Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL PENELITIAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN ASUPAN ZAT GIZI DAN STATUS


SOSIAL EKONOMI TERHADAP ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMAN
SUMATERA SELATAN TAHUN 2019

PROPOSAL METODOLOGI PENELITIAN

Diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan

Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Oleh :

SYAHRIRIN TUMA ESA

NIM : PO.71.31.017.034

Dosen Pembimbing :

1. PODOJOYO, SKM, M.Kes


2. SARTONO, SKM, M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

PROGRAM STUDI D-III GIZI

2019

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala puji dan syukur penulis panjatkan hanyalah bagi Allah
SWT, yang selalu melimpahkan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan Proposal Penelitian yang berjudul “GAMBARAN TINGKAT
PENGETAHUAN , ASUPAN ZAT GIZI DAN STATUS SOSIAL EKONOMI
TERHADAP ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMAN SUMATERA
SELATAN TAHUN 2019”.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan Proposal penelitian dengan
baik. Saya sebagai penulis menyadari, bahwa dalam penelitian dan penulisan Proposal
penelitian ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak akan kami terima dengan baik agar kesalahan yang sama
tidak terjadi lagi di masa yang akan datang.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Proposal penelitian ini masih terdapat
kekurangan. Namun demikian penulis berharap semoga Proposal penelitian ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Palembang, Juli 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................. i
i
BAB I ....................................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG .................................................................................. 1

B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................. 3

C. TUJUAN PENELITIAN ............................................................................... 3

D. MANFAAT PENELITIAN .......................................................................... 3

BAB II ..................................................................................................................... 5

A. TELAAH PUSTAKA.................................................................................... 5

1. Anemia .................................................................................................... 5

2. Etiologi .................................................................................................... 5

3. Patogenesis .............................................................................................. 7

4. Pengetahuan.............................................................................................. 1
0

5. Asupan Zat Gizi ....................................................................................... 1


0

6. Status Sosial Ekonomi ............................................................................. 1


4
B. Kerangka teori ............................................................................................... 1
4

C. Kerangka konsep ........................................................................................... 1


5

D. Definisi oprasional ........................................................................................ 1


5

BAB III METODOLOGI 1


PENELITIAN.......................................................................................................... 7

A. Ruang lingkup penelitian ............................................................................. 1

ii
7

B. Jenis dan rancangan penelitian ..................................................................... 1


7

C. Populasi dan sempel ..................................................................................... 1


7

D. Cara pengambilan sampel dan jenis data ..................................................... 1


7

1. Jenis data ................................................................................................. 1


8

a. Data primer ........................................................................................ 1


8

b. Data sekunder..................................................................................... 1
8

2. Alat pengumpulan data ........................................................................... 1


8

3. Pengolahan data dan analisis data ........................................................... 1


8

4. Analisis data ............................................................................................ 1


9

5. Penelitian ................................................................................................. 1
9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 2
0

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara
berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia
banyak terjadi pada masyarakat terutama pada remaja dan ibu hamil. Anemia pada
remaja putri sampai saat ini masih cukup tinggi, menurut World Health Organization
(WHO) (2013), prevalensi anemia dunia berkisar 40-88%. Jumlah penduduk usia
remaja (10-19 tahun) di Indonesia sebesar 26,2% yang terdiri dari 50,9% laki-laki dan
49,1% perempuan (Kemenkes RI, 2013).
Anemia merupakan salah satu faktor penyebab tidak langsung kematian ibu hamil.
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah tertinggi bila dibandingkan dengan
Negara ASEAN lainnya. Perempuan yang meninggal karena komplikasi selama
kehamilan dan persalinan mengalami penurunan pada tahun 2013 sebesar 289.000
orang. Target penurunan angka kematian ibu sebesar 75% antara tahun 1990 dan 2015
(WHO, 2015). Jika perempuan mengalami anemia akan sangat berbahaya pada waktu
hamil dan melahirkan. Perempuan yang menderita anemia akan berpotensi melahirkan
bayi dengan berat badan rendah (kurang dari 2,5 kg). Selain itu, anemia dapat
mengakibatkan kematian baik pada ibu maupun bayi pada waktu proses persalinan
(Rajab, 2009).
Menurut data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia yaitu
21,7% dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4%
penderita berumur 15-24 tahun (Kemenkes RI, 2014). Data Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 2012 menyatakan bahwa prevalensi anemia pada balita sebesar
40,5, ibu hamil sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar 45,1%, remaja putri usia 10-18 tahun
sebesar 57,1% dan usia 1945 tahun sebesar 39,5%. Wanita mempunyai risiko terkena
anemia paling tinggi terutama pada remaja putri (Kemenkes RI, 2013).
Angka kejadian anemia di Jawa Tengah pada tahun 2013 mencapai 57,1%. Anemia
pada remaja putri di Kabupaten Sukoharjo masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat karena prevalensinya lebih dari 15%. Angka kejadian anemia di
Kabupaten Sukoharjo didapatkan anemia pada balita umur 0-5 tahun sebesar 40,5%,
usia sekolah sebesar 26,5%, Wanita Usia Subur (WUS) sebesar 39,5%, pada ibu hamil
sebesar 43,5% (Dinkes Prov. Jateng, 2014).

