Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum

Volume 2, Nomor 2, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Penerapan Prinsip Pertanggungjawaban Negara Terhadap Kasus Pelanggaran HAM


Etnis Rohingya Di Myanmar
Setiyani1*, Joko Setiyono2
1Fakultas Syariah & Hukum, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
2Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
*
tiyayani75@gmail.com

ABSTRACT

The state as a human duty bearer has an obligation to guarantee the implementation of human rights in its
jurisdiction. If the state does not fulfill its obligations, the state has committed human rights violations. Human
rights violations that occur will raise questions about who will be responsible for a human rights violation.
Human rights violations occurred in Myanmar that befell the Rohingya ethnic group have occurred since 1962.
It began with discrimination and resulted in gross human rights violations. This article was made to find out
how the state of Myanmar is responsible for human rights violations that occurred. This paper was made using
the doctrinal research method with a literature review to collect data. As a state of law, Myanmar has an
obligation to guarantee the human rights of its citizens without discrimination. Myanmar in this case must be
held responsible for the loss and damage. Human Rights violation is one of state wrongful action that one form
its responsibility is to take action to stop and uphold the law and human rights of the perpetrators and to
guarantee that the human rights violation will not happening again.
Keywords: State Responsibility; Human Rights Violations; Sovereignity.

ABSTRAK

Negara sebagai pemangku HAM mempunyai kewajiban untuk menjamin pelaksanaan HAM di wilayah
negaranya. Apabila negara tidak menunaikan kewajibannya maka negara telah melakukan pelanggaran HAM.
Pelanggaran HAM yang terjadi akan menimbulkan pertanyaan tentang siapa yang akan bertanggung jawab
atas suatu pelanggaran HAM. Pelanggaran HAM yang terjadi di Myanmar yang menimpa etnis Rohingya telah
terjadi sejak tahun 1962. Diawali dengan diskriminasi dan berujung pada pelanggaran HAM berat. Artikel ini
dibuat untuk mengetahui bagaimana pertanggungjawaban negara Myanmar atas pelanggaran HAM yang
terjadi. Tulisan ini dibuat menggunakan metode penelitian doktrinal dengan kajian pustaka untuk
mengumpulkan data. Sebagai negara hukum, Myanmar memiliki kewajiban untuk menjamin HAM warga
negaranya tanpa unsur diskriminasi. Myanmar dalam kasus ini harus bertanggung jawab kerugian dan
kerusakan yang terjadi. Pelanggaran HAM merupakan salah satu state wrongfull action adapun bentuk
tanggung jawabnya adalah dengan melakukan tindakan penghentian dan penegakan hukum dan HAM
terhadap pelakunya serta menjamin bahwa pelanggaran HAM yang serupa tidak akan terjadi lagi.

Kata Kunci: Pertanggungjawaban Negara; Pelanggaran HAM; Berdaulat.

261
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

A. PENDAHULUAN eksodus besar-besaran ini sudah dimulai sejak tahun


Negara-negara yang berada di wilayah Asia 2012 yakni sejak munculnya suatu gerakan Rohingya
Tenggara (ASEAN) memiliki keanekaragaman etnis, Elimination Group yang bertujuan menghapus dan
ras, dan agama yang tersebar di masing-masing memusnahkan etnis Rohingya dari tanah Arakan.
negara. Myanmar sebagai salah satu negara ASEAN Gerakan ini pun memaksa ribuan warga Rohingya
yang mayoritas penduduknya beragama Budha dan untuk tinggal di kamp-kamp konsentrasi dan
memiliki banyak etnis. Populasi negara Burma menyebabkan ratusan orang meninggal dunia
(Myanmar) memiliki sekitar 135 kelompok etnis dan (Kurniawan, 2017).
sub kelompok. Etnis Burma adalah kelompok Tidak seperti etnis lain yang diakui
terbesar (sekitar 68%). Kemudian Shan (9%), Karen kewarganegaraannya oleh Myanmar, etnis Rohingya
(7%), Rakhine atau Arakan (4%), dan Mon (2%) dianggap sebagai penduduk sementara. Dianggap
(Human Rights Counsil, 2018). Selain itu, terdapat sebagai orang pendatang, etnis Rohingya tidak
etnis Kachin, Chin, Karenni, dan Rohingya (Human diperbolehkan bekerja sebagai pengajar, perawat,
Rights Counsil, 2018). Banyaknya etnis yang abdi masyarakat atau dalam layanan masyarakat,
terdapat di Myanmar telah menimbulkan konflik mereka dianggap sebagai orang-orang yang tak
antara etnis mayoritas dan minoritas di dalam bernegara dan tidak diakui oleh pemerintah Myanmar
negaranya salah satunya adalah konflik etnis (Pudjibudono, 2019). Tentara Myanmar kerapkali
Rohingya. Etnis Rohingya yang hidup di satu wilayah meminta uang dari mereka dan ketika mereka tidak
negara Myanmar telah lama terlibat konflik. Etnis dapat membayar, mereka akan ditahan dan disiksa.
Rohingya merupakan etnis muslim dan minoritas Masyarakat Rohingya juga mengalami penyiksaan
(Sawal, 2017). secara religi. Hampir seluruh masyarakat Rohingya
Pada Oktober 2016, kekerasan dan adalah beragama Islam. Sejak 1962, tidak ada
diskriminasi terhadap etnis Rohingya telah Masjid baru yang dibangun. Bahkan para pemimpin
mengejutkan publik secara regional maupun agama telah dipenjara karena merenovasi Masjid.
internasional. Dunia pun menyoroti tindakan Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan
pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang terjadi Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat,
di Myanmar. Akibat dari pelanggaran HAM ini adalah Valerie Amos, menyatakan bahwa Rohingya
eksodus besar-besaran warga Rohingya yang dipandang sebagai salah satu komunitas paling
mengungsi ke negara-negara sekitar Myanmar tertindas di dunia (Siba, & Qamari’ah, 2018).
seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, dan India. Hal Konsep HAM secara jelas telah menjelaskan
mengejutkan lainnya, United Nation High posisi negara dalam aspek HAM. Negara sebagai
Commission for Refugees (UNHCR) memperkirakan entitas yang mempunyai power dianggap mampu

