Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa nifas (puerpurium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra – hamil. Lama masa
nifas ini yaitu 6 – 8 minggu. (Askeb Ibu Masa Nifas, 2011)
Masa nifas tidak kurang dari 10 hari dan tidak lebih dari 8 hari setelah
akhir persalinan, dengan pemantauan bidan sesuai kebutuhan ibu dan bayi.
(Bennet dan Brown, 1999, P : 590)
Pada masa nifas, ibu akan mengalami perubahan perasaan, dimana keadaan
ini disebut Post Partum Blues. Post Partum Blues termasuk depresi ringan yang
terjadi pada ibu-ibu setelah melahirkan. Sekitar 70% dari semua ibu yang
melahirkan pernah mengalami Post Partum Blues (The NFC Foundation, 2000).
Asuhan masa nifas sangat diperlukan dalam periode ini karena merupakan
masa kritis. Diperkirakan bahwa 60 % kematian ibu akibat kehamilan terjadi
setelah persalinan, dan 50 % kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama
(Prawirohardjo, 2006 : 122).
Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah sekitarnya
pada pasien wanita yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri.
Pasien yang harus istirahat di tempat tidur (misalnya, karena hipertensi,
pemberian infus, sectio caesarea) harus dimandikan setiap hari dengan pencucian
daerah perineum yang dilakukan dua kali sehari dan pada waktu sesudah selesai
membuang hajat. Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk
menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara
terutama pada masa nifas (masa menyusui) untuk memperlancarkan pengeluaran
ASI (Prawirohardjo,2006).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pemantauan involusi uteri
2. Bagaimana konsep perawatan vulva masa nifas
3. Bagaimana konsep perawatan luka perineum
4. Bagaimana konsep perawatan payudara pada ibu nifas (breast care)

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Untuk mengetahui pemantauan involusi uteri
2. Untuk mengetahui perawatan vulva masa nifas
3. Untuk mengetahui perawatan luka perineum
4. Untuk mengetahui perawatan payudara pada ibu nifas (breast care)

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemantauan Involusi Uteri


A. Pengertian
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus
kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini
dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
(Ambarwati dan Wulandari, 2008)
Menurut (Hincliff, 1999) Involusi uteri adalah pengecilan yang normal
dari suatu organ setelah organ tersebut memenuhi fungsinya, misalnya
pengecilan uterus setelah melahirkan.

B. Proses Involusi Uterus


Ischemi pada miometrium disebut juga lokal ischemia, yaitu
kekurangan darah pada uterus. Kekurangan darah ini bukan hanya karena
kontraksi dan retraksi yang cukup lama seperti tersebut diatas tetapi
disebabkan oleh pengurangan aliran darah yang pergi ke uterus di dalam masa
hamil, karena uterus harus membesar menyesuaikan diri dengan pertumbuhan
janin. Untuk memenuhi kebutuhannya, darah banyak dialirkan ke uterus dapat
mengadakan hipertropi dan hiperplasi setelah bayi dilahirkan tidak diperlukan
lagi, maka pengaliran darah berkurang, kembali seperti biasa. Dan aliran
darah dialirkan ke buah dada sehingga peredaran darah ke buah dada menjadi
lebih baik. Demikianlah dengan adanya hal-hal diatas, uterus akan mengalami
kekurangan darah sehingga jaringan otot-otot uterus mengalami otropi
kembali kepada ukuran semula.

3
C. Bekas Implantasi Uteri
Plasenta mengecil karena kontraksi dan menonjol. Otot-otot uterus
berkontraksi segera post partum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada
diantara anyaman-anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir. Bagian bekas plasenta
merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri segera
setelah persalinan. Penonjolan tersebut dengan diameter 7,5 sering disangka
sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal, setelah 2 minggu diameternya
menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu 2,4 cm dan akhirnya pulih.

