Anda di halaman 1dari 6

TARI KUDA LUMPING

Tari Kuda Lumping berasal dari Jawa Tengah, Timur dan Yogyakarta. Tarian ini disebut juga
sebagai Jathilan, ciri khas yang dimilikinya yakni sekelompok orang yang menari dengan
bantuan properti kuda, yang dirancang khusus untuk para penari.
Nama Lain Tari Kuda Lumping juga berbeda pada beberapa daerah, misalnya di Jawa Barat
Kuda Lumping, Jaranan Buto (Banyuwangi), Jaran Kepang (Surabaya), Jaranan Turonggo
Yakso (Trenggalek), Jathilan Hamengkubuwono (Yogyakarta dan Jawa Tengah) dan Jaranan
Sang Hyang (Bali).
Salah satu Keunikan Tari Kuda Lumping paling menonjol adalah suguhan Kesurupan yang
dipertontonkan secara bebas, dibawah pengendalian seorang Pawang. Selain itu, juga ada
atraksi kekebalan badan, kekuatan magis, memakan beling dan lainnya.
1. Sejarah Tari Kuda Lumping
Untuk sejarah Asal-usul Tari Kuda Lumping, sampai sekarang sebenarnya masih simpang
siur. Ada banyak sekali versi yang bertebaran di internet, dimana tiap-tiap versi masih belum
jelas sumber asli maupun kebenarannya.
Setidaknya, ada 5 versi yang mengusung Sejarah terbentuknya Tari Kuda Lumping Jawa
tengah ini, antara lain adalah :
 Versi ke-1 : Telah ada sejak zaman primitif dulu, dimana tarian ini digunakan dalam
upacara adat maupun ritual yang bersifat magis. Awalnya, seluruh properti yang
digunakan sangat sederhana, namun terus berubah seiring perkembangan zaman.
 Versi ke-2 : Apresiasi dari bentuk dukungan penuh oleh masyarakat jelata, atas
perjuangan Pangeran Diponegoro beserta pasukan berkudanya, dalam melawan dan
mengusir para penjajah.
 Versi ke-3 : Pada versi ini, menceritakan asal usul tarian Kuda Lumping yang tercipta
atas gambaran terhadap perjuangan Raden Patah beserta Sunan Kalijaga dan para
pasukan, dalam mengusir para penjajah Nusantara.
 Versi ke-4 : Tarian ini berasal atas penggambaran proses latihan pasukan perang
Kerajaan Mataram, yang dikomandoi oleh Sultan Hamengku Buwono I, dalam
menghadapi Belanda.
 Versi ke-5 : Versi terakhir ini adalah versi paling komplit, yakni cerita tentang
seorang raja yang sangat sakti di tanah Jawa.
Intinya, meski seluruh argumen di atas belum teruji kebenarannya, namun bukanlah menjadi
masalah. Yang jelas, ini adalah kebudayaan asli, sekaligus bukti kekayaan Indonesia sejak
zaman dahulu.
2. Properti Tari Kuda Lumping
Setelah mengetahui pengertian, asal dan sejarahnya di atas, sekarang kita masuk ke bagian
properti / alat pendukung, yang digunakan dalam pertunjukan tari kuda lumping.
Kita mengenal perlengkapan tari Kuda Lumping sangat identik dengan anyaman bambu,
yang dibentuk menjadi sebuah tunggangan mirip Kuda. Penari seakan-akan sedang menaiki
kuda tersebut, sambil melakukan aksi akrobatiknya.
Namun ternyata, properti yang digunakan sangat banyak, lho, sebut saja seperti penutup
kepala, rompi, kostum, selendang, sabuk hias, kaca mata dan masih banyak lagi. Nah, di
bawah ini adalah penjelasan singkat dari masing-masingnya :
2. 1. Bambu
Properti pertama adalah bambu. Bambu ini nantinya akan dianyam dan dibentuk menyerupai
kuda, kemudian hasil anyaman akan menjadi tunggangan para penari dalam melakukan
aksinya. Saat ini, tidak hanya bambu saja, namun bisa juga terbuat dari plastik, dalam rangka
menghemat budget.
2. 2. Baju
Yakni baju atasan para penari yang bentuknya pun sangat beragam. Namun yang paling
umum ialah kameja dan bentuk kaos, dengan warna yang notabene cerah. Baju atasan ini
kemudian akan dipalut oleh rompi dan Apok.