262
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

untuk menjalankan misi pemajuan HAM secara pertanggungjawaban atas pelanggaran HAM yang
global. Konsekuensi dari hal ini adalah negara akan menimpa suatu kelompok atau individu. Secara garis
selalu dituntut untuk melaksanakan kewajibannya besar, tanggung jawab negara akan muncul apabila
dalam rangka pemajuan HAM. Dalam prinsip HAM negara telah melakukan tindakan yang dianggap
negara adalah sebagai pemangku HAM (duty bearer) salah secara internasional.
dan setiap individu dalam naungan yurisdiksinya Pertanggungjawaban negara akan timbul
merupakan pemegang HAM (rights holder). apabila suatu negara melakukan pelanggaran
Kewajiban utama yang harus diemban negara adalah terhadap peraturan Hukum Internasional atau
kewajiban untuk menghormati (to respect), kewajiban perbuatan sebuah negara yang merugikan negara
untuk memenuhi (to fulfill), dan kewajiban untuk berdaulat lainnya. Adapun dalam hukum nasional,
melindungi (to protect) (Rahayu, 2015). Selain itu pertanggungjawaban negara timbul karena negara
negara juga wajib mengontrol dan menjamin merupakan suatu entitas yang berdaulat dan memiliki
berjalannya pelaksanaan HAM bagi setiap individu power untuk melakukan sesuatu atau tidak
yang berada di bawah yurisdiksinya. Adapun sebuah melakukan sesuatu terhadap warga yang berada di
fenomena pelanggaran HAM, secara struktural bawah yurisdiksinya (Philip, 2016).
korban dari pelanggaran HAM adalah warga negara Namun dalam perkembangannya, prinsip
baik individu maupun kelompok. Pelanggaran HAM pertanggungjawaban negara erat kaitannya dengan
dapat dikaitkan dengan negara c.q pemerintah HAM. Sehingga dalam konteks penegakan HAM
apabila pelanggaran tersebut dilakukan oleh badan negara juga menjadi aktor utama yang bertanggung
atau pejabat negara maupun kabinet atau parlemen jawab untuk melindungi, memenuhi, dan
yang membuat atau menjalankan kebijakan negara menghormati HAM. Dalam instrumen hukum
(Zaini, 2016). internasional tanggung jawab negara dapat dilihat
Posisi dan peran negara sebagai pemangku dalam mukaddimah Deklarasi Universal HAM
HAM secara jelas telah menunjukkan bahwa semua (DUHAM), International Convenant on Civil and
aspek yang menyangkut penghormatan, Political Rights (ICCPR), dan Internatonal Convenant
perlindungan, pemenuhan dan pemajuan HAM on Economic, Social and Cultural Rights (ICESCR)
adalah tanggung jawab negara. Apabila negara tidak (Muhtaj, 2008).
dapat menjalankan kewajibannya sebagai pemangku Prinsip pertanggungjawaban negara bersifat
HAM maka negara akan diberi label telah melakukan melekat pada negara tersebut, artinya negara wajib
pelanggaran HAM. Kondisi ini telah melahirkan suatu memberikan ganti rugi manakala terjadi kerugian
prinsip pertanggungjawaban negara (state akibat kelalaian yang dilakukan oleh negara. Salah
responsibility) dimana negara dapat diminta satu contoh ganti rugi yang berkaitan dengan HAM

263
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

diatur dalam dalam Pasal 2 ayat (3) ICCPR. Pasal ini internasional, salah satunya adalah pelanggaran
menyebutkan dan mengatur bahwa negara wajib HAM (Yustitianingtyas, 2014). Pelanggaran HAM
melakukan pemulihan terhadap korban pelanggaran terhadap etnis Rohingya diawali dengan adanya
HAM secara efektif meskipun pelanggaran tersebut sebuah kebijakan yakni Undang-Undang
dilakukan oleh aparatnya sendiri (ICCPR, 1976). Kewarganegaraan pada tahun 1982 yang
Ada dua istilah berbeda dalam prinsip menghapuskan etnis Rohingya sebagai etnis yang
tanggung jawab negara yaitu responsibility dan diakui oleh Myanmar (Green, Macmanus, & Venning,
liability. Responsibility memiliki makna apa yang 2015). Akibat dari peraturan ini adalah etnis
harus dipertanggungjawabkan kepada satu pihak, Rohingya tidak memiliki kewarganegaraan yang
sedangkan liability memiliki makna tanggung jawab menimbulkan sikap diskriminasi kian merajalela.
untuk mengganti rugi sebuah kerusakan yang telah Teori hak kodrati (natural rights theory) secara
terjadi. Jadi responsibility dan liability sama-sama jelas menyebutkan bahwa hak-hak asasi adalah hak
mengandung unsur mengikat pihak yang bersalah yang bersifat kodrati bawaan dari sifat manusia dan
dan memperbaiki akibat kesalahannya (Putra, dimiliki oleh setiap individu tanpa terkecuali. Hak-hak
Yuliartini, & Mangku, 2018). Sebagaimana kita asasi ini diperoleh karena semata-mata kondisinya
ketahui bahwa tanggung jawab negara akan muncul sebagai manusia (Asmarani, 2015). Berkaitan
akibat adanya suatu tindakan yang dianggap salah dengan teori ini John Locke menyebutkan sebuah
secara internasional (international wrongful act). pemikiran bahwa setiap individu dikaruniai oleh alam
Sederhananya jika suatu negara melanggar suatu hak yang melekat yakni hak untuk hidup, hak
kewajiban internasional maka negara tersebut atas kebebasan (tidak diperbudak), dan hak atas
bertanggung jawab atas pelanggaran yang kepemilikian yang tidak dapat dicabut atau diambil
dilakukannya. Dalam Draft Article of Law oleh siapapun bahkan oleh negara. Hak-hak ini juga
Commission, dijelaskan bentuk-bentuk tanggung tidak dapat juga dikurangi atau dipindah tangankan
jawab negara antara lain: (ILC, 2001). dari manusia ke manusia lain (Philip, 2016). John
a. Tindakan penghentian (cessation); Locke juga menyatakan bahwa dalam konteks HAM
b. Tidak mengulangi sebuah tindakan (non negara hadir untuk melayani kepentingan dan
repetition); memenuhi hak asasi tersebut. Selain itu, dalam teori
c. Tindakan perbaikan (reparation) yang terdiri dari negara hukum disebutkan bahwa sebuah negara
restitusi, kompensasi atau kombinasi keduanya. hukum atau negara daulat haruslah
Pertanggungjawaban negara merupakan mempertimbangkan aspek hak asasi dalam setiap
seperangkat aturan internasional yang mengatur tindakannya (Atmaja, & Budhiarta, 2009). Bentuk
tentang konsekuensi pelanggaran kewajiban perhatian sebuah negara terhadap HAM adalah

