online. Iya sih sekarang zaman digital yang kita bisa jualan tanpa perlu sewa lapak. Tapi percaya deh, secanggih apa pun dunia digital saat ini, jualan offline akan tetap ada dan worth it untuk dilakukan. Sederhananya kalau kita sudah sukses jualan online, kita akan punya corong lain dari offline yang akan meningkatkan penghasilan kita.
Atau, kalau misalnya jualan
online dirasa terlalu banyak makan waktu untuk mengumpulkan audience, offline bisa membantu kita mendapatkan pembeli lebih cepat dengan menawarkan ke orang terdekat atau kepada orang yang hari itu kita temui. Sebab, banyak juga orang yang lebih yakin ketika sudah melihat, merasakan dan bahkan mencoba barangnya langsung (untuk barang- barang fashion) daripada sekadar melihat fotonya saja.
Dan jika mereka sudah yakin karena
telah mencoba dan membeli produk kita secara offline, akan lebih mudah bagi kita untuk meyakinkan pembeli untuk repeat order melalui penjualan online. So, pada akhirnya penjualan online akan terbantu juga. Itulah kenapa kita harus tetap paham dan mengetahui cara jualan offline. Cara Menawarkan Produk dengan Tatap Muka Ini adalah tips menawarkan produk Warung Umat dengan cara tatap muka. Ini penting dipelajari, sebab tanpa pendekatan tidak ada penjualan. 1. Perkenalan Sering dengar pepatah, “Tak kenal maka tak sayang.” Sayang di sini artinya perkenalkan diri Ayah/Bunda sampai lawan bicara kita tidak lagi menganggap kita orang asing yang membahayakan atau mengancam hidup mereka. Tunjukan sikap hormat dan santun di depannya agar ia nyaman kita ajak bicara. Jika sudah muncul rasa percaya dari lawan bicara, akan lebih mudah kita memperkenalkan produk kita. Kenali Produk dan Perbanyak ilmu agar kita bisa sharing ilmu bermanfaat secara ‘”Cuma-Cuma” seputar produk. Misal kita menjual pakaian kita bisa sharing bagaimana cara merawat pakaian agar lebih awet, atau cara memilih bahan yang bagus. Di mana membeli produk yang bagus untuk anak. Misal kita menjual produk edukatif untuk anak, kita bisa sharing tentang perkembangan anak masa kini, ada masalah apa, dan solusinya apa, jangan lupa selipkan kalimat promosi terkait produk kita. Contoh “Saya pernah denger bund, kalau remaja yang hamil di luar nikah, gonta ganti pacar. Itu penyebabnya karena dia kurang deket sama ayahnya. Anak perempuan kan butuh kasih sayang. Nah kalau dia nggak dapet kasih sayang dari ayahnya, jadi besar kemungkinan kerinduannya dilampiaskan ke lawan jenis yang jadi pacarnya.” “Ngeri bund, maka penting banget sejak dini ayah tuh punya kegiatan sama anak. Ibu juga nggak kalah penting. Bla bla bla…” “Ini kalo ibu bingung ya mau bikin kegiatan apa, ada salah satu brand Namanya littlezam, mereka sering bikin mainan edukatif yang hashtagnya #melantaibersamaanak dan mainan itu memang bisa jadi media bermain untuk anak Bersama orang tua.” “Mumpung anak masih kecil bund, kedekatan itu udah harus mulai dibangun.” 2. Beri Perhatian Saat Berbicara dan Selalu Bersikap Ramah Kalau kita aja nggak suka dicuekin saat ngobrol, berarti orang lain juga merasakan hal yang sama.
Bayangkan posisi sebagai pembeli
saat sedang antusias-antusiasnya sama produk yang kita jual. Eh respon penjualnya begini: Pembeli: “Mbak, baju renang di atas itu berapa?” Penjual: “250.000” (sambil main hp) Pembeli: “Ada ukuran apa aja mbak? Badan anak saya cukup besar. Jadi ukurannya harus yang besar mbak.” Penjual: “Itu all size bund.” (ekspresi datar)
DENG DOOOOONG, sebel loh
sama penjual yang terlihat nggak niat jualan. Pernah kan kita kembali membeli bubur di dekat rumah bukan karena buburnya enak banget, tapi karena bapaknya baik sama kita dan enak diajak ngobrol?