2. 3. Celana Panjang
Berikutnya adalah celana panjang. Posisinya pun agak menggantung, yakni di atas mata kaki,
otu bertujuan untuk memudahkan penari dalam bergerak, agar terkesan lincah. Di bagian atas
setara pinggul, akan dilampisi dengan selendang yang umumnya bercorak batik.
2. 4. Kaos Kaki
Berikutnya ada Kaos Kaki. Meskipun tidak diwajibkan untuk dipakai, namun banyak
kelompok penari yang tetap memakainya dengan 2 alasan. Yang pertama, dijadikan sebagai
penghias tambahan, yang kedua yaitu untuk menghindari bahaya di luar kendali.
2. 5. Gelang
Fungsi Gelang disini dijadikan sebagai penghias. Biasanya, motif gelang yang dipakai
bermacam-macam, namun umumnya berwarna kuning keemasan. Gelang akan dipakai oleh
penari pria maupun wanita saat pementasan berlangsung.
2. 6. Sesumping
Sesumping adalah hiasan yang terdapat pada telinga penari. Sama halnya dengan kaos kaki,
yang tidak semua harus memakai. Warna keemasan akan memancarkan kilauan cahaya.
Bentuknya mirip seperti yang dipakai dalam pertunjukan wayang orang.
2. 7. Apok
Properti Tari Kuda Lumping berikutnya bernama Apok, yakni lapisan penutup terakhir
setelah baji dalam dan rompi, bentuknya unik dan khusus. Apok dilambangkan sebagai
simbol kegagahan dan keperkasaan penari pria, terletak di bagian dada hingga menjulur ke
belakang.
2. 8. Rompi
Rompi pada kuda lumping adalah lapisan antara kaos bagian dalam dan Apok. Umumnya,
Rompi hanya diwajibkan kepada penari wanita saja. Selain itu, motif yang dipakai pada tiap-
tiap Paguyuban juga beranekaragam, menyesuaikan keinginan dan ciri khas daerah masing-
masing.
2. 9. Penutup Kepala
Penutup kepala lebih identik terhadap penari wanita, karena dijadikan simbol sebagai
pelindung kepala, ketika pasukan wanita pergi berjuang ke medan perang. Namun bukan
berarti, penari pria tidak boleh memakainya.
2. 10. Sabuk Hias
Fungsi utama sabuk hias adalah sebagai pengikat untuk menguatkan keseluruhan kostum
yang dipakai, sama halnya dengan ikat pinggang. Warna yang digunakan juga terkomunikasi
dengan tata busana yang dikenakan, namun lebih dominan berwarna hitam.
2. 11. Selendang
Perlengkapan Tari Kuda Lumping berikutnya ialah selendang, fungsi utamanya sama dengan
sabuk hias yakni sebagai pengikat, sekaligus hiasan tambahan. Untuk kriterianya, tiap-tiap
Paguyuban bisa saja berbeda, baik dari segi corak, warna hingga motif.
2. 12. Kacamata Hitam
Bukan bermaksud bergaya, namun kacamata hitam berfungai agar gerak-gerik mata penari
tidak terlihat oleh penonton, karena bola mata mereka akan sangat liar, ketika proses
pementasan berlangsung, apalagi jika mantra-mantra sang pawang telah berjalan.
2. 13. Ikat Kepala
Ikat kepala merupakan properti tambahan yang sifatnya tidak wajib, warna yang dipakai juga
menyesuaikan dengan keseluruhan warna kostum. Namun, setiap kelompok tari pasti
berbeda, terlebih saat bermain secara bersamaan.
2. 14. Cambuk
Cambuk disebut juga sebagai Cemeti. Hampir semua penari akan memegang cambuk pribadi
saat proses pertunjukan. Namun ada 1 atau 2 cambuk yang panjangnya hingga 2 meter,
cambuk ini sifatnya khusus dan jika dihempaskan ke lantai / tanah, maka akan mengeluarkan
suara yang keras dan nyaring.
2. 15. Parang Imitasi
Parang yang dibuat biasanya berbahan kayu, dengan kombinasi cat yang beragam, sehingga
terkesan seperti pedang sungguhan. Makna pedang imitasi ini adalah simbol perlawanan
rakyat pribumi terhadap penjajah. Sehingga, penari akan memainkan seakan-akan mereka
sedang berada di tengah perang yang berkecamuk.
