Anda di halaman 1dari 13

POMR (Problem Oriented Medical Record)

Nama : Ny. SNK Usia : 20 th


Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Suruh, Trenggalek
Agama : Islam Suku : Jawa
Tangggal pemeriksaan : 25 Desember 2019 (11.00) Ruangan : VK RSUD Trenggalek

SUMMARY OF PROBLE INITIAL PLANNING


CLUE AND CUE
DATABASE M LIST DIAGNOSIS DIAGNOSIS THERAPY MONITORING EDUKASI
Nama: Ny. SNK GI P0000 A000 41-42 -Postterm GI P0000 -USG - Infus RL 20 - TTV - Menjelaskan
Usia: 20 thn minggu -HT kronis A000 41-42 tpm - Kontraksi kepada pasien
- Wanita, 29 th -Inpartu minggu - Misoprostol Uterus tiap 30 tentang
Anamnesis: - Primigravida kala I fase T/H/IU + letak tabs 25 µg menit kondisi pasien
KU: Persalinan lewat dari - Postterm 41 minggu laten kepala + per buccal - Presentasi - Menjelaskan
tanggal perkiraan - His (+) jam 5 pagi inpartu kala I tiap 4 jam - Penipisan kepada pasien
- Bloody show (+) fase laten + sampai 200 - Penyusupan dan keluarga
RPS: - TBJ : 2635 gr postterm + HT µg - Penurunan pasien tentang
- Pasien hamil pertama - HT kronis kronis + TBJ - Pembukaan rencana
rujukan dari praktek - HPHT : 10/03/2019 2635 gr - Denominator tindakan yang
dokter Sp.OG dengan - HPL : 17/12/2019 - Ketuban akan
tanggal persalinan dilakukan
lewat tanggal Pemeriksaan obstetri : - sfd
perkiraan lebih 7 hari, Leopold 1 : Presentasi
datang ke IGD RSUD lunak : bokong,TFU :
Trenggalek pukul 29 cm
20.00 Leopold 2 : puka,
- Kenceng-kenceng DJJ : (+)138x/menit
dirasakan jam 05.00 Leopold 3 : kepala
pagi, kenceng- Leopold 4 : Sudah
kenceng terasa hingga masuk PAP, 3/5
ke punggung dan
daerah jalan lahir, Pemeriksaan dalam :
semakin sering, Pembukaan : 1 cm
diikuti dengan Penipisan : 25 %
keluarnya lendir dan Penyusupan : -
darah (+), ketuban Presentasi : kepala
belum pecah Penurunan : hodge 1
- Tekanan darah tinggi Denominator : -
di usia kehamilan 3 Kepala :-
bulan UPD : arcus pubis >
- Mual, muntah (-) 90º

RPD:
HT(-), DM (-), asma (-),
alergi (-)
RPK :
HT (-), DM (-), asma (-)

RPSos :
Riwayat pijat (-), Rokok
(-), Alkohol (-)

HPHT: 10/03/2019
HPL: 17/12/2019
Tanggal pemeriksaan:
25/12/2019
UK: 41-42 minggu

R/ persalinan:
1. Saat ini

R/ pernikahan: menikah
1x, 1 tahun

R/ KB : tidak
menggunakan KB

R/ANC :
dr SpOG : 2x usia
kehamilan bulan 7 dan 9
di bidan tiap bulan
sebanyak 1x
Pemberian: calcium,
asam folat, tablet besi

TBJ ± 839 gr
R/Menstruasi :
- Menarche: 12 th
- Siklus haid: 28 hari,
teratur
- Lama haid: 6-7 hari
- Nyeri haid (+) sebelum
haid
- Keputihan (-)

R/ Alergi: (-)

Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan fisik:
- TB : 158 cm
- BB : 65 kg
- Keadaan umum: cukup
Kesadaran: compos
mentis
GCS : 456
- TD : 130/90 mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- RR : 20 x/menit
- Suhu aksila: 36,5o C
- SpO2: 98%
Kepala : A/I/C/D = -/-/-/-,
oedem kelopak mata -/-
Leher: Tidak ada
pembesaran KGB , tidak
ada deviasi trakea

