PENDAHULUAN
Dengan adanya data tersebut makalah ini tersusun untuk memberi informasi dan
menggali kepedulian terhadap sesama. Selain itu juga dapat mengetahui gejala-
gejala sejak dini, sehingga penderita down syndrome dapat penanganan secara
tepat.
1
3. Untuk mengetahui dan memahami diagnosis, prognosis, dan fisioterapi pada
Down Syndrome
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Down Syndrom biasanya disebabkan karena kesalahan dalam
memisahkan kromosom abnormal dari sel, dua tipe kromosom yang abnormal
adalah mosiacism dan transovation. Semua penyandang Down Syndrome
memiliki kromosom ekstra 21 pada tiap sel. Kromosom inilah yang
menyebabkan keterlambatan dan menyebabkan anak mempunyai sindrom-
sindrom tersebut. (National Down Syndrome Society, 2005)
4
Indikasi dari region
kromosom 21 tampak
berasosiasi dengan
berbagai karakteristik
yang berhubungan
dengan down
syndrome
5
Peristiwa gagal berpisah adalah kegagalan dari pasangan kromosom untuk
berpisah selama masa meiosis, dimana prosesna terjadi ketika sel telur dan sel
sperma mereplikasi diri mereka sendiri lalu berpisah.
Gambar 3 Translokasi
Sumber : National Down Syndrome Society
6
iris terjadi saat peristiwa gagal memisah dari kromosom 21 bertempat pada
divisi sel setelah pembuahan. Ketika ini terjadi, ada percampuran antara dua
tipe sel, beberapa dari peristiwa ini menjadi 46 kromosom dan beberapa
menjadi 47. Sel-sel yang terdiri dari 47 kromosom mempunyai kromosom
21 ekstra. Karena pola (mosaic) sel, prinsip “mosaicism” terbentuk.
Mosaicism jarang terjadi, biasanya terjadi hanya satu sampai dua persen
pada kasus Down Syndrome. (National Down Syndrome Society, 2005)
Gambar 4 Mosaic
Sumber :National Down Syndrome Society
7
menyambung ke kromosom lain. Ketika jumlah keseluruhan kromosom
pada sel tetap 46, adanya bagian ekstra dari kromosom 21 menyebabkan
karakteristik lain dari Down Syndrome. (National Down Syndrome Society,
2005)
8
ibu kontrol pada umur yang sama. Tidak didapatkan penyakit tertentu yang
secara langsung menyebabkan peningkatan kejadian Down Syndrome, tetapi
beberapa peneliti menemukan peningkatan kejadian pada ibu dengan diabetes
mellitus (Soetjiningsih, 1995).
9
ultrasonografi pada masa kehamilan ibu, pemeriksaan kromosom dilakukan
dengan melakukan tes nuchal translucency screening (USG) awal, tes darah
atau kombinasi keduanya. (National Down Syndrome Society, 2013)
10
Dikutip dari Clinical Practice Guideline: The Guideline Technical
Report of Down Syndrome, Assessment and Intervention for Young
Children (Age 0-3 Years) bahwa Gejala yang muncul akibat Down
Syndromedapat bervariasi mulai dari yang tidak tampak sama sekali,
tampak minimal sampai muncul tanda yang khas :
a. Penderita dengan tanda khas sangat mudah dikenali dengan adanya
penampilan fisik yang menonjol berupa bentuk kepala yang relatif kecil
dari normal (microchephaly) dengan bagian (anteroposterior) kepala
mendatar
b. Sifat pada kepala, muka dan leher : penyandang down syndrome
memiliki ciri-ciri :
1) bagian wajah biasanya tampak sela hidung yang datar.
2) Pangkal hidungnya pendek.
3) Jarak diantara 2 mata jauh dan berlebihan kulit di sudut dalam.
4) Ukuran mulut adalah kecil dan ukuran lidah yang besar
menyebabkan lidah selalu terjulur.
5) Mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar
(macroglossia).
c. Manifestasi mulut :
1) gangguan mengunyah menelan dan bicara.
2) Scrotal tongue, rahang atas kecil (hypoplasia maxilla),
3) keterlambatan pertumbuhan gigi, hypodontia, juvenile
periodontitis,
4) kadang timbul bibir sumbing Hypogenitalism (penis, scrotum, dan
testes kecil), hypospadia, cryptorchism, dan keterlambatan
perkembangan pubertas.
d. Manifestasi kulit :
1) kulit lembut, kering dan tipis,
2) Xerosis (70%), atopic dermatitis (50%), palmoplantar
hyperkeratosis (40-75%), dan seborrheic dermatitis (31%),
Premature wrinkling of the skin, cutis marmorata, and
11
acrocyanosis, Bacteria infections, fungal infections (tinea), and
ectoparasitism (scabies), Elastosis perforans serpiginosa,
Syringomas, Alopecia areata (6-8.9%), Vitiligo, Angular cheilitis.
e. Tanda klinis pada bagian tubuh lainnya berupa :
1) tangan yang pendek termasuk ruas jari-jarinya serta jarak antara jari
pertama dan kedua baik pada tangan maupun kaki melebar. B.
2) lapisan kulit biasanya tampak keriput (dermatoglyphics).
3) Kelainan kromosom ini juga bisa menyebabkan gangguan atau
bahkan kerusakan pada sistim organ yang lain.
4) Pada bayi baru lahir kelainan dapat berupa congenital heart disease.
5) Kelainan ini yang biasanya berakibat fatal karena bayi dapat
meninggal dengan cepat.
12
a) Kaki agak pendek dan jarak di antara ibu jari kaki dan jari kaki
kedua agak jauh terpisah dan tapak kaki.
b) Tampilan klinis otot : mempunyai otot yang lemah
menyebabkan mereka menjadi lembek dan menghadapi masalah
dalam perkembangan motorik kasar.
c) Masalah-masalah yang berkaitan dengan masa kanak-kanak
Down Syndrome mungkin mengalami masalah kelainan organ-
organ dalam terutama sekali jantung dan usus.
g. Down Syndrome mungkin mengalami masalah Hipotiroidism yaitu
kurang hormon tiroid. Masalah ini berlaku di kalangan 10 % kanak-
kanak down syndrom. Down syndrom mempunyai ketidakstabilan di
tulang-tulang kecil di bagian leher yang menyebabkan berlakunya
penyakit lumpuh (atlantoaxial instability) dimana ini berlaku di
kalangan 10% kanak-kanak Down Syndrome. Sebagian kecil mereka
mempunyai risiko untuk mengalami kanker sel darah putih yaitu
leukimia. Pada otak penderita sindrom down, ditemukan peningkatan
rasio APP (amyloid precursor protein) seperti pada penderita
Alzheimer.
13
2. Hubungan faktor endogen dengan Down Syndrome
Down syndrome disebabkan karena adanya kromosom
ekstra dalam setiap sel tubuh, faktor penyebab lain yang
menimbulkan resiko tingginya resiko mempunyai anak down
syndrome adalah umur rang tua. Semakin tua umur ibu, semakin
pula ibu memiliki peluang untuk melahirkan anak down syndrome.
14
anak down syndrome harus mendapatkan porsi pembelajaran untuk
meningkatkan ketrampilan sosialnya. (Gunarhadi, 2005)
4. Kepribadian dan Emosinya
Karena kondisi mentalnya anak down syndrome sering menampilkan
kepribadiannya yang tidak seimbang. Terkadang tenang terkadang juga
kacau, sering termenung berdiam diri, namun terkadang menunjukan sikap
tantrum (ngambek), marahmarah, mudah tersinggung, mengganggu orang
lain, atau membuat kacau dan bahkan merusak.