264
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

senantiasa mempertimbangkan HAM dalam dilakukan oleh Myanmar terhadap etnis Rohingya; (3)
membuat setiap kebijakan maupun peraturan Bagaimana penerapan prinsip pertanggungjawaban
perundang-undangan lainnya. Selain dua teori di negara terhadap kasus pelanggaran HAM etnis
atas, penelitian ini juga menggunakam teori Rohingya di Myanmar.
kedaulatan negara untuk menganalisis permasalahan Sejauh penelusuran penulis ada beberapa
penanganan pelanggaran HAM di Myanmar. artikel yang terkait dengan tulisan ini. Artikel yang
Myanmar diduga melakukan sebuah tindakan ditulis oleh Katherine Southwick yang berjudul
pelanggaran HAM. Pelanggaran HAM yang dilakukan Straining to Prevent The Rohingya Genocide: A
oleh Myanmar perlu lebih diidentifikasikan untuk sociology of Law Prespective, jurnal ini membahas
mengetahui kaitannya dengan tanggung jawab pelanggaran HAM di Myanmar dari sudut pandang
negara. Pelanggaran HAM bisa dilakukan dengan sosiologi hukum serta upaya pencegahan genosida.
sengaja berupa tindakan langsung maupun tindakan Perbedaan penelitian oleh Katherine dengan
tidak langsung dengan melakukan pembiaran penelitian ini terletak pada fokus penelitian, Katherine
terhadap pelaku pelanggar HAM. Sebagai pemangku lebih fokus terhadap upaya pencegahan genosida
HAM, Myanmar telah melalaikan kewajiban- (Southwick, 2018).
kewajibannya dan telah melakukan pelanggaran Artikel kedua ditulis oleh Haradhan Kumar
HAM. Adanya tindakan yang merugikan yaitu Mohajan yang berjudul The Rohingya Muslims in
pelanggaran HAM dalam negeri menimbulkan Myanmar are Victim of Genocide, jurnal ini mengkaji
tanggung jawab negara untuk menyelediki, menuntut konflik etnis Rohingya dari sudut pandang
dan mengadili pelaku pelanggaran HAM tersebut. viktimologi. Perbedaan penelitian oleh Mohajan
Negara melalui badan dan oragannya wajib dengan penelitian ini terletak pada fokus penelitian,
melakukan tindakan penegakan hukum dan HAM. Mohajan lebih fokus pada kajian viktimologi terhadap
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui genosida di Myanmar (Mohajan, 2018).
bahwa negara Myanmar dengan kekuasaannya telah Artikel ketiga ditulis oleh Adam Jones yang
mendiskriminasi etnis Rohingya dengan kebijakan berjudul The Rohingya: Genocide in Myanmar jurnal
yang mereka buat. Diskriminasi terhadap etnis ini memaparkan fakta-fakta diskriminasi dan
Rohingya telah menimbulkan pelanggaran HAM pelanggaran HAM yang terjadi di Myanmar.
berat dan krisis kemanusiaan yang kian berlanjut. Perbedaan penelitian oleh Jones dengan penelitian
Dari latar belakang yang telah dipaparkan maka ini terletak pada fokus penelitian, Jones lebih fokus
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut; (1) mendeskripsikan fakta pelanggaran HAM etnis
Apa kewajiban negara Myanmar dalam aspek HAM; Rohingya yang berujung pada kejahatan genosida
(2) Bagaimana gambaran pelanggaran HAM yang (Jones, 2019).

