Anda di halaman 1dari 7

Gender dan Agama sebagai Pandangan Politik Mutakhir

By Anwar Iskandar
Tumbangnya Orde Baru adalah salah satu awal kebebasan demokratisasi di Indonesia.
Lengsernya rezim Soeharto mendorong aktualisasi aspirasi politik membuka pintu eksistensi
dari berbagai kalangan. Banyak dari berbagaikalangan memanfaatkan momentum tersebut
sebagai iklim kebebasan. Banyak gagasan-gagasan visioner secara terbuka ke publik luas
mewarnai perdebatan politik. Kondisi sosial politik Indonesia semenjak reformasi di tandai
dengan dua golongn yang sangat terlihat pergerakanya yaitu pihak kebebasan dengan pihak
kekerasan. Dituangkan dengan peristiwa yang berbeda-beda tetapi pada intinya hal yang sama
dibawakan mengenai kekerasan yang terjadi di tahun-tahun tersebut.
Mei 1997 awal kerusuhan terjadi yang berawal dari gagalnya komunikasi mengenai konteks
politik nasional baik momentum politik kepemimpinan RI maupun di daerah-daerah.
Setidaknya ada sekitar 64 kasus kekerasan pada tahun-tahun politik tersebut. 49 kasus (76%)
terjadi disaat suasana politik dan kampanye, lalu sisanya sekitar 14 kasus (21%) terjadi di luar
peristiwa tersebut menurut catatan Litbang Republika. Itu saja sekurang-kurangnya, artinya
masih banyak kasus yang belum tercatat.Politik yang dimulai pada tahun 1998, mengakhiri
rezim Orde Baru yang telah berlangsung selama lebih dari tiga dekade di bawah kepemimpinan
Presiden Soeharto.
Reformasi buah kehancuran masa ORBA
Reformasi diinisiasi oleh unjuk rasa mahasiswa dan aktivis yang menuntut reformasi politik,
ekonomi, dan sosial. Reformasi dimulai sebagai respons terhadap krisis ekonomi yang melanda
Asia pada pertengahan dan akhir 1990-an. Indonesia tidak luput dari dampak krisis finansial,
dengan terjadi pelemahan nilai tukar rupiah, inflasi tinggi, dan krisis moneter. Puncak dari
perasaan ketidakpuasan terhadap pemerintahan Soeharto terjadi pada Mei 1998. Mahasiswa
dan aktivis pro-demokrasi mengorganisir unjuk rasa besar-besaran di Jakarta dan kota-kota
besar lainnya, menuntut reformasi politik dan pengunduran diri Soeharto. Tekanan dari unjuk
rasa dan dukungan internasional membuat Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya pada
21 Mei 1998. Ia digantikan oleh Wakil Presiden B.J. Habibie dengan membentuk Kabinet
Reformasi Pembangunan yang bertujuan untuk membawa perubahan politik, ekonomi, dan
sosial. Beberapa kebijakan liberalisasi ekonomi dan politik diimplementasikan. Pemilihan
Umum tahun 1999 menjadi momentum penting dalam Reformasi, di mana rakyat Indonesia
memilih presiden secara langsung untuk pertama kalinya. Abdurrahman Wahid, atau yang
akrab dipanggil Gus Dur, terpilih sebagai presiden. Pemerintahan Wahid diwarnai oleh
dinamika politik yang tinggi dan tantangan keamanan internal, seperti konflik di Maluku dan
Poso. Pada tahun 2001, Wahid digantikan oleh Megawati Soekarnoputri setelah pemakzulan
oleh MPR. Megawati Soekarnoputri menjadi presiden dan menjadi presiden wanita pertama di
Indonesia. Pemerintahannya ditandai oleh upaya pemulihan ekonomi dan penanganan konflik
regional. Pemilihan Umum tahun 2004 menghasilkan terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono
sebagai presiden, yang menjadi presiden pertama yang dipilih langsung oleh rakyat Indonesia.