Thorax :
Paru
- Inspeksi: normochest,
pergerakan dinding dada
simetris
- Palpasi: ekspansi
dinding dada simetris,
stem fremitus simetris.
- Perkusi: sonor/sonor
- Auskultasi suara nafas
vesikuler/vesikuler
Rokhi -/- wheezing -/-

Cor
- Inspeksi: dada kanan dan
kiri simetris, kelainan
bentuk dada (-), pulsasi
perikordial (-), iktus tidak
tampak
- Palpasi: iktus tidak kuat
angkat, thrill (-)
- Perkusi: batas kanan di
ICS IV SL dekstra, batas
kiri di ICS V MCL
sinistra, batas atas ICS III
SL sinistra, punggung
jantung ICS III PSL
sinistra
- Auskultasi:S1S2
tunggal, murmur (-),
gallop (-)

Abdomen :
- Inspeksi: Linea nigra (+)
Striae gravidarum(-)
-Palpasi : nyeri tekan (-),
massa (+) kehamilan

Ekstremitas :
- Akral hangat, merah,
kering +/+
+/+
- Edema -/-
-/-
- CRT <2dtk
Pemeriksaan Obstetri’
Leopold 1 : Presentasi
lunak : bokong,TFU : 29
cm
Leopold 2 : puka, DJJ :
(+)138x/menit
Leopold 3 : kepala
Leopold 4 : Sudah masuk
PAP, 3/5

Pemeriksaan dalam :
Pembukaan : 1 cm
Penipisan : 25 %
Penyusupan : -
Presentasi : kepala
Penurunan : hodge 1
Denominator : -
Kepala :-
UPD : lebar

Pemeriksaan
Penunjang:
DL:
Hb: 12 g/dl
WBC: 9100/uL
RBC: 4,22 x 10^6/uL
Hct: 36 %
PLT: 311.000/uL
Limfosit: 15%
Neutrofil: 79 %
MCH: 28,4 pg
MCV: 85,3 fl
MCHC: 33,3 g/gl

UL:
BJ: 1.030
PH: 5,5
Lekosit: -
Urobilinogen : normal
Protein: -
Blood: -
Keton: -
Bilirubin: -
Glukosa: -
Nitrit: -

Faal Hemostasis:
PPT: 10,2 detik
APTT: 31,2 detik
INR: 0,88

Serologi:
HbsAg: non reaktif

KK:
Albumin: 3,90 g/dl

Glukosa: 133 mg/dl

Fungsi Ginjal
Ureum : 16,38 mg/dl
LANDASAN TEORI

DefinisiAPN :
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau
dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan.
Asuhan persalinan normal adalah asuhan persalinan yang bersih dan aman dari setiap tahapan persalinan dan
upaya pencegahan terjadinya komplikasi terutama perdarahan pascapersalinan, hipotermia, serta asfiksia bayi
baru lahir.
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau
dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan
perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Ari dkk, 2010:4).
Klasifikasi Persalinan
Menurut Asrinah dkk (2010:2) berdasarkan cara dan usia kehamilan.
1) Persalinan Normal (Spontan) Adalah proses lahirnya bayi pada Letak Belakang Kepala (LBK)
dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung
kurang dari 24 jam.
2) Persalinan Buatan Adalah persalinan dengan tenaga dari luar dengan ekstraksiforceps, ekstraksi
vakum dan sectiosesaria.
3) Persalinan Anjuran Adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar
dengan jalan rangsangan.
Penyebab persalinan
1) Penurunan Kadar Progesteron
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan kerentanan otot Rahim.
Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesterone san estrogen di dalam darah, tetapi pada
akhir kehamilan progesterone menurun sehingga timbul his.
2) Teori Oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim.
3) Keregangan Otot-otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah
maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan Rahim, maka dengan majunya
kehamilan makin teregang otot- otot Rahim makin rentan.
4) Pengaruh Janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan oleh karena pada anenchepalus
kehamilan sering lebih lama dari biasa.
5) Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua disangka menjadi salah satu sebab permulaan persalinan.Hasil dari
percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena, intra adan extramnial
menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar
prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan
atau selama persalinan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan adalah:
1) Faktor Power