1
Anemia merupakan suatu keadaan dimana komponen di dalam darah yaitu
hemoglobin (Hb) dalam darah jumlahnya kurang dari kadar normal. Remaja putri
memiliki risiko sepuluh kali lebih besar untuk menderita anemia dibandingkan dengan
remaja putra. Hal ini dikarenakan remaja putri mengalami mentruasi setiap bulannya
dan sedang dalam masa pertumbuhan sehingga membutuhkan asupan zat besi yang
lebih banyak. Penentuan anemia juga dapat dilakukan dengan mengukur hematokrit
(Ht) yang rata-rata setara dengan tiga kali kadar hemoglobin. Batas kadar Hb remaja
putri untuk mendiagnosis anemia yaitu apabila kadar Hb kurang 12 gr/dl (Tarwoto,
dkk, 2010).
Anemia pada remaja dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan fisik,
gangguan perilaku serta emosional. Hal ini dapat mempengaruhi proses pertumbuhan
dan perkembangan sel otak sehingga dapat menimbulkan daya tahan tubuh menurun,
mudah lemas dan lapar, konsentrasi belajar terganggu, prestasi belajar menurun serta
dapat mengakibatkan produktifitas kerja yang rendah (Sayogo, 2006).
Secara umum tingginya prevalensi anemia disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya rendahnya asupan zat besi dan zat gizi lainnya seperti vitamin A, C, folat,
riboplafin dan B12 untuk mencukupi kebutuhan zat besi dalam seharinya bisa
dilakukan dengan mengkonsumsi sumber makanan hewani sebagai salah satu sumber
zat besi yang mudah diserap, mengkonsumsi sumber makanan nabati yang merupakan
sumber zat besi yang tinggi tetapi sulit diserap (Briawan, 2014).
Masa remaja merupakan masa yang lebih banyak membutuhkan zat gizi. Remaja
membutuhkan asupan gizi yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Gizi merupakan suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui digesti, absorpsi, transportasi penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan
pertumbuhan dan menghasilkan energi (Supariasa, dkk, 2012).
Kurangnya asupan gizi pada remaja putri umumnya kekurangan zat gizi makro
seperti karbohidrat, protein, lemak dan kekurangan zat gizi mikro seperti vitamin dan
mineral. Kurangnya zat gizi makro dan mikro dapat menyebabkan tubuh menjadi
kurus dan berat badan turun drastis, pendek, sakit terus menerus dan anemia. Remaja
sangat membutuhkan asupan zat besi untuk membentuk sel darah merah. Zat besi
diperlukan dalam pembentukan darah untuk sintesa hemoglobin. Hal ini terjadi karena
remaja setiap bulannya mengalami menstruasi yang berdampak kekurangan zat besi
dalam darah. Pada dasarnya asupan zat gizi pada tubuh harus tercukupi khususnya
pada remaja (Muchtadi, 2009).

