Anda di halaman 1dari 105

MUHAMMAD HADI

ALLSYS Head Office


Gedung Balanta Budiprima
Utan Kayu Raya 102 Lt. 2, Matraman,
Jakarta Timur 13120

ALLSYS Operational Office


Ruko Harapan Indah Blok AA-01
Kota Harapan Indah - Bekasi - Indonesia 17151
Telp. 021-88865924, 88865925 Fax. 021-88865923

ALLSYS LEARNING CENTER


Cikopo Selatan 50, Gadog, Bogor, Jawa Barat

Jalan Flamboyan II/31, Rt.002/010,


Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan 12870
Hp. 0856 9764 9137 -0812 8648 4431
Mail :
- hadi@allsys-solutions.com
- hadi_alc@yahoo.com
- Facebook : alc.allsys@yahoo.com
QUALIFICATION

 Assesor
 Auditor SMK3
 Ahli K3 Umum
 TOT MENAKERTRANS for K3
 TOT MENAKERTRANS for working at Height
 Technician for Working at Height (Roof Accses 3)
 Technician for Scaffolding
 Technician for Working at Height (Roof Accses 1)
 Health And Safety Environment Training
 First Aid
LATAR BELAKANG
Pelatihan ini sesuai dengan UU No. 1 tentang Keselamatan
kerja tahun 1970, UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan,
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 09 Tahun 2016
tentang K3 Pekerjaan Pada Ketinggian.
PT Allsys Solutions sebagai perusahaan Jasa K3 yang ditunjuk
oleh KEMENAKER-RI (Nomor SKP.143/PPK/PJK3/IX/2014) dan
pemegang lisensi dari lembaga-lembaga training dalam
peningkatan kompetensi tenaga kerja, membangun fasilitas
pelatihan yang memadai dan melakukan pelatihan-pelatihan
secara konsisten sesuai dengan standar yang ditetapkan.
IDENTIFIKASI
BAHAYA RESIKO
TUJUAN MATERI
IDENTIFIKASI DALAM KEGIATAN AKSES TALI

 Mengetahui proses bekerja dengan akses tali


 Memahami potensi bahaya bekerja dengan akses tali
 Mampu membuat daftar bahaya resiko
 Mampu membuat daftar pengendalian bahaya dan resiko
IDENTIFIKASI BAHAYA
(HAZARD IDENTIFICATION)

“UPAYA UNTUK MENGETAHUI, MENCARI SERTA


MENILAI APA YANG MENJADI POTENSI ATAU
SUMBER BAHAYA YANG DAPAT MENYEBABKAN
TERJADINYA KERUGIAN, KERUSAKAN, CIDERA
BAHKAN DAPAT MENGAKIBATKAN KEMATIAN”
BAHAYA JATUH

“SEBUAH POTENSI BAHAYA YANG ADA DITEMPAT


KERJA YANG TERJADI AKIBAT HILANGNYA
KESEIMBANGAN ATAU TUMPUAN SAAT BERADA PADA
POSISI DIKETINGGIAN”

Resiko yang ditimbulkan dapat berupa cidera ringan


bahkan Kematian
BAHAYA JATUH
Jatuh dari tempat tinggi
 Jatuh dari tangga
 Jatuh dari permukaan lantai kerja yang tinggi
 Jatuh dari lantai kerja yang terbuka (lubang)
 Jatuh dari struktur/bangunan yang tinggi

Jatuh dari permukaan yang sama tinggi


 Jatuh karena terpeleset
 Jatuh akibat tersandung

Tertimpa benda yang jatuh dari atas


 Benda yang diletakkan pada tempat tidak aman
 Tidak dilakukannya pengekangan atau pengikatan benda
LOKASI POTENSI BAHAYA JATUH
Kecelakaan terjatuh dapat terjadi :
 saat tenaga kerja menuju tempat kerja
 saat bekerja dan
 meninggalkan tempat kerja

Lokasi yang paling mungkin menyebabkan kecelakaan jatuh


diantaramya:
 Saat berada pada tangga atau struktur untuk akses menuju
ketinggian
 Saat berada pada lantai kerja/area kerja; jatuh akibat permukaan licin
atau tersandung
 Saat berada pada tali lintasan kerja dan keselamatan (jalur
penambat); Tali terlepas dari angkur, tali putus akibat terkena sudut
tajam, sabuik tubuh atau alat penahan jatuh tidak berfungsi karena
rusak atau terlepas dari tali.
SUMBER POTENSI BAHAYA JATUH
☻ Orang
 Melakukan kecerobohan, kelalaian, bekerja tidak sesuai SOP
 Tidak memiliki keahlian dalam penggunaan sistem

☻ Sistem
 Kegagalan sistem akibat kesalahan pemasangan dan
penggunaannya
 Tidak menggunakan peralatan dengan kesesuaian standar
 Komponen alat dalam sistem yang gagal produksi
 Menggunakan peralatan yang rusak dan kadaluarsa

☻ Lingkungan kerja
 Orang lain berada diarea kerja yang dapat merugikan, struktur
bangunan yang tidak menunjang atau terjadinya kebakaran
dilingkungan kerja.