(Gunarhadi, 2005)
15
b. Moderate Retardation
Retardasi mental sedang dikategorikan sebagai retardasi mental
dapat dilatih (trainable). Pada kelompok ini anak mengalami
keterlambatan perkembangan pemahaman dan penggunaan bahasa,
serta pencapaian akhirnya terbatas. Pencapaian kemampuan mengurus
diri sendiri dan ketrampilan motor juga mengalami keterlambatan, dan
beberapa diantaranya membutuhkan pengawasan sepanjang hidupnya.
Kemajuan di sekolah terbatas, sebagian masih bisa belajar dasardasar
membaca, menulis dan berhitung.
c. Severe retardation
Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan
retardasi mental sedang dalam hal gambaran klinis, penyebab organik,
dan keadaan-kedaan yang terkait. Pebedaan utama adalah pada
retardasi mental berat ini biasanya mengalami kerusakan motor yang
bermakna atau adanya defisit neurologis.
d. Very Severe Retardation
Retardasi mental sangat berat berarti secara praktis anak sangat
terbatas kemampuannya dalam mengerti dan menuruti permintaan atau
instruksi. Umumnya anak sangat terbatas dalam hal mobilitas, dan
hanya mampu pada bentuk komunikasi nonverbal yang sangat
elementer.
16
bertambahnya usia anak dengan cerebral palsy. Tujuan konsep NDT pada
umumnya adalah memperbaiki dan mencegah postur dan pola gerakan
abnormal dan mengajarkan postur dan pola gerak yang normal.
a. Teori dasar NDT
1) Pengertian bahwa manusia itu dipengaruhi oleh sistem-sistem
yang berbeda (otot, tuang, paru, jantung, hormon, saraf, dll) yang
bekerja dibawah komando otak.
2) Pentingnya mengerti bagaimana perkembangan anak dan
bagaimana anak bergerak, sehingga terapis dapat membuat
rencana treatment sesuai dengan gangguan gerakannya.
b.Prinsip NDT
1) Anak sebagai manusia seutuhnya
2) Intervensi bersifat individual, mengacu pada :
a) Masalah geraknya
b) Personaliti, keluarga, dan budaya.
3) Assessment rutin setiap akan dilakukan treatment
4) Kesempatan anak bergerak aktif selama treatment
5) Handling digunakan untuk mempengaruhi tonus postural,
mengatur koordinasi, menghinbisi pola abnormal, dan
memfasilitasi respon otomatis normal. Dengan handling yang
tepat, tonus serta pola gerak yang abnormal dapat dicegah sesaat
setelah terlihat tanda-tandanya.
6) Prinsip motor control,motor learning dan postural control
1) Motor Control
Motor control adalah proses informasi suatu aktifitas yang
berpusat pada central nervous system (CNS) dengan tujuan
mengorganisasikan sistem musculoskeletal untuk membuat
koordinasi suatu gerakan. Motor Control merupakan nama dari
bidang yang berkembang dalam ilmu saraf dimana bidang ini
menganalisis bagaimana orang mengendalikan gerakan mereka.
Sebagai contoh mudah seperti meraih segelas kopi, yang
17
sebernarnya mempunyai komponen-komponen kompleks di
dalamnya. Motor control difokuskan pada kordinasi terhadap postur
dan gerakan melalui mekanisme serta perpaduan antara fisiologis
dan psikologis.
Motor control memungkinkan tubuh kita untuk mengatur atau
mengarahkan mekanisme gerakan. Secara singkat, memungkinkan
tubuh kita untuk bergerak ketika kita membutuhkan mereka untuk
pergi, tanpa harus berpikir tentang hal itu. Ketika salah satu
menunjukan "normal" motor control, kitabisa berasumsi bahwa ia
memiliki otot yang normal.
