Anda di halaman 1dari 20

RUMAH SAKIT BHAKTI NUGRHA

Jln. Basuki Rahmat No. 50 – Telp. (0541) 741361


Samarinda 75121 Kalimantan Timur

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT “BHAKTI NUGRAHA”


NOMOR : ......../SK/RS-BN/PPI/I/2017

TENTANG

KEBIJAKAN FOKUS PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


DIREKTUR RUMAH SAKIT “BHAKTI NUGRAHA”

Menimbang :
a. Bahwa fokus program pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan upaya efisien di
Rumah Sakit “Bhakti Nugraha”
b. Bahwa fokus program pencegahan dan pengendalian infeksi terlaksana dengan baik,
perlu kebijakan Direktur Rumah Sakit “Bhakti Nugraha”, sebagai dasar fokus program
pencegahan dan pengendalian infeksi
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan
dengan keputusan Direktur Rumah Sakit “Bhakti Nugraha”.

Mengingat :
1. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009, tentang Rumah Sakit.
2. Kepmenkes 875/Menkes/SK/VIII/2001 tentang Penyusunan Upaya Pengelolaan
Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan.
3. Kepmenkes 876/ Menkes/SK/VIII/2001 tetang Pedoman Teknis Analisis dampak
Kesehatan Lingkungan.
4. Kepmenkes 1335/Menkes/SK/X/2002 tentang Standar Oprasional Pengambilan dan
Pengukuran Sampel Kualitas Udara Ruangan Rumah Sakit

1
5. Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit
6. Permenkes 1691/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah sakit
7. Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RS dan Fasilitas Kesehatan
Lainnya, Depkes 2007
8. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RS dan Fasilitas Kesehatan lainnya,
Depkes – Perdali – JHPIEGO, 2007
9. Pedoman Sanitasi Ruamah Sakit di Indonesia, Depkes, 2000
10. Pedoman Pelayanan Pusat Sterilisasi (CSSD) di RS, Depkes , 2002
11. Pedoman pelayanan Gizi Rumah sakit, Depkes 2003
12. Pedoman Manajemen Linen di RS, Depkes,2004
13. Standar Kamar Jenazah, Depkes, 2004
14. Pedoman Peaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan, Depkes,Cetakan
II, 2005
15. Pedoman Penatalaksanaan Pengelolaan Limbah padat dan Limbah cair di Rumah Skit,
Depkes, 2006
16. Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi di Rumah sakit, Depkes, 2009

2
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT “BHAKTI NUGRAHA”
TENTANG FOKUS PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI
Kedua : Kebijakan menetapakan fokus program pencegahan dan pengendalian infeksi di
Rumah Sakit “Bhakti Nugraha” sebagaimana tercantum dalam Lampiran
keputusan ini
Ketiga : Pembinaan dan pengawasan fokus program pencegahan dan pengendalian infeksi
dilaksanakan oleh Direktur Rumah Sakit “Bhakti Nugraha”
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Samarinda
Pada Tanggal : ....... Januari 2017
Direktur,
RS Bhakti Nugraha Samarinda

dr. Lanny Sudjati,Sp.An

3
Lampiran
Keputusan Direktur RS “Bhakti Nugraha”
Nomor : ......SK/RS-BN/PPI/I/2017
Tanggal : ....... Januari 2017

KEBIJAKAN TENTANG FOKUS PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN


INFEKSI RUMAH SAKIT “BHAKTI NUGRAHA”