265
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Artikel keempat ditulis oleh Gita Wanandi dkk atau yuridis normatif. Penelitian ini meletakkan
yang berjudul “Perlakuan Diskriminasi Terhadap hukum sebagai asas-asas, norma, kaidah dan
Etnis Rohingya oleh Myanmar Dalam Prespektif peraturan perundang-undangan (HS, Nurbani, 2014).
Hukum Internasional” jurnal ini membahas Sumber data yang utama dalam penelitian hukum
pelanggaran ketentuan hukum Internasional doktrinal adalah data kepustakaan. Di dalam
khusunya dalam aspek HAM yang dilakukan oleh kepustakaan hukum, sumber data disebut dengan
pemerintah Myanmar. Perbedaan penelitian oleh Gita bahan hukum. Bahan hukum yang dikaji dan
dengan penelitian ini terletak pada fokus penelitian. dianalisis dalam penelitian doktrinal terdiri dari Bahan
Penelitian ini mengkaji pelanggaran HAM di hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan
Myanmar dengan prinsip pertanggungjawaban hukum tersier (HS, Nurbani, 2014). Spesifikasi
negara (Wanandi, Diantha, & Arsika, 2015). penelitian ini adalah deskriptif analitis. Adapun jenis
Artikel kelima ditulis oleh Avianti Susanti yang dan data peneltian ini diperoleh dengan kajian
berjudul “Penyelesaian Kasus Pelanggaran HAM kepustakaan. Data yang diperoleh akan dianalisis
Berat Terhadap Etnis Rohingya di Myanmar secara kualitatif.
Berdasarkan Hukum Internasional” jurnal ini mengkaji
pelanggaran HAM yang terjadi di Myanmar berikut C. HASIL DAN PEMBAHASAN
penyelesaian berdasarkan hukum internasional. 1. Kewajiban Negara Untuk Penegakan Hukum
Perbedaannya, artikel ini tidak membahas dan HAM
penyelesaian dengan prinsip pertanggungjawaban Hukum Internasional menetapkan negara
negara (Susanti, 2018). sebagai salah satu subjek hukum internasional.
Berdasarkan artikel-artikel tersebut penulis Khusus dalam aspek HAM negara ditetapkan
belum menemukan kajian penerapan prinsip sebagai entitas utama yang bertanggung jawab
pertanggungjawaban negara terhadap kasus melindungi, menegakan, menghormati, dan
pelanggaran HAM terhadap etnis Rohingya. Oleh memajukan HAM terutama untuk warga negaranya
karena itu penulis dalam karya ilmiah ini akan masing-masing. Tanggung jawab ini muncul
mengkaji kasus yang sama namun dalam sudut didasarkan pada status negara yang juga merupakan
pandang yang berbeda yaitu prinsip international person dan menjadi pihak dari perjanjian
pertanggungjawaban negara. internasional tentang HAM, baik berupa konvensi,
konvenan, statuta atau bentuk perjanjian lainnya
B. METODE PENELITIAN (Rahmandani, 2019).
Metode pendekatan yang digunakan dalam Secara garis besar, kewajiban negara yang
penelitian ini adalah metode pendekatan doktrinal paling mendasar dalam aspek HAM adalah

266
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

kewajiban untuk menghormati (obligation to respect), itu ada kewajiban lain yang harus dilakukan oleh
kewajiban untuk memenuhi (obligation to fulfill), dan negara yaitu kewajiban negara untuk menegakan
kewajiban untuk melindungi (obligation to protect). HAM. Maka apabila terjadi pelanggaran HAM di
Kewajiban untuk menghormati (obligation to respect) suatu negara maka negara tersebut wajib hukumnya
secara luas diartikan dengan sikap negara untuk untuk melakukan penegakan hukum (Jailani, 2011).
menahan diri supaya tidak melakukan campur tangan Muladi menyebutkan langkah yang harus
(intervensi) kecuali sesuai dengan hukum yang dilakukan oleh negara dalam rangka menegakan
berlaku. Kewajiban untuk memenuhi (obligation to hukum dan HAM. Diantara langkah-langkah tersebut
fulfill) adalah kewajiban negara untuk mengambil antara lain; pertama, negara harus menerapkan
tindakan baik secara legislatif maupun administratif prinsip equality before the law; kedua, mencegah
dan secara praktis dalam rangka memenuhi dan segala impunitas; ketiga, menghentikan konflik dan
menjamin pemenuhan dan pelaksanaan HAM. membentuk komisi kebenaran dan rekonsiliasi;
Kewajiban untuk melindungi (obligation to protect) keempat; mengadili pelaku melalui pengadilan HAM
dapat diartikan sebagai kewajiban negara untuk dan harus didasarkan pada peraturan dalam
melindungi HAM setiap individu yang ada dalam instrumen hukum internasional untuk menjamin
kekuasaannya dari berbagai bentuk pelanggaran standar lembaga penegakan hukum dan kelima,
HAM. Perlindungan HAM meliputi perlindungan dari senantiasa memastikan kejahatan tersebut tidak
pelanggaran yang dilakukan oleh negara sendiri atau terulang lagi (Muladi, 2011).
entitas non negara. Kewajiban untuk menghormati, 2. Pelanggaran HAM Terhadap Etnis Rohingya Di
memenuhi, dan melindungi HAM tidak dapat diingkari Myanmar
oleh pihak manapun termasuk negera karena hal ini Rakhine merupakan salah satu provinsi di
merupakan kewajiban untuk melindungi kepentingan negara Myanmar yang terbentang memanjang
umat manusia (obligations erga omnes) (Setiaji, sepanjang 560 km di bagian paling utara negara
Ibrahim 2017). Myanmar. Provinsi ini berbatasan langsung dengan
Kewajiban ini akan melahirkan suatu tanggung negara Bangladesh di barat lautnya. Mayoritas
jawab. Secara umum, kewajiban yang harus diemban penduduknya adalah Budha Rakhine sekitar 2,1 juta
oleh negara kewajiban untuk menghormati, jiwa dan sisanya adalah Muslim Rohingya sekitar 1
memenuhi, dan melindungi HAM setiap individu yang juta jiwa. Etnis Rohingya sebagian besar menetap di
berada di bawah kekuasaannya atau yurisdiksinya. salah satu kota kecil Rakhine yaitu kota Maungdaw
Konsekuensi dari kewajiban ini adalah apabila dan Buthidaung (Galache, 2016). Hubungan sosial
negara tidak menunaikan kewajibannya maka negara dua etnis ini sangatlah harmonis sampai terjadinya
dianggap telah melakukan pelanggaran HAM. Selain konflik di tahun 2012.