Pemerintahan SBY fokus pada stabilitas ekonomi, peningkatan kesejahteraan, dan upaya
penanggulangan korupsi. Namun, beberapa tantangan seperti terorisme, bencana alam, dan
korupsi masih menjadi isu penting. Proses demokratisasi terus berlanjut dengan pemilihan
umum pada tahun 2014 dan 2019, menghasilkan terpilihnya Joko Widodo (Jokowi) sebagai
presiden untuk dua periode berturut-turut. Reformasi di Indonesia telah membawa perubahan
yang signifikan dalam sistem politik, ekonomi, dan masyarakat. Meskipun masih ada
tantangan, namun Reformasi telah mengukuhkan fondasi demokrasi dan partisipasi publik
yang lebih kuat di Indonesia.
Dalam era globalisasi ini, politik menjadi sebuah panggung yang semakin kompleks dan
dinamis. Isu-isu politik mutakhir mencerminkan tantangan dan perubahan yang sedang
berlangsung di berbagai belahan dunia. Beberapa tema utama yang mendominasi percakapan
politik saat ini mencakup ketegangan internasional, isu lingkungan, polarisasi politik, krisis
kesehatan, teknologi, ekonomi global, dan hak asasi manusia.
Politik Mutakhir Global
Salah satu sorotan utama dalam politik mutakhir adalah ketegangan internasional. Negara-
negara bersaing untuk memperoleh keunggulan geopolitik, dan konflik antarnegara menjadi
perhatian dunia. Ketidakpastian dalam hubungan internasional menciptakan sebuah panggung
di mana diplomasi, keamanan, dan kebijakan luar negeri memainkan peran sentral dalam
menjaga perdamaian global. Redanya Ukraina dengan Rusia nampaknya tidak membuahkan
pembelajaran kepada negara-negara yang lainya bahwa perang hanya menghasilkan korban
jiwa. Yang terbaru adalah ketegangan antara Israel dengan Palestina yang dimulai 7 oktober
2023 kemarin sudah menjatuhkan 15.854 lebih korban jiwa Menurut Palestinian Central
Bureau of Statistics (PCBS) per 27 November 2023, dengan rincian 14.854 di jalur gaza, dan
di tepi barat sekitar 239 orang. Sedikitnya 5.600 korban jiwa tersebut adalah anak-anak dan
3.550 wanita. Peristiwa ini kian menegaskan bahwa serangan balasan Israel itu begitu dahsyat
sehingga berdampak besar terhadap jatuhnya korban. Serangan Israel dengan alutsista
mutakhir dan berdaya hancur tinggi itu rawan mengancam seluruh jiwa manusia di wilayah
tersebut, tak terkecuali anak-anak. Apalagi, wilayah Gaza memiliki populasi anak-anak yang
cukup besar di Palestina.
Lingkungan dan Kesehetan dalam Politik Mutakhir
Isu lingkungan juga menjadi pusat perhatian dalam politik mutakhir. Dengan perubahan iklim
yang semakin mengkhawatirkan, masyarakat internasional bersama-sama berusaha mencari
solusi untuk mengatasi tantangan lingkungan. Kebijakan energi terbarukan, pelestarian sumber
daya alam, dan upaya mitigasi perubahan iklim menjadi agenda penting bagi pemimpin politik.
Polarisasi politik, khususnya dalam masyarakat demokratis, juga menciptakan dinamika yang
menarik. Perpecahan antara kelompok politik dapat menghambat proses pengambilan
keputusan, mengancam stabilitas politik, dan memicu ketidaksetujuan dalam masyarakat.
Menemukan keseimbangan antara kepentingan beragam menjadi tugas yang semakin sulit.
Krisis kesehatan, seperti yang ditunjukkan oleh pandemi COVID-19, telah mengubah lanskap
politik secara mendalam. Respons pemerintah terhadap krisis kesehatan, kebijakan vaksinasi,
dan pemulihan ekonomi menjadi ujian bagi kepemimpinan politik di seluruh dunia. Kesehatan
tidak lagi hanya menjadi isu domestik, tetapi juga menjadi bagian integral dari diplomasi global
Kesetaraan Gender dalam Berpolitik
Pendekatan gender dalam politik menjadi semakin penting dalam menyelami dinamika
masyarakat modern. Politik gender bukan hanya tentang mewujudkan kesetaraan antara pria
dan wanita, tetapi juga mengakui dan menghargai berbagai identitas gender. Dalam esai ini,
kita akan mengeksplorasi peran politik gender dalam merespon ketidaksetaraan dan
menciptakan lingkungan politik yang inklusif. Pertama-tama, politik gender berusaha
merentangkan jembatan di atas kesenjangan tradisional antara laki-laki dan perempuan.
