DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8
3. Fhateha Fitaloka
4. Marcella Juliantri
KELAS : IIIA/DIII.GIZI
DOSEN PEMBIMBING :
Mardiana, SE,M.Kes
TAHUN 2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya saya
bisa menyelesaikan makalah tentang “Fortifikasi Garam Tingkatkan Kualitas
Sumber Daya Manusia Indonesia”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata
kuliah Ekopzi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui upaya fortifikasi garam pada isu pangan dan gizi
2. Mengetahui kendala pengawasan garam pada isu pangan dan gizi
3. Mengetahui masalah akibat kekurangan iodium pada isu pangan dan gizi
4. Mengetahui fortifikasi pangan garam beryodium pada isu pangan dan gizi
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
mengeliminasi stunting, mencari solusi demi mengatasi kendala dalam fortifikasi
yodium dan meningkatkan nilai tambah produk pergaraman. Solusi-solusi terbaik yang
dapat dimplementasikan dalam tata kelola garam.
“Ada dua hal penting, yakni meningkatkan kualitas SDM melalui
eliminasi stunting, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.” Deputi Agung juga
mengajak semua pihak untuk menjadi solusi. “Ini masalah kita semua, mari bekerja
sama, mari kita satukan semua kegiatan yang ada, sehingga semuanya tahu dan
mengerti. Yang paling penting tujuan utama kita adalah kesejahteraan masyarakat dan
mengatasistunting. Untuk masa depan Indonesia, masa depan kita semua”, tambah
Deputi Agung.
Kegiatan ini akan dilanjutkan dengan peninjauan lapangan fortifikasi garam ke
Watudakon pada tanggal 05 April 2019. Kegiatan FGD ini diikuti oleh Kementerian
Kesehatan, BPOM, BPPT, BSN, Kementerian Perindustrian, pemerintah daerah,
PT.Kimia Farma, PT Garam, pelaku usaha garam, asosiasi pergaraman, dan media
massa.
6
melakukan fortifikasi yodium dalam produk garamnya? Kata dia, UKM yang
memproduksi garam juga harus mendapat perhatian dari pemerintah derah setempat.
Pasalnya, ada banyak sekali harus diawasi, mulai dari proses pemberian yodium sampai
proses pemasarannya.
“Saat ini hanya ada satu provider kalium iodat (yodium) di Indonesia, yaitu
PT.Kimia Farma. Sekarang bagaimana cara memastikan distribusi kalium iodat untuk
produsen garam seluruh Indonesia? Siapa yang menangani monitoring dan evaluasi
fortifikasi yodium, khususnya untuk garam rakyat produksi UMKM, bagaimana
pengawasan standarisasi kadar yodiumnya?” tanya dia.
Seolah menjawab kebingungan dari Kementerian Koordinator Kemaritiman,
Direktur Pengawas Pangan Risiko Rendah dan Sedang Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM), Ema Setyawati menyebut jika sudah ada acuan untuk memberikan
kadar yodium dalam garam. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
165/MEN.KES/SK/II/1986 sudah menentukan standar yodium yang harus ada dalam
garam. "Yaitu sebesar 40-50 bagian per sejuta kalium yodat (40-50 mg/kg KIO3) pada
tingkat produksi. Sedangkan untuk tingkat distribusi sebesar 30-50 bagian per sejuta
kalium yodat (30-t0 mg/kg KIO3)," kata Ema.
Ema Setyawati juga menjawab kebingungan Agung soal siapa yang akan
mengawasi fortifikasi yodium dalam garam. Ema mengatakan jika BPOM yang akan
melakukan pengawasan fortifikasi yodium dalam garam tersebut. "Seperti yang
ditanyakan Pak Deputi tadi siapa yang melakukan pengawasan, BPOM yang akan
melakukan pengawasan fortifikasi garam beryodium," tambah Ema.
Menurut catatan BPOM, tahun 2013 masih ditemukan kekurangan yodium pada
ibu hamil di wilayah Indonesia Timur. Selain itu, BPOM juga menemukan kualitas
garam di daerah-daerah terpencil semakin menurun. (pit)
7
Yodium merupakan mineral yang termasuk unsur gizi esensial walaupun
jumlahnya sangat sedikit di dalam tubuh, yaitu hanya 0,00004% dari berat tubuh atau
sekitar 15-23 mg. Itulah sebabnya yodium sering disebut sebagai mineral mikro
atautrace element. Manusia tidak dapat membuat unsur yodium dalam tubuhnya seperti
membuat protein atau gula. Manusia harus mendapatkan yodium dari luar tubuhnya
(secara alamiah), yakni melalui serapan dari yodium yang terkandung dalam makanan
dan minuman.
Kebutuhan tubuh akan yodium rata-rata mencapai 1-2 mikrogram per kilogram
berat badan per hari. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi menganjurkan
konsumsiyodium per hari berdasarkan kelompok umur. Sesungguhnya kebutuhan
terhadapyodium sangat kecil, pada orang dewasa hanya 150 mikrogram (1 mikrogram =
seperseribu miligram).
Kebutuhan yodium setiap hari di dalam makanan yang dianjurkan saat ini adalah:
1. 50 mikrogram untuk bayi (12 bulan pertama)
2. 90 mikrogram untuk anak (usia 2-6 tahun)
3. 120 mikrogram untuk anak usia sekolah (usia 7-12 tahun)
4. 150 mikrogram untuk dewasa (diatas usia 12 tahun)
5. 200 mikrogram untuk ibu hamil dan menyusui.