12
Sumber potensi bahaya jatuh
☻ Peralatan kerja
 Menggunakan bahan/material dengan unsur api, kimia atau
material tajam yang membahayakan sistem akses tali yang
sedang digunakan serta perlakuan peralatan kerja yang tidak
aman yang dapat menimbulkan bahaya terhadap orang lain
seperti alat kerja jatuh dan menjatuhkan alat kerja.

☻ Sistem
 Kegagalan sistem akibat kesalahan pemasangan dan
penggunaannya
 Tidak menggunakan peralatan dengan kesesuaian standar
 Komponen alat dalam sistem yang gagal produksi
 Menggunakan peralatan yang rusak dan kadaluarsa

13
HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO K3

☻ Eliminasi
Menghilangkan suatu bahan/tahapan proses berbahaya

☻ Substitusi
 Mengganti bahan bentuk serbuk dengan bentuk pasta
 Proses menyapu diganti dengan vakum
 Bahan solvent diganti dengan bahan deterjen
 Proses pengecatan spray diganti dengan pencelupan

☻ Rekayasa Teknik
 Pemasangan alat pelindung mesin
 Pemasangan general dan local ventilation
 Pemasangan alat sensor otomatis

14
Hirarki Pengendalian Risiko K3

☻ Pengendalian Administratif
 Pemisahan lokasi
 Pergantian shift kerja
 Pembentukan sistem kerja
 Pelatihan karyawan

☻ Alat Pelindung Diri


 Helmet
 Safety Shoes
 Ear plug/muff
 Safety goggles
 Fullbody Harness

15
BAHAYA RESIKO DAN PENGENDALIANNYA
Bahaya resiko Prosedur/Tindakan Aman
Terjepit Kantrol saat pemasangan  Menggunakan Sarung Tangan
Tertimpa Kantrol saat pemasangan  Menggunakan Sepatu Safety
Backpain saat mengangkat RRU  Pastikan Pemanasan yang dilakuakan sesuai dengan kondisi
tubuh kita
Tegang Otot saat memanjat  Lakukan Pemanasan dengan baik dan benar
PENGETAHUAN KONDISI
KETIDAKTAHANAN TERGANTUNG
(SUSPENSION INTOLERANCE)
TUJUAN MATERI
PENGETAHUAN KONDISI KETIDAKTAHANAN TERGANTUNG
(SUSPENSION INTOLERANCE)

 Tenaga kerja memahami akibat dari kondisi ketidaktahanan


saat tergantung
 Dapat melakukan pencegahan dan mampu melakukan
tindakan penyelamatan untuk diri sendiri
KETIDAKTAHANAN TERGANTUNG

Seorang pekerja pada ketinggian yang


menggunakan sabuk tubuh akan mendapat
gangguan kesehatan dalam penggunaannya saat
jatuh atau tergantung pada sabuk tubuh
tersebut.

Hal ini disebabkan karena tubuh pekerja akan


terhimpit/terjepit oleh sabuk tubuh tersebut
sehingga aliran darah dalam tubuh terhambat
dan dapat berakibat fatal.
PENYEBAB DAN AKIBAT
KETIDAKTAHANAN TERGANTUNG

Dimana terjadinya penangguhan sementara


yang menyebabkan berhentinya darah pada
pembuluh darah besar atau utama disekitar
pangkal paha.

Sehingga mekanisme pemompaan darah


menuju dan dari jantung terganggu dengan
durasi yang lama.
GEJALA – GEJALA
KETIDAKTAHANAN TERGANTUNG

 Kulit Dingin, Lembab, Pucat


 Mual / Muntah
 Lemas
 Pusing
 Nafas dangkal dan tidak teratur
 Denyut nadi Cepat (> 100 x / menit ) kemudian
melemah, lambat dan hilang.
 Kesadaran menurun bahkan dapat kehilangan
kesadaran
PENANGANAN
KETIDAKTAHANAN TERGANTUNG

 Pemasangan sabuk tubuh tidak terlalu ketat/kencang

 Menggerakkan kaki saat duduk tergantung pada sabuk


tubuh untuk mengurangi resiko

 Gunakan bantalan pada sabuk tubuh bagian paha untuk


membantu penyebaran beban
TINDAKAN PERTOLONGAN
KETIDAKTAHANAN TERGANTUNG
Salah satu cara tindakan pertolongan
ketidaktahanan tergantung adalah dengan
memberikan bantuan pijakan/platform untuk
mengurangi tekanan atau himpitan sabuk tubuh,
guna mengembalikan darah mengalir ke jantung.

Strap Pijakan pada gambar hanya alat bantu


sementara

Ingat!!! Strap pijakan pada gambar tersebut TIDAK


menghilangkan semua risiko ketidaktahanan
tergantung, juga tidak menghilangkan kebutuhan
untuk penyelamatan lanjutan.
TINDAKAN PERTOLONGAN
KETIDAKTAHANAN TERGANTUNG
PRINSIP
PENERAPAN FAKTOR JATUH
(FALL FACTOR)
TUJUAN MATERI
SIMPUL DAN ANGKUR DASAR

 Tenaga kerja mampu menghitung faktor jatuh untuk dapat


mengetahui dampak yang ditimbulkan serta tenaga kerja
dapat menghitunng titik pemasangan peralatan dengan baik,
benar dan aman sehingga resiko terjadinya cedera dapat
diminimalisasi.
FAKTOR JATUH