Jadi sebaiknya, kalau pembeli sudah
antusias sama produk kita. Kita harus lebih antusias menyambut mereka agar barang kita terjual. Ekspresi, gesture, dan sikap kita dihadapan pembeli jangan sampai menimbulkan pertanyaan. “Niat gak sih jualan?” Karena terkadang, orang mau kembali lagi membeli bukan hanya dari produk yang bagus saja, tapi juga karena pelayanan yang baik dan sikap ramah penjualnya. Tanamkan di kepala kita bahwa pintu rezeki mulai terbuka saat ada orang yang notice sama produk kita. Maka sambutlah mereka. 3. Basa-Basi • Semisal orang yang lewat di depan toko atau stand kita tidak tertarik membeli produk kita. Lakukan pendekatan dengan memulai perbincangan apapun, atau bisa disebut juga dengan basa-basi. • Basa-basi bisa dimulai dengan membicarakan hal ringan atau hal- hal yang ada di sekitar kita saat itu. Misalnya: “Hari ini panas banget ya?” “Mbanya dari mana?” “Ke sini lagi liburan ya Bund?” “Ini anak Bunda? Gemesin banget sih.”
Banyak cara untuk memulai
perbincangan. Biarkan dia menjawab pertanyaan kita dan biarkan dia bercerita tentang dirinya. Ketika dia sudah mau bercerita dengan kita, itu menandakan dia sudah mulai nyaman dan senang kepada kita.
Nah, ini dia! Ini akan lebih mudah
menarik si calon pembeli untuk segera membeli produk kita. 4. Tanyakan Kabar Kalau obrolan sudah mulai habis. Kita bisa pancing perbincangan lagi dengan menanyakan kabar hari itu, anaknya sekolah di mana, sibuk apa aja, dan hal-hal umum lainnya.
Terus mengobrol sampai kita
mendapatkan celah untuk menawarkan produk kita sebagai solusi kehidupannya. 5. Sharing “Stop Selling, Start Helping.”
Kita memang punya tujuan menjual
dan menghabiskan barang, tapi jangan hanya fokus pada keuntungan kita saja. Miliki nilai dalam diri kita untuk mau membantu orang lain dengan ilmu yang kita miliki. Ketika kita mau sharing ilmu, dan tidak pelit pada orang lain, percayalah yang membalas kebaikan itu bukan lagi orang yang sedang kita tawarkan produk.
Tapi langsung dari yang Maha Kaya,
yaitu Allah ta’ala. 6. Tawarkan Produk ke Calon Pembeli Saat kita menawarkan produk ke calon pembeli, kita WAJIB MENGUASAI product knowledge. Jadi kita harus paham seluk beluk produk yang kita jual.
Beri tahu juga manfaat dari produk
yang sedang kita jual yang lebih terkesan menguntungkan mereka. Terkadang, pembeli bukan mau membeli barangnya, tapi ia mau membeli apa yang akan ia dapatkan dari barang tersebut. Seperti seseorang membeli anti ketombe dan pencegah rambut rontok, bukan shampoo.
Dia mau beli pendingin ruangan
bukan AC. Jadi ketika kita tawarkan produk yang ada di Warung Umat, kita tawarkan juga nilai apa yang akan didapat dari membeli produk yang kita jual. Tinggal bagaimana kita mengomunikasikan apa yang kita jual dengan BAIK DAN BENAR. 7. Kepada Siapa Ayah/Bunda Bisa Menjual Barang Dagangannya Secara Offline? • Keluarga • Taruh brosur ke • Teman tempat ramai Organisasi • Titip ke teman • Tetangga yang punya usaha • Ibu-ibu arisan • Teman kantor • Orang tua Murid • Orang yang kita jumpai saat • Guru-guru di menunggu atau sekolah duduk di kereta • Dll “A Good relationship starts with good communication.”
Sudah siap membangun
hubungan yang baik dengan calon pembeli kita dengan cara offline?