Yodium merupakan zat gizi esensial bagi tubuh, karena merupakan komponen
dari hormon tirokin. Yodium dikonsentrasikan di dalam kelenjar gondok (glandula
thyroide) untuk dipergunakan dalam sintesa hormon tiroksin. Hormon ini ditimbun
dalam folikel kelenjar gondok, terkonjugasi dengan protein (globulin), dan disebut
trioglobulin, bila diperlukan triglobulin dipecah dan terlepas, hormon tiroksin yang
dikeluarkan dari folikel kelenjar masuk ke dalam aliran darah (Sediaoetama, 2006).
Apabila jumlah yodium yang tersedia tidak mencukupi, produksi tiroksin menurun,
akibatnya sekresi triglobulin oleh sel tiroid meningkat yang menyebabkan kelenjar
membesar dan terjadi hiperplasia yang mengakibatkan gondok (Cahyadi, 2004).
Defisiensi yodium memberikan berbagai gambaran klinik, yang kesemuanya
disebutIodium Deficiency Deseases (IDD), atau Gangguan Akibat Kurang Yodium
(GAKY). GAKY dapat terjadi pada manusia baik pria maupun wanita. Kelompok pria
yang tergolong rentan GAKY adalah sampai dengan usia 20 tahun, sedangkan
kelompok wanita sampai dengan usia 49 tahun. Timbulnya gangguan dapat terjadi pada
manusia sejak masih janin dalam kandungan. Pada janin, kekurangan yodium dapat
mengakibatkan abortus spontan (keguguran), lahir mati, kelainan/kematian perinatal,
kematian bayi meningkat, bayi lahir kretin dan kelambatan perkembangan gerak.
Pada anak remaja dapat mengakibatkan gondok, hipotiroid, gangguan fungsi
mental dan intelejensi, gangguan perkembangan fisik dan kretin. Pada dewasa dapat
mengakibatkan gondok dengan segala komplikasinya, hipotiroid dan gangguan fungsi
mental dan intelejensi. Dampak yang ditimbulkan sudah tentu sangat besar dan luas.
Apalagi kelompok yang beresiko paling tinggi adalah wanita.Kekurangan yodium
terutama bagi ibu hamil akan menagkibatkan bayi atau janin yang dikandung
8
akan mengalami gangguan perkembangan otak (berat otak berkurang), gangguan
perkembangan fetus dan pasca lahir,kematian perinatal (abortus) meningkat, kemudian
setelah bayi dilahirkan mempunyai berat lahir rendah (BBLR) dan terdapat gangguan
pertumbuhan tengkorak serta perkembangan skelet, sedangkan bagi tubuh ibu hamil
akan mengalami gangguan aktivitas kelenjar tiroid (gondok). Ibu hamil yang ada di
daerah endemik GAKY akan melahirkan generasi penerus dengan tingkat intelejensi
rendah atau melahirkan sumber daya manusia yang rendah.
Kekurangan intake yodium disebabkan karena faktor lingkungan air dan tanah
dengan kandungan yodium yang rendah akibat yodium terkikis dari tanah, sehingga
seluruh hewan dan tumbuhan yang digunakan sebagai sumber bahan makanan bagi
manusia akan kekurangan yodium (Dirjen, 1999). Bahan makanan sumber yodium
antara lain seafood, rumput laut, dan garam yang telah difortifikasi dengan yodium.
9
Wilayah Tengger dan Dieng merupakan daerah pegunungan yang endemis
GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium), dibandingkan model penanggulangan
GAKY yang lain, penggunaan garam beriodium yang paling murah biayanya. Hal ini
disebabkan garam merupakan kebutuhan sehari-hari, tidak ada pengolahan makanan
yang tidak menggunakan garam.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fortifikasi yodium adalah penambahan yodium dalam jumlah tertentu pada
suatu produk pangan sedemikian rupa sehingga produk tersebut dapat berfungsi sebagai
sumber penyediayodium, terutama bagi masyarakat yang mengalami
kekurangan yodium. Garam beriodium adalah suatu inovasi yang ditawarkan kepada
konsumen atau setiap keluarga untuk mencegah kekurangan yodium sebagai upaya
jangka panjang.
Fortifikasi yang biasa digunakan adalah Kalium Iodida (KI) dan Kalium Iodat
(KIO3). Iodat lebih stabil dalam garam murni pada penyerapan dan kondisi lingkungan
(kelembapan) yang buruk, tidak menyebabkan perubahan warna dan rasa
garam. Iodisasi garam menjadi metode paling umum yang dapat diterima oleh banyak
negara di dunia, sebab garam merupakan bahan pangan yang murah, mudah didapat dan
dikonsumsi setiap hari oleh seluruh lapisan masyarakat disegala tingkat ekonomi.
3.2 Saran
Untuk melakukan fortifikasi yodium disarankan tidak menyebabkan perubahan
warna dan rasa serta penggunaan garam beriodium yang paling murah biayanya bagi
masyarakat yang mengalami kekurangan yodium.
11
DAFTAR PUSTAKA
https://maritim.go.id/fortifikasi-garam-tingkatkan-kualitas-sumber-daya-manusia-
indonesia/
https://www.google.com/amp/s/www.ngopibareng.id/timeline/fortifikasi-garam-
beryodium-masih-terkendala-pengawasan-2016154/amp
12