2
Asupan protein dalam tubuh sangat membantu penyerapan zat besi, maka dari itu
protein bekerjasama dengan rantai protein mengangkut elektron yang berperan dalam
metabolisme energi. Selain itu vitamin C dalam tubuh remaja harus tercukupi karena
vitamin C merupakan reduktor, maka di dalam usus zat besi (Fe) akan dipertahankan
tetap dalam bentuk ferro sehingga lebih mudah diserap. Selain itu vitamin C
membantu transfer Fe dari darah ke hati serta mengaktifkan enzim-enzim yang
mengandung Fe (Muchtadi, 2009).

B. RUMUSAN MASALAH
Adakah hubungan tingkat pengetahuan , asupan zat gizi dan status ekonomi
terhadap Anemia pada Siswi Remaja Putri di SMAN Sumatera Selatan?

C. TUJUAN PENELITIAN
1. TUJUAN UMUM
Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan asupan zat gizi dan status ekonomi
terhadap Anemia pada Remaja Putri di SMAN Sumatera Selatan

2. TUJUAN KHUSUS
a. Mengidentifikasi penyakit Anemia pada Remaja Putri di SMAN Sumatera
Selatan
b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan pada Remaja Putri di SMAN
Sumatera Selatan
c. Mengidentifikasi asupan zat gizi pada Remaja Putri di SMAN Sumatera
Selatan
d. Mengidentifikasi status ekonomi pada Remaja Putri di SMAN Sumatera
Selatan

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dan menerapkan ilmu di bidang
gizi masyarakat yang telah di peroleh di bangku perkuliahan

2. Bagi Poltekkes Pemenkes Jurusan Gizi Palembang


Menambah informasi pada perpustakaan jurusan gizi poltekkes palembang

3. Bagi Remaja Putri SMAN Sumatera Selatan

3
Meningkatkan pengetahuan kepada Siswi Remaja Putri pentingnya pemberian
asupan gizi terutama bahayanya Anemia serta meningkatkan pengetahuan yang
lebih luas lagi khususnya kepada Remaja Putri.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TELAAH PUSTAKA
1. Anemia
Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin (Hb) yang rendah
dalam darah. (WHO,2015). National Institute of Health(NIH) Amerika 2011
menyatakan bahwa anemia terjadi ketika tubuh tidak memiliki jumlah sel darah
merah yang cukup (Fikawati, Syafiq, & Veretamala, 2017).
Anemia gizi adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin darah yang
lebih rendah daripada normal sebagai akibat ketidakmampuan jaringan
pembentuk sel darah merah dalam produksinya guna mempertahankan kadar
hemoglobin pada tingkat normal. Anemia gizi besi adalah anemia yang timbul
karena kekurangan zat besi sehingga pembentukan sel-sel darah merah dan
fungsi lain dalam tubuh terganggu (Adriani & Wijatmadi, 2012).
Secara definisi, anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh
kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga kebutuhan besi untuk eritropoesis
tidak cukup ditandai dengan gambaran sel darah merah yang hipokrom
mikrositik, kadar besi serum dan saturasi (jenuh) transferrin menurun, mampu
ikat besi total ( TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang dan
tempat lain sangat kurang atau tidak sama sekali (Gultom 2003).

2. Etiologi

Beberapa jenis anemia dapat diakibatkan oleh defisiensi zat besi, infeksi
atau ganguan genetik.Yang paling sering terjadi adalah anemia yang
disebabkan oleh kekurangan asupan zat besi.Kehilangan darah yang cukup
banyak, seperti saat menstruasi, kecelakaan dan donor darah berlebihan
jugadapat menghilangkan zat besi dalam tubuh.Wanita yang mengalami
menstruasi setiap bulan berisiko menderita anemia. Kehilangan darah secara
perlahan-lahan di dalam tubuh, seperti ulserasi polip kolon dan kanker kolon
juga dapat menyebabkan anemia.( Briawan, 2014).

Selain zat besi, masih ada dua jenis lagi anemia yang sering timbul pada
anak-anak dan remaja.Aplastic anemia terjadi bila sel yang memproduksi
butiran darah merah tidak dapat menjalankan tugasnya.Hal ini dapat terjadi

5
karena infeksi virus, radiasi, kemoterapi atau obat tertentu.Adapun jenis
berikutnya adalah haemolityc anemia, yang terjadi karena sel darah merah
hancur secara dini, lebih cepat dari kemampuan tubuh untuk
memperbaharuinya. Penyebab anemia jenis ini bermacam-macam, bisa bawaan
seperti talasemia atau sickle cell anemia( Adriani & Wirjatmadi, 2014).

