ENDOMETRIOSIS
Disusun Oleh :
102118116
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum. wr. wb
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang yang senantiasa melimpahkan rahmat dan berkat-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Paper dengan judul “ENDOMETRIOSIS”.
Wassalamualaikum. wr. wb
Penyusun
DAFTAR ISI
2
Kata Pengantar ................................................................................................... 2
BAB I
BAB II
Definisi ............................................................................................................... 5
Epidemiologi ...................................................................................................... 5
Etiologi .............................................................................................................. 6
Patofisiologi ....................................................................................................... 6
Klasifikasi ....................................................................................................... 7
penatalaksanaan .................................................................................................. 9
Komplikasi.......................................................................................................... 12
BAB III
Kesimpulan ........................................................................................................ 13
LAPORAN KASUS............................................................................................ 14
Daftar Pustaka..................................................................................................... 32
BAB I
PENDAHULUAN
3
Latar Belakang
Endometriosis adalah penyakit inflamasi berupa tumbuhnya jaringan
abnormal menyerupai endometrium dan memicu reaksi peradangan. Endometriosis
diketahui dapat ditemukan pada 6 – 10% perempuan usia reproduktif. Nyeri dan/atau
infertilitas merupakan gejala tersering yang dikeluhkan pasien, namun tidak jarang
pula endometriosis muncul tanpa adanya gejala apapun. Endometriosis mempunyai
efek yang signifikan pada kualitas kehidupan sehari – hari, bahkan dapat mengurangi
produktivitas kerja seorang wanita.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 16 rumah sakit di 10 negara, dari
3 grup pasien dengan endometriosis dan 2 grup kontrol pasien dengan gejala serupa
namun tanpa endometriosis, diperoleh hasil kesehatan fisik pasien dengan
endometriosis lebih buruk dibandingkan dengan pasien pada grup kontrol. Penelitian
lainnya menunjukkan perempuan dengan endometriosis dapat kehilangan
produktivitas jam kerja sekitar 10.8 jam per minggu. Kemampuan diagnosis serta tata
laksana endometriosis, khususnya terkait nyeri dan infertilitas, merupakan kebutuhan
yang perlu diperhatikan dalam bidang endokrinologi reproduksi.
BAB II
TINJAUAN MATERI
4
A. Definisi Endometriosis
Endometriosis adalah gangguan ginekologi jinak umum yang didefinisikan
sebagai adanya jaringan kelenjar endometrium dan stroma di luar lokasi normal.
Endometriosis paling sering ditemukan pada peritoneum panggul, tetapi dapat juga
ditemukan di ovarium, septum rektovaginal, ureter, namun jarang ditemukan di
vesika urinaria, perikardium, dan pleura (POGI,2016).
B. Epidemiologi Endometriosis
Endometriosis mempengaruhi sekitar 1 dari 10 wanita selama tahun-tahun
reproduksi mereka. Sebanyak 1.761.687.000 wanita di dunia berusia 15 - 49 tahun.
Pada tahun 2010 kejadian kasus endometriosis menyerang 176 juta wanita di seluruh
dunia (FIGO, 2016).
C. Etiologi Endometriosis
Belum diketahui secara pasti apa saja yang menjadi penyebab endometriosis,
tetapi ada beberapa teori. Teori yang paling banyak diterima adalah bahwa lapisan
5
rahim tidak dibuang dengan sempurna selama periode menstruasi dan kemudian
menempel sendiri pada organ panggul.
D. Patofisiologi Endometriosis
Sel-sel endometriosis memiliki sifat yang sama seperti endometrium yang
melapisi rahim, sehingga setiap bulan dia akan tumbuh selama siklus menstruasi dan
kemudian mengelupas atau berdarah layaknya rahim saat haid. Seperti kita ketahui
bahwa, sebelum datang haid hormon estrogen akan menyebabkan endometrium
menebal (penebalan) agar siap menerima sel telur yang telah dibuahi. Jika telur tidak
dibuahi, lapisan rahim tersebut akan rusak dan meninggalkan tubuh (peluruhan)
sebagai darah haid.
Endometriosis atau endometrium yang tumbuh pada jaringan lain juga akan
mengalami proses yang sama yaitu penebalan dan peluruhan, tetapi dia tidak
memiliki jalan untuk meninggalkan tubuh. Hal ini menyebabkan rasa
sakit, bengkak dan kadang-kadang masalah kesuburan jika itu terjadi pada tuba falopi
atau indung telur sehingga menjadi rusak.