Historisnya, peran politik seringkali dianggap sebagai ranah yang didominasi oleh laki-laki.
Namun, pergeseran paradigma ini mengarah pada pengakuan bahwa setiap individu, tanpa
memandang jenis kelamin, memiliki kontribusi berharga dalam pengambilan keputusan politik.
Keterlibatan perempuan dalam politik menjadi kunci untuk mencapai kesetaraan yang sejati.
Tantangan utama dalam politik gender adalah memerangi stereotip dan norma sosial yang
membatasi partisipasi perempuan. Stereotip ini terkadang menciptakan hambatan bagi aspirasi
politik perempuan dan merugikan potensi kepemimpinan mereka. Pendidikan dan kampanye
kesadaran menjadi instrumen penting untuk mengubah persepsi masyarakat terhadap peran
perempuan dalam politik. Selain itu, quota gender dan kebijakan afirmatif menjadi alat untuk
memastikan keterwakilan yang adil dalam lembaga-lembaga politik. Quota memberikan
dorongan untuk mewujudkan keberagaman dalam pengambilan keputusan. Meskipun ada
kritik terhadap pendekatan ini, banyak yang menganggapnya sebagai langkah penting menuju
kesetaraan yang lebih baik.
Namun, politik gender tidak hanya terbatas pada perbandingan angka antara laki-laki dan
perempuan dalam politik. Hal ini juga mencakup pengakuan terhadap keragaman gender,
termasuk hak-hak individu LGBTQ+. Isu-isu seperti perlindungan terhadap komunitas
transgender, hak pernikahan sejenis, dan pemberian hak-hak yang setara menjadi fokus dalam
upaya menciptakan lingkungan politik yang inklusif. Pentingnya politik gender terletak pada
dampaknya terhadap kebijakan publik. Penelitian menunjukkan bahwa keberagaman dalam
pengambilan keputusan menghasilkan kebijakan yang lebih beragam dan responsif terhadap
kebutuhan seluruh masyarakat. Oleh karena itu, politik gender bukan hanya tentang kesetaraan
sebagai tujuan akhir, tetapi juga sebagai sarana untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil
dan berkelanjutan. politik gender memainkan peran kunci dalam upaya menciptakan dunia
politik yang lebih adil dan inklusif. Melalui perubahan paradigma, peningkatan partisipasi
perempuan, dan pengakuan terhadap keragaman gender, kita dapat membentuk masa depan di
mana setiap individu memiliki suara yang didengar dalam pembentukan kebijakan. Politik
gender bukan hanya tanggung jawab perempuan; itu adalah panggilan untuk semua individu
untuk bersatu dalam menciptakan masyarakat yang setara dan menghargai keberagaman.
Berpoltik dengan Agama
Politik agama seringkali menjadi arena yang kompleks dan kontroversial di berbagai belahan
dunia. Di tengah masyarakat yang semakin terglobalisasi, hubungan antara agama dan politik
menjadi perhatian utama. Dalam esai ini, kita akan menyelami dinamika politik agama,
mengeksplorasi peran agama dalam pengambilan keputusan politik, serta mengevaluasi
tantangan dan peluang yang muncul. Salah satu pertanyaan kunci dalam politik agama adalah
sejauh mana agama memengaruhi kebijakan publik. Meskipun prinsip-prinsip pemisahan
agama dan negara menjadi dasar bagi beberapa sistem politik, kenyataannya, agama seringkali
memainkan peran penting dalam pembentukan kebijakan. Isu-isu seperti etika, moralitas, dan
hak-hak individu sering kali dikaitkan dengan nilai-nilai agama tertentu.
Tantangan utama dalam politik agama adalah menjaga keseimbangan antara kebebasan
beragama dan pemisahan agama dan negara. Sebuah negara yang memandang agama sebagai
panduan moral mungkin merumuskan kebijakan-kebijakan berdasarkan prinsip-prinsip agama
tertentu. Di sisi lain, negara sekuler mungkin cenderung memisahkan agama dari urusan
politik, menghindari dominasi agama atas kebijakan publik.
Konflik antaragama dan intoleransi agama adalah isu kritis dalam politik agama. Masyarakat
yang terdiri dari berbagai kelompok agama dan kepercayaan sering kali dihadapkan pada
tantangan dalam mencapai toleransi dan harmoni. Pembangunan dialog antaragama,
pemahaman yang lebih baik tentang perbedaan, dan advokasi untuk hak-hak agama menjadi
langkah-langkah krusial dalam merespon konflik ini. Politik agama juga dapat menjadi sarana
untuk memobilisasi massa. Gerakan politik yang berbasis agama seringkali memiliki daya tarik
kuat, terutama ketika merespons isu-isu moral atau sosial yang dianggap penting oleh
kelompok agama tertentu. Pemimpin agama dapat memainkan peran penting dalam
membentuk opini publik dan memobilisasi dukungan politik. Dalam menyikapi dinamika
politik agama, pluralisme menjadi kunci. Masyarakat yang mengakui dan menghargai
keberagaman agama mampu menciptakan lingkungan politik yang inklusif. Pendidikan yang
mempromosikan pemahaman antaragama, serta kebijakan-kebijakan yang melindungi
kebebasan beragama, menjadi langkah-langkah penting dalam mengembangkan masyarakat
yang pluralistik.
Dengan demikian, politik agama memerlukan pendekatan yang bijaksana dan seimbang.
Sementara agama dapat memberikan kerangka etika dan moral bagi masyarakat, perlu ada
jaminan untuk menjaga kebebasan beragama dan mencegah konflik yang dapat timbul akibat
perbedaan keyakinan. Hanya melalui pendekatan ini, politik agama dapat menjadi motor
keadilan sosial dan harmoni masyarakat.
Teknologi Media Berpolitik
Dalam era globalisasi dan teknologi informasi yang pesat, politik media memegang peranan
penting dalam membentuk pandangan masyarakat terhadap dunia. Media tidak lagi hanya
sebagai penyampai informasi, melainkan juga sebagai pemain kunci dalam dinamika politik.
Esai ini akan mengeksplorasi peran politik media, tantangan yang dihadapi, dan transformasi
yang terjadi, khususnya dalam konteks era digital.
Politik media memiliki dampak signifikan terhadap proses demokrasi dan pembentukan opini
publik. Media tradisional dan digital berfungsi sebagai platform bagi berbagai aktor politik
untuk menyampaikan pesan mereka kepada masyarakat. Pemberitaan, komentar, dan interaksi
media menjadi pemersatu kepentingan politik dan publik.
Namun, peran media tidak selalu netral. Bias politik, pemilihan berita yang cenderung
sensational, dan pengaruh korporasi dapat mempengaruhi cara informasi disajikan. Pada saat
yang sama, media sosial memberikan ruang bagi partisipasi publik yang lebih aktif, membuka
pintu bagi suara-suara yang sebelumnya mungkin terpinggirkan. Disinformasi dan hoaks
menjadi tantangan serius dalam politik media modern. Platform digital memudahkan
penyebaran informasi palsu, yang dapat mempengaruhi pemilihan dan citra politik. Upaya
untuk mengatasi masalah ini mencakup pendidikan publik, regulasi yang lebih ketat, dan
kerjasama antarplatform. Media sosial sering kali menciptakan filter bubble di mana individu
hanya terpapar pada pandangan yang sejalan dengan keyakinan mereka sendiri. Ini dapat
memperkuat polarisasi politik dan mengurangi dialog konstruktif. Pendidikan medial dan
upaya untuk memecah filter bubble menjadi langkah kritis. Kepentingan korporasi dalam
industri media dapat mengarah pada bias dalam pemberitaan. Ketergantungan pada iklan dan
tekanan finansial dapat membatasi kebebasan redaksi. Model bisnis alternatif dan dukungan
untuk media independen menjadi esensial dalam menghadapi tantangan ini.
Media sosial membuka pintu bagi partisipasi publik yang lebih besar. Gerakan politik,
kampanye, dan petisi online menjadi alat efektif untuk menyuarakan aspirasi dan menyebarkan
informasi. Namun, tantangan melibatkan kontrol dan regulasi untuk mencegah
penyalahgunaan platform ini.