Menurut Dr. Sandra Fikawati, Ahmad Syafiq, Ph.D, Arinda Veretamala


(2017) dalam bukunya yang berjudul Gizi Anak Dan Remaja penyebab anemia
antara lain:

a. Meningkatnya Kebutuhan Zat Besi

Peningkatan kebutuhan zat besi pada massa remaja memuncak pada usia
antara14-15 tahun untuk perempuan dan satu sampai dua tahun kemudian
pada laki-laki. Setelah kematangan seksual, terjadi penurunan kebutuhan
zat besi, sehingga terdapat peluang untuk memperbaiki kekurangan zat besi
terutama pada remaja laki-laki. Sedangkan pada remaja perempuan,
menstruasi mulai terjadi satu tahun setelah puncak pertumbuhan dan
menyebabkan kebutuhan zat besi akan tetap tinggi sampai usia reproduktif
untuk mengganti kehilangan zat besi yang terjadi saat menstruasi.Itulah
sebabnya kelompok remaja putri lebih rentan mengalami anemia dibanding
remaja putra.

b. Kurangnya Asupan Zat Besi

Penyebab lain dari anemia gizi besi adalah rendahnya asupan dan buruknya
bioavailabilitas dari zat besi yang dikonsumsi, yang berlawanan dengan
tingginya kebutuhan zat besi pada masa remaja.

c. Kehamilan pada Usia Remaja

Masih adanya praktik tradisional pernikahan dini di negara-negara di Asia


Tenggara juga berkontribusi terhadap kejadian anemia gizi besi.
Pernikahan dini umunya berhubungan dengan kehamilan dini, dimana
kehamilan meningkatkan kebutuhan zat besi dan berpengaruh terhadap
semakin parahnya kekurangan zat besi dan anemia gizi besi yang dialami
remaja perempuan.

d. Penyakit Infeksi dan Infeksi Parasit

6
Sering terjadinya penyakit infeksi dan infeksi parasit di negara berkembang
juga dapat meningkatkan kebutuhan zat besi dan memperbesar peluang
terjadinya status gizi negatif dan anemia gizi besi.

e. Sosial-Ekonomi

Tempat tinggal juga dapat berhubungan dengan kejadian anemia, remaja


yang tinggal di wilayah perkotaan lebih banyak memiliki pilihan dalam
menentukan makanan karena ketersediaannya yang lebih luas di
bandingkan pedesaan. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 juga
menunjukan bahwa masyarakat pedesaan (22,8%) lebih banyak mengalami
anemia di bandingkan dengan masyarakat yang tinggal di perkotaan
(20,6%) .

f. Status Gizi

Juga ditemukan hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia.


Remaja dengan status gizi kurus mempunyai risiko mengalami anemia 1,5
kali dibandingkan remaja dengan status gizi normal. Hal tersebut juga di
dukung oleh studi yang di lakukan oleh Briawan dan Hardinsyah (2010)
bahwa status gizi normal dan lebih merupakan faktor protektif anemia.

g. Pengetahuan

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal


dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik,
buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan
sebagainya.

Pengetahuan ini dapat membantu keyakinan tertentu sehingga seseorang


berprilaku sesuai keyakinan tersebut. Pada beberpa penelitian terkait anemia
ditemukan pula pada mereka yang memiliki pengetahuan yang rendah
terkait anemia.

