Anda di halaman 1dari 5

Nama : Mochammad Bayu Samsul Alamsyah

Npm : 170110200011

PERAN PEMERINTAH INDONESIA DALAM UPAYA MEMBELA PELANGGARAN HAK


ASASI MANUSIA PADA ETNIS ROHINGYA
(Policy Brief)

Executive Summary

Permasalahan terkait Etnis Rohingya sudah terjadi sejak masa kolonial pada tahun 1871,
hal ini menandakan bahwa permasalahan terkait dengan etnis rohingya ini telah berlangsung
sebelum myanmar terbentuk. Selain itu permasalahan etnis rohingya terjadi karena mereka
diperlakukan secara kekerasan dan juga persekusi oleh militer myanmar. Dengan itu juga
mendorong permasalahan baru selain dengan terjadinya perlakuan secara kekerasan dan
persekusi dan juga etnis rohingya tidak memiliki pengakuan kewarganegaraan sejak 1864 dan
pada saat Dalam undang undang tersebut disebutkan bahwa kelompok etnis yang diakui sebagai
warga Myanmar adalah mereka yang memiliki nenek moyang dan hidup di Rohingnya sejak
tahun 1823. Namun Pemerintah Myanmar beranggapan bahwa etnis Rohingnya merupakan
imigran gelap yang berasal dari Bangladesh karena adanya kesamaan ciri fisik yang dimiliki oleh
etnis Rohingnya dan etnis Bengali. Dengan adanya perlakuan secara kekerasan dan persekusi
akhirnya etnis rohingya mencari perlindungan dengan mengungsi pada negara-negara terdekat
untuk dapat berlindung dan juga mendapatkan status kewarganegaraan. Dalam hal ini salah
satunya Indonesia untuk dapat menemukan solusi terkait dengan kedatangan pengungsi
rohingya.

Pendahuluan

Di Myanmar konflik antara etnis rohingya dengan masyarakat myanmar dan terjadinya
banyak pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang menyebabkan penduduk Rohingya memilih
mencari tempat perlindungan baru dan meninggalkan Myanmar, dengan tujuan utamanya adalah
negara Bangladesh, dan dikarenakan pula letak Bangladesh yang dekat dari Myanmar. Wilayah
Rakhine kembali memanas pada tahun 2012 ketika ditemukannya wanita berusia 27 tahun yang
diduga menjadi korban perampokan, pemerkosaan, dan pembunuhan yang dilakukan oleh tiga
orang dari etnis Rohingnya. Hal tersebut berlanjut dengan terjadinya penyiksaan dan
pembantaian pada etnis Rohingnya. Myanmar adalah satu negara yang baru saja terlepas dari
cengkraman rezim otoriter yang terjadi selama puluhan tahun. Ketika masyarakat dunia sedang
berjuang menegakkan pelaksanaan Hak Asasi Manusia (HAM), Di Myanmar justru membiarkan
terjadinya pelanggaran Hak Asasi Manusia, melalui penyiksaan dan tragedi kemanusian etnis
Rohingya di Rakhine. Pembantaian terhadap warga Rohingya di Rakhine Myanmar merupakan
tragedi terhadap kemanusiaan yang keji. Pembantaian Rohingya termasuk penyiksaan dan
pembunuhan terhadap ribuan anak anak dan balita, merupakan Genocide terhadap warga
Rohingya merupakan kejahatan dan pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia. Pemberitaan
bahwa ribuan Anak-anak telah menjadi korban keberingasan otoritas Myanmar telah
mencabik-cabik rasa kemanusiaan dunia internasional, yang sama sekali tidak dapat dibenarkan
oleh rasa kemanusiaan apapun alasannya. Terjadinya diskriminasi dan tindak kekerasan di
Myanmar menyebabkan ribuan orang Rohingnya melakukan pengungsian.

Dengan status seperti itu, anak-anak Rohingya kehilangan hak dan akses terhadap pendidikan
serta kesehatan. Tak heran, dengan kondisi seperti itu, UNHCR mengkategorikan Rohingnya
sebagai etnis minoritas paling teraniaya di dunia. Semua itu menunjukkan, konflik yang
melibatkan warga etnis Rohingya bukanlah konflik sektarian antaretnis ataupun antar-pemeluk
agama tertentu,melainkan kekerasan struktural yang dilegalkan oleh negara. Terakhir,
Pemerintah Myanmar menarik "kartu putih" yang merupakan satu-satunya kartu identitas resmi
etnis Rohingya. Kartu putih milik orang-orang Rohingya dinyatakan tidak berlaku sejak 31
Maret 2015. Kartu putih adalah kartu identitas yang diberikan bagi orang orang yang tinggal di
Myanmar, tetapi tidak mendapatkan status resmi asosiasi, penduduk netral, atau warga negara
asing. Pemegang kartu putih berarti mereka bukanlah warga negara Myanmar atau warga negara
asing. Bersamaan dengan ditariknya kartu putih, orang-orang Rohingya juga kehilangan hak
untuk mengikuti pemilihan umum (pemilu). Sesuai referendum yang diselenggarakan pada 2008,
pemegang kartu putih mendapatkan hak pilih dalam pemilu. Pembatalan dari
Presiden Thein Sein ini menutup kesempatan orang Rohingya untuk berpartisipasi dalam Pemilu
Myanmar 2015. Kartu putih pertama kali diluncurkan pada 1990-an oleh rezim militer
sebelumnya. Pada waktu itu, pemerintah mengganti kartu identitas persyarikatan Myanmar
(union of Myanmar identity card) dengan kartu registrasi nasional (national registration cards).
Beberapa etnis yang tidak diakui pemerintah diberikan kartu putih meski sebelumnya mereka
memegang kartu identitas persyarikatan Myanmar.

