Anda di halaman 1dari 7

Hayreddin Barbarossa, Si

Kapten Berjanggut Merah


Hayreddin Barbarossa Pasha, atau yang dalam Bahasa Turki bernama Barbaros Hayrettin
Paşa, dikenal juga dengan Hizir Reis sebelum dipromosikan menjadi tingkatan Pasha dan
menjadi Kapudan-ı Derya (Laksamana Armada Utsmaniyyah. Namanya dalam bahasa Barbar
adalah Xireddin Barbarussa. Ia adalah seorang pemilik dan pemimpin kapal perang pribadi
sekaligus laksamana Utsmaniyah yang mendominasi Mediterania selama beberapa dekade.
Dia lahir di Pulau Midili (bagian dari Yunani dan bernama Lesbos) dan meninggal dunia di
Istanbul.

Nama aslinya adalah Yakupoğlu Hızır atau Hızır anak dari Yakup. Hayreddin (dalam bahasa
Arab Khairuddin, yang mana memiliki arti “kebaikan dalam agama Islam) adalah nama yang
diberikan oleh Sultan Sulaiman yang Agung. Dia kemudian dikenal dengan Barbarossa di
Eropa, nama yang diwarisinya dari kakaknya Baba Oruç (Ayah Aruj) setelah Oruç terbunuh
pada pertempuran dengan Spanyol di Aljazair. Secara tidak sengaja nama ini terdengar
seperti “Barbarossa” (Janggut Merah) di telinga Orang Eropa, dan memang beliau memiliki
janggut berwarna merah.

Latar Belakang

Hizir adalah satu dari empat bersaudara yang lahir pada 1470an di Pulau Lesbos dengan ayah
seorang Muslim bernama Yakup Ağa dan ibunya yang berkebangsaan Yunani, Katerina.
Menurut arsip Utsmaniyah Yakup Ağa adalah seorang Tımarli Sipahi; semisal ksatria
kaveleri kerajaan Turki, yang mana keluarganya asli dari Yenice dan kemudian pindah ke
kota Vardar, tidak jauh dari Thessaloniki. Yakup Ağa adalah satu dari mereka yang ditunjuk
oleh Sultan Muhammad Al Fatih untuk merebut Lesbos dari Genoa pada 1462, dan diberikan
hadiah perkebunan di desa Bonova sebagai penghargaan karena ikut berperang dalam
mencapai tujuan tersebut.

Ayah Hizir menikahi gadis asli Yunani dari Mytilene bernama Katerina, dan mereka berdua
memiliki dua anak perempuan dan empat anak lak-laki yaitu Ishak, Oruç, Hızır, and Ilyas.
Yakup menjadi pengrajin tembikar yang mapan dan membeli sebuah kapal untuk
mendagangkan produknya. Keempat anaknya membantu ayah mereka dalam usaha
tembikarnya, namun tidak banyak diketahui informasi mengenai saudara perempuan mereka.
Awalnya Oruç membantu ayahnya dengan kapalnya, sedangkan Hizir membantu dalam
bidang per-tembikaran.

Karir Awal

Empat laki-laki bersaudaranya ini semuanya berkarir di laut, tenggelam dalam urusan
kelautan serta perdagangan laut internasional. Yang pertama terjun dalam karir kelautan
adalah Oruç yang bergabung bersama saudara laki-lakinya, Ilyas. Kemudian, dengan
membeli kapalnya sendiri, Hizir juga memulai karirnya di laut.

Pada suatu hari, tanpa sebab yang jelas, kapal milik keluarga mereka diserang secara kejam
oleh kapal tentera Knight of Rhodes. Dalam peristiwa ini, Ilyas terbunuh. Oruç dan Hizir
sangat sedih dengan kematian adik bungsu mereka.

Sejak saat itu, mereka melakukan aksi penyerangan terhadap semua kapal-kapal tentera milik
kerajaan-kerajaan Nasrani. Aksi-aksi mereka sangat menggemparkan dan membuat mereka
ditakuti tentera Nasrani. Oruç dan Hizir pun kemudian dikenali sebagai The Barbarossa
Brothers Pirates karena kedua-duanya berjanggut merah.
Kaum Eropa menyebut Oruç dan Hizir sebagai bajak laut, walaupun tidak ada bendera hitam
dan tengkorak yang menjadi simbol bajak laut.