Media sebagai Ujung Tombak Politik
Algoritma platform digital memainkan peran besar dalam menentukan jenis konten yang
dilihat oleh pengguna. Ini memunculkan pertanyaan etis tentang sejauh mana platform harus
memengaruhi pandangan individu dan apakah diperlukan regulasi untuk memastikan
keragaman informasi. Era digital memfasilitasi praktik jurnalisme data yang memungkinkan
pengungkapan informasi yang lebih mendalam. Investigasi independen melalui kolaborasi dan
pemanfaatan teknologi menjadi instrumen kunci dalam menjaga akuntabilitas politik.
Masa depan politik media membutuhkan pendekatan holistik. Regulasi yang cermat, literasi
media yang ditingkatkan, dan inovasi dalam model bisnis media adalah elemen-elemen kunci.
Memastikan keberagaman opini, melawan disinformasi, dan memperkuat independensi media
akan menjadi penopang dalam membentuk politik media yang sehat.
Politik media terus berubah seiring dengan perkembangan teknologi dan perubahan
masyarakat. Pentingnya media dalam membentuk opini dan proses demokrasi menuntut
respons yang bijaksana dan berkelanjutan. Dengan melibatkan berbagai pihak, dari regulator
hingga konsumen, kita dapat membentuk masa depan politik media yang mempromosikan
transparansi, keberagaman, dan keberlanjutan demokrasi.
Kondisi Politik Indonesia
Politik di Indonesia telah mengalami perjalanan yang dinamis sejak kemerdekaan pada tahun
1945. Dari masa awal perjuangan kemerdekaan hingga era demokrasi saat ini, politik Indonesia
mencerminkan kompleksitas keberagaman budaya, etnis, dan agama. Esai ini akan
mengeksplorasi perkembangan politik di Indonesia, tantangan yang dihadapi, serta melihat
menuju masa depan politik yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Pada tahun 1998, Indonesia mengalami Reformasi, sebuah perubahan signifikan yang
menggantikan rezim Orde Baru. Reformasi membawa demokrasi multipartai, kebebasan pers,
dan pengakuan hak asasi manusia. Meskipun demikian, proses demokratisasi tidak berjalan
tanpa hambatan, termasuk korupsi, oligarki politik, dan tantangan dalam membangun lembaga
yang kuat.
Dengan lebih dari 300 kelompok etnis dan 700 bahasa daerah, Indonesia adalah negara yang
kaya akan keberagaman budaya. Pergulatan identitas dan perlindungan hak minoritas menjadi
bagian integral dari politik Indonesia. Tantangan menciptakan keselarasan di antara kelompok-
kelompok ini untuk menciptakan masyarakat yang inklusif tetap menjadi agenda kritis.
Tantangan utama dalam politik Indonesia adalah korupsi, yang telah merajalela di berbagai
tingkatan pemerintahan. Upaya untuk memerangi korupsi melibatkan penguatan lembaga-
lembaga pengawasan, penegakan hukum yang tegas, dan peningkatan transparansi. Konsep
Good Governance menjadi kunci dalam upaya mencapai pemerintahan yang efektif dan
bertanggung jawab.
Hubungan yang kompleks antara politik dan ekonomi memainkan peran penting dalam politik
Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang stabil, pengentasan kemiskinan, dan distribusi yang
adil menjadi fokus kebijakan untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Tantangan menciptakan
kebijakan yang mendukung pertumbuhan berkelanjutan dan mengurangi kesenjangan ekonomi
tetap relevan.
Meskipun Indonesia menganut prinsip negara berdasarkan Pancasila yang menghargai
keberagaman agama, peran agama dalam politik tetap menjadi isu kontroversial. Tantangan
dalam menyeimbangkan agama dan politik mengharuskan negara untuk memastikan
kebebasan beragama, mencegah radikalisasi, dan memperkuat dialog antaragama.
Peran Indonesia dalam politik global semakin meningkat, khususnya dalam forum-forum
regional seperti ASEAN dan hubungan bilateral. Tantangan melibatkan diplomasi untuk
menjaga kedaulatan dan kepentingan nasional, sambil tetap berkontribusi pada perdamaian dan
kerjasama regional.