Power adalah tenaga atau kekuatan yang mendorong Janis keluar. Kekuatan tersebut meliputi his, kontraksi
otot-otot perut,
a) His (kontraksi uterus) Menurut Asrinah (2010:9-11) adalah kekuatan kontraksi uterus karena otot- otot
polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna. Sifat his yang baik adalah kontraksi simetris, fundus
dominan, terkoordinasi dan relaksasi.
(1) Pembagian his dan sifat-sifatnya:
(a) His pembukaan (kala I): menimbulkan pembukaan serviks, semakin kuat, teratur dan sakit. (b) His
pengeluaran (kala II): untuk mengeluarkan janin, sangat kuat, teratur, simetris, terkoordinasi.
(c) His pelepasan uri (kala III): kontraksi sedang untuk mengeluarkan plasenta.
(d) His pengiring (kala IV): kontraksi lemah, masih sedikit, nyeri, terjadi pengecilan rahim, dalam beberapa
jam atau hari.
(2) Dalam melakukan observasi pada ibu bersalin, hal-hal yang harus diperhatikan dari his adalah:
(a) Frekuensi his: jumlah his dalam waktu tertentu, biasanya per menit atau per 10 menit.
(b) Intensitas his: kekuatan his (adekuat atau lemah)
(c) Durasi (lama his): lamanya his setiap his berlangsung dan ditentukan dengan detik, misal 50 detik.
(d) Interval his: jarak antar his satu dengan his berikutnya, misal datangnya his tiap 2-3 menit.
(e) Datangnya his: apakah sering, teratur, atau tidak.
(3) Perubahan-perubahan akibat his
(a) Pada uterus dan serviks: uterus teraba keras karena kontraksi. Serviks tidak mempunyai otot-otot yang
banyak, sehingga setiap muncul his, terjadi pendataran (effacement) dan pembukaan (dilatasi) dari serviks.
(b) Pada ibu: rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim, terdapat pula kenaikan denyut nadi dan
tekanan darah.
(c) Pada janin: pertukaran oksigen pada sirkulasi uteroplasenter kurang, sehingga timbul hipoksia janin.
Denyut jantung janin melambat dan kurang jelas didengar karena adanya iskemia fisiologis.
b) Tenaga Mengejan
Menurut Sujiyatini (2010:23-24) tenaga mengejan pada persalinan adalah:
(1) Kontraski otot-otot dinding perut
(2) Kepala di dasar panggul merangsang mengejan
(3) Paling efektif saat kontraksi/his
2) Faktor Passanger (Kuswanti dkk, 2014:24-28). Bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah
kepala janin. Posisi dan besar kepala dapat memengaruhi jalan persalinan. Kepala janin banyak mengalami
cedera pada saat persalinan sehingga dapat membahayakan kehidupan janin.
Pada persalinan, karena tulang-tulang masih dibatasi fontanel dan sutura yang belum keras, maka
pinggir tulang dapat menyisip antara tulang satu dengan tulang yang lain (molase) , sehingga kepala bayi
bertambah kecil. Biasanya jika kepala janin sudah lahir maka bagian-bagian lain janin akan dengan mudah
menyusul.
a) Kepala Janin dan Ukurannya Ukuran dan sifat kepala janin relatif kaku sehingga sangat memengaruhi
proses persalinan. Tengkorak janin terdiri atas dua tulang parietal, dua tulang temporal, satu tulang frontal
dan satu tulang oksipital. Tulang-tulang ini disatukan oleh sutura membranosa. Saat persalinan dan setelah
selaput ketuban pecah, fontanel dan sutura dipalpasi untuk menentukan presentasi, posisi, dan sikap janin.
Sutura dan fontanel menjadikan tengkorak bersifat fleksibel, sehingga dapat menyesuaian diri terhadap
otak bayi. Kemampuan tulang untuk saling menggeser memungkinkan kepala bayi beradaptasi terhadap
berbagai diameter panggul ibu.
(1) Bagian muka dan tulang dasar tengkorak
(a) Os nasalis (tulang hidung)
(b) Os maksilaris (tulang rahang atas)
(c) Os mandibularis (tulang rahang bawah)
(d) Os zigomatik (tulang pipi)
(2) Bagian tengkorak
(a) Os frontalis (tulang dahi)
(b) Os parietalis (tualang ubun-ubun)
(c) Os temporalis (tulang pelepis)
(d) OS occipitalis (tulang belakang kepala)
60 LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL
I. MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA DUA
1] Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
¾ Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
¾ Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/atau vaginanya.
¾ Perineum menonjol.
¾ Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.
II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2] Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin dan
memasukkan 1 buah alat suntik sekali pakai 3 cc ke dalam wadah partus set.
3] Memakai celemek plastic
4] Memastikan lengan / tangan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir
5] Memakai sarung tangan DTT pada tangan kanan yang di gunakan untuk periksa dalam
6] Mengambil alat suntik sekali pakai dengan tangan kanan, isi dengan oksitosin dan letakkan kembali kedalam