E. Klasifikasi Endometriosis
Tabel 2.1. Klassifikasi Endometriosis Menurut American Fertility Society
(AFS) / Revisi American Society for Reproductive Medicine (ASRM) Endometriosis
6
NILAI
ENDOMETRIOSIS 1 cm 2 cm – 3 cm 3 cm
1. Peritoneum
- Superficial 1 2 4
- Dalam 2 4 6
2. ovarium
kanan dan kiri
- superficial 1 2 4
- dalam 4 16 20
4. Tuba
kanan :
- tipis 1 2 4
- tebal 4 8 16
kiri :
- tipis 1 2 4
- tebal 4 8 16
Sebagian Seluruhnya
5. Kavum dauglas 4 40
7
(4) stadium IV (severe) : > 40
G. Diagnosis Endometriosis
Untuk menegakkan diagnosis, pertama-tama dokter akan menanyakan setiap
gejala yang muncul seperti dijelaskan di atas, kemudian melakukan pemeriksaan fisik
pada pelvis atau mungkin pemeriksaan dalam.
Biasanya diperlukan juga pemeriksaan penunjang yang berupa USG, CT-Scan
atau laparoskopi. Prosedur laparoskopi dilakukan dengan memasukkan tabung kecil
yang dilengkapi kamera (laparoskop) untuk melihat bagian dalam perut pasien.
8
Melalui laparoskopi, dokter dapat mengambil sampel jaringan (biopsi) untuk diteliti
di laboratorium.
Prosedur laparoskopi merupakan satu-satunya metode yang digunakan untuk
mendiagnosis endometriosis.
H. Penatalaksanaan Endometriosis
Pengobatan pada endometriosis tergantung keluhan wanita yang menderita
endometriosis. Sehingga penatalaksanaan harus disesuaikan dengan tujuan
pengobatan apakah penanganan terhadap keluhan infertilitas atau keluhan nyeri.
Pengobatan terhadap endometriosis yang saat ini dianut adalah berupa pengobatan
medikamentosa, pembedahan atau kombinasi keduanya. Pengobatan medikamentosa
memang dapat mengurangi lesi endometriosis, namun angka residifnya sangat tinggi.
Penatalaksanaan endometriosis dengan medikamentosa dan/atau pembedahan
memiliki tiga tujuan yaitu : untuk mengurangi nyeri, meningkatkan
fertilitas/kehamilan dan menunda rekurensi selama mungkin. Kebanyakan
pengobatan medikamentosa dengan cara supresi hormonal, hingga menyebabkan
suasana hipoestrogenik sehingga mengurangi ukuran lesi endometriosis. Pengobatan
medikamentosa meliputi progestin, danazol, gonadotropin-releasing hormone
(GnRH) analogues, levonorgestrel-releasing intrauterine system (LNG-IUS) dan pil
kontrasepsi. Pengobatan farmakologi lain seperti non-steroidal antiinflammatory
drugs (NSAIDs) secara luas digunakan untuk mengobati nyeri kronik pada pasien
endometriosis.
Penatalaksanaan bedah untuk penanganan endometriosis bertujuan untuk
mengembalikan atau memulihkan hubungan anatomis normal, untuk mengeksisi atau
merusak semua lesi endometriosis yang terlihat sebanyak mungkin, dan untuk
menunda rekurensi penyakit dan mengurangi nyeri. Untuk wanita yang masih ingin
punya anak yang memiliki endometriosis derajat sedang atau berat yang mendistorsi
9
anatomi reproduksi, pembedahan adalah pilihan terapi karena pengobatan
farmakologis tidak dapat mencapai tujuan ini. Bila endometriosis kurang berat,
pengobatan farmakologis dapat secara efektif mengendalikan nyeri pada mayoritas
pasien tetapi tidak memiliki efek perbaikan pada fertilitas; pembedahan sekurang-
kurangnya sama efektifnya dengan pengobatan farmakologis untuk meredakan nyeri
dan juga dapat memperbaiki fertilitas. Pembedahan dapat dilakukan secara
laparoskopi atau laparatomi. Prosedur endoskopi spesifik mencakup ablasi implant
endometriosis, adesiolisis, kistektomi ovarium, ooforektomi, dan salpingektomi.
Laparoskopi memiliki visualisasi yang lebih baik dibandingkan dengan laparatomi
terhadap kavum Douglasi dan memungkinkan pembesaran tingkat tinggi terhadap
permukaan peritoneum yang bisa membantu identifikasi endometriosis yang tersamar.