Perkiraan nilai sebagai hasil dari evaluasi


bahaya dan resiko yang terjadi pada
keadaan tertentu disaat bekerja
diketinggian (saat tenaga kerja terjatuh)

• Dalam beberapa referensi (EN standar)


bahwa batas maksimal tubuh manusia
dapat menerima dampak kekuatan hentak
adalah 6 KN atau sebesar ± 600 kgf dengan
berat badan 80-100 kg.
• Sedangkan untuk dampak kekuatan hentak
4 KN atau sebesar ± 400 kgf dengan berat
badan 50-80 kg
Fall Faktor
Secara teori mengitung faktor jatuh adalah panjang jarak posisi
awal orang jatuh sampai posisi terakhir jatuh atau menggantung
DIBAGI panjang tali pengait yang digunakan untuk penghubung
orang jatuh dengan angkur

Fall Factor (FF) = Panjang jarak posisi awal orang jatuh sampai posisi terakhir jatuh (Jarak Jatuh)
Panjang tali yang menghubungkan orang dengan angkur (Panjang Lanyard)
Diagram Fall Factor
Fall Factor 0

Sebelum Jatuh

Setelah Jatuh

Peletakan pengait diatas Kepala

Angkur yang digunakan untuk mengkaitkan tali penghubung antara angkur dan
sabuk tubuh berada diatas tenaga kerja. Jarak jatuh menjadi pendek sehingga
dampak kekuatan hentak yang diterima kecil.
Fall Factor 1

Sebelum Jatuh

Setelah Jatuh

Peletakan pengait sejajar bahu

Angkur yang digunakan untuk mengkaitkan tali penghubung antara angkur dan
sabuk tubuh berada sejajar dengan titik jatuh pada sabuk tubuhtenaga kerja.
Fall Factor 2

Sebelum Jatuh

Setelah Jatuh

Peletakan pengait sejajar kaki

Angkur yang digunakan untuk mengkaitkan tali penghubung anatara angkur


dan sabuk tubuh berada dibawah/diposisi kaki tenaga kerja. Dalam situasi
seperti ini jika memungkinkan penggunaan faktor jatuh ini dihindari karena
dampak dari hentakan yang akan diterima tenaga kerja akan besar
Fall Factor 3
Dalam hal ini terjadi maka jarak jatuh
melebihihi daripada panjangtali
penghubung anatara angkur dan sabuk
tubuh. Dampak dari hentakan yang akan
diterima tenaga kerja akan SANGAT BESAR,
maka jangan masuk pada situasi faktor
jatuh 3 karena resiko kematian sangat
mungkin terjadi dan perlu diingat bahwa
seluruh peralatan penahan jatuh hanya
dilakukan test pada faktor jatuh 2

Ep = M(kg) x H x G

(M = Massa, H = Ketinggian jatuh, G = Gravitasi)


CONTOH SOAL FALL FACTOR
Seorang pekerja terjatuh dari platform yang tingginya 100
meter dari permukaan tanah tetapi pekerja tersebut
terselamatkan oleh alat penahan jatuh yang disebut hook
lanyard with absorber yang panjangya 180 cm karena
pemakaiannya benar maka jarak jatuh pekerja tersebut secara
bebas dan menggantung pada alat tersebut 180 cm

- Hitung berapakah fall faktor yang dialami oleh pekerja


tersebut sebelum absorber terbuka
- hitung berapa fall faktor yang dialami oleh pekerja tersebut
setelah peredam kejut (absorber) terbuka sepanjang 30 cm
Jarak Jatuh Bebas

Jarak Jatuh Bebas


Jumlah jarak vertikal dari pekerja mulai jatuh dengan
tenaga gravitasi dan hanya ditahan oleh udara, mulai dari
awalan jatuh hingga tertahan.

Jarak bebas yang dibutuhkan


Jarak yang diperlukan di bawah pekerja untuk mencegah
benturan dengan tanah atau struktur.
Jarak Jatuh bebas/Fall Distance

FC/FD = A+B+C+D

Jarak Jatuh
A
A = Panjang Tali Pengait
B = perpanjangan Peredam
B
C = Jarak antara dorsal dan kaki pekerja
D = Jarak aman dari dasar
C

D
Jatuh Aman/Fall Clearance

Hal yang perlu diperhatikan saat bekerja Di Ketinggian

• Panjang Tali tubuh Maksimal 2 meter


• Potensi jarak jatuh harus dikurangi.
• Hindari benturan saat terjatuh
• Hindari pemasangan pengaman pada faktor 2
SISTEM PENCEGAHAN JATUH

Contoh, jarak aman jatuh


menggunakan Lanyards
absorber saat menahan beban
jatuh,
Jika pekerja menggunakan
lanyards absorber dengan
panjang 1,5 m (termasuk
karabiner) dibutuhkan jarak
aman ketinggian kerja 5,1 m dari
permukaan lantai.
CONTOH SOAL FALL CLEARENCE
Hitung fall clearence seorang pekerja, jika
diketahui panjang hook absorber lanyard pekerja 180
cm dicantolkan pada titik yang sudah benar, kemudian
tinggi pekerja masing-masing disesuaikan dengan
pekerja (diri sendiri), pada saat bekerja absorber
pekerja tersebut terbuka 40 cm, berapa jarak aman
jatuh pekerja tersebut jika jarak jatuh dari kaki pekerja
ke tanah 100 cm?
PEMILIHAN, PEMERIKSAAN DAN
PEMAKAIAN PERALATAN
AKSES TALI
AKSES TALI