2) Motor Learning
Motor learning adalah perubahan yang “relatif permanen”,
yang dihasilkan dari praktek atau pengalaman baru, dalam
kemampuan untuk merespon. Motor learning melibatkan kelancaran
dan ketepatan gerakan serta diperlukan untuk gerakan rumit seperti
berbicara, bermain piano dan memanjat pohon. Penelitian dalam
motor learning sering melibatkan beberapa variable yang
mendukung pembentukan program itu sendiri, yaitu sensitifitas pada
proses deteksi kesalahan dan kekuatan dari skema gerakan itu
sendiri.
Menurut Schmidt motor learning adalah serangkaian proses
internal berkaitan dengan praktek atau pengalaman yang
akanmembentuk perubahan permanent relatif terhadap kemampuan
untuk merespons. Jadi pengertian motor learning ini beraneka
ragam, dan berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat dirumuskan
bahwa motor learning adalah: suatu proses pembentukan sistematika
kognitif tentang gerak yang kemudian diaplikasikan dalam
psikomotor, mulai dari tingkat keterampilan gerak yang sederhana
ke keterampilan gerak yang kompleks sebagai gambaran fisiologis
yang dapat membentuk psikologis untuk mencapai otomatisasi
gerak.
18
3) Postural Control
Postural control (kontrol postur) adalah gerakan korektif yang
diperlukan untuk menjaga pusat gravitasi dalam basis dukungan.
Yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan ini adalah, koordinasi dari
rangka, otot sensorik dan system saraf pusat.
Kontrol postur meliputi kontrol terhadap posisi tubuh dan
berfungsi ganda yaitu untuk stabilitas (keseimbangan) dan orientasi
(memelihara hubungan yang tepat antar segmen tubuh dan antara
tubuh dan lingkungan). Fungsi ganda musculo postural didasarkan
pada empat komponen yaitu:
a) Nilai acuan, seperti orientasi segmen tubuh dan posisi pusat
gravitasi (representasi internal dari tubuh atau skema tubuh
postural);
b) Masukan multiindrawi mengatur orientasi
c) Stabilisasi segmen tubuh
d) Reaksi postural fleksibel atau antisipasi untuk pemulihan
keseimbangan setelah gangguan, atau stabilisasi postural
selama gerakan sukarela.
Sistem kontrol postur terdiri dari proses kompleks yang
meliputi komponen sensoris dan motoris dan menghasilkan
kombinasi yang terintegrasi antara visual, vestibular dan input
afferent proprioseptif. Gabungan dari usaha alat-alat sensoris ini
merupakan dasar untuk keseimbangan dinamis (stabilitas). Apabila
salah satu dari alat ini mengalami kerusakan, maka stabilitas dari
postur akan mengalami gangguan.Adapun prinsip dasar dari
postural control antara lain:
(1) Sistem sensoris
(2) Kemampuan melihat
(3) Sistem vestibular
(4) Sistem somatosensoris
(5) Sistem Musculoskeletal
19
(6) All day management
(7) Team approach
(8) Konsep bobath (NDT)
20
dalamnyakey point of control.Key Point of Controlsendiri yaitu titik
yang digunakan terapis dalam inhibisi dan fasilitasi. KPoC harus
dimulai dari proksimal ke distal atau bergerak mulai dari kepala–leher–
trunk-kaki dan jari kaki. Dengan bantuan KPoC, pola inhibisi dapat
dilakukan pada penderita cerebral palsy dengan mengarahkan pada pola
kebalikannya.
Latihan menggunakan konsep NDT terlampir pada lampiran.
2. Sensori Integrasi
Terapi Sensori Integrasi sebagai bentuk treatment pada anak dengan
kondisi tertentu seringkali digunakan sebagai cara untuk melakukan upaya
perbaikan, baik untuk perbaikan gangguan perkembangan atau tumbuh
kembang atau gangguan belajar, gangguan interaksi sosial, maupun perilaku
lainnya.