Reseksi konservatif endometriosis dengan laparatomi paling baik pada kasus-kasus
endometriosis yang luas, adesi pelvik yang berat atau endometrioma yang lebih dari 5
cm. Tujuan dari prosedur laparatomi adalah eksisi komplit semua endometriosis dan
perlengketan untuk mengembalikan anatomi fungsional saluran reproduksi (FOGI,
2016)
10
Gambar : Algortime diagnosis dan penatalaksanaan endometriosis
I. Pencegahan Endometriosis
Kita tidak dapat mencegah endometriosis, tetapi kita bisa mengurangi
kemungkinan itu terjadi dengan cara menurunkan kadar hormon estrogen dalam
tubuh. Estrogen membantu menebalkan lapisan rahim selama siklus menstruasi.
Untuk menjaga kadar estrogen yang lebih rendah dalam tubuh, maka dapat
melakukan hal-hal berikut: Penggunaan pil KB, olah raga teratur,
menghindari alkohol, dan minuman berkafein.
J. Komplikasi Endometriosis
11
Endometriosis yang dibiarkan berkembang tanpa diobati dapat menyebabkan
beberapa komplikasi, seperti:
1. Gangguan kesuburan atau infertilitas
Endometriosis dapat menutupi tuba falopi, sehingga menghalangi sel telur
bertemu dengan sperma. Pada kasus yang jarang terjadi, penyakit ini dapat
merusak sel telur dan sperma.
2. Kanker ovarium
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa risiko terserang kanker
ovarium (indung telur) sedikit meningkat pada penderita endometriosis. Selain
kanker ovarium, wanita dengan riwayat endometriosis juga berisiko terserang
kanker endometrium, meski sangat jarang terjadi.
3. Adhesi
Jaringan endometriosis dapat membuat sejumlah organ tubuh saling
menempel. Sebagai contoh, kandung kemih dan usus dapat melekat ke rahim.
4. Kista ovarium
Kista ovarium adalah kantong berisi cairan yang tumbuh pada ovarium.
Kondisi ini terjadi bila jaringan endometriosis terletak di dalam atau di dekat
ovarium. Pada sejumlah kasus, kista dapat membesar dan menimbulkan nyeri
parah.
BAB III
KESIMPULAN
12
Penyebab utama endometriosis belum dapat dipastikan, akan tetapi
yang dapat dirasakan oleh penderita yaitu antara lain berupa nyeri haid
LAPORAN KASUS
13
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. E
Usia : 40 Tahun
Pendidikan : SMA
Status : Menikah
IDENTITAS SUAMI
Nama : Tn.B
Umur : 48 thn
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
I. ANAMNESIS
Seorang Pasien Perempuan usia 40 tahun, P 1A0, Batak, Islam, SMA, IRT, i/d
Tn.B, 48 tahun, Batak, Islam, D3, Karyawan, datang ke RSU Haji Medan pada
14
tanggal 10 november 2019 pukul 12.00 WIB dengan keluhan keluarnya darah dari
kemaluan.
Telaah : Pasien datang ke RSU haji medan dengan keluhan keluar darah
dari kemaluan sejak 11 hari yang lalu, warna darah kehitam-
hitaman dan dalam 1 bulan ini pasien 2x haid ± sudah 3 bulan
ini , pasien juga mengatakan bahwa ia dapat mengganti duk ±
3-5 kali perhari. Pasien juga mengeluhkan nyeri diperut, nyeri
perut dirasakan di ari-ari, nyeri saat berhubungan tidak ada,
perut terasa membesar tidak ada, penurunan nafsu makan tidak
ada, penurunan berat badan tidak ada, keputihan tidak ada,
BAK dan BAB dalam batas normal.
15
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat DM, hipertensi, penyakit jantung,
serta tidak pernah ada anggota keluarga yang pernah mengeluhkan
penyakit yang sama dengan pasien.
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga, tinggal serumah dengan suami,
kehidupan ekonomi cukup, tidak merokok dan tidak mengonsumsi minuman keras
serta obat-obat terlarang.
Riwayat perkawinan
Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun
Dysmenorrhea :+
Darah beku :-
Metrorrhagia :-
Menorrhagia :+
16
Spotting :-
Contact bledding : -
Climacterium :-
Merokok :-
Alkohol :-
A. STATUS PRESENT
Sensorium : CM
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Nafas : 20 kali/menit
Suhu : 36,7oC
Tinggi Badan : 157 cm
Berat Badan : 60 kg
17
B. STATUS GENERALISATA
Paru
Jantung
18
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Abdomen
Palpasi : Teraba massa padat dengan pole 2 jari dibawah pusat dan
pole bawah 1 jari diatas simfisis pubis, berbatas tegas,
padat kenyal, terfiksir, permukaan rata, nyeri tekan (-).
Perkusi : Timpani
Ekstremitas
Akral hangat :+
Edema :-
C. STATUS GINEKOLOGI
Portio
- Erosi :-
- Ectropion :-
- Laserasi :-
- Ovula naboti : -
- Darah : tampak darah mengenang di ferniks posterior, dibersihkan,
kesan : tidak aktif
- Polip :-
19
- Leukoplakia :-
- Schiller test :-
Uterus
- Posisi : Antefleksi
- Mobilitas : Mobile
- Nyeri tekan :-
Cavum Douglas
- Douglas crise :-
Vagina
- Dinding : normal
- Tanda-tanda :-
- Secret :-
- Massa :-
- Darah :+
20
Pemeriksaan secret vagina
Paps Smear
- Di ambil tanggal :-
- Hasil :-
- Anjuran :-
DIAGNOSIS BANDING
1. Mioma uteri
2. Adenomiosis
3. Kista ovarium
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
1. Darah Rutin
Darah Rutin
Hematokrit 35,0% 35 – 47
21
Trombosit 326.000 /µL 150.000 – 450.000
Index Eritrosit
MCH 27,3pg 26 – 34
MCHC 34,3 % 32 – 36
2. USG TAS
- Cairan bebas : -
DIAGNOSA KERJA
22
- Mioma uteri
TERAPI
RENCANA TINDAKAN
- Operasi tanggal 12 November 2019, pukul 09.00, jenis operasi : TAH (total
abdomen histerektomi).
23
PERIHAL PERSALINAN
LAPORAN OPERASI LAPARATOMI
Dibuat insisi 1 cm diatas batas rambut pubis dengan arah melintang sepanjang
10 cm. Insisi dilanjutkan sampai lapisan subkutis.
Peritonium parietal dibuka dan dipisahkan secara tajam sesuai insisi dari luar.
24
Setelah peritonium dibuka dilakukan eksplorasi, tampak uterus sebesar tinju
dewasa, warna merah muda permukaan berbenjol, konsistensi kenyal padat,
kemudian dilakukan eksplorasi lebih lanjut tak dijumpai perlengketan uterus
dengan jaringan sekitarnya. Ovarium kiri dan kanan , tuba kiri dan kanan
warna, bentuk, dan konsistensi dalam batas normal.
Uterus dikeluarkan dari rongga abdomen dan dipasang dram kas untuk
melindungi usus. Ligamentum rotundum kiri di identifikasikan, diklem pada
dua tempat dipotong dan diikat, dibuat jendela pada ligamentum latum kiri
secara tumpul dengan ujung jari..pangkal tuba dan ligamentum ovarii
proprium kiri diklem dan di potong dan diikat.dilakukan hal yang sama pada
bagian kanan.
Lembaran depan lig. latum kanan dan kiri dibuka secara tajam dengan
gunting sedekat mungkin ke uterus menyisiri sisi uterus sampai setinggi plika
vesikouterina.
Lembaran belakang lig latum kanan dan kiri dibuka secara tajam dengan
gunting sedekat mungkin dengan uterus menyisiri sisi uterus sampai setinggi
lig. sakrouterina.
Jaringan parametrium kanan dan kiri di klem sedekat mungkin dengan uterus
dipotong dan diikat dengan cromic cat gut no 1.
Peritonium dilapisan belakang lig. latum digunting pada pinggir uterus, lalu
vasa uterina kanan dan kiri dengan cabang-cabangnya dijepit dekat uterus,
25
digunting dan diikat denga catgut yang kuat. Serviks bagian atas dijepit
dengan 2 cunam, lalu dipotong diantara 2 cunam tersebut, luka yang terbentuk
dijahit dengan catgut yang kuat. Tuba dan ovarium kanan diangkat.
Setelah diyakini tidak ada perdarahan lagi maka dinding abdomen dijahit lapis
demi lapis.
Operasi selesai
Terapi
IVFD RL 20 gtt/i
26
Inj Ranitidin 50 mg/ 12 jam
INSTRUKSI POST OP
FOLLOW UP POST-OP
TD : 110/80 mmHG
HR : 104 x/i
RR : 24 x/i
T : 37,0 °C
P/V : (-)
Flatus : (+)
BAB : (-)
27
A: Post OP TAH a/I mioma uteri
P: IVFD RL 20 gtt/menit
TD : 120/80 mmHg
HR : 90 x/i
RR : 20 x/i
T : 36,6 °C
P/V : (-)
Flatus : (+)
BAB : (+)
P: IVFD RL 20 gtt/menit
28
Inj Inj Cefotaxim 1 gr/ 8 jam
TD : 110/70 mmHG
HR : 80 x/i
RR : 20 x/i
T : 36,6 °C
P/V : (-)
Flatus : (+)
BAB : (+)
29
Ganti perban
DAFTAR PUSTAKA
30
Astarto NW, Djuwanto T, Permadi W, Madjid TH, Bayuaji H, Ritonga MA.
31