Akses Tali (Rope Access)


merupakan 2 (dua) rangkaian
sistem yang dirancang dengan
menggunakan Tali sebagai alat
untuk tumpuan kerja dan
tumpuan pengaman.
AKSES TALI
Pemasangan alat-alat kerja dengan Akses
tali harus diperhatikan dengan baik, antara lain
yang perlu diperhatikan :
• Dapat digunakan sebagai akses naik dan turun
pekerja
• Dapat digunakan sebagai akses menaikkan dan
menurunkan barang.
• Aman untuk dilewati oleh semua tim
• Tidak terjadi gesekan dan merusak peralatan
• Siap untuk keadaan Emergency
ALAT PELINDUNG DIRI

ALAT PENDUKUNG
Hierarchy of Control
PEMILIHAN PERALATAN WAJIB
ALAT PELINDUNG DIRI ROPE ACCESS

1. Fullbody Harness
2. Descender / alat turun
3. Hand Ascender / alat naik
4. Back-up Devices / pengaman tambahan
5. Chest Ascenders / alat naik di dada
6. Attachment Cow's Tills / lanyard
7. Carabinner Oval / cincin kait
8. Helmet / helm
9. Glove / sarung tangan
10. Tali Kernmantle rope static / tali static
APD/PPE for Rope Access
PELINDUNG KEPALA

• Memiliki chinstrap berbentuk V atau Y


sehingga tidak memudahkan terlepas
dari kepala dan dapat disesuaikan.
• Dapat juga dipasangkan tambahan PPE
seperti senter, pelindung wajah,
pelindung telinga
• Isolasi Kelistrikan
• Tidak adanya halangan pandangan
PELINDUNG MATA
Pelindung mata merupakan bagian penting dari alat pelindung
diri dan harus digunakan jika keadaan mengharuskan seperti
pada aktivitas penyambungan, saat memasang konektor kabel,
memotong, menggerinda dan tekena paparan bahan kimia.
Begitu juga ketika bekerja diketinggian terdapat resiko cidera
pada mata, seperti terkena serpihan partikel-partikel cat, juga
bahaya ultra violet.
• Lensa anti kabut
• Dilengkapi pelindung bagian
atas
• Dilengkapi dengan eyewear
lanyard
PELINDUNG TANGAN
Pelindung tangan harus memiliki kualitas yang baik dan didesain
agar pemakai tetap dapat merasakan objek yang dipegang.
Sarung tangan juga digunakan sebagai perlindungan pada
aktivitas mekanik, pekerjaan distribusi, penanganan material,
pekerjaan kelistrikan, dan juga sebagai perlindungan terhadap
permukaan yang tajam. Oleh karena itu jenis sarung tangan
tergantung dari jenis pekerjaannya.
SAFETY SHOES
(Pelindung Kaki)
Sepatu Keselamatan lebih dari sekedar bot atau sepatu dengan pelindung jari
kaki dari baja. Sangatlah penting sistem perlindungan yang memadai
terpenuhi sehingga pekerja mendapat perlindungan yang optimal. Sepatu
Keselamatan harus memberikan perlindungan dari bahaya seperti benda
jatuh, terpeleset, panas, sengatan listrik, benda tajam. Sepatu Keselamatan
harus memenuhi syarat dibawah ini:

Sepatu (safety shoes / protective footwear) dengan


konstruksi yang
kuat dan terdapat pelindung jari kaki dari logam
(steel toe cap), nyaman
dipakai, dan mampu melindungi dari air/basah.

• Terbuat dari bahan yang nyaman dipakai.


• Anti-static dan resistansi terhadap bahan kimia
atau minyak.
• Penyangga yang tinggi untuk melindungi urat
achilles dan tulang ankle
FULL BODY HARNESS
(Alat Pelindung Tubuh)

Dorsal

Sternal
Lateral

Ventral

Full body harness harus nyaman dipakai dan tidak mengganggu gerak
pada saat bekerja, mudah di setel untuk menyesuaikan ukuran.
FULL BODY HARNESS
(Alat Pelindung Tubuh)

 Ada banyak desain Full Body Harness dan


perlengkapannya, setiap harness dan perlengkapannya
yang memenuhi persyaratan standard dibawah ini (atau
yang sepadan).
 Terdapat 2 ring D untuk keamanan depan, 1 untuk
keamanan belakang, 2 ring D terdapat samping kiri dan
kanan, fleksibel posisi belt, fleksibel strap pundak dan
paha, fleksible strap dada, bantalan pinggang belakang,
tempat asesoris.
 Posisi D ring yang ergonomi.
ALAT PENAIK
(ASCENDER)

Suatu alat bantu untuk naik yang


dipasang pada tali digunakan untuk
teknik naik dan digunakan pada jalur
kerja
Cara kerja alat ini adalah ketika
Hand Ascender
beban bertumpu pada ascender, maka
tali akan terjepit dan ketika beban tidak
bertumpu pada ascender maka akan
mudah digerakan ke atas.