267
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

International State Crime Inisiative (ISCI) diskriminasi. Diskriminasi yang mereka alami
memparkan sebuah temuan bahwa pemerintah diantaranya pembatasan angka kelahiran dengan
Myanmar sangat berperan dalam kekerasan yang pembatasan pernikahan etnis Rohingya, anak-anak
dialami etnis Rohingya kini. Pemerintah Myanmar Rohingya yang terlahir tidak diberi akta kelahiran,
telah melakukan suatu manipulasi dan propaganda tempat ibadah dan sekolah-sekolah muslim Rohingya
dengan menyebarkan kabar terhadap orang-orang dihancurkan, pembatasan pergerakan mereka hingga
Rakhine bahwa musuh mereka bukanlah pemerintah dicabutnya hak-hak ekonomi, kesehatan, dan
Myanmar melainkan orang-orang muslim Benggala pendidikan bagi etnis Rohingya (Thontowi, 2013).
(etnis Rohingya). Propaganda yang dilakukan berupa Puncak dari segala diskriminasi terjadi pada
kampanye untuk melawan muslim Benggala yang tahun 2012 ketika terjadi konflik antara etnis Budha
ada di Rakhine karena keberadaan mereka di Rakhine dan etnis Muslim Rohingya. Konflik ini
Rakhine hanya akan merampas wilayah dan menyebabkan eksodus dalam skala besar etnis
menguasai perekonomian kota Rakhine (Green, Rohingya dengan menggunakan perahu menuju
Macmanus, & Venning, 2018). negara-negara sekitar Myanmar untuk
Negara Myanmar telah merdeka sejak tahun menyelamatkan diri. Bangladesh, Indonesia,
1948. Meskipun sudah merdeka sejak tahun 1948, Malaysia, dan Thailand menjadi negara tujuan
namun kondisi politik dalam negeri Myanmar sendiri mereka untuk memperoleh suaka. Sampai bulan Juni
masih bergejolak. Sejak tahun 1948 sekiranya ada tahun 2015, United Nations High Commissioner for
beberapa peristiwa penting terkait adanya Refugees (UNHCR) mengestimasi jumlah pengungsi
pelanggaran HAM terhadap etnis Rohingya. Rohingya sebanyak 150.000 orang (Green,
Pelanggaran HAM ini diawali dengan adanya Macmanus, & Venning, 2018).
peristiwa kudeta militer pada tahun 1962. Pada tahun Setelah peristiwa eksodus besar-besaran pada
1982 Pemerintah Burma (Myanmar) menghapus tahun 2012, pada tanggal 26 Agustus 2017 peristiwa
etnis Rohingya dari daftar ras dan etnis Burma. pelanggaran HAM berat pun terjadi dan lebih parah
Ketetapan ini dituangkan dalam Undang-Undang dibanding peristiwa sebelumnya. Peritiwa ini pun
Kewarganegaraan Burma 1982. Konsekuensinya kemudian dikenal dengan istilah “operasi
etnis Rohingya kehilangan status pemusnahan” yang dilakukan oleh anggota militer
kewarganegaraannya dan dicabut semua hak-hak Myanmar (Tatmandaw). Operasi ini pun
lainnya (Kusumo, 2014). Semua pelanggaran HAM mengakibatkan kurang lebih 725.000 orang Rohingya
yang terjadi hingga saat ini berawal dari melarikan diri ke Bangladesh. Operasi pemusnahan
penghapusan status kewarganegaraan etnis ini merupakan suatu bencana HAM. Tim Pencari
Rohingya, sehingga mereka rentan akan Fakta pun menyebutkan jumlah korban meninggal

268
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

akibat operasi ini kurang lebih sekitah 10.000 jiwa kelompok dengan sengaja. Genosida
(Human Rights Council, 2018). dipertimbangkan sebagai subkategori dari kejahatan
3. Pertanggungjawaban Negara Myanmar atas terhadap kemanusiaan (Sari, 2015). Faktor-faktor
Pelanggaran HAM Terhadap Etnis Rohingya terjadinya genosida disebabkan faktor ras, suku, dan
Timbulnya pelanggaran HAM berat di suatu agama. Perbedaan ras oleh beberapa kelompok di
negara tentunya menimbulkan sebuah pertanyaan dunia menyebabkan terjadinya kejahatan genosida.
tentang siapa yang bertanggung jawab atas semua Genosida dengan faktor penyebab ras sudah terjadi
kerusakan yang terjadi. Dalam penelitian ini penulis sejak beberapa tahun ke belakang. Contohnya
mencoba memaparkan perihal pertanggungjawaban konflik apartheid yang terjadi di Afrika Selatan
ketika terjadi suatu pelanggaran HAM. Penulis selama abad ke-20. Apartheid merupakan bentuk
mengkaji berdasarkan prinsip pertanggungjawaban segregasi rasial yang menimbulkan diskriminasi
negara. politik, hukum, dan ekonomi yang memisahkan
Pelanggaran HAM yang dilakukan oleh antara ras warna kulit hitam, ras campuran, serta
Pemerintah Myanmar terhadap etnis Rohingya India dan Afrika Selatan putih (Kurniawan, 2017).
mengindikasikan kejahatan genosida. Menurut Pasal Latar belakang suku yang berbeda dari suatu
6 Statuta Roma 1998, genosida merupakan kelompok juga seringkali menjadi faktor penyebab
kejahatan yang dilakukan secara sistematis dengan genosida. Maka terkadang adanya suatu diskriminasi
tujuan untuk menghancurkan atau memusnahkan terhadap suatu kelompok terutama kelompok
seluruh atau sebagian etnis, ras, suku, dan agama minoritas bukan hanya karena perbedaan etnis
dengan cara antara lain: secara umum seperti agama, atau faktor ekonomi
a. Membunuh suatu kelompok; dan politik, tetapi melainkan juga karena masyarakat
b. Menyebabkan luka parah atau kerusakan fisik sipil suatu tempat itu sendiri (Kurniawan, 2017).
maupun mental suatu kelompok; Faktor agama seringkali menjadi salah satu faktor
c. Tindakan dengan sengaja mengancam jiwa suatu terjadinya genosida. Perbedaan latar belakang
kelompok dan menyebabkan luka fisik baik agama biasa dijadikan alasan mendasar terjadinya
sebagian maupun keseluruhan; konflik dan perpecahan. Dimana kelompok pemeluk
d. Memindahkan anak-anak secara paksa dari suatu agama mayoritas akan menekan dan bahkan
kelompok ke kelompok lain; menindas kelompok agama minoritas. Konflik dengan
e. Pengusiran atau pemindahan penduduk secara latar belakang agama akan terus berlanjut jika tidak
paksa. dilakukan inisiatif untuk menyelesaikan akar
Secara harfiah genosida diartikan sebagai permasalahan tersebut. Penyelesaian konflik antar
pembunuhan atau pemusnahan suatu ras atau agama tentunya membutuhkan peran pemuka

269
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

agama atau tokoh agama yang dapat membina dan yang menimpa etnis Rohingya di Myanmar sudah
mengarahkan kelompoknya untuk tidak melakukan jelas menimbulkan tanggung jawab negara.
kekerasan terhadap sesama manusia (Kurniawan, Tanggung jawab negara yang dimaksud dalam
2017). konteks HAM adalah tanggung jawab untuk
Dalam konteks hukum internasional, negara menegakan, melindungi, memenuhi, menghormati
adalah sebagai pemikul tanggung jawab dalam serta memajukan HAM. Adapun apabila terjadi
rangka penegakan hukum atas pelanggaran HAM. pelanggaran HAM dalam wilayah yurisdiksinya, maka
Tanggung jawab sifatnya absolut tidak dapat sebagai aktor utama, negara harus melakukan upaya
dikurangi atau bahkan dicabut karena alasan-alasan penghentian untuk kemudian dilakukan penegakan
politik, ekonomi, maupun budaya. Hugo Grotius hukum dan HAM. Penegakan hukum dan HAM disini
dalam bukunya De Jure Belli AC Pacis 1625 meliputi proses penyelidikan, penuntutan hingga
menyebutkan bahwa negara dan pejabat penjatuhan hukuman terhadap pelaku pelanggaran
pemerintahannya bertanggungjawab terhadap HAM.
kejahatan yang dilakukan oleh orang yang berada di Perihal penyelesaian kasus pelanggaran HAM
bawah kekuasaan dan pengendaliannya (Setiyono, di Myanmar apabila merujuk teori kedaulatan negara,
2010). Negara bertanggung jawab memenuhi, maka negara berdaulat berhak membuat sebuah
melindungi, menghormati, dan menjamin pemenuhan keputusan tanpa dipengaruhi pihak atau otoritas lain
HAM warga negaranya. Maka jika ada sebuah dan memperjuangkan haknya tanpa harus mematuhi
tindakan yang melanggar HAM yang fundamental kehendak otoritas lain (Thantowi, 2013). Kasus
bagi warga negaranya, negara dalam hal ini genosida yang terjadi di Myanmar sudah seharusnya
pemerintah ikut bertanggung jawab bisa karena menjadi tanggung jawab Myanmar untuk
tindakannya membiarkan terjadi pelanggaran HAM menyelesaikan kasus tersebut secara mandiri.
atau pemerintah sendiri yang memerintahkan Dengan kedaulatannya, negara Myanmar tidak bisa
perbuatan tersebut melalui kebijakan yang diintervensi oleh negara atau lembaga hukum lainnya
pemerintah buat (Fernandes, 2017). dalam hal penyelesaian kasus genosida etnis
Menurut perspektif hukum internasional, Rohingya. Bahkan Mahkamah Pidana
pelanggaran HAM adalah suatu tindakan yang Internasional/International Criminal Court (ICC) tidak
melanggar kewajiban negara yang telah dituangkan bisa serta merta mengambil alih kasus ini ke dalam
dalam instrumen-instrumen HAM internasional. yurisdiksinya karena keberadaan ICC yang hanya
Pelanggaran HAM bisa dalam bentuk tindakan (acts besifat komplementaris atau melengkapi sistem
by commition) atau pembiaran/kelalaian (acts by peradilan nasional. ICC pun akan sulit menjangkau
ommition) (Mardiyono, 2016). Pelanggaran HAM