3. Makna Tari Kuda Lumping
Kesenian Kuda Lumping merupakan salah satu pertunjukan, yang benar-benar mengusung
hal mistis didalamnya. Perpaduan antara alam gaib dan nyata akan mengundang decak kagum
para penonton, karena berbagai atraksi yang dilakukan diluar kemampuan manusia secara
sadar.
Tradisi Kuda Lumping umumnya ditampilkan pada berbagai acara khsus, maupun umum,
misalnya seperti pesta pernikahan, penyambutan tokoh terhormat, perayaan hari-hari besar,
acara syukuran, dan momen-momen lainnya.
Fase yang mengandung kekuatan supernatural didalam pertunjukannya, akan terlihat ketika
para penari memamerkan aksi mengunyah kaca, memakan bara api, berjalan di atas pecahan
beling hingga melompat ke atas bara api. Uniknya lagi, mereka menari dalam keadaan
kesurupan.
Namun dibalik ciri khas dan kengeriannya tersebut, Makna Tari Kuda Lumping yang
dipentaskan ternyata juga punya tujuan tersendiri. Makna tersebut antara lain adalah :
3. 1. Penggambaran Watak Manusia
Meski keberadaan mistis dan magis di dalam tarian kuda lumping ini, ternyata makna yang
terkandung didalamnya mengaplikasikan sikap dan sifat manusia selama hidup di dunia, ada
sifat yang baik, ada pula yang jahat.
Hal ini bisa terlihat jelas saat permulaan pertunjukkan, yakni ketika penari yang menarik
dengan anggun, lembut dan baik-baik saja, namun sesaat ketika roh gaib masuk, sikap dan
sifatnya langsung berubah kontan menjadi beringas, liar dan susah dikontrol.
3. 2. Percaya bahwa Alam Gaib itu Ada
Karakteristik utama Tari Kuda Lumping adalah perpaduan antara alam nyata dan gaib. Dalam
tarian ini, para penari membuktikan kepada semua orang bahwa Alam Gaib itu bukan hanya
sebatas cerita saja, namun keberadaannya memang benar ada.
Buktinya, penari bisa kesurupan secara penuh tanpa adanya kesadaran. Selain itu, keberanian
dan kenekatan mereka untuk melakukan atraksi-atraksi diluar kemampuan manusia biasa,
tidak akan bisa dilakukan tanpa adanya bantuan Makhluk Halus, atas izin Allah SWT.
4. Alat Musik Pengiring Tari Kuda Lumping
Umumnya, hampir seluruh tari tradisional di Indonesia menggunakan berbagai alat musik
pengiring, untuk mengiringi gerak tari, mulai dari pembuka sampai ke penutup. Namun, ada
juga beberapa yang terkadang tidak menggunakannya.
Untuk Tarian Kuda Lumping sendiri, disebut dengan Gamelan, diantaranya yakni Gong,
Bonang (Kenong), Saron dan Kendang. Sebenarnya, masih ada properti tambahan lain seperti
Kecrek, Piano dan juga Drum, terutama pada jenis Kreasi Baru.
Namun secara inti, adalah Gamelan dengan beberapa jenis alat musiknya. Berikut penjelasan
singkat mengenai alat-alat Gamelan tersebut untuk kamu :
4. 1. Gong
Gong adalah alat musik yang terbuat dari besi atau perunggu, dengan bentuk melingkar dan
diamater yang beragam. Di bagian tengahnya terdapat lingkaran yang agak menonjol ke
depan (mirip belahan patok kelapa), yang menjadi bagian untuk dipukul.
Bunyi yang dihasilkan berdengung. Jenis gong yang dibutuhkan antara lain Gong Kempul
dan Gong Suwukan. Keduanya sama-sama wajib ada dan dibutuhkan.
4. 2. Bonang
Disebut juga dengan Kenong. Bentuk fisiknya tidak jauh berbeda dengan Gong, hanya saja
ukurannya jauh lebih kecil, sebesar piring makan. Letaknya juga berbeda, jika Gong biasanya
digantung vertikal, sedangkan Bonang diletakkan horizontal / datar.
