu’u Wal Marjan. Aqwam medika. 2014.
Samarqandi, Al-Faqih Abu Laits. Ghafilin, Tanhibul. Pembangun Jiwa Moral Umat.
(penerjemah Abu Imam Taqiyuddin). Malang: Dar al-Ihya, 1986.
Syafie’i, Rachmat. Aqidah, Akhlak, Sosial, dan Hukum. Pustaka Setya: 2000.
18