Pendekatan dan Hasil

Melihat banyaknya pelanggaran HAM yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat
Myanmar, Indonesia sebagai salah satu bagian dari komunitas internasional memang sewajibnya
memberikan kontribusi ataupun bantuan bagi upaya penegakan HAM dan pencapaian keadilan
bagi etnis Rohingya. Disamping itu ikatan emosional negara Indonesia yang masyarakatnya
mayoritas beragama Islam tentu memiliki ikatan saudara yang kuat untuk membantu etnis
Rohingya, meskipun dalam hal ini konflik yang terjadi bukan didasari masalah keyakinan tetapi
konflik antar etnis. Indonesia yang merupakan salah satu peratifikasi dari Universal Declaration
of Human Right tentu memiliki kewajiban untuk memiliki sikap di setiap terjadi konflik yang
melanggar HAM. Karena seperti yang tertuang dalam Declaration Human Rights, setiap anggota
wajib mematuhi serta melaksanakan kegiatan-kegiatan yang tercantum UDHR.
Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain:

1. Pernyataan prinsip untuk melakukan norma hak asasi manusia secara sukarela, seperti
tertuang dalam Universal Declaration of Human Rights,
2. Diterimanya konvensi multilateral yang mengungkapkan jaminan terhadap hak asasi
manusia di dalam negeri dari negara yang meratifikasinya, seperti tercantum dalam
piagam PBB yang menghapuskan genosida dan perbudakan serta perlindungan terhadap
hak politik kaum wanita.
3. Memberikan bantuan dan informasi kepada setiap pemerintah nasional, seperti
pengiriman Yearbook on Human Rights,
4. Melakukan tindakan terhadap negara yang melakukan pelanggaran hak asasi manusia
secara mencolok melalui kecaman, pengenaan embargo senjata dan penjatuhan sanksi

Sesuai dengan kegiatan nomor empat dalam UDHR, maka tindakan yang dilakukan
Indonesia sebagai bagian dari komunitas internasional adalah dengan melakukan kecaman dan
tindakan terhadap pemerintah Myanmar dengan melalui organisasi internasional. Indonesia yang
tergabung dalam organisasi internasional seperti PBB, OKI dan ASEAN mengupayakan adanya
perdamaian antara pemerintah Myanmar dan etnis Rohingya. Usaha yang dilakukan oleh
pemerintah Indonesia adalah dengan mendesak PBB dan OKI untuk bertindak terhadap
pemerintah Myanmar agar menghentikan aksi kekerasan terhadap etnis Rohingya. Sedangkan
dalam ASEAN pemerintah Indonesia mendesak pemerintah Myanmar yang merupakan salah
satu anggota ASEAN untuk menghentikan dan mengakui keberadaan etnis Rohingya sebagai
bagian dari bangsa Myanmar.

Kesimpulan

Indonesia yang merupakan bagian dari komunitas internasional tentu memiliki


kewajiban untuk bersikap dan menentang setiap pelanggaran HAM yang terjadi
Myanmar. Dimana sebagai etnis yang sebagian besar menganut Islam tentu hal tersebut
menjadi salah satu ikatan bagi pemerintah Indonesia akan nasib yang dialami oleh etnis
Rohingya. Oleh karena itu Indonesia memiliki kewajiban untuk menghentikan konflik
kekerasan terhadap orang Rohingya. Usaha yang dilakukan pemerintah Indonesia adalah
dengan melalui organisasi internasional seperti PBB, ASEAN dan OKI untuk
memberikan tekanan terhadap pemerintah Myanmar. Disamping itu pemerintah Indonesia
dan organisasi-organisasi masyarakat yang ada juga turut berperan aktif dalam
memberikan bantuan terhadap pengungsi Rohingya. Karena sebagai bagian dari
terciptanya keamanan dan perdamaian dunia tanpa adanya diskriminasi terhadap etnis
minoritas
tertentu.

Rekomendasi

Dalam hal ini pemerintah Indonesia perlu turut andil membela terkait dengan
hak-hak yang wajib dipenuhi oleh myanmar sebagai negara asal etnis rohingya terutama
berkaitan dengan hak asasi manusia tanpa adanya kekerasan dan juga persekusi terhadap
mereka
Referensi

References

Farazman, A. (2004). Sound Governance Policy and Administrative Innovations (Vol.

27-57). Praeger Publisher.

Anda mungkin juga menyukai