Anda di halaman 1dari 3

1.

Kekuasaan dan kebebasan


Contoh kasus : Tragedi trisakti
Tragedi Trisakti adalah peristiwa berdarah yang terjadi di Indonesia pada tanggal 12
Mei 1998, selama periode reformasi. Tragedi ini terjadi di Universitas Trisakti,
Jakarta, saat mahasiswa sedang melakukan demonstrasi menuntut reformasi politik
dan ekonomi. Berikut adalah kronologi kasus pelanggaran HAM yang terkait dengan
Tragedi Trisakti:

 Protes Mahasiswa:
Pada tanggal 12 Mei 1998, mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta
melakukan demonstrasi di Universitas Trisakti untuk menuntut reformasi
politik dan ekonomi.
 Penembakan Mahasiswa:
Pada malam hari, tentara dan aparat keamanan membubarkan aksi demonstrasi
dengan cara yang kejam. Terjadi penembakan terhadap para mahasiswa.
 Korban Tewas:
Empat mahasiswa tewas dalam peristiwa penembakan tersebut. Keempat
mahasiswa tersebut adalah Elang Mulya Lesmana, Hafidin Royan, Heri
Hertanto, dan Hendriawan Sie.
 Investigasi dan Keadilan:
Setelah peristiwa itu, pemerintah menjanjikan penyelidikan, namun proses
hukum yang mengikuti tidak memuaskan banyak pihak. Beberapa oknum
aparat keamanan yang diduga terlibat dalam penembakan tidak diadili atau
dihukum ringan.
 Sidang Pemakzulan Soeharto:
Tragedi Trisakti juga menjadi salah satu pemicu mundurnya Soeharto dari
jabatan Presiden Indonesia. Pada tanggal 21 Mei 1998, Soeharto
mengumumkan pengunduran dirinya setelah berkuasa selama 32 tahun.
 Kejadian Bersejarah:
Tragedi Trisakti dianggap sebagai salah satu kejadian bersejarah yang memicu
perubahan politik di Indonesia. Peristiwa ini menciptakan momentum untuk
reformasi politik dan pemberian kebebasan sipil.
 Kasus HAM dan Pengadilan Internasional:
Meskipun beberapa pelaku kekerasan diadili, banyak pihak yang merasa
bahwa keadilan belum sepenuhnya terpenuhi. Sejak saat itu, ada serangkaian
tuntutan untuk memperjuangkan keadilan, termasuk tuntutan untuk mengadili
secara internasional.

Kronologi ini mencerminkan peristiwa Tragedi Trisakti dan beberapa langkah yang
diambil setelahnya. Peristiwa ini memiliki dampak besar pada jalannya sejarah politik
Indonesia dan memicu gerakan reformasi.

Pemikiran Montesquieu dan Hegel secara langsung mungkin tidak berhubungan


dengan kasus Tragedi Trisakti pada tahun 1998 di Indonesia. Namun, pemikiran
politik dan filsafat dari tokoh-tokoh tersebut dapat memberikan dasar ideologis atau
inspirasi bagi pemikiran-pemikiran yang muncul di kalangan pemikir dan aktivis di
berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.
 Montesquieu dikenal karena konsep pemisahan kekuasaan dalam karyanya
"The Spirit of the Laws" (Ruang Hukum). Meskipun pemisahan kekuasaan
tidak secara langsung terkait dengan Tragedi Trisakti, ide ini bisa memberikan
dasar pemikiran untuk tuntutan demokrasi, perlindungan hak asasi manusia,
dan pencegahan penyalahgunaan kekuasaan oleh pemerintah.
 Hegel menyumbangkan pemikiran tentang perkembangan sejarah dan negara
dalam karyanya "Philosophy of Right" (Filsafat Hukum). Pemikiran ini dapat
memengaruhi pandangan tentang evolusi politik dan tuntutan perubahan
sosial. Meskipun Hegel tidak secara langsung terkait dengan peristiwa spesifik
seperti Tragedi Trisakti, konsep-konsepnya dapat memberikan landasan
filosofis bagi pemikiran tentang transformasi sosial dan politik.
Seringkali, pemikiran-pemikiran ini diterapkan secara luas oleh intelektual dan aktivis
di berbagai konteks dan dapat menjadi bagian dari kerangka pikir yang membentuk
tuntutan-tuntutan perubahan dan keadilan. Namun, hubungan ini lebih bersifat umum
dan melibatkan penafsiran dan aplikasi kreatif dari ide-ide filosofis tersebut sesuai
dengan konteks lokal dan waktu yang spesifik.