Alat ini memiliki penjepit (camp)


yang berbentuk paku-paku tajam yang
Chest Ascender
mencengkram tali.
ALAT PENURUN (DESCENDER)

Alat bantu yang dipasang pada tali


digunakan untuk teknik turun dan alat ini
digunakan pada jalur kerja.
Cara kerjanya adalah ketika beban
bertumpu pada descender, maka alat
tersebut akan mengunci secara otomatis.
Sedangkan tuas yang ada merupakan
penggerak untuk mengurangi jepitan pada
tali sehingga pekerja dapat mengendalikan
laju turun.
Alat ini juga dapat digunakan sebagai alat
penahan (belay) pada saat menggunkan
metode terpandu
PENAHAN JATUH BERGERAK
(MOBILE FALL ARESTER)

Sebagai alat penahan jatuh pada tali pengaman (safety line)


saat gerak naik atau gerak turun melalui tali, rope acces.

 Dalam penggunaan alat ini tali yang


terhubung tidak boleh memuntir.
 Setiap alat tersebut memiliki
diameter yang berbeda
TUJUAN MATERI
SIMPUL DAN ANGKUR DASAR

 Memberikan keterampilan dalam membuat simpul yang


benar dan aman pada sistem akses tali
 Memberikan pemahaman fungsi dari simpul
 Memberikan pemahaman penggunaan angkur
 Memberikan keterampilan dalam pemasangan angkur pada
sistem akses tali
SIMPUL TALI
• Simpul Tali merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
pekerjaan di atas ketinggian. Maka didalam pekerjaan
ketinggian kita harus mengetahui jenis-jenis simpul yang
bisa kita gunakan.
• Penggunaan simpul juga dapat menjadi indikator
berkurangnya kekuatan dari tali yang kita gunakan.
• Pastikan setiap pembuatan simpul selalu diberikan tali
lebih minimal 10 cm. Jika tali diikatkan pada simpul
penahan yang berada dibawah penambat dapat dibuat
minimal 30 cm.
KRITERIA SIMPUL YANG BAIK

1. Simpul mudah untuk dibuat dan serbaguna.


2. Simpul mudah dilihat lilitanan-nya
3. Lilitan pada simpul tidak bergerak dan bergeser saat
dibebani.
4. Simpul mudah diurai atau dilepas setelah digunakan.
5. Simpul yang digunakan dapat mengurangi kekuatan tali
seminimal mungkin.
6. Aman
SIMPUL DASAR

Berdasarkan penempatan dalm penggunaan-nya simpul terbagi


menjadi 2 (dua) :
1. Simpul ujung tali
2. Simpul tengah tali

Simpul ujung tali diantaranya :


1. Simpul penghenti
2. Simpul delapan
3. Simpul sembilan
4. Simpul delampan lingkar ganda
5. Simpul pita
SIMPUL DASAR

SIMPUL UJUNG TALI diantaranya :


1. Simpul penghenti
2. Simpul delapan
3. Simpul sembilan
4. Simpul delapan lingkar ganda
5. Simpul pita
6. Simpul jerat
SIMPUL TENGAH TALI diantaranya :
1. Simpul kupu-kupu
2. Simpul pangkal
3. Simpul tambat
4. Simpul rantai
SIMPUL UJUNG TALI
• SIMPUL PENGHENTI (STOPER KNOT)
Simpul ini digunakan untuk mengunci bagian bawah atau sisa
ujung pada tali.

Simpul penghenti
SIMPUL UJUNG TALI
• SIMPUL DELAPAN GANDA (Figur of Eight Knot)
Untuk simpul tengah tali/loop, untuk menghubungkan tali
pada angkur, orang atau alat melalui konektor
.

Kekuatan tali yang tersisa setelah disimpul 66% - 77%


SIMPUL UJUNG TALI
• SIMPUL SEMBILAN (Figure Of Nine Knot)
Untuk simpul sembilan berfungsi untuk menghubungkan tali
pada angkur, orang atau alat melalui konektor

Kekuatan tali yang tersisa setelah disimpul 66% - 84%


SIMPUL UJUNG TALI
• SIMPUL DELAPAN LINGKAR GANDA
Untuk simpul delapan lingkar ganda, untuk menghubungkan
tali pada 2 (dua) angkur dengan pembebanan yang sama
besar antar lingkar dengan jarak antar angkur relatif dekat.
Tali dihubungkan dengan konektor

Kekuatan tali yang tersisa setelah disimpul 66% - 82%


SIMPUL UJUNG TALI
• SIMPUL JERAT (Two Halp Hitch Knot)
Untuk mengikat tali pada pangkal kayu atau menambatkan
dalam waktu lama.

Two Halp Hitch Knot


SIMPUL UJUNG TALI
• SIMPUL PITA (Tape Knot/Water Knot)
Simpul ini untuk menyambung dua ujung webing atau tali pipih.
SIMPUL TENGAH TALI
• KUPU-KUPU ALPIN (Alpine Butterfly)
Untuk menghubungkan pertengahan tali pada angkur, dapat
juga digunakan bersamaan dengan simpul delapan dengan
jarak relatif jauh

Kekuatan tali yang tersisa setelah


disimpul 61% - 77%
SIMPUL TENGAH TALI
• SIMPUL PANGKAL (Clove Hitch)
Untuk mengikat tali pada tiang atau dapat digunakan untuk
mengangkat beban.

Clove Hitch (Simpul Pangkal)


SIMPUL TENGAH TALI
• SIMPUL TAMBAT/JANGKAR (Cow Hitch)
Simpul ini untuk menarik benda, dibuat minimal 5. Bisa juga
untuk penambatan pada webing,

Simpul Tambat (Timber Hitch Knot)


SIMPUL TENGAH TALI
• SIMPUL RANTAI
Gunanya memperpendek tali, juga berfungsi saat
penyimpanan tali agar tidak kusut.
ANGKUR
(SISTEM PENAMBAT)
Angkur merupakan komponen utama dalam sistem
akses tali yang akan digunakan untuk pemasangan jalur turun
dan naiknya tenaga kerja ke tempat kerja.
Pemasangan angkur harus benar-benar diperhatikan sehingga
dapat digunakan dan mampu menahan beban
Sesuai dengan peraturan menteri nomor 09 tahun 2016
pasal 28 ayat 2 sistem penambat harus mampu menahan
beban minimal 15 KN
pemasangan angkur adalah tindakan pertama sebelum
bekerja dengan akses tali. Titik pemasangan anngkur harus
disesuaikan dengan karakter angkur yang akan digunakan
PERBANDINGAN STANDAR
KETERANGAN EN ANZI AS/NZS
Dampak mak. pada tubuh (Max. Force on Body) 6 kN 8 kN 6 kN

Penyebaran syok (Shock absorption) 6 kN 4 kN 6 kN

Penyebaran syok (Shock deployment) 1.75 m 1.1 m 1.75 m

Kekuatan angkur (Anchor strength) 10 kN 22.2 kN 15 kN

Jatuh bebas (Free Fall) 4m 1.8 m 2m

EN : Europa National
ANSI : American National Standards Institute
AS/NZS : Australia Standar/New Zealand Standar
ANGKUR
(SISTEM PENAMBAT)

Angkur dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :


• Angkur permanen
 Dilakukkan pemeriksaan dan pengujian pertama
 Memiliki akte pemeriksaan dan pengujian
 Dilakukan pemeriksaan dan pengujian secara berkala paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 2 (dua) tahun

• Angkur tidak permanen


Digunakan saat angkur permanen tidak tersedia dan angkur
harus diperiksa serta dipastikan kekuatannya.
BENTUK ANGKUR ATAU PATOK TAMBAT
PERMANEN
BENTUK ANGKUR ATAU PATOK TAMBAT
TIDAK PERMANEN
PENGUNAAN SUDUT
(BASIC ANCHOR)

Dasar Sudut ideal Sudut baik Sudut kritis


DIAGRAM SUDUT
(VECTOR FORCE CHART)

Besaran Sudut “Y” (derajat) = Beban yang ditahan oleh titik penambat (Kg)
PEMASANGAN TALI LINTASAN PADA ANGKUR

 Tali lintasan yang dibuat harus


tertambat minimal pada 2 (dua)
angkur.
 Tiap angkur yang dibuat harus
menerima beban yang
sama/seimbang
 Perhatikan besaran sudut yang
digunakan karena akan
mempengaruhi beban yang akan
diterima
PEMASANGAN TALI LINTASAN PADA ANGKUR

• Penambat ini dibuat seperti huruf “Y” yang menghubungkan 2


(dua) titik penambat menjadi satu.
• Pemasangan penambat tersebut harus membentuk sebuah
sudut dan dapat men-distribusikan beban secara merata
(pasal 28 ayat 3)
• Dalam pemasangannya simpul yang digunakan menggunakan
simpul delapan lingkar ganda (Bunny Knot)
• Penggunaan sudut angkor diharapkan dapat memenuhi sudut
yang baik yaitu 90 derajat atau kurang.
• Jika dalam implementasinya tidak didapatkan sudut yang baik
dapat digunakan sudut 120 derajat.
Yang harus diperhatikan sebelum memasang atau
menggunakan angkur
 Periksa angkur yang terpasang dengan seksama pastikan tidak terdapat
kerusakan material pada angkur berbahan logam seperti karat, korosi,
aus dan sobek atau benang jahitan yang putus pada material tekstil.
 Pastikan angkur yang terpasang masih dalam batas waktu aman pakai
 Angkur dipasang pada struktur/tiang utama bangunan bukan pada
struktur penunjang seperti dinding, pagar pembatas atau tiang
penyangga
 Tidak terdapat retakan pada struktur utama (material beton/concrete)
yang digunakan untuk pemasangan angkur
 Jika harus menggunakan sling penambat (anchor strap) pastikan tidak
terdapat sudut tajam dan jika terdapat sudut tajam dan harus dipasang
sling penambat WAJIB menggunakan pelindung sudut tajam.
 Pastikan jarak antar angkur tidak terlalu dekat karena akan mebuat
retak struktur conkrit.
TEKNIK MANUVER
PERGERAKAN PADA TALI
TUJUAN MATERI
TEKNIK MANUVER PERGERAKAN PADA TALI