wadah partus set.Bila ketuban belum pecah, pinggirkan ½ kocher pada partus set
III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DENGAN JANIN BAIK
7] Membersihkan vulva dan perineum menggunakan kapas DTT (basah) dengan gerakan dari vulva ke
perineum (bila daerah perineum dan sekitarnya kotor karena kotoran ibu yang keluar, bersihkan daerah tersebut
dari kotoran),
8] Melakukan pemeriksaan dalam dan pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah
9] Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan
dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
10] Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai pastikan DJJ dalam batas normal (120-160
x/menit)
IV. MENYIAPKAN IBU & KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES PIMPINAN MENERAN.
11] Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada
his, bila ia sudah merasa ingin meneran
12] Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran, (pada saat ada his, bantu ibu dalam
posisi setelah duduk dan pastikan ia merasa nyaman)
13] Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran
 Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinganan untuk meneran
 Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
 Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (tidak meminta ibu berbaring
terlentang).
 Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
 Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.
 Menganjurkan asupan cairan per oral.
 Menilai DJJ setiap lima menit.
 Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam)
meneran untuk ibu primipara atau 60/menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera.
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI.
14] Saat kepala janin terlihat di vulva dengan diameter 5-6 cm, memasang handuk bersih untuk mengeringkan
janin pada perut ibu
15] Mengambil kain bersih, melipat 1/3 bagian dan meletakkannya dibawah bokong ibu
16] Membuka tutup partus set
17] Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
VI. MENOLONG KELAHIRAN BAYI
18] Saat sub-occiput tampak dibawah simfisis, tangan kanan melindungi perineum dengan dialas lipatan kain di
bawah bokong, sementara tangan kiri menahan puncak kepala agar tidak terjadi defleksi yang terlalu cepat
saat kepala lahir. (minta ibu untuk tidak meneran dengan nafas pendek-pendek) Bila didapatkan mekonium
pada air ketuban, segera setelah kepala lahir lakukan penghisapan pada mulut dan hidung janin menggunakan
penghisap lendir De Lee
 Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut dan hidung setelah kepala lahir
menggunakan penghisap lendir DeLee disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau bola karet penghisap
yang baru dan bersih.
19] Menggunakan kasa/kain bersih untuk membersihkan muka janin dari lendir dan darah
20] Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
 Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
 Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.
21] Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan
22] Setelah janin menghadap paha ibu, tempatkan kedua telapak tangan biparietal kepala janin, tarik secara
hati-hati ke arah bawah sampai bahu anterior / depan lahir, kemudian tarik secara hati-hati ke atas sampai bahu
posterior/belakang lahir. Bila terdapat lipatan tali pusat yang terlalu erat hingga menghambat putaran paksi luar
atau lahirnya bahu, minta ibu berhenti meneran, dengan perlindungan tangan kiri, pasang klem di dua tempat
pada tali pusat dan potong tali pusat di antara dua klem tersebut.
23] Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher dan bahu janin bagian posterior dengan posisi ibu
jari pada leher (bagian bawah kepala) dan ke empat jari pada bahu dan dada / punggung janin, sementara tangan
kiri memegang lengan dan bahu janin bagian anterior saat badan dan lengan lahir
24] Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri pinggang ke arah bokong dan tungkai bawah janin
untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri di antara kedua lutut janin)
VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25] Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpu pada lengan kanan sedemikian rupa sehingga bayi
menghadap ke arah penolong.nilai bayi, kemudian letakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala
lebih rendah dari badan (bila tali pusat terlalu pendek, letakkan bayi di tempat yang memungkinkan)
26] Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian tali pusat
27] Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilicus bayi.Melakukan urutan tali pusat ke
arah ibu dan memasang klem diantara kedua 2 cm dari klem pertama.
28] Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan jari-jari tangan kiri,
memotong tali pusat di antara kedua klem.Bila bayi tidak bernafas spontan lihat penanganan khusus bayi baru
lahir
29] Mengganti pembungkus bayi dengan kain kering dan bersih, membungkus bayi hingga kepala
30] Memberikan bayi pada ibu untuk disusui bila ibu menghendaki.
VIII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
31] Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal
32] Memberi tahu ibu akan disuntik
Oksitosin
33] Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha kanan
atas ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
34] Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35] Meletakkan tangan kiri di atas simpisis menahan bagian bawah uterus, sementara tangan kanan memegang
tali pusat menggunakan klem atau kain kasa dengan jarak antara 5-10 cm dari vulva
36] Saat kontraksi, memegang tali pusat dengan tangan kanan sementara tangan kiri menekan uterus dengan
hati-hati ke arah dorso kranial.Bila uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu atau keluarga untuk melakukan
stimulasi putting susu
37] Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke arah bawah dan
kemudian ke arah atas, mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva.
 Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit:
 Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
 Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptik
jika perlu.
 Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
 Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
 Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.
38] Setelah plasenta tampak di vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati.Bila perlu (terasa ada
tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran
plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
39] Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus secara
sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
IX. MENILAI PERDARAHAN
40] Sambil tangan kiri melakukan masase pada fundus uteri, periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta
dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotelidon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan
memasukkan ke dalam kantong plastik yang tersedia
41] Memeriksa apakah ada robekan pada introitus vagina dan perenium yang menimbulkan perdarahan
aktif.Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan
X. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
42] Periksa kembali kontraksi uterus dan tanda adanya perdarahan pervaginam, pastikan kontraksi uterus baik
43] Membersihkan sarung tangan dari lendir dan darah di dalam larutan klorin 0,5 %, kemudian bilas tangan
yang masih mengenakan sarung tangan dengan air yang sudah di desinfeksi tingkat tinggi dan
mengeringkannya
44] Mengikat tali pusat kurang lebih 1 cm dari umbilicus dengan sampul mati
45] Mengikat balik tali pusat dengan simpul mati untuk kedua kalinya
46] Melepaskan klem pada tali pusat dan memasukkannya dalam wadah berisi larutan klorin 0, 5%
47] Membungkus kembali bayi
48] Berikan bayi pada ibu untuk disusui
49] Lanjutkan pemantauan terhadap kontraksi uterus, tanda perdarahan pervaginam dan tanda vital ibu.
 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
50] Mengajarkan ibu/keluarga untuk memeriksa uterus yang memiliki kontraksi baik dan mengajarkan masase
uterus apabila kontraksi uterus tidak baik.
51] Mengevaluasi jumlah perdarahan yang terjadi
52] Memeriksa nadi ibu
 Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pasca persalinan.
53] Merendam semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 %
54] Membuang barang-barang yang terkontaminasi ke tempat sampah yang di sediakan
55] Membersihkan ibu dari sisa air ketuban, lendir dan darah dan menggantikan pakaiannya dengan pakaian
bersih/kering
56] Memastikan ibu merasa nyaman dan memberitahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum
57] Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%
58] Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan dalam keadaan
terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
59] Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
60] Melengkapi partograf dan memeriksa tekanan darah.

Daftar Pustaka
Asrinah, DKK. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta : Graha. Ilmu.
Kuswanti, Ina. 2014. Asuhan kehamilan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai