Anda di halaman 1dari 2

PEMBAHASAN

Emulsi adalah suatu system disperse yang tidak stabil secara termodinamika karena gaya
kohesi lebih besar dari gaya adhesi sehingga energy bebas akan meningkat. Berdasarkan fase
terdispersinya dikenal dua macam emulsi, yaitu emulsi minyak dalam air dan juga emulsi air
dalam minyak. Dimana emulsi minyak dalam air yaitu bila fase minyak terdispersi di dalam fase
air. Sedangkan emulsi air dalam minyak dimana bila fase air terdispersi didalam fase minyak.
Kestabilan suatu emulsi adalah kemampuan suatu emulsi untuk mempertahankan
distribusi yang teratur dari fase terdispersi dalam jangka waktuyang lama. Penurunan stabilitas
dapat dilihat jika terjadi campuran (Bj fase terdispersi lebih kecildari Bj fase pendispersi). Hal ini
menyebabkan pemisahandari kedua fase emulsi. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi
kestabilan yaitu :
 Teknik pembuatan
 Penambahan garam atau elektrolit lemah dalam konsentrasi besar mempengaruhi kestabilan
emulsi.
 Pengocokan yang keras, apabila emulsi di kocok keras-keras maka partikel-partikel kecil akan
mengadakan kontak menjadi partikel yang lebih besar sehingga emulsi akan pecah.
 Penyimpanan.
Untuk dapat membuat stabil maka harus ditambah dengan emulgator. Dalam suatu
pembuatan emulsi, pemilihan emulgator adalah hal yang paling penting untuk diperhatikan
karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan.
Emulsi yang dibuat dalam percobaan adalah emulsi paraffin Liquid dengan menggunakan
emulgator golongan surfaktan. Emulgator golongan surfaktan bekerja dengan menurunkan
tegangan permukaan sehingga menurunkan energy bebas dengan membentuk lapisan
monomolekuler. Pada emulsi percobaan ini menggunakan emulgator golongan surfaktanterdapat
2 gugus yakni gugus lipofil dan gugus hidrofil dan menggunakan dua campuran dari tween dan
span agarlapisan monomolekuler yang didapat lebih bagus dan tidak mudah rusak.
Pada percobaan ini mula - mula yang dilakukan adalah menentukan jumlah span dan
tween yang digunakan dari masing - masing HLB butuh dari HLB butuh 6,7,8,9,10,11,12,13,14,
dan bahan lainnya. Pencampuran bahan berdasarkan dari sifat bahan itu tujuannya bahan yang
berfase air itu sendiri dan untuk fase minyak juga pada fase minyak itu sendiri.
Untuk membuat suatu emulsi dibutuhkan adanya emulgator. Pada percobaan ini
emulgator yang digunakan adalah tween 80 dengan HLB butuh 12,0 Dan span 80 . Jadi pada
percobaan ini untuk fase air yaitu tween 80 dan air. Sedangkan untuk pase minyak yaitu span 80
dan paraffin liquidum pada cawan porselen . Kemudian pencampuran dilakukan pada suhu 70°C
. Alasannya kedua fase tersebut memiliki suhu lebur yang sama yaitu pada suhu 70°C sehingga
dapat diperoleh emulsi yang baik dan tidak pecah.
Emulsi yang stabil dapat terjadi apabila ada kesetaraan antara HLB butuh surfaktan dan
HLB butuh minyak adalah HLB karakteristik yang menurut grifin dengan HLB surfaktan yang
dapat membentuk emulsi tipe tertentu yang stabil.
Diperlukan suhu ± 70° untuk membuat emulsi. Hal ini dimaksudkan untuk menurunkan
viskositas dari partikel - partikel minyak dan menurunkan tegangan antar muka sehingga dapat
membentuk corpus dengan fase air.
Fase air di panaskan pada gelas beker menggunakan kaki tiga dan spirtus karna pada suhu
yang tinggi dapat menurunkan viskositas dan tegangan permukaan emulsi sehingga masing _
masing fase mudah untuk dibuat dalam tetesan – tetesan halus dan emulsi pun dapat dengan
mudah terbentuk
Pada fase air dilakukan pengaturan suhu , yaitu suhu dilebihkan sedikit dari suhu rata –
rata kedua fase minyak dan air sebab pada fase ini dapat terjadi penurunan suhu yang cepat. Lalu
campuran dikocok , dengan cara pengocokan intermitten menggunakan mixer selama 5 menit
dan diistirahatkan setiap 20 detik. Pengocokan intermitten dilakukan dengan memberikan
kesempatan pada minyak untuk terdispersi ke dalam air dengan baik serta emulgator dapat
membentuk lapisan film pada permukaan fase terdispersi.
Pengamatan emulsi dilakukan 5 hari tujuannya untuk melihat pemisahan antara fase air
dan fase minyak, perubahan warna dari kedua fase dan volume dari emulsi setelah 5 hari
kemudian. Penyimpanan emulsi dilakukan pada sushu yang dipaksakan ( stress coindition )
perlakuan ini di maksudkan untuk mengetahui kestabilan emulsi dimana terjadi penurunan suhu
secara drastic , kondisi ini akan lebih mempercepat pengamatan kita terhadap stabil atau tidaknya
suatu emulsi.
Pengamatan selama 5 hari dilakukan pada masing-masing emulsi dengan HLB butuh.
Perubahan warna yang terjadi pada masig-masing HLB adalah tetap yaitu berwarna putih susu .
tetapi yang membedakan volume sedimentasinya . volume sedimentasi dihitung berdasarkan
rumus yaitu Volume awal dibagi dengan volume sedimen. Nilai F atau volume sedimentasi yang
mendekati satu , semakin baik. Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa pada emulsi
dengan HLB butuh yang lain, karna nilai F rata- rata adalah 0,9998 gram .
Berdasarkan pengamatan 5 hari berturut-turut dapat dilihat bahwa hasil yang diproleh
stabil. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi ketidakstabilan dari emulsi di antaranya :
 Suhu pemanasan tidak konstan
 Perbedaan intensitas pengadukan
 Pencampuran kurang merata
 Kekompakan elastisitas film yang melindungi zat terdispersi
 Ketidakstabilan dalam pengamatan kestabilan emulsi
 Suhu yang tidak sama dari kedua fase ketika di campur , dimana kenaikan temperature dapat
mengurangi ketegangan antar muka dan viskositasnya

Anda mungkin juga menyukai