Pada tahun 1492 M, Andalusia yang sejak tahun 756 M dikuasai oleh Daulah Khilafah
Islamiyah, jatuh ke tangan Pasukan Salib yang terdiri daripada pasukan gabungan Aragon
dan Sepanyol. Dalam peristiwa penaklukan Andalusia ini, berjuta-juta orang Islam dan
Yahudi tewas dibantai pasukan yang dipimpin Raja Ferdinand II dari Aragon.

Peristiwa itu mengubah haluan misi dendam Aruj dan Khairuddin menjadi misi Jihad Islam.
Berganding bahu bersama sekumpulan militan bangsa Moor, mereka kemudian
menyelamatkan puluhan ribu Umat Islam dari Sepanyol ke Afrika utara (Maghribi, Tunisia
dan Algeria). Kemudian mereka membina pangkalan pertahanan laut di Algeria untuk
menghalang gelombang serangan Pasukan Salib dari jalur Afrika Utara menuju Tanah Suci
Palestin.

Khalifah Islam ketika itu, Sulaiman I, mendengar cerita-cerita kehebatan Barbarossa


bersaudara. Sulaiman I sangat kagum pada heroisme mereka. Kerana prestasi mereka di
lautan, akhirnya Sulaiman I mengangkat Aruj dan Khairuddin sebagai Kapudan Pasha
(Panglima Tentera Laut) Khilafah Islamiyyah untuk memantapkan Tentera Laut Daulah
Khilafah Islamiyah yang amburadul.

Kapudan-ı Derya dari Angkatan Laut Utsmaniyyah

Pada 1534 Barbarossa berlayar dari Istanbul dengan 80 kapal perang dan pada April dia
merebut kembali Coron, Patras dan Lepanto dari tangan Spanyol. Pada Juli 1534 beliau
menyebrangi Selat Messina dan menyerbu pantai Calabrian, mendapatkan rampasan sejumlah
kapal dari sekitar Reggio Calabria begitu juga dari Istana San Lucido. Beliau kemudian
menghancurkan pelabuhan Cetraro dan kapal-kapal yang menepi di sana. Masih pada Juli
1534 Barbarossa muncul di Campania dan merebut pulau Capro dan Procida, sebelum
memborbardir pelabuhan di Teluk Napoli. Beliau kemudian mencapai Lazio, memborbardir
Gaeta dan pada Agustus mendarat di Villa Santa Lucia, Sant’Isidoro, Sperlonga, Fondi,
Terracina dan Ostia pada Sungai Tiber, menyebabkan bel gereja di Roma berdentang-dentang
mengingatkan warga Roma untuk waspada. Barbarossa kemudian berlayar ke Selatan, dan
mencapai Ponza, Sicilia dan Sardinia, sebelum menaklukkan Tunisia pada Agustus 1534 dan
menyebabkan Hafsid Sultan Mulei Hassan melarikan diri. Barbarossa juga menaklukkan
pelabuhan yang strategis di La Goulette.

Sultan Mulei Hassan meminta Kaisar Charles V bantuan untuk merebut kembali kerajaannya,
lantas pasukan Spanyol-Italia terdiri dari 300 kapal perang serta 24.000 tentara merebut
kembali Tunisia begitu juga dengan Bone dan Mahdiya pada 1535. Memahami bahwa
perlawanannya akan sia-sia, Barbarossa menyuruh pasukannya meninggalkan Tunisia
sebelum kedatangan pasukan musuh, berlayar menuju laut Tyyrrhenian, dimana Barbarossa
memborbardir pelabuhannya, kembali mendarat di Capri dan membangun kembali pelabuhan
(yang sekarang dinamakan atas namanya) setelah meluluhlantakkannya selama penyerangan
ke pulau tersebut. Beliau kemudian berlayar menuju Aljazair, dari sana Barbarossa
menyerang kota-kota pelabuhan Spanyol, menghancurkan pelabuhan Majorca dan Minorca,
merampas beberapa kapal perang Spanyol dan Genoa serta membebaskan Muslim yang
dijadikan budak di sana. Pada September 1535 Barbarossa memukul serangan Spanyol atas
Tlemcen (Tilmisan).
Pada 1536 Barbarossa dipanggil kembali ke Istanbul untuk memimpin komando Angkatan
Laut untuk menyerang Kerajaan Naples. Pada Juli 1537 beliau mendarat di Otranto dan
merebut kota tersebut, begitu juga dengan Benteng Castro dan kota Ugento di Pubglia. Pada
Agustus 1537, Lütfi Pasha dan Barbarossa memimpin armada angkatan laut Utsmaniyyah
yang sangat besar yang menaklukkan pulau Aegia dan Ionia milik Republik Venisia, pulau-
pulau yang berhasil direbut adalah Syros, Aegina, Ios, Paros, Tinos, Karpathos, Kasos dan
Naxos. Pada tahun yang sama Barbarossa merebut Corfu dari Venisia dan sekali lagi
menyerbu Calabria. Kekalahan yang berturut-turut tersebut menyebabkan Venisia mendesak
Paus Paul III untuk menggalang “Liga Suci” (Holy League) untuk menghadapi Utsmaniyyah.

Pada Februari 1538, Paus Paul III berhasil menggalang Liga Suci (gabungan Kepausan,
Spanyol, Kekaisaran Roma, Republik Venisia serta para Ksatria Malta) berhadapan dengan
Utsmaniyyah, namun Barbarossa mengalahkan armada gabungan tersebut yang dikomandoi
oleh Andrea Doria di Pertempuran Preveza pada September 1538.

Pada musim panas 1539 Barbarossa menaklukkan pulau Skiathos, Skyros, Andros dan
Serifos serta merebut kembali Castelnuovo dari tangan Venisia, yang sebelumnya pernah
direbut dari Utsmaniyyah setelah perang Preveza. Beliau juga menaklukkan daerah sekitar
Istana Risan dan kemudian menyerang benteng-benteng Venisia, Cattaro juga benteng
Spanyol, Santa Veneranda yang berdekatan dengan Pesaro. Barborossa kemudian mengambil
alih sisa pos militer Kristen terluar di Ionian serta Laut Aegia. Venisia akhirnya terpaksa
menandatangani perjanjian perdamaian dengan Sultan Sulaiman pada Oktober 1540,
menyetujui mengakui wilayah perairan Utsmaniyyah serta membayar 300.000 dukat emas.

Sultan Sulaiman and Barbarossa

Pada September 1540, Kaisar Charles V mengontak Barbarossa dan menawarkan beliau
untuk menjadi pimpinan Laksamana serta penguasa daerah kekuasaan Spanyol di Afrika
Utara, namun Barbarossa menolak tawaran tersebut. Gagal merayu Barbarossa untuk
berpindah sisi, pada Oktober 1541, Charles sendiri berusaha mengepung Aljazair, berusaha
mengakhiri ancaman corsair terhadap daerah kekuasaan Spanyol dan kapal-kapal Kristen di
bagian barat Mediterania. Saat itu, cuaca sangat tidak ideal untuk misi semacam itu dan baik
Andrea Doria yang ditunjuk memimpin armada serta Si tua Herman Cortés yang diminta oleh
Charles untuk ikut serta pada misi ini, berusaha untuk merubah pendirian Kaisar namun tidak
berhasil. Seperti yang telah diduga, badai ganas mengganggu operasi pendaratan Charles.
Andrea Doria membawa armadanya menjauh ke lautan lepas untuk menghindari karam,
namun banyak dari armada Spanyol terdampar. Setelah beberapa pertempuran penuh keragu-
raguan di daratan, Charles terpaksa mengabaikan misinya dan menarik pasukannya yang
telah habis-habisan digempur.

Pada 1543 Barbarossa menuju Marseilles untuk membantu Prancis, dan kemudian hari
menjadi sekutu Kekhalifahan Ustamaniyyah, lantas melayari bagian barat Mediterania
dengan armada 210 kapal (70 kapal perang, 40 galliots dan 100 kapal perang lainnya
membawa 14.000 tentara Utsmaniyyah, jadi total sekitar 30.000 pasukan Utsmaniyyah).
Dalam perjalanannya, ketika melewati Selat Messia, Barbarossa meminta Diego Gaetani,
gubernur Reggio Calabria, untuk menyerahkan kotanya. Gaetani merespon dengan
menembakkan meriam, yang mana membunuh tiga orang pelaut Utsmaniyyah.

Barbarossa murka atas respon tersebut, mengepung dan menaklukkan kota Reggio Calabria.
Beliau kemudian mendarat di pantai Campania dan Lazio dan dari mulut Tiber mengancam
Roma, namun Perancis mengintervensi usaha tersebut sebagai bantuan atas kota milik
Kepausan. Barbarossa kemudian menyerang beberapa pulau Italia dan Spanyol serta
pemukiman di pantau sebelum mengepung Nice dan menaklukkan kota itu pada 5 Agustus
1542 atas bantuan Raja Prancis Francois I. Barbarossa Sang Kapten Turki kemudian
mendarat di Antibes dan Île Sainte-Marguerite dekat Cannes, sebelum menyerbu kota San
remo, pelabuhan Liguria lainnya, Monaco dan La Turbie. Beliau menghabiskan musim
dingin bersama armadanya dan sebanyak 30.000 pasukan Utsmaniyyah di Taulon, namun
beberapa kali mengirimkan kapal-kapalnya dari sana untuk memborbardir pantai Spanyol.
Masyarakat Kristen saat itu telah mengungsi dan Katedral st Mary di Toulon diubah menjadi
masjid guna kepentingan pasukan Utsmaniyyah beribadah, sementara itu mata uang
Utsmaniyyah juga diterima untuk transaksi oleh pedagang Prancis di kota.

Pada musim semi 1544, setelah menyerbu San Remo untuk kedua kalinya dan mendarat di
Borghetto Santo Spirito dan Ceriale, Barbarossa mengalahkan armada Spanyol-Italia lainnya
dan menyerbu sampai ke pedalaman kerajaan Naples. Beliau kemudian berlayar dengan 210
kapal dan mengancam untuk menyerang kota kecuali musuh membebaskan Turgut Reis, yang
mengabdi sebagai budak kapal perang Genoa dan kemudian ditahan di kota sejak
penangkapannya di Corsica oleh Giannettino Doria pada 1540, Barbarossa diundang oleh
Andrea Doria untuk membicarakan masalah tersebut pada istananya di distrik Fassolo,
Genoa, dan kedua laksamana ini berdiskusi untuk pembebasan Turgut Reis diganti dengan
3500 emas dukat. Barbarossa kemudian sukses menangkal serangnan serangan Spanyol atas
bagian selatan Prancis, namun dipanggil kembali ke Istanbul setelah Charles V dan Sulaiman
menyetujui sebuah perjanjian gencatan senjata pada 1544.

Setelah meninggalkan Provence dari pelabuhan Île Sainte-Marguerite pada Mei 1544,
Barbarossa menyerang San Remo untuk ketiga kalinya, dan ketika beliau mendekati Vado
Ligure, Republik Genoa mengirimkan Barbarossa uang yang sangat banyak untuk
menghindari kota-kota Genoa lainnya dari serangan lebih lanjut. Pada Juni 1544 Barbarossa
mendekati Elba. Mengancam untuk memborbardir Piombino kecuali kota tersebut
membebaskan putra dan Sinan Reis yang 10 tahun sebelumnya ditangkap oleh Spanyol di
Tunisia, Barbarossa mendapatkan keinginannya. Beliau kemudian menaklukkan Castiglione
della Pescaia, Talamone dan Orbetello di Propinsi Grosessto, Tuscany. Dari sana Barbarossa
menghancurkan makam dan membakar sisa-sisa mayat Bartolomeo Peretti, yang telah
membakar rumah ayahnya di Mytilene-Lesbos pada tahun sebelumnya, di 1543. Barbarossa
kemudian menaklukkan Montani dan mendudukan Porto Ercole serta Pulau Giglio. Beliau
kemudian menyerang Civitavecchia, namun Leone Strozzi, utusan dari Prancis, meyakinkan
beliau untuk membatalkan pengepungan itu.

Armada Utsmaniyyah kemudian menyerbu pantai Sardinia sebelum tiba di Ischia dan
mendarat di sana pada Juli 1544, menaklukkan kota juga Forio dan Pulau Procida sebelum
mengancam Pozzuoli. Menghadapi 30 kapal perang dibawah komando Giannettino Doria,
Barbarossa memaksa mereka untuk berlayar menjauh menuju Sisilia dan mencari
perlindungan di Messina. Karena angin yang kencang armada Utsmaniyyah tidak dapa
menyerang Salerno namun berhasil untuk mendarat di Teluk Palinuro tidak jauh dari Salerno.
Barbarossa kemudian memasuki Selat Messina dan mendarat di Catona, Fiumara dan
Calanna dekat Reggio Calabria dan kemudian di Cariati dan Lipari, yang mana menjadi
pendaratan terakhirnya di semenanjung Italia. Dari sana Barbarossa memborbardir benteng
kota selama 15 hari setelah kota tersebut menolak untuk menyerah, dan akhirnya
menaklukkannya.
Barbarossa akhirnya kembali ke Istanbul dan pada 1545 meninggalkan kota Istanbul untuk
ekspedisi lautnya yang terakhir, yang mana selama ekspedisi tersebut memborbardis
pelabuhan-pelabuhan di daratan utama Spanyol dan mendarat di Majorca dan Minorca untuk
terakhir kalinya. Beliau kemudian berlayar kembali ke Istanbul dan membangun istana di
Bosphorus, saay ini menjadi bagian dari distrik Büyükdere.

Bendera Angkatan Laut Khairuddin Barbarossa

Bendera yang dipasang Oruç dan Hizir di kapal mereka adalah sebuah bendera berwarna
hijau mengandungi kaligrafi doa “Nashrun minallaah wa fathun qariib wa basysyiril
Mu’miniin, ya Muhammad”, empat nama Khulafaur Rasyidin, pedang Zulfikar dan bintang
segi enam Yahudi (Bintang David) karena anak kapal yang dipimpin kedua bersaudara ini
terdiri daripada orang-orang Islam dari bangsa Moor, Turki, dan Sepanyol, serta beberapa
orang Yahudi.

Bendera armada laut Khairuddin Barbarossa mungkin membingungkan karena terdapat


Bintang David, simbol Yahudi yang digunakan oleh Israel saat ini. Pun begitu, bendera
tersebut bukanlah simbol Yahudi. Pada saat abad pertengahan, bintang ini adalah simbol
Islami dikenal dengan Segel Sulaiman dan sangat terkenal diantara penduduk Beyliks dari
Anatolia. Segel tersebut juga digunakan oleh Khilafah Utsmaniyyah dalam dekorasi masjid
mereka, koin dan bendera pribadi para Pasha, termasuk Khairuddin Barbarossa. Negara lain
yang juga diketahui menggunakan segel ini dalam bendera mereka adalah Candaroğlu.
Menurut atlas A. Cresques’ Catalan tahun 1375, bendera Karamanoğlu terdiri atas bintang 6
sudut.

Masa Pensiun dan Kematiannya

Barbarossa pensiun di Istanbul pada 1545, menjadikan putranya Hassan Pasha sebagai
penerusnya di Aljazair. Beliau kemudian mendiktekan memoir-nya kepada Muradi Sinan
Reis. Memoir tersebut terdiri atas lima volume tulisan tangan dan dikenal dengan “Gazavat-ı
Hayreddin Paşa” (Kenangan-kenangan dari Khairuddin Pasha). Saat ini kelima-limanya
dipertunjukkan di Istana Topkapi dan Perpustakaan Universitas Istanbul. Memoirs tersebut
disusun dan diterbitkan oleh BKY-Babıali Kültür Yayıncılığı dengan judul Kaptan Paşa’nın
Seyir Defteri (Catatan Perjalanan Kapten Pasha) oleh seorang akademisi Turki Prof. Dr.
Ahmet Şimşirgil. Memoir tersebut juga dijadikan buku fiksi berjudul “Akdeniz Bizimdi”
(Mediterrania Milik Kita) oleh M. Ertuğrul Düzdağ.

Barbarossa Hayreddin Pasha meninggal pada tahun 1546 di Istana pantai di sekitar
Buyukdere Konstantinopel, di tepi barat laut Bosphorus. Ia dimakamkan di makam (türbe)
dekat pelabuhan feri dari distrik Besiktas, sisi Eropa dari Istanbul, yang dibangun pada 1541
oleh arsitek terkenal Mimar Sinan, di tempat di mana armadanya dibentuk.

Tokoh Jahat

Orang-orang Barat selalu mendiskreditkan Barbarossa sebagai seorang bajak laut yang jahat.
Dalam berbagai kisah fiksi yang mereka buat, ia digambarkan sebagai lelaki “Barbar” yang
tidak beradab.

Anda mungkin juga menyukai