Anda di halaman 1dari 5

Nama : Fisabilillah Nugraha

NIM : 6092201209

Kelas : Ilmu Politik C

PENGUSIRAN DUTA BESAR UNI EROPA OLEH NIKARAGUA

Pendahuluan

Seperti yang telah diketahui bahwa dalam ilmu politik terdapat sebuah kajian yang
mempelajari tentang suatu kekuasaan. Kekuasaan merupakan hak seseorang atau sekelompok
untuk mempengaruhi, mengatur, atau memberi perintah sesuai dengan keinginan dan tujuan
dari orang yang mempunyai kekuasaan tersebut. Dari pengertian tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa seseorang yang memiliki kekuasaan adalah orang yang sangat berpengaruh
pada pihak lain.

Hubungan kekuasaan memiliki tiga unsur yaitu meliputi pencapaian tujuan, cara
menggunakan sumber-sumber yang berpengaruh, dan hasil penggunaan sumber-sumber
tersebut. Maka dapat terlihat bahwa kekuasaan yang lingkupnya dalam dunia politik, akan
menggunakan sumber politik untuk mempengaruhi proses pelaksanaan hukum politik.

Tidak sedikit orang-orang dalam dunia politik yang ingin berkuasa. Untuk mencapai suatu
tujuan, biasanya banyak yang berlomba untuk memiliki kekuasaan karena sangat mudah
mencapai tujuan jika berkuasa akan sesuatu. Penguasaan tersebut diyakini akan dilakukan
untuk kepentingan dan kebaikan bersama.

Namun, penguasaan untuk kebaikan ini tidak bisa dipukul rata untuk semua negara. Dalam
berpolitik, terdapat beberapa oknum yang memanfaatkan kekuasaan hanya untuk kepentingan
pribadi atau kelompoknya. Hal ini akan berakibat buruk pada lingkungan disekitarnya, baik
dalam jangka yang dekat ataupun luas. Misalnya ialah terjadinya penindasan, perang,
keterbelakangan, pembantaian antar negara, kemiskinan, korupsi, dan lain-lain.

Biasanya penyalahgunaan kekuasaan ini dilakukan oleh pejabat atau petinggi publik yang
diberikan kepercayaan untuk diberi tugas dan menduduki posisi tertinggi di suatu negara.
Perilaku-perilaku penyalahgunaan kekuasaan yang telah disebutkan sebelumnya dapat
disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut ialah ketidakpuasan akan keuangan
yang telah didapatkan, ancaman atau keterpaksaan dari pihak luar, atau adanya kesempatan
yang membuat seorang penguasa ingin menguasai sesuatu lebih dari yang seharusnya
dilakukan.

Salah satu kasus isu atau permasalahan politik yang akhir-akhir ini kembali memanas ialah
konflik antara negara Nikaragua dengan Uni Eropa. Nikaragua merupakan negara berbentuk
republik di Amerika Tengah. Sedangkan Uni Eropa adalah organisasi atau sekumpulan
negara-negara dari Eropa yang beranggotakan 27 negara sejak 31 Januari 2020.
Secara garis besar, konflik ini disebabkan karena Uni Eropa mendesak negara Nikaragua
untuk memulihkan sistem politiknya terutama sistem demokrasi. Uni Eropa juga mengkritik
Nikaragua atas penindasan yang dilakukan dan memerintahkan negara tersebut untuk
menghormati hak asasi manusia serta membebaskan tahanan politik.

Dapat dikatakan bahwa konflik ini terjadi karena adanya penindasan oleh Nikaragua, namun
negara tersebut tidak ingin dikritik dan mengusir Uni Eropa atas dasar mengganggu dan tidak
menghormati kedaulatan nasional negara Nikaragua. Maka dengan ini Nikaragua mengusir
duta besar Eropa yang sedang ditugaskan di negara Nikaragua yaitu Bettina Muscheidt.

Pembahasan

Uni Eropa adalah sebuah organisasi yang dibentuk pada tahun 1958 dengan tujuan untuk
mempersatukan negara-negara bagian Eropa. Dahulu, Uni Eropa dibentuk sebagai badan
perdagangan, namun berevolusi menjadi sebuah badan kerja sama dalam bidang ekonomi dan
politik. Dalam masa bekerjanya, organisasi ini selalu memberikan kritik-kritik lewat
organisasi PBB atau Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan tujuan kebaikan bersama. Salah
satunya ialah memberikan kritik kepada negara Nikaragua.

Nikaragua merupakan salah satu negara yang berada di Amerika Tengah berbentuk republik
yang di pimpin oleh seorang presiden. Presiden tersebut bernama Daniel Ortega. Daniel
Ortega menjabat dari tahun 2006 hingga saat ini. Dahulu, Daniel Ortega dikenal sebagai
presiden yang sangat bekerja keras karena Ia mengupayakan untuk memberantas kemiskinan,
kelaparan, serta orang-orang yang berpendidikan rendah dengan menjalankan program
perjanjian perdagangan dengan Amerika Serikat.

Namun semakin lama, Ortega menutup sistem kepemimpinannya. Ia mulai membatasi berita
dan akses jurnalis agar tidak melihat ke dalam sisi pemerintahan. Ortega sendiri dikenal
memerintah dengan tangan besi, kerap bertindak kasar pada media dan oposisi. Hal ini
membuat Ortega mendapat banyak kritikan di sektor transparasi karena ketidakterbukaannya.
Selama pemilihan presiden tahun lalu, penantang politik utama Ortega semuanya ditangkap
dan serangan luas terhadap perbedaan pendapat diberlakukan. Aksi protes tersebut kemudian
memuncak pada tahun 2018 dimana terjadi aksi protes besar yang menewaskan 300
penduduk.

Gambar 1. Aksi Protes di Nikaragua


Oleh karena adanya hal tersebut maka negara-negara yang melakukan hubungan kerja sama
dengan Nikaragua mengkritik negara tersebut. Pada Februari, Duta Besar Vatikan untuk
Managua, Waldemar Stanislaw Sommertag, dinyatakan sebagai persona non grata dan
diperintahkan untuk pergi karena mengkritik hal tersebut. Lalu pada bulan Juni, saat calon
Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Nikaragua, Hugo Rodriguez ditolak jabatannya oleh
pemerintahan Ortega.

Hingga pada puncaknya saat terdapat sebuah laporan dari duta besar Uni Eropa untuk PBB
yang mengatakan bahwa negara Nikaragua harus memulihkan demokrasi di Nikaragua,
termasuk membebaskan tahanan politik dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Kritik
ini disampaikan oleh Bettina Muscheidt, sebagai duta besar Uni Eropa yang didasarkan pada
aksi protes di Nikaragua pada 18 April hingga 18 Agustus 2018.

Setelah diberikan kritik tersebut, Nikaragua tidak terima dan langsung meminta Muscheidt,
yang sedang bertugas di Nikaragua, untuk meninggalkan negara tersebut pada Rabu, 28
September 2022. Presiden Nikaragua, Daniel Ortega, menyangkal bahwa hal tersebut
bukanlah penindasan atas dasar politik. Ortega menyatakan bahwa orang-orang yang
melakukan tindakan protes ialah orang yang tidak mendukungnya. Ortega membantah telah
menekan demonstrasi damai dan memperingatkan bahwa laporan PBB telah mengabaikan
bukti tindakan kekerasan oleh mereka para demonstran adalah “berusaha mengambil
kekuasaan politik.”.

Padahal, laporan dari Uni Eropa tidak serta merta hanya untuk mengkritik Nikaragua saja,
namun Uni Eropa terlebih dahulu melihat data-data yang ada. Dan terbukti bahwa pada tahun
2018, saat aksi protes tersebut memuncak, tingkat kriminal yang ada di Nikaragua pun
meningkat, namun kemudian kembali menurun ketika orang-orang yang melakukan tindakan
tersebut ditangkap. Jika diteliti kembali, penyebab orang-orang melakukan protes atau
kriminalitas ialah karena sikap kekuasaan Ortega yang semena-mena.

Grafik 1. Angka Kriminal di Nikaragua Tahun 2014-2019

Dari pernyataan-pernyataan di atas, ini semakin menguatkan bahwa Ortega telah melakukan
penyalahgunaan kekuasaan. Hal ini dapat dilihat dari kebijakannya yang tiba-tiba menutup
semua akses jurnalis ke pemerintahan dan membuat masyarakat mengkritiknya. Lalu saat
terjadi pemberontakan, Ortega sebagai presiden tidak kembali mengubah sistem
transparasinya.

Selama menjabat sebagai presiden, Ortega kerap memberikan hukuman bagi mereka yang
melontarkan kritikan terhadap pemerintahannya. Ia juga menindak tegas media-media
independen serta memusnahkan oposisi politiknya dalam beberapa tahun terakhir. Kemudian
selama berlangsungnya pemilu pada tahun lalu, seluruh oposisi utama Ortega ditangkap dan
hak kebebasan berpendapat turut dirampas. Ini membuktikan bahwa Ortega telah
menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi agar Ia memenangkan pemilu
selanjutnya dan selalu menjadi presiden Nikaragua.

Ortega terbilang menyalahgunakan kekuasaan karena Ia telah merugikan masyarakatnya


hingga terdapat penduduk yang kehilangan nyawa. Ini tentunya menjadi sorotan bagi negara
lain, salah satunya Uni Eropa yang melaporkannya kepada PBB. Tindakan duta besar Uni
Eropa dinilai benar karena telah melaporkan tindakan penindasan penguasa negara kepada
rakyatnya.

Mendengar kritikan tersebut, Ortega tidak terima dan mengusir Muscheidt dan memutus
hubungan diplomat dengan negara-negara Eropa, salah satunya adalah Belanda. Dikatakan
bahwa negara Eropa telah menyinggung dan mencampuri urusan negara Nikaragua. Ortega
membalikkan fakta bahwa negara Eropalah yang tidak menghormati negaranya.

Dari konflik politik yang telah dijelaskan, maka harus ada solusi di antara negara Nikaragua
dan negara-negara yang telah diusir dari Nikaragua. Solusi pertama ialah adanya pergantian
presiden Nikaragua. Ortega diketahui telah bersikap seenaknya dalam memimpin negara
tersebut. Maka masyarakat seharusnya tidak perlu memilihnya kembali dalam pemilu
selanjutnya atau Ortega diberhentikan secara paksa.

Solusi selanjutnya ialah diadakan perjanjian damai antara Nikaragua atau negara-negara yang
telah diusir tersebut. Solusi ini dapat bekerja apabila Nikaragua ingin mengubah sistem
politik menjadi lebih transparan. Ini dilakukan agar Ortega tidak semena-mena saat menjabat
menjadi presiden. Perjanjian damai yang dilakukan juga harus atas dasar kesepakatan
bersama.

Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Salah satu hal yang dikaji dalam ilmu politik ialah mengenai kekuasaan. Kekuasaan
adalah hak dari seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi atau mengatur
orang lain demi mencapai keinginan dan tujuannya.
2. Biasanya kekuasaan digunakan untuk mencapai tujuan demi kebaikan bersama.
Namun, tidak semua orang yang mendapatkan kekuasaan dapat bertindak benar.
Terkadang terdapat beberapa oknum yang memanfaatkan kekuasaan hanya untuk
kepentingan pribadi atau kelompoknya. Seperti halnya kasus Nikaragua dengan Uni
Eropa.
3. Kasus antara Nikaragua dengan Uni Eropa didasarkan pada penindasan yang telah
dilakukan oleh Presiden Nikaragua, yaitu Daniel Ortega, terhadap masyarakatnya
pada saat mereka melakukan aksi pada 2018 silam.
4. Konflik antara Nikaragua dengan negara-negara bagian Eropa semakin memuncak
karena duta besar Eropa, Bettina Muscheidt, telah melaporkan Nikaragua atas kasus
penindasan tersebut. Muscheidt memerintahkan Nikaragua untuk memulihkan
demokrasi serta membebaskan tahanan politik. Namun Ortega menentangnya dan
mengusi duta besar tersebut.
5. Dari kasus ini dapat terlihat bahwa Daniel Ortega selaku presiden Nikaragua, telah
menyalahgunakan kekuasaan dengan seenaknya memasukkan masyarakat ke dalam
tahanan karena menentangnya.
6. Solusi yang dapat dilakukan adalah pergantian presiden secara paksa karena Ortega
sudah tidak memenuhi persyaratan sebagai presiden. Lalu solusi kedua dapat
dilakukan dengan membuat perjanjian damai. Solusi ini dapat bekerja apabila
Nikaragua ingin mengubah sistem politik menjadi lebih transparan. Ini dilakukan agar
Ortega tidak semena-mena saat menjabat menjadi presiden.

Saran

Penulis menyarankan kepada para pembaca agar terus mengeksplor nformasi mengenai kasus
atau konflik Nikaragua dan Uni Eropa. Hal ini dikarenakan penulis menyadari adanya
kekurangan dalam informasi yang disampaikan. Semua informasi yang dipaparkan berasal
dari artikel-artikel berita luar negeri yang belum 100% benar informasinya karena konflik
yang disampaikan terbilang baru. Untuk pembahasan selajutnya, penulis menyarankan untuk
mencari informasi analisis dari berbagai jurnal atau website terpercaya lainnya.

Anda mungkin juga menyukai