270
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

kasus genosida ini mengingat negara Myanmar juga menggugat Myanmar. Pada tanggal 23 Januari 2020,
bukan negara peserta Statuta Roma 1998. ICJ memutuskan dan memerintahkan Myanmar
Hal yang perlu digaris bawahi adalah untuk melakukan upaya-upaya pencegahan
kedaulatan negara memiliki batasan. Pembatasan genosida. Di sisi lain, ICJ pun menolak bantahan
kedaulatan negara dapat diterapkan apabila atau argumen yang disampaikan oleh Aung San Suu
kedaulatan tersebut bersinggungan dengan segala Kyi (Brown, 2020). Gugatan yang diajukan Gambia
aspek HAM. Pembatasan ini diterapkan untuk menunjukan bahwa kedaulatan suatu negara tidak
menjamin kemanaan bagi umat manusia dan dapat dijadikan alasan untuk terbebas dari tuntutan
terbebas dari penyalahgunaan kekuasaan oleh atau gugatan yang berkaitan dengan HAM.
negara dan aparatnya (Dewi, 2013). Berdasarkan pemaparan di atas, pelanggaran
Sebagai negara hukum Myanmar sudah HAM yang terjadi di Myanmar telah menimbulkan
seharusnya dalam membuat peraturan atau benyak korban, kerusakan dan kerugian.
kebijakan memperhatikan aspek HAM. HAM yang Pelanggaran HAM merupakan pelanggaran terhadap
universal bagi siapapun tanpa melihat siapa ia, ras instrumen hukum internasional. Draft artikel tanggung
apa atau agama apa. Semua warga yang berada di jawab negara “Draft Articles on The Responsibilty of
bawah yurisdiknya harus terjamin HAM nya karena States for Internationally Wrongful Acts” yang
pemenuhan dan perlindungan HAM adalah disusun oleh International Law Commission (ILC),
kewajiban negara (Susanti, 2014). tidak memberikan definisi khusus tentang
Mencuatnya kabar pelanggaran HAM yang pertanggungjawaban negara. Pasal 1 Draft tersebut
terjadi di Myanmar menarik perhatian dunia. Salah hanya memberi penjelasan kapan tanggung jawab
satunya adalah negara Gambia. Gambia yang negara timbul, dalam pasal tersebut disebutkan
mayoritas penduduknya beragama Islam pada tentang kapan prinsip pertanggungjawaban negara
November 2019 memasukan gugatan ke muncul. Prinsip ini muncul ketika suatu negara
International Criminal Justice (ICJ) atas tuduhan melakukan tindakan yang salah menurut peraturan
pelanggaran HAM oleh Myanmar yang hukum internasional (wrongful action). Tindakan yang
mengindikasikan genosdia terhadap etnis Rohingya. salah tersebut meliputi negara melakukan (action)
Gugatan Gambia melawan Myanmar telah atau tidak melakukan (omission) (ILC, 2001).
mendapatkan dukungan dari Organisasi Kerjasama Berdasarkan Draft tersebut maka pihak yang harus
Islam (OKI) yang beranggotakan 57 negara. dimintai pertanggungjawaban atas semua
Dikarenakan prosedur ICJ, maka hanya satu negara pelanggaran HAM yang terjadi di Myanmar adalah
yang boleh memasukan gugatan. Gambia pun terpilih negara Myanmar. Sebagaimana disebutkan dalam
mewakili negara-negara anggota OKI untuk putusan ICJ pada Barcelona Case yang

271
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

menyebutkan bahwa setiap negara memiliki DAFTAR PUSTAKA


kepentingan hukum (legal interest) perihal BUKU
perlindungan HAM dan pemenuhannya. Dengan Atmaja, I Gede Dewa., & Budhiarta, I Nyoman Putu.
demikian pelanggaran HAM terhadap dua hal (2018). Teori-Teori Hukum. Malang: Setara
tersebut (perlindungan dan pemenuhan HAM) Press.
menimbulkan pertanggungjawaban negara (Mangku, Dewi, Y. (2013). Kejahatan Perang Dalam Hukum
2013). Internasional dan Hukum Nasional. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
D. SIMPULAN Green, Penny., Macmanus, Thomas., & Venning,
Negara sebagai pemangku HAM sudah Alicia de la Cour. (2018). Achieved, Genocide
seharusnya dapat menjamin pemenuhan HAM warga Continues: Myanmar’s Annihilation of The
negaranya tanpa diskriminasi. Diskriminasi terhadap Rohingya. London: International State Crime
etnis minoritas Rohingya di Myanmar telah menjadi Inisiative.
sorotan dunia internasional. Diskriminasi yang HS, Salim., & Septiana, Nurbani Erlies. (2014)
dilakukan pemerintah pun sudah mengarah pada Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis
tindakan pelanggaran HAM berat yaitu genosida. dan Disertasi. Jakarta: Rajawali Press.
Myanmar sebagai negara harus bertanggung jawab Human Rights Council. (2018). Report of The
atas kejahatan yang menimpa warga negaranya. Independent International Fact-Finding Mission
Bentuk tanggung jawab yang dilakukan salah on Myanmar, 39th Session.
satunya adalah tindakan penghentian, setelah Muhtaj, Majda E,. (2008). Dimensi-Dimensi HAM:
dihentikan maka penegakan HAM pun harus Mengurai Hak Ekonomi, Sosial, Budaya.
dilakukan meliputi penyelidikan, penuntutan sampai Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
penjatuhan hukuman. Kedaulatan negara tidak dapat Muladi. (2011). Statuta Roma Tahun 1998 Tentang
dijadikan alasan Myanmar terbebas dari segala Mahkamah Pidana Internasional Dalam
tuntutan atas pelanggaran HAM. Negara Myanmar Kerangka Hukum Pidana Internasional dan
dapat dituntut dan dimintai pertanggungjawaban atas Implikasinya Terhadap Hukum Pidana
pelanggaran HAM tersebut. Pertanggungjawaban Nasional. Bandung: Alumni.
negara pada hakikatnya akan muncul apabila negara Rahayu. (2015). Hukum Hak Asasi Manusia.
tersebut telah melakukan wrongfull action. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Pelangaran HAM merupakan wrongfull action Diponegoro.
sehingga menimbulkan pertanggungjawaban negara.

272
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

JURNAL Mardiyono. (2016). Tanggung Jawab Negara dan


Wanandi, Gita., Diantha, I Made Pasek., & Arsika, I Mekanisme Penyelesaian Extra Judicial
Made Budi. (2015). Perlakuan Diskriminasi Killings 1965. Jurnal Refleksi Hukum, Vol.1,
Terhadap Etnis Rohingya oleh Myanmar (No.1), p. 30.
Dalam Prespektif Hukum Internasional. Kertha Mohajan, Haradhan K. (2018). The Rohingya
Negara, Vol.3, (No.2), pp.1-6. Muslims In Myanmar Are Victim of Genocide,
Asmarani, N. (2015). Teori Hak Asasi Manusia. ABC Journal of Advanced Research, Vol.7,
Jurnal Hukum dan Masyarakat, Vol.14, (No.1), (No.1), p. 49.
p. 28 Philip, C. (2016). Tanggung Jawab Negara Terhadap
Fernandes, I. (2017). Telaah Kejahatan Perlindungan HAM Menurut Hukum
Kemanusiaan Terhadap Etnis Rohingya Internasional. Jurnal Lex Administratum, Vol.
Berdasarkan Hukum Internasional. Jurnal 4, (No.2), p. 36.
Hukum Das Sollen, Vol.1, (No.2), p. 19-22. Pudjibudono, Widya P. (2019). Critizing The Handling
Jailani, M. (2011). Tanggung Jawab Negara Dalam of Rohingya Refugees in Southeast Asia by
Memberikan Perlindungan Terhadap Hak-Hak ASEAN and Its Member. Jurnal Politika, Vol.
Korban Pelanggaran HAM Berat. Jurnal Syiar 10, (No.2), p. 220.
Hukum, Vol.13, (No.1), p. 84. Putra, Ketut Alit., Yuliartini, Ni Putu Rai., & Mangku,
Jones, A. (2019). The Rohingya: Genocide in Dewa Gede Sudika. (2018). Analisis Tindak
Myanmar?, ABC Journal of Advanced Kejahatan Genosida Oleh Myanmar Kepada
Research, Vol.9, (No.3), pp. 60-61. Etnis Rohingya Ditinjau Dari Perspektif Hukum
Kusumo, Ayub Torry S. (2014). Optimalisasi Peran Pidana Internasional. Jurnal Komunitas
ICC dan Aplikasi Kemanusiaan Sebagai Yustitia, Vol. 1, (No. 1), p. 27.
Inisiasi Penyelesaian Kasus Rohingya. Jurnal Rahmandani, F. (2019). Hak dan Kewajiban Sebagai
Dinamika Hukum, Vol.14, (No.3), p. 529. Dasar Nilai Intrinsik Warga Negara Dalam
Kurniawan, N. (2017). Rohingya Case and State Membentuk Masyarakat Sipil. Jurnal kajian
Responsibility in the Enforcement of Human Agama, Vol.4, (No.1), p. 52.
Rights. Jurnal Konstitusi, Vol.14, (No. 4), pp. Sari, I. (2015), Kejahatan-Kejahatan Internasional
885-889. dan Peranan ICC Dalam Penegakan Hukum
Mangku, Dewa Gede S. (2013). Kasus Pelanggaran Pidana Internasional. Jurnal Ilmiah Hukum
HAM Etnis Rohingya. Jurnal Media Dirgantara, Vol.6, (No.1), pp. 49-50.
Komunikasi, Vol.12, (No.2), pp. 87-89. Setiaji, Muhammad Luthfan,. & Ibrahim, Aminullah.
(2018). Kajian HAM dalam Negara The Rule of

273
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Law. Lex Scientia Law Review, Vol.1, (No.1), Negara ASEAN. Tesis Universitas Hasanudin
p. 76. Makassar.
Setiyono, J. (2010). Pertanggungjawaban Komando
Atas Pelanggaran HAM Berat dan Kejahatan UNDANG-UNDANG
Terhadap Kemanusiaan, Jurnal Masalah Draft Article International Law Commission, 1996.
Masalah Hukum, Jilid 39, (No.4), p. 98. Rome Statute 1998.
Siba, M. Anggela Merici,. & Qomari’ah, Anggi Nurul. International Convenant on Civil and political Rights
(2018). Pelanggaran HAM Dalam Konflik (ICCPR), 1976.
Rohingya. Jurnal of Islamic World and Politics,
Vol.2, (No.2), p. 370. SUMBER ONLINE
Southwick, K. (2018). Straining to Prevent the Galache, C.S. (2016). Rohingya and National
Rohingya Genocide: A Sociology of Law Identities in Burma. New Mandala, dapat
Prespective. Genocide Studies and diakses di http://asiapasific.anu.edu.au/
Prevention, Vol.12, (No.3), pp. 187-188. newmandala/2016/09/22/therohingya-and-
Susanti, A. (2014). Penyelesaian Kasus Pelanggaran national-identities-in-Burma/
HAM Berat Terhadap Etnis Rohingya di Brown, R. L. (2020). Rohingya Ruling: How A Tiny
Myanmar Berdasarkan Hukum Internasional. African Country Brought Myanmar to Court,
Jurnal Dinamika Hukum, Vol.1, (No.2), pp. 33- dapat diakses di https://www.csmonitor.com/
35. layout/set/amphtml/World/Africa/2020/02/13/R
Thantowi, J. (2013). Perlakuan Pemerintah Myanmar ohingya-ruling-how-a-tiny-African-country-
Terhadap Minoritas Muslim Rohingya. Jurnal brought-Myanmar
Pandecta, Vol.8, (No.1), p. 44.
Yustitianingtyas, L. (2014). Pertanggungjawaban
Negara Dalam Perspektif Hukum Humaniter
Dalam Tindakan Agresi. Jurnal Perspektif
Hukum, Vol. 14, (No.1), p. 34.
Zaini, Naya A. (2016). Politik Hukum dan HAM.
Jurnal Panorama Hukum, Vol.1, (No.2), p. 12.
TESIS
Sawal, Indah A. (2017). Implikasi Krisis Kemanusiaan
Rohingya di Myanmar Terhadap Negara-

274

Anda mungkin juga menyukai