 Memberikan keterampilan dalam melakukan pergerakan


dengan aman dan efektif pada penggunaan sistem akses tali
yang memanfaatkan 2 (dua) tali yang berfungsi sebagai tali
kerja untuk pekerja melakukan naik dan turun menuju tempat
kerja serta tali keselamatan yang difungsikan sebagai tali
pengaman saat tenaga kerja terlepas dari tali kerja baik
terdapat halangan maupun tanpa halangan
PENDAHULUAN

Dalam suatu pekerjaan di ketinggian banyak persoalan –


persoalan yang perlu dikendalikan bahaya dan resikonya. Salah
satunya mengenai tempat lokasi bekerja yang sulit dijangkau
dengan akses yang ada.
Sehingga mengharuskan menggunakan akses tali, cara ini
mungkin sebagai solusi jika cara yang lain tidak dapat terpenuhi.
Didalam pelaksanaan-nya perlu adanya berbagai
manuver atau tindakan pergerakan yang membutuhkan tingkat
kehandalan untuk menyelesaikannya. Sehingga dalam pelatihan
ini Tenaga Kerja Tingkat 1 (satu) harus menguasai teknik
manuver dengan baik dan benar.
Pemakaian dan pemeriksaan perlengkapan

Banyak hal yang sering lalai dalam pemasangan APD (alat


pelindung diri) maupun APJP (alat pelindung jatuh perorangan)
seperti :
1. Sabuk tubuh yang longgar
2. Penggunaan tali penghubung yang terlalu panjang/pendek
3. Penempat alat turun tidak pada D ring yang disarankan
4. Cincin kait yang tidak terkunci
Untuk menghidari hal-hal yang dapat menimbulkan bahaya dan
resiko maka harus dilakukan pengecekan (buddy checking) yang
dilakukan oleh rekan kerja atau orang yang ada disite kita
sebelum mulai pekerjaan atau bergerak pada tali.
Perlengkapan perorangan serta penempatan alat
pada akses tali
1. Sabuk tubuh/fullbody harnes
2. Penahan jatuh bergerak (mobile fall
arrester)
3. Alat penurun (descender)
4. Alat penaik dada (chest ascender)
5. Alat penaik tangan (hand ascender)
6. Pijakan kaki (foot loop)
7. Tali pengait penahan jatuh
8. Tali pengait penahan beban
9. Tali pengait pendek untuk koneksi
korban
10. Pelindung kepala/helm
11. Pelindung tangan/sarung tangan
PERGERAKAN PADA TALI

1. Menaik pada tali (Ascending)


2. Menurun pada tali (Descending)
3. Berganti arah (Changeover)
4. Melewati simpul pertengahan tali (Mid-Rope Knots)
5. Melewati deviasi penambat tunggal (singgle anchor
Deviation)
6. Melewati penambat ulang (Re-Anchor/Re-Belay)
7. Menaik pada tali menggunakan alat penurun
8. Menurun pada tali menggunakan alat penaik
9. Melewati halangan tepian (Edge Obstructions)
10. Melewati pelindung pertengahan tali (Passing Mid Rope)
11. Berpindah antar tali (Rope to Rope Transfer)
12. Penggunaan Bangku Kerja (Works Seat)
Menaik Pada Tali (Ascending)

Merupakan teknik naik dengan


menggunakan alat penaik pada tali.
Penggunaan teknik ini tenaga kerja harus
dapat menggerakkan alat tersebut dengan
mengangkat tubuh untuk bergerak.
Hal yang perlu diperhatikan :
 Penggunaan alat harus benar dan tepat
 Perhatikan arah alur tali dalam
pemasangannya
 Peralatan juga dapat dipengaruhi oleh
situasi dan kondisi saat bekerja.
 Pastikan sebelum bergerak semua “gate”
sudah terkunci dan terkoneksi dengan
baik.
Menurun Pada Tali (Descending)

Merupakan teknik turun dengan


menggunakan alat penurun pada tali.
Penggunaan teknik ini tenaga kerja harus
dapat mengendalikan kecepatan laju turun
pada alat tersebut.
Hal yang perlu diperhatikan :
 Penggunaan alat harus benar dan tepat
 Perhatikan arah alur tali dalam
pemasangannya
 perlatan juga dapat dipengaruhi oleh situasi
dan kondisi saat bekerja.
 Pastikan sebelum bergerak semua “gate”
sudah terkunci dan terkoneksi dengan baik.
Melewati Deviasi Penambat Tunggal
(Singgle Anchor Deviation)

Merupakan teknik turun dan naik,


keatas atau kebawah. Biasanya metode ini
digunakan hanya pada jarak kerja yang
pendek atau pada saat akan memposisikan
kerja.
Jika dalam jarak kerja yang jauh maka tidak
direkomendasikan karena banyak membuang
energi, sistem ini juga harus dilakukan pada
tali yang bebas sehingga tidak terjadi
puntiran antara tali kerja dan pengaman.
Melewati lintasan ulang (Re-Belay)

Merupakan perpaduan teknik perpindahan tali dengan teknik naik


dan turun, saat melakukan perpindahan beban pada lintasan
pertama ke lintasan berikutnya. Teknik ini biasanya digunakan
tenaga kerja untuk menghindari pendulum/efek ayun yang
membahayakan.
Perpindahan Antar Tali
(rope to rope transfer)

Teknik ini merupakan


penggabungan antara teknik naik
dan teknik turun dengan
pergerakan berpindah pada antar
akses pada tali (rope to rope
transfer). Hal ini merupakan
perpindahan beban dari dari
pertama ke tali kedua untuk
mengurangi efek bayun/pendulum
yang dapat membahayakan tenaga
kerja saat berpindah.
Menaik Pada Tali Menggunakan Alat Penurun

Merupakan teknik turun dan naik,


keatas atau kebawah. Biasanya metode ini
digunakan hanya pada jarak kerja yang
pendek atau pada saat akan memposisikan
kerja.
Jika dalam jarak kerja yang jauh (naik) maka
tidak direkomendasikan karena banyak
membuang energi, sistem ini juga harus
dilakukan pada tali yang bebas sehingga
tidak terjadi puntiran antara tali kerja dan
pengaman.
Menurun Pada Tali Menggunakan Alat Penaik

Merupakan teknik turun dan naik,


keatas atau kebawah. Biasanya metode ini
digunakan hanya pada jarak kerja yang
pendek atau pada saat akan memposisikan
kerja.
Jika dalam jarak kerja yang jauh (turun) maka
maka sistem ini sangat tidak
direkomendasikan sistem ini juga harus
dilakukan pada tali yang bebas sehingga
tidak terjadi puntiran antara tali kerja dan
pengaman.
Bentuk lintasan tali pada sistem akses tali

Lintasan tanpa halangan Lintasan dengan halangan


PENGGUNAAN BANGKU KERJA (WORKS SEAT)

Alat ini merupakan bagian dari alat bantu kerja untuk


mendapatkan kenyamanan tenaga kerja saat bergelantung
menyelesaikan pekerjaan diketinggian dengan akses tali dalam
waktu yang lama.
Tapi demikian alat ini bukanlah alat utama yang dijadikan alat
pelindung diri yang digunakan.
TEKNIK PEMANJATAN PADA
STRUKTUR
TUJUAN MATERI
IDENTIFIKASI DALAM KEGIATAN AKSES TALI

 Memberikan keterampilan memanjat pada struktur dengan


benar serta terampil dalam penggunaan alat perlindungan
jatuh perorangan berupa tali pengait ganda dengan peredam
kejut (absorber lanyard) dan tali pengait pemosisi kerja (work
positioning)
PENDAHULUAN
Pekerjaan menggunakan metode akses tali juga masih
menggunakan metode perlindungan jatuh perorangan (fall
protection) hal ini dilakukan untuk mencapai akses menuju dan
keluar dari tempat kerja.
Suatu aktivitas pekerjaan pada ketinggian hendaknya dapat di
analisa terlebih dahulu mengenai teknik yang tepat saat bekerja,
alat yang digunakan, menilai resiko hingga perencanaan
penyelamatan jika terjadi kecelakaan kerja.
Dalam hal ini pemanjatan pada struktur meliputi :
1. Pemanjatan menggunakan Lanyard penahan jatuh (Fall Arrest
Lanyard)
2. Pemanjatan horizontal dengan bantuan (Horizontal Aid
Climbing)
GERAKAN DASAR MEMANJAT

Untuk dapat bergerak seimbang saat


memanjat struktur dapat menggunakan
teori 3 (tiga) titik kontak (3 point contact) :

 Pertama 2 (dua) lengan dan 1 (satu) kaki


 Kedua 2 (dua) kaki dan 1 (satu) lengan

1 (satu) lengan atau kaki bergerak mencari


tumpuan sehingga memanjat pada struktur
senantiasa seimbang
SISTEM PERLINDUNGAN JATUH PERORANGAN
PADA PEMANJATAN STRUKTUR
Penggunaan perangkat tali pengait ganda dengan peredam
kejut (absorber lanyard) merupakan perangkat sangat
sederhana dalam pengoperasiannya dimana alat ini
dihubungkan pada titik hubung (D ring) yang terletak didada
atau punggung pada sabuk tubuh untuk ke struktur atau pada
struktur guna menahan jatuh tenaga kerja saat pemanjatan
struktur.
Untuk memulai pekerjaan dapat menggunakan tali pengait
untuk posisi kerja dimana tali pengait dilingkarkan atau
dikaitkan pada struktur dan dihubungkan ke titik hubung pada
D ring pinggang.
Penggunaan hook harus selalu dipasang diatas kepala (fall
factor 0)
PEMANJATAN MENGGUNAKAN
LANYARD PENAHAN JATUH (FALL ARREST LANYARD)

Pergerakan pada struktur menuju tempat kerja Pemosisian kerja


dengan sabuk pengait
PEMANJATAN HORIZONTAL DENGAN BANTUAN
(HORIZONTAL AID CLIMBING)
Teknik pergerakan horizontal ini merupakan teknik menuju
lokasi kerja dengan cara menggantung menggunakan lanyard
yang dikaitkan pada penambat maupun angkur.
Dalam pelaksanaan-nya teknik ini menggunakan tangga tali
guna bertumpu untuk melakukan perpindahan. Setiap
melakukan perpindahan pastikan selalu tersedia 2 (dua) titik
point pengaman yang masih mengikat

Anda mungkin juga menyukai