Anda di halaman 1dari 4

Isu Agama Pemilu Thailand: Umat Buddha

Merasa Terancam oleh Islam

Para pendukung mengangkat poster kandidat Partai Pheu Thai selama kampanye
pemilu di Bangkok, Thailand, Jumat (15/2/2019). AP Foto/Sakchai Lalit

Oleh: Tony Firman - 15 Maret 2019


Dibaca Normal 4 menit
Partai Pandin Dharma memainkan sentimen agama dalam kampanye. Bagi mereka,
Buddha sedang terancam oleh Islam di Thailand selatan.
tirto.id - "Saya bergabung dengan partai ini karena kebijakannya untuk melindungi
agama," kata Sirima Sarakul, 36 tahun, perempuan yang dulu dikenal sebagai
model. Ia hijrah ke partai agama, Pandin Dharma, untuk ikut memperebutkan kursi
parlemen di pemilu Thailand.

Berpakaian serba putih, saat berkampanye di sebuah pasar di Bangkok, Sirima tidak
sendirian. Ia ditemani Boonyatilert Sara, mantan biksu berusia 45.

Ini adalah fenomena baru di Thailand. Dalam laporan jurnalis Panu Wongcha-um
untuk Reuters, hajatan demokrasi Thailand diwarnai kemunculan partai yang
mengusung sentimen agama. Mereka mengobarkan kampanye bahwa eksistensi
Buddha sebagai agama mayoritas di Thailand sedang terancam dan mengajak para
pendukungnya untuk mencegah itu.

"Agama Buddha telah membusuk di negara ini," kata salah seorang pendukung
Pandin Dharma, Yuttana Suksa-ard, 66 tahun. "Partai seperti ini dapat membantu
memurnikan agama."

Para pendukung Pandin Dharma percaya bahwa hari-hari ini Thailand sedang
dipimpin otoritas sekuler yang terus memusuhi agama Buddha dan
mengkriminalisasi para biksu.

"Para biksu menghadapi tangan besi negara," keluh mantan biksu Korn Medee, 47,
yang sekaligus pemimpin Partai Pandin Dharma.

Mereka menganggap pemerintah saat ini lebih peduli terhadap umat Islam yang
cuma minoritas di Thailand dibanding mayoritas Buddha. "Pemerintah secara
terang-terangan lebih menyukai agama lain (Islam) daripada agama Buddha," imbuh
Korn.

Penduduk Thailand per tahun 2018 berjumlah lebih dari 68 juta jiwa. Sebesar 94,6
persen penduduknya memeluk Buddha. Buddhisme eksis di tanah Thailand sejak
ribuan tahun lalu. Tidak heran, agama ini banyak menopang aspek kehidupan dan
budaya masyarakat.

Agama terbesar kedua adalah Islam yang membentuk proporsi 4,3 persen, disusul
Kristen sebesar 1 persen.
Masalah Politik Thailand Suburkan Perdagangan
Manusia
Reuters, CNN Indonesia | Kamis, 21/05/2015 20:26 WIB

Bagikan :

Ratusan manusia perahu ditarik ke daratan Aceh sementara ribuan lainnya masih terkatung-katung di laut.
(Antara/Rony Muharman)

Bangkok, CNN Indonesia -- Kekerasan politik selama bertahun-tahun di Bangkok


sangat menyedot sumber daya kepolisian sehingga menghambat penyelidikan
terhadap perdagangan manusia di Thailand Selatan yang kini tumbuh subur.

“Lihat Thailand tahun lalu. Ada kudeta dan sebelumnya muncul masalah politik
selama bertahun-tahun,” kata Jenderal Aek Angsananont, wakil kepala kepolisian
nasional Thailand, kepada Reuters.

“Dari mana polisi yang dikerahkan itu? Mereka datang dari daerah untuk membantu
Bangkok. Kami tidak memiliki sumber daya untuk mengatasi masalah perdagangan
manusia.

“Kapan kami sangat lemah? Tahun lalu.”


Saat ini Asia Tenggara menghadapi krisis pendatang dimana ratusan “manusia
perahu” yang kebanyakan Muslim Rohingya dari Myanmar dan Bangladesh
terkatung-katung di lautan.

PILIHAN REDAKSI Para


 RI, Malaysia akan Tampung Imigran yang Masih Terapung di Laut
 AS akan Bicarakan Krisis Manusia Perahu dengan Myanmar
 Thailand Janji Tak akan Kembalikan Imigran Rohingya ke Laut
pendatang sejak lama mempergunakan Teluk Bengali untuk menuju Thailand, tetapi
operasi penggerebekan terhadap kamp-kamp perdagangan manusia yang dilakukan
pemerintah Thailand tahun ini, mengganggu rute itu dan para pendatang pun
terperangkap di tengah laut.

Menjelang konferensi yang bertujuan mengatasi krisis pendatang di Asia Tenggara,


Jenderal Aek Angsananont mengatakan ada lima kasus perdagangan manusia yang
sedang diselidiki. Namun, prosesnya bisa berjalan berbulan-bulan.

Polisi Thailand menangkap 43 orang yang diduga terlibat dalam perdagangan


manusia, empat diantaranya polisi dan juga sejumlah politisi daerah.

Aek mengatakan belum menemukan bukti keterlibatan militer dalam kasus tersebut.

“Saya belum menemukan bukti hal ini melibatkan militer. Tetapi saya tegaskan
bahwa sepenting apapun orangnya, kami akan menangkap mereka.”

Polisi belum menemukan bukti yang menghubungkan para tersangka dengan lebih
dari 30 jenazah yang ditemukan di kamp perdagangan manusia di dekat perbatasan
Malaysia bulan lalu.

Tahun lalu, status Thailand dan Malaysia di Daftar Perdagangan Manusia tahunan
yang diterbitkan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat diturunkan ke kategori
paling rendah. Daftar ini berisi penilaian kinerja negara-negara di dunia dalam
memerangi perdagangan manusia. (yns)

Anda mungkin juga menyukai