D. Lokia
Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Menurut Rustam Mochtar (1998) pengeluaran lochia dapat
dibagi berdasarkan jumlah dan warna sebagai berikut :
a. Lokia rubra berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, verniks kaseosa. Lanugo dan mekoneum selama 2 hari pasca
persalinan.
b. Lokia sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir,
hari ke 3-7 pasca persalinan.
c. Lokia serosa berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke
7-14 pasca persalinan.
d. Lokia alba cairan putih, setelah 2 minggu
e. Lokia purulenta terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk.
f. Lokia astastis lokia tidak lancar keluarnya.

4
E. Teknik Pengukuran Involusi Uteri
Pengukuran involusi uteri dilakukan dengan cara palpasi, yaitu dengan
mengumpulkan uterus, setelah itu diraba dan diukur dengan jari seberapa
jarak uterus antara pusat sampai simpisis.

5
2.2 Perawatan Vulva Masa Nifas
A. Pengertian
Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada
pasien wanita yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri.
Pasien yang harus istirahat di tempat tidur (misalnya, karena hipertensi,
pemberian infus, sectio caesarea) harus dimandikan setiap hari dengan
pencucian daerah perineum yang dilakukan dua kali sehari dan pada waktu
sesudah selesai membuang hajat. Meskipun ibu yang akan bersalin biasanya
masih muda dan sehat, daerah daerah yang tertekan tetap memerlukan
perhatian serta perawatan protektif
Setelah ibu mampu mandi sendiri (idealnya, dua kali sehari), biasanya
daerah perineum dicuci sendiri dengan menggunakan air dalam botol atau
wadah lain yang disediakan khusus untuk keperluan tersebut. Penggantian
tampon harus sering dilakukan, sedikitnya sesudah pencucian perineum dan
setiap kali sehabis ke belakang atau sehabis menggunakan pispot. Payudara
harus mendapatkan perhatian khusus pada saat mandi yang bisa dilakukan
dengan memakai spons atau shower dua kali sehari. Payudara dibasuh dengan
menggunakan alat pembasuh muka yang disediakan khusus untuk keperluan
ini. Kemudian masase payudara dilakukan dilakukan dengan perlahan – lahan
dan puting secara hati – hati ditarik keluar. Jangan menggunakan sabun untuk
membersihkan putting

B. Tujuan
1. Untuk mencegah infeksi
2. Untuk penyembuhan luka jahitan perineum.
3. Untuk kebersihan perineum, vulva juga memberikan rasa nyaman bagi
klien.

6
C. Persiapan Alat
 Kapas sumblimat
 Alas pantat
 Botol cebok berisi larutan desinfektan sesuai dengan kebutuhan
 Betadin dan kain kasa
 Bengkok

D. Cara Ibu Nifas Melakukan Vulva Hygiene Sendiri


Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri
Ibu nifas adalah sebagai berikut :
1. Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Langkah
pertama ibu membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu dari
depan ke belakang, kemudian membersihkan daerah anus. Dan
sebaiknya ibu membersihkan daerah sekitar vulva setiap kali selesai
BAK atau BAB.
2. Mengganti pembalut atau kain pembalut 2 kali sehari, kain dapat
digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan di
bawah matahari dan disetrika.
3. Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya.
4. Jika ibu mempunyai luka episotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
untuk menghindari menyentuh daerah tersebut (Saifuddin, 2002).

E. Penatalaksanaan
Sebelum dilakukan vulva hygiene hendaknya perawat memberikan
penjelasan terlebih dahulu tentang hal yang akan dilakukan kepada klien.
Pelaksanaan :
1. Pintu dan jendela ditutup dan jika perlu pasanglah sampiran

7
2. Alat-alat didekatkan pada pasien dan pasien diberitahu tentang hal
yang akan dilakukan
3. Perawat mencuci tangan
4. Pakaian pasien bagian bawah dikeataskan atau dibuka.
5. Pengalas dan dipasang dibawah bokong pasien, sikap pasien dorsal
recumbent
6. Perawat memakai sarung tangan (tangan kiri)
7. Siram vulva dengan air cebok yang berisi larutan desinfektan
8. Kemudian ambil kapas sublimat untuk membuka labia minora. vulva
dibersihkan mulai dari labia minora kiri, labia minora kanan, labia
mayora kiri, labia mayora kanan, vestibulum, perineum.
9. Cara mengusap dari atas ke bawah bila masih kotor diusap lagi dengan
kapas sublimat yang baru hingga bersih.
10. Keadaan perineum diperhatikan jahitannya, bagaimana jahitannya
apakah masih basah, apakah ada pembengkakan, iritasi dan sebagainya
11. Jahitan perineum dikompres dengan betadin
12. Setelah selesai pasien dirapihkan dan posisinya diatur kembali
13. Peralatan dibereskan, dibersihkan dan dikembalikan ke tempat semula.

8
2.3 Perawatan Luka Perineum
A. Pengertian
Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia
(biologis, psikologis, sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan
sehat (Aziz, 2004). Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang
dibatasi oleh vulva dan anus (Danis, 2000). Post Partum adalah selang waktu
antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti
pada waktu sebelum hamil (Mochtar, 2002). Perawatan perineum adalah
pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi
vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai
dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.

B. Tujuan Perawatan Perineum


Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton (2002), adalah
mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan.
Sedangkan menurut Moorhouse et. al. (2001), adalah pencegahan terjadinya
infeksi pada saluran reproduksi yang terjadi dalam 28 hari setelah kelahiran
anak atau aborsi.

C. Bentuk Luka Perineum


a. Rupture
Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya
jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu
pada saat proses persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur
sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan. (Hamilton,
2002).

9
b. Episotomi
Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk
memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya
kepala bayi (Eisenberg, A., 1996).
Episiotomi, suatu tindakan yang disengaja pada perineum dan vagina
yang sedang dalam keadaan meregang. Tindakan ini dilakukan jika
perineum diperkirakan akan robek teregang oleh kepala janin, harus
dilakukan infiltrasi perineum dengan anestasi lokal, kecuali bila pasien
sudah diberi anestasi epiderual. Insisi episiotomi dapat dilakukan di garis
tengah atau mediolateral. Insisi garis tengah mempunyai keuntungan
karena tidak banyak pembuluh darah besar dijumpai disini dan daerah ini
lebih mudah diperbaiki (Jones Derek, 2002).

D. Dampak Dari Perawatan Luka Perinium


Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat
menghindarkan hal berikut ini :
a. Infeksi
Kondisi perineum yang terkena lokia dan lembab akan sangat
menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan
timbulnya infeksi pada perineum.
b. Komplikasi
Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran
kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada
munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan
lahir.
c. Kematian ibu post partum
Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya
kematian pada ibu post partum mengingat kondisi fisik ibu post partum
masih lemah (Suwiyoga, 2004).

10
E. Waktu Perawatan
a. Saat mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah
terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan
yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan
penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu
diperlukan pembersihan perineum.
b. Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar
terjadi kontaminasi air seni padarektum akibatnya dapat memicu
pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan pembersihan
perineum.
c. Setelah buang air besar.
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran
disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus
ke perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses
pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan.

F. Penatalaksanaan
a. Langkah-langkah pejahitan robekan perineum
Persiapan Alat
1) Siapkan peralatan untuk melakukan penjahitan
- Wadah berisi : Sarung tangan, pemegang jarum, jarum jahit,
benang jahit, kasa steril, pincet
- Kapas DTT
- Buka spuit sekali pakai 10 ml dari kemasan steril, jatuhkan
dalam wadah DTT
- Patahkan ampul lidokain
2) Atur posisi bokong ibu pada posisi litotomi di tepi tempat tidur

11
3) Pasang kain bersih di bawah bokong ibu
4) Atur lampu sorot atau senter ke arah vulva / perineum ibu
5) Pastikan lengan / tangan tidak memakai perhiasan, cuci tangan
dengan sabun dan air mengalir
6) Pakaian satu sarung tangan DTT pada tangan kanan
7) Ambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi tabung
suntik dengan lidokain dan letakkan kembali ke dalam wadah DTT
8) Lengkapi pemakaian sarunga tangan pada tangan kiri
9) Bersihkan vulva dan perineum dengan kapas DTT dengan gerakan
satu arah dari vulva ke perineum
10) Periksa vagina, servik dan perineum secara lengkap, pastikan
bahwa laserasi hanya merupakan derajat satu atau dua.

b. Anestesi Lokal
1) Beritahu ibu tentang apa yang akan dilakukan
2) Tusukkan jarum suntik pada daerah kamisura posterior yaitu
bagian sudut bahwa vulva.
3) Lakukan aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang terhisap
4) Suntikan anestesi sambil menarik jarum suntik pada tepi luka
daerah perineum
5) Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka arahkan jarum suntik
sepanjang luka pada mukosa vagina
6) Lakukan langkah 2-5 diatas pada kedua tepi robekan
7) Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan

c. Penjahitan Laserasi pada Perineum


1) Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas ujung laserasi di
mukosa vagina. Setelah itu buat ikatan dan potong pendek benang
dari yang lebih pendek. Sisakan benang kira-kira 1 cm.

12
2) Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah ke
arah cincin hymen
3) Tepat sebelum cincin himen, masukkan jarum ke dalam mukosa
vagina lalu ke belakang cincin himen sampai jarum ada di bawah
laserasi kemudian ditarik keluar pada luka perineum
4) Gunakan teknik jelujur saat menjahit lapisan otot. Lihat kedalam
luka untuk mengetahui letak ototnya.
5) Setelah dijahit sampai ujung luka, putarlah jarum dan mulailah
menjahit kearah vagina dengan menggunakan jahitan subkutikuler
6) Pidahkan jahitan dari bagian luka perineum kembali ke vagina di
belakang cincin hymen untuk diikat dengan simpul mati dan
dipotong benangnya
7) Masukkan jari ke dalam rectum
8) Periksa ulang kembali pasa luka
9) Cuci daerah genital dengan lembut kemudian keringkan. Bantu
ibu mencari posisi yang diinginkan
10) Nasehati ibu untuk :
 Menjaga perineum selalu bersih dan kering
 Hindari penggunaan obat-obatan tradisional pada
perineumnya
 Cuci perineum dengan sabun dan air bersih yang mengalir
3-4 x per hari
 Kembali dalam seminggu untuk memeriksa luka

13
2.4 Perawatan Payudara Pada Ibu Nifas (Breast Care)
A. Pengertian perawatan payudara pada masa nifas
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara
terutama pada masa nifas (masa menyusui) untuk memperlancarkan
pengeluaran ASI (prawirohardjo,2006).
Perawatan payudara adalah perawatan yang dilakukan pada payudara
selama kehamilan (terutama pada trimester 3) dan setelah persalinan dimulai
sedini mungkin yaitu 1-2 hari sesudah bayi dilahirkan. Dilakukan 2 x sehari
(saleha, 2009).
Perawatan payudara (Breast care) adalah suatu cara merawat payudara
yang dilakukan pada saat kehamilan atau masa nifas untuk produksi ASI,
selain itu untuk kebersihan payudara dan bentuk puting susu yang masuk ke
dalam atau datar. Puting susu demikian sebenarnya bukanlah halangan bagi
ibu untuk menyusui dengan baik dengan mengetahui sejak awal, ibu
mempunyai waktu untuk mengusahakan agar puting susu lebih mudah
sewaktu menyusui. Disamping itu juga sangat penting memperhatikan
kebersihan personal hygine (Rustarmadji, 2006).

B. Tujuan perawatan payudara


Perawatan Payudara pasca persalinan merupakan kelanjutan perawatan
payudara semasa hamil, yang mempunyai tujuan sebagai berikut :
 Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi
 Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet
 Untuk menonjolkan puting susu
 Menjaga bentuk buah dada tetap bagus
 Untuk mencegah terjadinya penyumbatan
 Untuk memperbanyak produksi ASI
 Untuk mengetahui adanya kelainan

14
Pelaksanaan perawatan payudara pasca persalinan dimulai sedini
mungkin yaitu 1 – 2 hari sesudah bayi dilahirkan. Hal itu dilakukan 2 kali
sehari (sulistiyawati, 2009).

C. Persiapan perawatan payudara


Persiapan Alat:
1) Baby oil/minyak kelapa
2) Kapas/kassa secukupnya
3) Handuk 1 buah
4) Waslap bersih 2 buah
5) Bengkok/ember
6) Baskom berisi cairan (air hangat dan dingin)
7) BH yang bersih, menyangga payudara dan dapat menyerap keringat
Ibu
Pelaksanaan:
1) Memberikan prosedur yang akan dilaksanakan
2) Mengatur lingkungan yang aman dan nyaman
3) Mengatur posisi klien dan alat-alat peraga supaya mudah dijangkau
4) Cuci tangan sebelum dilaksanakan perawatan payudara
5) Pasang handuk di pinggang klien satu dan yang satu dipundak
6) Ambil kapas dan basahi dengan minyak dan kemudian tempelkan pada
areola mamae selama 5 menit kemudian bersihkan dengan diputar.
7) Kedua tangan diberi minyak dengan rata kemudian lakukan
pengurutan (Suherni, 2009)

D. Cara perawatan payudara


Langkah-langkah pengurutan payudara :
1. Pengurutan pertama

15
Terdiri dari empat gerakan yang dilakukan pada kedua payudara
selama lima menit. Berikut tahap-tahap yang dilakukan pada
pengurutan pertama:
1) Licinkan kedua tangan dengan minyak
2) Tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara
3) Lakukan pengurutan, dimulai kearah atas, lalu telapak tangan
kiri kearah sisi kiri dan telapak tangan kanan ke arah sisi kanan
4) Lakukan terus pengurutan ke bawah / ke samping. Selanjutnya,
pengurutan melintang. Telapak tangan mengurut ke depan, lalu
kedua tangan dilepas dari payudara
5) Ulang gerakan 20-30 kali tiap satu payudara
2. Pengurutan kedua
Sokong payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain mengurut
payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi ke arah puting susu.
Lakukan gerakan ini sekitar 30 kali.
3. Pengurutan ketiga
Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua atau tiga jari
tangan kanan membuat gerakan memutar sambil menekan mulai dari
pangkal payudara dan berakhir pada puting susu. Lakukan tahap yang
sama pada payudara kanan. Lakukan dua kali gerakan pada setiap
payudara.
Ø Pengompresan
Lakukan tahap pengompresan. Sebelumnya, siapkan alat berupa dua
buah wadah/baskom kecil yang masing-masing diisi dengan air hangat
dan air dingin serta dua buah waslap. Selanjutnya, kompres kedua
payudara dengan waslap hangat selama dua menit, lalu ganti dengan
kompres waslap dingin selama satu menit. Kompres bergantian selama
tiga kali berturut-turut dan akhiri dengan kompres air hangat.
Ø Perawatan puting susu