KEBIJAKAN UMUM

1. Rumah sakit menggunakan pendekatan berdasarkan resiko dalam menentukan focus


program PPI adalah pencegahan, pengendalian dan pengurangan infeksi dipelayanan
kesehatan
2. Rumah sakit mengidentifikasi secara epidemiologis, tempat infeksi dan alat-alat terkait,
prosedur, dan praktek-praktek yang focus dari upaya pencegahan dan penurunan resiko dan
insiden infeksi terkait pelayanan kesehatan .
3. Pendekatan berdasarkan risiko membantu rumah sakit mengidentifikasi praktek/kegiatan
dan infeksi yang seharusnya menjadi focus programnya
4. Pendekatan berdasarkan risiko menggunakan surveilans sebagai komponen penting untuk
pengumpulan dan analisis data yang mengarahkan asesmen risiko
5. Rumah sakit mengumpulkan dan mengevaluasi data dan tempat infeksi yang relevan:
a. Saluran pernafasan, seperti : prosedur dan peralatan terkait dengan intubasi
b. Saluran kencing, seperti : peralatan terkait dengan indwelling urinary kateter,
c. Peralatan intravaskuler invasive, sperti insersi dan pelayanan kateter vena sentral
d. Luka operasi, seperti pelayanan dan tipe pembalut luka dan prosedur aseptic
e. Penyakit dan organism signifikan epidemiologis, multi drug resistant organisem.
f. Muncul dan pemunculan ulang (emerging atau reemerging) infeksi di masyarakat

KEBIJAKAN KHUSUS
1. Rumah sakit telah menetapkan focus program melalui pengumpulan data yang ada di
Maksud dan Tujuan a sampai f

4
2. Data yang dikumpulkan a sampai dievaluasi/dianalisis
3. Berdasarkan evaluasi/analisi data, maka diambil tindakan memfokus atau memfokus ulang
program pencegahan dan pengendalian infeksi
4. Rumah sakit melakukan assesmen terhadap risiko paling sedikit setiap tahun dan hasil
assesmen didokumentasikan.

Direktur
Rumah Sakit “Bhakti Nugraha”

Dr. Lanny Sudjati,Sp.An

5
RUMAH SAKIT BHAKTI NUGRHA
Jln. Basuki Rahmat No. 50 – Telp. (0541) 741361
Samarinda 75121 Kalimantan Timur

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT “BHAKTI NUGRAHA”


NOMOR : ......../SK/RS-BN/PPI/I/2017

TENTANG

KEBIJAKAN FOKUS PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


DIREKTUR RUMAH SAKIT “BHAKTI NUGRAHA”

Menimbang :
a. Bahwa fokus program pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan upaya efisien di
Rumah Sakit “Bhakti Nugraha”
b. Bahwa fokus program pencegahan dan pengendalian infeksi terlaksana dengan baik,
perlu kebijakan Direktur Rumah Sakit “Bhakti Nugraha”, sebagai dasar fokus program
pencegahan dan pengendalian infeksi
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan
dengan keputusan Direktur Rumah Sakit “Bhakti Nugraha”.

Mengingat :
1. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009, tentang Rumah Sakit.
2. Kepmenkes 875/Menkes/SK/VIII/2001 tentang Penyusunan Upaya Pengelolaan
Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan.
3. Kepmenkes 876/ Menkes/SK/VIII/2001 tetang Pedoman Teknis Analisis dampak
Kesehatan Lingkungan.
4. Kepmenkes 1335/Menkes/SK/X/2002 tentang Standar Oprasional Pengambilan dan
Pengukuran Sampel Kualitas Udara Ruangan Rumah Sakit

6
5. Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit
6. Permenkes 1691/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah sakit
7. Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RS dan Fasilitas Kesehatan
Lainnya, Depkes 2007
8. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RS dan Fasilitas Kesehatan lainnya,
Depkes – Perdali – JHPIEGO, 2007
9. Pedoman Sanitasi Ruamah Sakit di Indonesia, Depkes, 2000
10. Pedoman Pelayanan Pusat Sterilisasi (CSSD) di RS, Depkes , 2002
11. Pedoman pelayanan Gizi Rumah sakit, Depkes 2003
12. Pedoman Manajemen Linen di RS, Depkes,2004
13. Standar Kamar Jenazah, Depkes, 2004
14. Pedoman Peaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan, Depkes,Cetakan II,
2005
15. Pedoman Penatalaksanaan Pengelolaan Limbah padat dan Limbah cair di Rumah Skit,
Depkes, 2006
16. Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi di Rumah Sakit, Depkes, 2009

7
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT “BHAKTI NUGRAHA”
TENTANG FOKUS PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI
Kedua : Kebijakan menetapakan fokus program pencegahan dan pengendalian infeksi di
Rumah Sakit “Bhakti Nugraha” sebagaimana tercantum dalam Lampiran
keputusan ini
Ketiga : Pembinaan dan pengawasan fokus program pencegahan dan pengendalian infeksi
dilaksanakan oleh Direktur Rumah Sakit “Bhakti Nugraha”
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Samarinda
Pada Tanggal : ....... Januari 2017
Direktur,
RS Bhakti Nugraha Samarinda

dr. Lanny Sudjati,Sp.An

8
Lampiran
Keputusan Direktur RS “Bhakti Nugraha”
Nomor : ......SK/RS-BN/PPI/I/2017
Tanggal : ....... Januari 2017

KEBIJAKAN TENTANG PANDUAN FOKUS PROGRAM PENCEGAHAN DAN


PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT “BHAKTI NUGRAHA

BAB I
PENDAHULUAN

Masalah infeksi Nosokimial pada tahun terakhir ini telah menjadi topic pembicaraan di
banyak Negara. Telah diketahui bahwa pengelolaan infeksi nosokomial menimbulkan biaya
tinggi, baik yang ditanggung pihak pasien maupun pihak rumah sakit, bahakan di Amerika,
infeksi nosokomial termasuk dalam 10 besar penyebab kematian. Di Negara maju, angka
kejadian infeksi nosokomial telah dijadikan salah satu tolak ukur mutu pelayanan rumah sakit.
Izin operasi suati rumah sakit bias dicabut karena tingginya angka kejadian infeksi nosokomial,
pihak asuransipun tidak mau membayar biaya lebih yang ditimbulkan akibat infeksi nosokomial
sehingga pihak pasien sangat dirugikan.
Infeksi nosokomial (INOK) merupakan masalah yang besar di setiap Rumah sakit. Apalagi
di Rumah sakit yang jumlah pasien yang dirawatnya banyak dengan tenaga perawatnya masih
terbatas. Keadaan seperti ini mengakibatkan prinsip-prinsip hygiene kurang mendapatkan
perhatian.
Rumah sakit dan profesi kesehatan mempunyai tanggung jawab moral untuk to do the
patient no harm. Ini dapat terlaksanan dengan memberikan pelayanan kepada setiap pasien
dengan standar profesi tertinggi. Standar profesi ini adalah dalam program yang disusun dan
dilaksanakan oleh PPIN seperti surveilans, pendidikan nosokomial kepada tenaga kesehatan,
pelacak Kejadian Luar Biasa (KLB) dan sebagainya. Idealnya semua program yang disusun
dijalankan secara utuh, tetapi menuntut dana yang besar
Dari literature dapat dilihat betapa seriusnya masalah ini di Amerika : angka kejadian
infeksi nosokomial rata-rata 6%; rata-rata tambahan hari rawat adalah 4 hari, dengan tambahan

9
biaya $ 1.800 per kejadian infeksi. Angka kematian infeksi nosokomial mencapai 60.000
pertahun dengan pengeluaran biaya pelayanan tambahan $ 4 Miliard pertahun (Medical Care
Journal, Juli 1988; 26: 7).

BAB II
PERMASALAHAN

A. Rumah sakit merupakan tempat mondok segala macam jenis penyakit


B. Rumah sakit merupakan gudang kuman-kuman pathogen
C. Kuman yang biasa mondok di rumah sakit umumnya kebal terhadap antibiotika, bahkan
terhadap banyak antibiotika.
D. Di rumah sakit banyak dilakukan tindakan yang mengandung risiko terjadinya infeksi
nosokomial, seperti : operasi, tindakan invasive, berupa kateterisasi IV, kateterisasi saluran
kemih, atau endeskopi; dan pemeriksaan bahan-bahan infeksius. Justru dalam situasi
lingkungan seperti inilah orang sakit yang rata-rata daya tahan tubuhnya menurun harus
dirawat agar ia sembuh dari penyakit.

BAB III
INFEKSI NOSOKOMIAL

Infeksi Nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien selama/oleh karena dia dirawat di
Rumah sakit. Suatu infeksi pada pasien baru bias dinyatakan sebagai infeksi nosokomial bila
memenuhi beberapa criteria/batasan tertentu:
A. Pada waktu pasien mulai dirawat di ruamah sakit tidak didapatkan tanda-tanda klinik dari
infeksi tersebut.
B. Pada waktu pasien mulai dirawat di rumah sakit tidak sedang dalam masa inkubasi dari
infeksi tersebut
C. Tanda-tanda klinik infeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya setelah 3x24 jam sejak
mualai perawatan
D. Infeksi tersebt bukan merupakan sisa dari infeksi sebelumnya

10
E. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi, dan terbukti infeksi
tersebut didapat pasien ketika dirawat di rumah sakit yang sama pada waktu lalu, serta
belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.

BAB IV
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Ada dua factor yang memegang peranan penting :


 Faktor Endogen : Faktor yang ada di dalam pasien sendiri seperti umur, sex, dan penyakit
penyerta
 Faktor Eksogen : Faktor di luar pasien, seperti lama pasien dirawat di rumah sakit,
kelompok yang merawat pasien, lingkungan, peralatan, dan teknik medis yang dilakukan.

Pasien
Penting diketahui antara lain : keadaan umum, penyakit penyerta seperti DM, obesitas atau
penyakit kronis lainnya, dan keadaan kulit pasien, apakah normal atau ada luka. Kulit
normal sudah mengandung banyak kuman yang bisa menjadi penyebab infeksi; ada kuman
komensal, yakni kuman yang “normal” berada dalam pori kulit. Jumlahnya dapat diketahui
dengan cara perawatan kulit pra bedah dan pemakaian desinfektan. Sedangkan kuman
pendatang yang berasal dari lingkungan terletak di permukaan kulit; ini dapat dihilangkan
dengan cara perawatan kulit pra bedah dan pemakaian desinfektan.

Staf rumah sakit


Dokter dan personil paramedic merupakan sumber infeksi yang penting dalam terjadinya
infeksi nosokomial; perlu diperhatikan kesehatan dan kebersihannya, pengetahuan tentang
septik dan aseptic, dan keterampilan dalam menerapkan teknik perawatan.

Lingkungan
Perlu diperhatikan : Kebersihan lingkungan, air yang dipakai, dan udara supaya tetap
bersih, mengalir dan dengan kelembaban tertentu. Dalam hal ini tertentu udara perlu
disaring (filtrasi). Bahan yang harus dibuang (disposa) diusahakan tidak menjadi sumber

11
infeksi, misalnya dengan memakai kantong pelastik yang dapat segera ditutup, tempat-
tempat sampah yang tertutup, dan kadang-kadang perlu fumigasi atau pemusnahan bahan.

Dalam pengendaliannya perlu diingat bahwa pencegahan lebih baik dari pada pengobatan,
lebih mudah, lebih mudah, lebih murah dan tidak berbahaya baik bagi pasien maupun
lingkungannya. Caranya adalah dengan memutus mata rantai terjadinya infeksi nosokomial:
- Meningkatkan pengetahuan personil rumah sakit tentang infeksi nosokomial.
- Meningkatka kesadaran dan pemahaman tentang risiko infeksi nosokomial bagi pasien yang
dirawatnya
- Melakukan semua standar prosedur kerja dengan benar dan sempurna (SOP : perawatan,
tindakan dan penggunaan/pemilihan alat-alat dan lain-lain)
- Identifikasi penyebab infeksi nosokomia pemberian pengobatan yang tepat dan rasional.
- Mengintruksikan pasien dan keluarga dengan memberikan pengetahuan praktis tentang
infeksi nosokomial serta penyakit yang sedang di derita pasien, melalui PKMRS.
- Memberi petunjuk praktis pada pengunjung tentang hal-hal yang perlu
dijaga/dilakukan/dihindarkan pada waktu berkunjung melalui papan pengumuman, kertas
petunjuk di pintu, dan petugas informasi di ruangan.

BAB V
LANGKAH YANG PERLU DILAKSANAKAN OLEH RUMAH SAKIT

A. Menetapkan kebijaksanaan
Kebijaksanaan bahwa pengendalian infeksi nosokomial masuk dalam program parioritas di
rumah sakit, dengan demikian dapat dipastikan adanya dukungan sumber daya.
B. Menetapkan struktur organisasi
Panitia Medik Pengendalian Infeksi (Dalin) mempunyai tugas pokok menyususn
kebijaksanaan dasar, tim Dalin mempunyai tugas pokok menyusun prosedur, pendidikan,
pemantauan, sedang UPF bertugas melaksanakan prosedur

C. Penyusunan rencana kerja, prosedur kerja

12
Perlu ditetapkan parioritas masalah infeksi nosokomial yang akan ditanggulangi dari
masalah yang ada, misalnya :
- Infeksi Luka Operasi
- Sepsis
- Infeksi Saluran Kemih
- Pneumonia\
- Dan lain-lain
Prosedur kerja yang perlu ditetapkan adalah :
- Cara mencegah inffeksi nosokomial
- Cara pemantauan infeksi nosokomial (surveilans).
D. Pencatatan, pelaporan dan tindakan koreksi
- Pengumpulan data
- Penyusunan data
- Analisis data
- Penyimpulan data
- Pelaporan/umpan balik
Dilaksanakan dengan terarah, tepat, tertib dan berkesinambungan.
Pada kejadian Luar Biasa perlu ditetapkan :
- Tata cara untuk melakukan identifikasi masalah
- Penetapan penyebab
- Cara pemecahan masalah
E. Pendidikan personil
Peran pendidikan personil sangat penting, kerena pencegahan infeksi nosokomial hanya
dapat berhasil bila ada perubahan perilaku personil; hal ini memerlukan motivasi dan
pengetahuan yang bisa diperbaiki melalui pendidikan.
Contoh : pada KLB
- Digunakan analisis sebab akibata
- Ditambah analisis pasien
- Baru ditetapkan hipotesis penyebab
- Baru dilakukan intervensi
- Dipantau hasilnya

13
F. Surveilans
Surveilans adalah pengamatan yang saksama pada waktu ttertentu terhadap pasien yang
dirawat di rumah sakit untuk memperoleh data untuk ditabulasi dan dianalisa. Surveilans
akan memberikan gambaran tentang INOK atau suatu KLB. Di RS “Bhakti nugraha”
surveilans terhadap pasien yang dirawat belum berjalan rutin secara surveilans
mikrobiologi belum rutin dilakukan terhadap pasien, dan lingkungan seperti IGD, ruang
rawat TST, dan ICU. Surveilans mikrobiologi penting untuk mengetahui sumber penyebab
INOK sehingga langkah-langkah pengendalian ddan pencegahan.

BAB VI
EPIDEMIOLOGI

Untuk pelaksanaan pengendalian dan pencegahan perlu diketahui epidemiologi INOK. Kita
akan melihat 3 faktor yang bersama-sama menentukan terjadinya INOK. Di dalam menentukan
skala prioritas untuk melakukan pengadilan, kita harus dapat tentutak factor yang paling utama,
yakni :
A. Sumber
Sumber infeksi dapat berupa kuman, virus, protozoa dan parasit yang terdapat di alam.
Bahkan manusia sehat juga penuh dengam kuman yang dianggap normal. Untuk pasien
yang imunokompromi, kuman normal pun dapat menjadi pathogen karena adanya daya
tahan tubuh yang berkurang. Lingkungan kita terkenal dengan sumber kuman pathogen
yang paling besar. Bila PPIN akan mengawasi semua sumber kuman dengan jalan
memantau secara rutin, biayanya akan sangat besar dan tidak peraktis.
B. Pasien
Pasien selalu menjadi sasaran benih penyakit karena biasanya keadaan tubuh yang lemah.
Langkah pertolongan yang diberikan rumah sakit dalam perawatan pasien serba sulit
karena perawatan yang berlebihan akan meninggalkan risiko infeksi dan perawatan yang
kurang akan melemahkan daya tahan pasien. Dalam pengendalian INOK, pasien harus
menjadi obyek yang paling utama : to do the patient no harm. Kita harus cepat dapat
menanggulangi atau mencegah infeksi dari luar maupun dari dalam.keadaan yang paling

14
optimal adalah kalau pasien dirawat secara khusus seperti di isolasi atau dilayani khusus
oleh perawat tertentu.
C. Cara Penularan
Cara penularan melalui tangan perawat ditempatkan sebagai penyebab yang paling utama
INOK. Penularan melalui tangan perawat dapat secara langsung karena tangan yang kurang
bersih atau secara tidak langsung melalui peralatan yang invasive. Dengan tindakan
mencuci tangan secara benar saja, INOK dapat dikurangi 50%. Peralatan yang kurang
steril, air yang terkontaminasi kuman, cairan desinfektan yang mengandng kuman, sering
meningkatkan resiko INOK.

BAB VII
PENUTUP

Infeksi nosokomial dapat dikendalikan dan angka kejadiannya dapat diturunkan dengan
sepertiganya.
Dengan biaya pengendalian yang murah dapat dihemat hari rawat dan biaya pelayanannya.
Dengan pengendalian infeksi nosokomial dapat dijaga dan ditingkatkan mutu pelayanan
rumah sakit.
Pengendalian infeksi nosokomial tidak terlalu sukar, asal setiap petugas rumah sakit dapat
memahami dan menyadari peranannya masing-masing dan pengendaliannya dilakukan dengan
terencana , terkoordinir serta terkendali.
Tujuan pengendalian harus diperioritaskan kepada pasien terlebih dahulu dan tidak pada
Tenaga kesehatan.
Untuk memutuskan mata rantai infeksi, parioritas utama adalah pada tenaga perawat
dengan jalan mengubah perilaku menjadi lebih baik aseptic dan menjalankan peraturan-peraturan
dalam buku panduan secara konsekuen.
Surveillance pasien harus dibarengi dengan surveillance bakteriologi supaya dapat
ditemukan sumber infeksinya

15
KEPUSTAKAAN

Castel M, Ajemian E. Hospital Infection Control. Principle and Practice. 2nd ed. New York:
Wiley Medical, 1987.
Made Nursari. Laporan Surveilans Nosokomial. RSCM, 1990
La Force Fm. The Hospital Infection Control Committee. A Personal View. Hosp.pract.
1977; 12(1)
Steere AC, malison GF. Hand Washing Practices For The Prevention Of Nosocomial
Infections. Ann. Intern. Med. 1971

Direktur
Rumah Sakit “Bhakti Nugraha”

dr. Lanny Sudjati,Sp.An

16
RUMAH SAKIT FOKUS PROGRAM PENCEGAHAN DAN
BHAKTI NUGRAHA PENGENDALIAN INFEKSI

No. dokumen No. Revisi Halaman


Jl. Basuki rahmat No 50
Telp. (0541) 741363,
Samarinda 75121-Kalimantan Timur

STANDAR PROSEDUR Tanggal terbit Ditetapkan Direktur,


OPRASIONAL
Dr. Lanny Sudjati, Sp. An
Pengertian : Adalah pendekatan berdasarkan risiko dalam menetukan
focus dari program pencegahan dan pengendalian infeksi
di rumah sakit terkait pelayanan kesehatan
Tujuan : Memberikan jaminan keamanan dan terbebasnya
kemungkinan resiko infeksi di rumah sakit dalam
memberikan asuhan pelayanan pasien
Kebijakan : SK Direktur Nomor :
Prosedur : 1. Resiko infeksi merupakan meningkatnya
kemungkinan resiko untuk terinveksi oleh
mikroorganisme pathogen
2. Beberapa factor sebagai pemicu terjadinya resiko
infeksi, adalah:
a. Prosedur invasive
b. Ketidak cukupan pengetahuan untuk menghindari
paparan pathogen
c. Trauma
d. Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan

17
lingkungan
e. Malnutrisi
f. Peningkatan paparan lingkungan pathogen
g. Imunosupresi
h. Ketidak aadekuatan imun buatan
i. Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan
Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi).
j. Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit
tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia,
cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH,
perubahan paristaltik).
k. Penyakit kronik
3. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pendekatan resiko, antara lain:
a. Kontrol resiko:
Adalah tindakan individu untuk mencegah,
mengeliminasi, atau mengurangi modifikasi
tindakan kesehatan;
b. Penyembuhan luka primer:
Adalah tingkat regenerasi sel dan perkembangan
penyatuan jaringan
c. Kontrol infeksi
Adalah mengurangi penambahan dan trasmisi
agen infeksi
d. Perawatan luka
Adalah pencegahan komplikasi luka dan
peningkatan penyembuhan luka
4. Aktivasi yang berkaitan dengan kontrol infeksi,
diantaranya:
a. Pertahankan teknik aseptik dan APD
b. Lakukan perawatan membrane mukosa dan kulit

18
c. Monitor tanda dan gejala infeksi sistematik dan
lokal
d. Berikan antibiotic sesuai kolaborasi
e. Bersihkan lingkungan secara tepat setelah
digunakan oleh pasien
f. Ganti peralatan pasien setiap selesai tindakan
g. Batasi jumlah pengunjung
h. Ajarkan cuci tangan untuk menjaga kesehatan
individu
i. Anjurkan pasien untuk cuci tangan dengan tepat
j. Gunakan sabun antimicrobial untuk cuci tangan
k. Anjurkan pengunjunguntuk mencuci tangan
sebelum dan setelah meninggalkan ruangan pasien
l. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien
m. Lakukan perawatan aseptik pada semua jalur IV
n. Lakukan teknik perawatan luka yang tepat
o. Ajarkan pasien untuk mengambil urine porsi
tengah
p. Tindakan asupan nutrisi
q. Anjurkan asupan cairan
r. Anjurkan istirahat
s. Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda
dan gejala dari infeksi.
t. Ajarkan pasien dan anggota keluarga bagaiman
mencegah infeksi
5. Aktivasi terkait perawatn luka diantaranya:
a. Monitor karakteristik luka
b. Lakukan dressing
c. Lakukan perawatan dengan teknik steril
d. Cukur rambut sekitar luka

19
e. Periksa luka setiap kali dressing
f. Lakukan dressing sesuai tipe luka
6. Rumah sakit mengumpulkan dan mengevaluasi data
dan tempat infeksi yang relevan, sebagai berikut:
a. Saluran pernafasan, misal: prosedur dan peralatan
terkait dengan intubasi, dukungan ventilasi
mekanis, tracheostomy dan lain sebagainya
b. Saluran kencing, misal: prosedur invasive dan
peralatan terkait dengan indwelling urinary
kateter, system drainase urin dan lain sebagainya
c. Peralatan intravaskuler invasive, misal: insersi
dan pelayanan kateter vena sentral, saluran vena
priferi dan lain sebagainya
d. Lokasi operasi, misal: pelayanan dan tipe
pembalut luka dan prosedur aseptic terkait
e. Penyakit dan organism yang signifikan secara
epidemiologis, multi drag resistant organism,
virulensi infeksi yang tinggi.
f. Muncul dan pemunculan ulang (emerging atau
reemerging) infeksi di masyarakat.

Instalasi terkait Semua unit pelayanan Rumah Sakit “Bhakti Nugraha”

20

Anda mungkin juga menyukai