Bahan pembuatannya juga dari besi atau perunggu, dengan kayu pemukul dari Munggur. Di
berbagai tarian dan budaya Minang, disebut dengan nama Talempong. Untuk kisaran
harganya, bisa mencapai 700 ribu – 1 juta rupiah.
4. 3. Saron
Alat Musik Kuda Lumping berikutnya bernama Saron. Bahannya masih terbuat dari besi,
perunggu ataupun kuningan, namun bentuknya persegi panjang dan pipih, serta diletakkan
secara horizontal. Suara yang dihasilkan mirip suara lonceng, tapi ini berdering.
Jenis Saron yang dipakai diantaranya Saron Slendro dan Saron Pelog. Untuk jumlah bilah,
Saron dengan Laras Pelog umumnya memiliki 7 bilah, sedangkan untuk Saron Laras Slendro
memiliki 7 bilah, namun ada juga yang 9 hingga 12 bilah.
4. 4. Kendang
Kendang atau gendang adalah salah satu alat musik wajib dalam kesenian kuda lumping.
Minimal terdapat 2 jenis kendang yang harus ada, yakni Kendang Sabet dan Kendang Bem
(Gedug).
4. 5. Perlengkapan Gamelan Lainnya
Untuk melengkapi Gamelan Kuda Lumping / Jaranan, kamu juga bisa menambahkan
beberapa peralatan lainnya, yakni sebagai berikut :
 Kendang Gandrung (Banyuwangi) : Kendang berukuran pendek, dapat dipakai untuk
mengiringi lagu-lagu Kendang Kempul Banyuwangian, dan juga untuk Tarian Jaranan
Buto.
 Kendang Bali : Kendang berukuran panjang, kendang ini dapat melengkapi untuk
pementasan Tari Legong Bali, Tari Pendet atau juga untuk tari-tarian lain yang biasa
dipentaskan dalam Janger.
 Kecrek / Ceng-ceng : alat ini dapat meramaikan dalam tarian Janger atau tarian Bali.
 Saron Janger : Saron Janger atau mungkin lebih jelasnya adalah Saron dengan laras
Bali, jenis Saron ini biasanya dipakai untuk mengiringi music dalam Kesenian Janger
Banyuwangi.
Selain itu, juga ada peralatan musik lainnya seperti Terompet, seruling dan bende. Properti
alternatif ini menyesuaikan dengan keadaan penampilan, dan berbagai pertimbangan lainnya.
5. Fungsi Tarian Kuda Lumping bagi Kehidupan
Sama halnya seperti berbagai tarian daerah yang lain, tarian ini juga mengusung fungsi-
fungsi penting didalamnya, yang bisa diaplikasikan ke kehidupan sehari-hari, terutama kita
sebagai makhluk sosial di tengah masyarakat.
5. 1. Bidang Pendidikan
Seperti yang telah saya jelaskan di atas, bahwa pementasan kuda lumping merupakan
penggambaran atas watak manusia, yang baik dan jelek. Disini, banyak nilai dan norma yang
tersalurkan, dengan mengajak manusia untuk bisa terus berbuat baik, selagi dalam keadaan
akal yang sehat.
5. 2. Bidang Hiburan
Dengan adanya pertunjukan kesenian kuda lumping di berbagai daerah, bisa dijadikan
sebagai hiburan banyak orang. Kamu bisa saksikan sendiri bagaimana keantusiasan para
penonton, dalam menikmati setiap pertunjukkan spektakuler yang disajikan dengan apik.
5. 3. Bidang Sosial
Kuda Lumping adalah jenis tarian yang dimainkam secara komplit, mulai dari pawang, para
penari hingga pemain musik pengiring. Untuk menciptakan penampilan yang maksimal,
seluruhan elemen harus bekerjasama dengan baik. Jika salah satunya saja lalai, maka hasilnya
tidak akan maksimal.
5. 4. Bidang Kepercayaan
Sejak kecil, kita diajarkan untuk selalu yakin dan percaya, bahwa keneradaan alam gaib itu
benar-benar ada. Nah, dalam pementasan Kuda Lumping, hal ini sangat terlihat jelas, bahkan
dijadikan ciri khas utama, yang membedakannya dengan tarian-tarian yang lain.

Anda mungkin juga menyukai