Masa depan politik Indonesia memerlukan inovasi, kepemimpinan yang efektif, dan partisipasi
publik yang aktif. Reformasi institusi, perkuatan sistem pendidikan, dan pemberdayaan
masyarakat menjadi kunci untuk menciptakan politik yang responsif, adil, dan berkelanjutan.
Politik Indonesia mencerminkan perjalanan yang luar biasa sejak kemerdekaan. Tantangan dan
dinamika yang dihadapi membutuhkan komitmen bersama untuk menciptakan masyarakat
yang inklusif dan berkeadilan. Dengan demikian, politik Indonesia menjadi panggung bagi
perubahan dan transformasi menuju masa depan yang lebih baik.
Indonesia, sebagai negara dengan keanekaragaman alam yang luar biasa, menghadapi
tantangan serius dalam merawat dan menjaga lingkungan hidupnya. Esai ini akan membahas
dinamika politik lingkungan di Indonesia, menyoroti isu-isu utama, respons pemerintah, serta
upaya-upaya menuju keberlanjutan dan keseimbangan ekologi. Indonesia memiliki hutan
tropis yang luas, namun deforestasi yang terus-menerus mengancam keanekaragaman hayati.
Pembalakan liar, konversi lahan untuk pertanian, dan kebijakan pengelolaan hutan yang kurang
efektif menjadi isu-isu kritis yang perlu ditanggulangi.
Pencemaran air dari limbah industri dan domestik, serta masalah pencemaran tanah akibat
limbah toksik, menjadi ancaman serius terhadap kesehatan masyarakat dan keberlanjutan
ekosistem. Dampak perubahan iklim, seperti kenaikan suhu global dan pola cuaca yang tidak
stabil, telah meningkatkan risiko bencana alam di Indonesia, termasuk banjir, tanah longsor,
dan cuaca ekstrem lainnya.
Pemerintah Indonesia telah meluncurkan berbagai kebijakan untuk melindungi hutan,
termasuk moratorium pembukaan lahan baru dan upaya restorasi hutan. Namun, implementasi
dan penegakan hukum masih menjadi tantangan. Langkah-langkah untuk mengurangi
pencemaran air dan tanah melibatkan peningkatan infrastruktur pengelolaan limbah,
pengawasan industri, dan kampanye kesadaran lingkungan. Indonesia aktif dalam upaya global
untuk mengatasi perubahan iklim. Implementasi kebijakan adaptasi, seperti peningkatan
tanggul laut dan pengembangan energi terbarukan, menjadi fokus dalam meminimalkan
dampak negatif.
Kelompok-kelompok lingkungan dan masyarakat sipil memiliki peran krusial dalam
mengawasi kebijakan dan memberikan suara terhadap praktik-praktik yang merugikan
lingkungan. Pihak swasta, terutama perusahaan yang beroperasi di sektor ekstraktif, semakin
ditekan untuk mengadopsi praktik berkelanjutan dan bertanggung jawab terhadap dampak
lingkungan.Tantangan utama adalah menemukan keseimbangan antara kebutuhan
pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Bagaimana menyelaraskan pertumbuhan
ekonomi dengan perlindungan alam menjadi dilema yang perlu diatasi. Penegakan hukum
terhadap pelanggaran lingkungan dan peningkatan tata kelola yang transparan dan akuntabel
merupakan langkah kunci dalam menanggapi isu lingkungan.
Perlu ada perbaikan dan penguatan kebijakan lingkungan yang lebih holistik dan Pendidikan
lingkungan yang ditingkatkan dapat menciptakan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
menjaga lingkungan dan memberikan pemahaman tentang dampak tindakan individu terhadap
ekosistem. Indonesia perlu terus bekerja sama dengan komunitas internasional untuk bertukar
pengalaman, mendapatkan dukungan teknologi, dan mengatasi tantangan lingkungan secara
bersama-sama. Politik lingkungan di Indonesia membutuhkan pendekatan holistik yang
melibatkan seluruh lapisan masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta. Melalui kebijakan yang
terinformasi, penegakan hukum yang tegas, dan partisipasi aktif dari semua pihak, Indonesia
dapat mencapai keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian alam untuk
mendukung masa depan yang berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai