Anda di halaman 1dari 5

TUGAS ENDAPAN MINERAL

ARTIKEL REE DI INDONESIA

Disusun Oleh :
DANDHY BRAMANTYA PUTRA (111.170.096)
GAMALIEL DUTA BUANA (111.170.124)

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019
REE DI INDONESIA

Di bumi ini terdapat beragam sekali unsur seperti yang kita ketahui pada tabel periodik
unsur. Dari golongan unsur A, B, dan unsur tanah jarang. Unsur tanah jarang ini sangat sedikit
di bumi. Kegunaannyapun saat ini sedang naik akibat adanya kemajuan teknologi yang kian
cepat. Unsur tanah jarang atau yang biasa disebut REE (Rare Earth Element) merupakan bagian
dari unsur logam yang ada di bumi dan sangat dibutuhkan untuk perkembangan teknologi.
Istilah tanah jarang diusulkan oleh Johann Gadolin (1997). Disebut “Langka” karena saat
pertama kali ditemukan unsur tanah jarang dianggap hadir dalam kerak bumi dalam jumlah
kecil. Pada awalnya pemanfaat REE ini hanya diproduksi dalam jumlah yang kecil dari deposit
kecil seperti pegmatite granit di mana lingkungan geologi pertama kali ditemukan. Logam
tanah jarang pertama kali ditemukan pada tahun 1787 oleh seorang letnan angkatan bersenjata
Swedia bernama Karl Axel Arrhenius yang mengumpulkan mineral ytterbite dari tambang
felldspar dan kuarsa dekat desa ytterbite.

Unsur-unsur tanah jarang cenderung terbentuk secara alamiah sebagai gabungan dari
sebagian unsur-unsur tanah jarang tertentu. Pada sektor produksi permintaan unsur-unsur tanah
jarang sangatlah banyak dipertimbangkan oleh berbagai faktor, seperti: katalis minyak bumi
dan pemecah kompleks susunan kimia, metalurgi, keramik dan gelas; pengembangan magnet,
listrik, dan penelitian lainnya. Keterdapatan REE sendiri berdasarkan pada hubungannya
dengan komposisi magma teragi menjadi tiga, yaitu:

1. Kelompok mineral dengan kandungan konsentrasi REE sangat kecil, termasuk sebagian
besar mineral pembentuk batuan. Tingkat konsentrasi relatifnya terkait dengan variasi
pola distribusi unsur-unsur tanah jarang ringan (Light Rare Earth Elements/LREE) dan
berat (Heavy Rare Earth Elements/LREE) di dalam mineral-mineral tersebut.
2. Kelompok mineral dengan sedikit kandungan REE tetapi merupakan bahan inti, terdiri
atas mineral-mineral mengansung >0,01 wt% REE (Hermann, di dalam Wedepohl,
1970), besar kemungkinan memperlihatkan tren khusus distribusi unsur-unsur tersebut.
3. Kelompok mineral ddengan kandungan terutama REE yang termasuk ke dalam kategori
kaya kandungan lantanid, serupa dengan mineral-mineral mengandung kadar REE
renndah, seperti alanit (salah satu mineral dari kelompok epidot yang mengandung Cc)
dan ytrofluorit (fluorit mengandung Y).
Beberapa ratus ppm mineral lantanida dapat terkandung dalam batuan beku baik yang utama
maupun asesori.

Sumber daya tanah jarang dunia terdapat dalam beberapa tipe cebakan. China sebagai
penghasil tanah jarang terbesar di dunia, mempunyai cebakan tanah jarang dalam bentuk
cebakan primer berupa produk sampingan dari tambang bijih besi, dan sekunder berupa
endapan aluvial dan cebakan lateritik. Mineral tanah jarang di Indonesia dihasilkan sebagai
mineral ikutan pada cebakan timah aluvial dan emas aluvial. Selain itu sumber daya tanah
jarang di Indonesia dijumpai juga bersama dengan cebakan uranium, seperti dijumpai di daerah
Rirang Kalimantan Barat.

Di Indonesia, mineral tanah jarang yang telah diusahakan terdapat di sepanjang jalur
timah dan di Kalimantan. Mineral tanah jarang di Kalimantan Barat terdapat berasosiasi dengan
cebakan uranium. Zirkon di Kalimantan sebagai mineral ikutan endapan emas aluvial. Pada
jalur timah mineral tanah jarang umum dijumpai berupa monasit, xenotim dan zirkon, yang
pada pengolahan secara gravitasi, magnetik dan elektrostatik akan terpisah sebagai produk
sampingan dari pengolahan timah.

Pada neraca Pusat Sumber Daya Geologi, tahun 2007, tercatat sumber daya bijih
monasit 185.992 ton. Potensi tersebut terdapat pada daerah-daerah penghasil timah utama
meliputi Bangka, Belitung, Kundur dan Kampar. Sedangkan perkembangan akhir-akhir ini
dengan kegiatan eksplorasi yang semakin intensif, temuan sumber daya monasit akan
meningkat.
Selain terdapat sebagai mineral ikutan pada bijih timah dan emas aluvial, mineral tanah
jarang terdapat juga bersama dengan bijih uranium. Bijih uranium di Rirang, Kalimantan Barat
adalah tipe monasit yang diambil dari lembah Rirang Atas, Tengah dan Bawah. Kandungan
unsur dalam bijih Rirang mempunyai nilai ekonomi cukup potensial yaitu uranium (U) 8528,75
ppm, unsur tanah jarang (UTJO3) 60,85 %, fosfat (PO4) 32,84 % dan thorium (Th) 861,5 ppm
(Erni dkk., 2004).

Pemanfaatan tanah jarang sudah sangat beragam di dunia industri. Dari berbagai
macam pemanfaatan logam tanah jarang, dapat disimpulkan bahwa material ini merupakan
material masa depan. Mengingat bahwa material tersebut menjadi pemicu lahirnya teknologi
baru yang masih akan terus berkembang seperti LCD, magnet, dan baterai hybrid. Hal ini
mengakibatkan permintaan logam tanah jarang yang akan terus meningkat. Industri logam
tanah jarang menjadi sebuah industri yang menjanjikan yang akan berpotensi terus berkembang
di masa depan.

Potensi besar dari logam tanah jarang tersebut akan sangat menguntungkan jika
Indonesia turut serta untuk mengembangkannya. Terlebih lagi pasir mineral tanah jarang
sebagai sumber logam tanah jarang, sebagian hanya dijadikan sebagai sampah buangan
tambang timah, atau pemanfaatan pasir darat dan laut untuk bahan urug dari daerah jalur timah
yang belum memperhitungkan kandungan mineral tanah jarang.

Pemanfaatan logam tanah jarang akan mampu membuka Indonesia terhadap


penguasaan dan pengembangan teknologi, terutama teknologi elektronik. Peningkatan kualitas
industri metalurgi di Indonesia, dan banyak manfaat yang dapat diperoleh Indonesia dari
pengolahan logam tanah jarang terutama meningkatkan perkembangan industri.

Referensi:

Herman, Danny Z. 2009. njauan Kemungkinan Sebaran Unsur Tanah Jarang (REE) di
Lingkungan Panas Bumi (Contoh kasus lapangan panas bumi Dieng, Jawa Tengah).
Bandung: Museum Geologi, Pusat Survey Geologi, Badan Geologi.

Suprapto, Subtanto Joko. 2009. TINJAUAN TENTANG UNSUR TANAH JARANG. Pusat
Sumber Daya Geologi.

Usman, Dudi Nasrudi. 2015. RARE EARTH MINERAL Keterdapatan dan Pentingnya REE.
Bandung: Program Pascasarjana Universitas Padjajarn.

Anda mungkin juga menyukai