16
Berikut ini langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk merawat
puting susu :
a) Kompres kedua puting susu dengan kapas yang telah dibasahi
minyak selama lima menit agar kotoran disekitar puting mudah
terangkat
b) Jika puting susu normal, lakukan perawatan berikut. Oleskan
minyak pada ibu jari dan telunjuk, lalu letakkan keduannya
pada puting susu. Lakukan gerakan memutar kearah dalam
sebanyak 30 kali putaran untuk kedua puting susu. Gerakan ini
untuk meningkatkan elastisitas otot puting susu
c) Jika puting susu datar atau masuk kedalam, lakukan tahap
berikut :
 Letakkan kedua ibu jari di sebelah kiri dan kanan
puting susu, kemudian tekan dan hentakkan ke arah
luar menjauhi puting susu secara perlahan
 Letakkan kedua ibu jari diatas dan dibawah puting
susu, lalu tekan serta hentakkan ke arah luar
menjauhi puting susu secara perlahan.
Catatan :
- Hindari gerakan yang dapat memarkan puting susu
- Hindari penarikan puting susu dan payudara keluar karena
dapat merusak jaringan-jaringan payudara
- Hindari penggesekan diatas payudara karena dapat
menimbulkan rasa panas pada kulit payudara
Selesai melakukan perawatan payudara, pakailah bra atau BH
yang menyangga payudara dengan sempurna. Diharapkan dengan
melakukan perawatan payudara, proses menyusui nantinya dapat
berjalan dengan lancar.

17
E. Perawatan payudara dengan masalah
a. Putting susu lecet
Bagi ibu yang mengalami lecet pada puting susu, ibu bisa
mengistirahatkan 24 jam pada payudara yang lece dan memerah ASI
secara manual dan di tampung pada botol steril lalu di suapkan
menggunakan sendok kecil . Olesi dengan krim untuk payudara yang
lecet. Bila ada madu, cukup di olesi madu pada puting yang lecet
(Mellyna, 2009).
b. Penyumbatan kelenjar payudara
Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar
kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih
berhati-hatilah pada area yang mengeras. Menyusui sesering mungkin
dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara
yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui
dengan penuh semangat pada awal sesi menyusui, sehingga bisa
mengeringkannya dengan efektif. Lanjutkan dengan mengeluarkan air
susu dari payudara itu setiap kali selesai menyusui jika bayi belum
benar-benar menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut.
Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada
payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air
hangat beberapa kali), lakukan pemijatan dengan lembut di sekitar
area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-
lahan turun ke arah puting susu. (Suririnah, 2007).
c. Pengerasan payudara
Menyusui secara rutin sesuai dengan kebutuhan bisa mambantu
mengurangi pengerasan, tetapi jika bayi sudah menyusui dengan baik
dan sudah mencapai berat badan ideal, ibu mungkin harus melakukan
sesuatu untuk mengurangi tekanan pada payudara. Sebagi contoh,
merendam kain dalam air hangat dan kemudian di tempelkan pada

18
payudara atau mandi dengan air hangat sebelum menyuusi bayi.
Mungkin ibu juga bisa mengeluarkan sejumlah kecil ASI sebelum
menyusui, baik secara manual atau dengan menggunakan pompa
payudara. Untuk pengerasan yang parah, gunakan kompres dingin atau
es kemasan ketika tidak sedang menyusui untuk mengurangi rasa tidak
nyaman dan mengurangi pembengkakan (Nichol, 2006).

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Asuhan masa nifas sangat diperlukan dalam periode ini karena merupakan
masa kritis. Diperkirakan bahwa 60 % kematian ibu akibat kehamilan terjadi
setelah persalinan, dan 50 % kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus
kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini
dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah sekitarnya
pada pasien wanita yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri.
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan
daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara
terutama pada masa nifas (masa menyusui) untuk memperlancarkan pengeluaran
ASI (Prawirohardjo,2006).

3.2 Saran
Pengetahuan akan perawatan masa nifas sangat penting untuk dikuasai.
Karena dalam periode masa nifas banyak sekali perubahan yang terjadi pada
pasien sehingga perlu perawatan yang benar agar tubuh kembali normal.

20
DAFTAR PUSTAKA

Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Ibrahim, Christin S, 1993, Perawatan Keebidanan (Perawatan Nifas), Bharata Niaga
Media Jakarta
Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Suherni, 2008. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.

21

Anda mungkin juga menyukai