Sensori integrasi merupakan suatu proses mengenal, mengubah,
membedakan sensasi dari sistem sensori untuk menghasilkan suatu respon
berupa “Perilaku Adaptif Bertujuan”.
1) Respon Adaptif
Respon adaptif ini bervariasi pada setiap anak yang bergantung pada
tingkat perkembangan, derajat integrasi sensori, dan tingkat ketrampilan
yang tercapai sebelumnya. Respons adaptif mencerminkan kemampuan
anak menguasai tantangan dan hal-hal baru.
2) Dorongan dari dalam diri
Konsep ini merupakan hal terpenting dalam perkembangan sensori
integrasi, bagaimana dorongan ini muncul dari dalam diri yang terwujud
dalam bentuk kegembiraan dan eksplorasi lingkungan tanpa lelah. Tetapi
motivasi internal ini kurang atau tidak dimiliki oleh anak dengan gangguan
disfungsi sensori integrasi.
3. Terapi Kelompok
21
Terapi kelompok merupakan bentuk intervensi untuk stimulasi motorik
dan stimulasi sensorik yang diberikan kepada anak dengan SD secara
bersama-sama dan melibatkan orang tua dalam kegiatan tersebut,
fisioterapis sebagai instruktur yang mencontohkan dan menginstruksikan
kegiatan stimulasi tersebut dalam permainan.
22
fungsi psikososial , (4) perkembangan emosional untuk kepercayaan diri
dan (5) perkembangan kognitif. Pengaturan dalam terapi kelompok meliputi
:
1. Jumlah anak
Jumlah anak dalam terapi kelompok tergantung dari situasi klinis sejauh
anak-anak dalam terapi kelompok tersebut dapat terlibat dan
berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
2. Staf
Satu orang staf dalam hal ini fisioterapi memimpin kelompok dan
fisioterapi yang lain membantu memantau kegiatan
3. Durasi
Setiap sesi terapi kelompok direncanakan lamanya satu hingga dua jam
tergantung pada kemampuan anak-anak untuk tetap berpatisipasi dalam
kegiatan. Anak dengan SD dimana terdapat hipotonus otot maka
dianjurkan untuk mendapatkan kegiatan fisik hingga 60 menit Seleksi
anak
Dasar untuk seleksi anak yang mengikuti terapi kelompok bervariasi,
tetapi akan lebih mudah bagi staf atau fisioterapis bila kesenjangan
perkembangan motork tidak terala besar (Sophie Levitt, 1995). Namun
demikian dimungkinkan beberapa kekuranan pendekatan terapi
kelompok, diantara lain:
(1) kesenjangan kemampuan motorik walaupun pada usia yang
sama.
(2) Kesenjangan tingkat kognitif
(3) Tingkat pendidikan dan social ekonomi orangtua juga turut
menentukan keberhasilan pendekatan dengan terapi kelompok
ini. Adapun kegiatan dalam terapi kelompok meliputi:
1. Kegiatan untuk taktil, vestibular inputi dan feedback
propriocepsi
Akomodasi motorik kasar: postur dan pola gerakan
(berguling dari telungkup, menumpu pada elbow (forearm support),
23
merangkak, berdiri, berjalan dalam pola dan permukaan yang berbeda-beda,
berlari, melompat pada titik tertentu, menangkap, melempar).
Perencanaan motorik (motor planning/praxis); adalah
kemampuan otak untuk memahami, mengatur dan melaksanakan urutan
tindakan yang asing yang diperlukan. Kegiatan diarahkan untuk
pencapaian tujuan untuk membantu mengembangkan keterampilan
gerakan (motor planning). Membersihkan tempat tidur atau meja dan
bermain bola dapat membantu meningkatkan akomodasi motorik kasar
dan praksis.
Reaksi tegak dan keseimbangan dan pola
mengintegrasikan pada perbedaan posisi dapat mempertahankan
rangsangan tersebut. Bermain diatas roll dapat memfasilitasi
keseimbangan dan reaksi ekuilibrium. Terapis mengatakan, “kamu adalah
perahu diatas laut, dan aku badai maka kamu harus mencoba untuk tidak
jatuh kebawah” dan terapis mendorong roll sangat lambat untuk beberapa
kali dalam rangka untuk mengganggu keseimbangan anak (Kramer, 2007).
Dalam mempelajari keterampilan motorik halus,
stabilisasi postural yang tepat sangat penting. Baiknya ko-kontraksi
kepala, leher, dan lengan juga diperlukan. Ocular kontrol yang baik,
koordinasi motorik bilateral dan taktil mempengaruhi fungsi tangan. Anak
membutuhkan kegiatan yang terdiri dari semua komponen dalam rangka
untuk mengembangkan keterampilan motorik halus. Sebagai contoh:
bermain puzzle, bermain dengan jari-jari, origami. (Ayeres 1979, Lerner
1985, Scheerer 1997, Wilson 1988, Bumin dan Kayihan 2001, Uyanik dkk,
2003).
2. Kegiatan stimulasi sistem vestibular dalam
perkembangan motorik
Sistem vestibular sangat penting dalam pencapaian
perkembangan motorik normal dan koordinasi (Weeks 1979a, Cohen dan
Keshner 1989b, Shumway-cook 1992). Disfungsi vestibular diamati
dalam gangguan perkembangan sebagai diskoordinasi motorik dan ketidak
24
mampuan belajar (Maggrun dkk. 1981, Schaaf 1985, MacLean dkk. 1988,
Shunway-Cook 1992) Sistem vestibular adalah salah satu sistem sensorik
penyempurnaan strukturanatomi (Shunway-Cook 1992). Sistem
vestibular adalah salah satu sistem sensorik penyempurnaan struktur
anatomi (Shunway-Cook 1992)
Biasanya, input vestibulookular yang signifikan dalam
koordinasi mata dan kepala yang penting untuk stabilitas saat melihat pada
satu titik, sedangkan vestibulospinal adalah input yang signifikan dalam
menjaga stabilitas postur dengan inputvisual dan somatosensori (Nasher
dkk. 1982). The Vestibulonuclear complex, cerebellum dan juga ke nervus
cranialis 3,4,6 yang memungkinakan gerakan otot ocular ekstrake semua
level tulang belakang yang emperngaruhi tonus otot (ottenbacher dan
Peterson 1983, Kelly 1989).
Sistem vestibular sangat penting dalam perkembangan
keterampilan motorik, integrasi postural, gerakan mata yang terkoordinasi,
dan kemampuan mengatur tingkat keaktifan (Ottenbacher dan Peterson
1983).
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Kami sadar bawah masih banyak kekurangan yang kami miliki, baik dari tulisan
dan penyajian bahasa. Kedepannya, diharapkan pembaca dapat mengambil manfaat
dari makalah ini dan menjadikan kesalahan pada makalah ini sebagai pembelajaran
untuk kedepannya.
26
DAFTAR PUSTAKA
27
Shurr, Donald dan John W Michael, 2002. Prosthetics and Orthotics. New Jersey:
Prentice Hall
Selikowitz, Mark, 2008. The Facts Down Syndrome. New York: OXFORD
University Press.
Stack, Charles dan Patrick Dobbs, 2004. Essentials of Paedatric Intensive Care.
United States of America: Cambridge University Press.
Sudiono, Janti, 2007. Gangguan tumbuh kembang dentokraniofasial. Jakarta:
Penerbit buku kedokteran RGC
Thomson, Kate dkk, 2009. Paediatric Handbook Eighth Edition. Australia: Wiley-
Blackwell
Toy, Eugene C, 2009. Case Files Pediatrics. United States: McGraw-Hill
Companies, Inc.
WHO, Genes and Human Disease. United States of America,WHO 2016;h.2
diakses tanggal 4 Oktober 2016
28