2. Masyarakat dan kekuasaan


Contoh kasus : pemilihan umum capres 2014
Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 2014 di Indonesia adalah salah satu momen
politik penting yang melibatkan dua pasangan calon, yaitu Joko Widodo (Jokowi) dan
Jusuf Kalla (pasangan nomor urut 2) serta Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa
(pasangan nomor urut 1). Meskipun tidak ada kronologi resmi tentang money politics
selama Pilpres 2014, beberapa isu dan kontroversi muncul sepanjang kampanye.
Berikut adalah beberapa elemen yang mencerminkan isu money politics dalam Pilpres
2014:
 Dugaan Pembelian Dukungan Partai:
Terdapat dugaan bahwa beberapa partai politik yang mendukung kedua
pasangan calon menerima dana besar sebagai imbalan dukungan. Hal ini
menciptakan isu tentang sejauh mana partai politik dapat dipengaruhi oleh
uang dalam menentukan dukungan politik mereka.
 Sumbangan Dana Kampanye yang Besar:
Kedua pasangan calon menerima sumbangan dana kampanye yang besar dari
berbagai pihak, termasuk pengusaha dan kelompok kepentingan. Isu ini
menimbulkan pertanyaan tentang transparansi dan etika penggunaan dana
kampanye, serta potensi pengaruh yang dapat dimiliki oleh pemberi
sumbangan.
 Kampanye Hitam dan Serangan Karakter:
Sejumlah iklan kampanye hitam dan serangan karakter melibatkan
penggunaan dana besar untuk merusak citra lawan politik. Penggunaan taktik
ini menciptakan ketegangan dan kontroversi dalam kampanye, sambil
menimbulkan pertanyaan tentang etika politik.
 Penggunaan Program Sosial sebagai Alat Politik:
Terdapat dugaan bahwa sejumlah proyek pembangunan dan program sosial di
beberapa daerah dimanfaatkan sebagai alat politik untuk memenangkan
dukungan. Hal ini menciptakan isu tentang keadilan dalam distribusi program-
program pemerintah dan potensi penyalahgunaan untuk kepentingan politik.
 Dugaan Pemilih Terpengaruh oleh Uang Tunai:
Beberapa laporan juga menunjukkan bahwa terdapat praktik pemberian uang
tunai kepada pemilih untuk memengaruhi hasil suara. Hal ini menciptakan isu
tentang integritas pemilihan dan kebebasan pemilih dalam menentukan
pilihannya.
Secara umum, pemikiran politik Machiavelli dan Locke tidak secara langsung
berkaitan dengan kasus money politics dalam Pemilihan Umum Presiden 2014 di
Indonesia. Namun, kita dapat memahami beberapa aspek dari pemikiran keduanya
yang dapat terkait dengan isu-isu yang mungkin muncul dalam konteks politik,
termasuk money politics.
Niccolò Machiavelli:
Machiavelli dikenal karena karyanya yang kontroversial, seperti "The Prince." Dalam
karyanya, Machiavelli memberikan pandangan realistis tentang politik dan kekuasaan.
Beberapa konsep yang dapat terkait dengan money politics adalah:
 Kekuasaan sebagai Tujuan Utama:
Menurut Machiavelli, mencapai dan mempertahankan kekuasaan merupakan
tujuan utama politik. Dalam konteks money politics, calon atau partai politik
mungkin melihat penggunaan uang sebagai sarana untuk mencapai dan
mempertahankan kekuasaan.
 Ketidakmoralan sebagai Realitas Politik:
Machiavelli memandang bahwa politik sering kali tidak dapat dipisahkan dari
ketidakmoralan. Dalam situasi money politics, ketidakmoralan dapat muncul
dalam bentuk penyalahgunaan kekayaan untuk memengaruhi pemilih atau
politisi.
John Locke:
John Locke, di sisi lain, adalah filsuf yang berfokus pada pemikiran liberal dan teori
kontrak sosial. Beberapa elemen pemikiran Locke yang dapat berkaitan dengan isu
money politics adalah:
 Hak Asasi Individu:
Locke menekankan hak asasi individu, termasuk hak atas kepemilikan. Dalam
konteks money politics, penyalahgunaan uang untuk memengaruhi pemilihan
dapat dianggap sebagai pelanggaran terhadap hak individu untuk membuat
keputusan politik bebas dari pengaruh eksternal yang tidak adil.
 Transparansi dan Pertanggungjawaban Pemerintah:
Locke memandang bahwa pemerintah harus transparan dan bertanggungjawab
kepada rakyat. Jika terdapat praktik money politics yang melibatkan
penyalahgunaan fasilitas negara, hal tersebut dapat dianggap sebagai
pelanggaran terhadap prinsip transparansi dan pertanggungjawaban.

Anda mungkin juga menyukai