3. Patogenesis

Perjalanan keadaan kurang gizi besi mulai dari terjadinya anemia sampai
dengan timbulnya gejala-gejala yang klasik, melalui beberapa tahap :

7
a. Tahap I

Terdapat kekurangan zat besi di tempat-tempat cadangan besi ( depot ion),


tanpa disertai dengan anemia (anemia latent) ataupun perubahan konsentrasi
besi dalam serum (SI). Pada pemeriksaan didapat kadar ferritin berkurang.

b. Tahap II

Selanjutnya kemampuan ikat besi total (TIBC) akan meningkat yang diikuti
dengan penurunan besi dalam serum (SII) dan jenuh (saturasi) transferrin. Pada
tahap ini mungkin anemia sudah timbul, tetapi masih ringan sekali dan bersifat
normokrom normositik.Dalam tahap ini terjadi eritropoesis yang kekurangan
zat besi (iron deficient erythropoiesis).

c. Tahap III

Jika balans besi tetap negatif maka akan timbul anemia yang tambah nyata
dengan gambaran tepi yang bersifat hipokrom mikrositik.

d. Tahap IV

Hemoglobin (Hb) rendah sekali. Sumsum tulang tidak mengandung lagi


cadangan besi, kadar besi plasma (SI) berkurang. Jenuh transferrin turun dan
eritrosit jelas bentuknya hipokrom mikrositik.Pada stadium ini kekurangan besi
telah mencapai jaringan-jaringan.Gejala klinisnya sudah nyata (Yuni, 2015).

Batas Normal Kadar Hb dan Metode Pengukuran Hb

Hemoglobin adalah metaloprotein pengangkut oksigen yang mengandung


besi dalam darah.Hemoglobin adalah suatu zat di dalam sel darah merah yang
berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.Hemoglobin
terdiri dari 4 molekul zat besi (heme), 2 molekul rantai globin alpha dan 2
molekul rantai globin beta. Rantai globin alpha dan beta adalah protein yang
produksinya disandi oleh gen globin alpha dan beta ( Yuni, 2015).

Kadar hemoglobin pada setiap golongan berbeda, kadar hemoglobin


bervariasi tergantung umur dan jenis kelamin.

8
Tabel 1

Batas Normal Kadar Hemoglobin (Hb)

No Kelompok Hemoglobin (gr/dl)

1 Bayi Baru Lahir 17-22

2 Bayi 1 Minggu 15-20

3 Bayi 1 Bulan 11-15

4 Anak-anak 11-13

5 Remaja Laki-laki 14-18

6 Remaja Putri 12-16

7 Laki-laki Dewasa 14-18

8 Wanita Dewasa 12-16

9 Laki-laki Paruh Baya 12,4-14 , 9

10 Wanita Paruh Baya 11,7-13 , 8

Sumber :( Yuni, 2015)

Beberapa metode pengukuran Hb yang dapat digunakan yaitu:

a. Pemeriksaan Hb dengan metode Sahli, dalam peggunaan metode ini Hb

dihidrolisis dengan HCL (asam klorida) menjadi globin ferrp-hem

(Supariasa, 2001).

b. Pemeriksaan Hb dengan metode Cyanmethemoglobin, yaitu cara

pemeriksaan hemoglobin dengan menggunakan larutan Drabskin dan

diukur dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang tertentu

(Supariasa, 2001).

9
c. Pemeriksaan Hb dengan metode hemocue, metode ini dilakukan dengan

pengukuran optical density pada kuvet yang mempunyai kapasitas volume

sebesar 10 mikroliter oleh sinar yang berasal dari lampu berjarak 0.133

milimeter sampai pada dinding parallel celah optis tempat kuvet berada.

Prinsip system hemocue terdiri dari pembaca hemoglobin kecil portable,

dan memakai mikrocuvettes sekali pakai.

4. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan terjadi setelah orang melakukan


penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau kogintif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(Bloom dalam Notoatmodjo, 2003)

Anemia bagi individu WUS khususnya dan masyarakat umumnya,


bukanlah masalah yang perlu mendapatkan perhatian untuk dicegah maupun
ditanggulangi. Para penderita anemia seharusnya perlu mengkomsumsi
makanan yang banyak mengandung zat besi atau minum tablet tambah darah,
namun hal itu juga tidak dilakukan karena mereka belum mengetahui secara
jelas mengenai anemia (Depkes RI, 2003)

Pengetahuan dalam studi ini adalah pengetahuan remaja putri mengenai


pengertian anemia itu sendiri, dimulai dari tanda-tanda orang yang menderita
anemia, penyebab, akibat dan penanggulangannya bagi penderita anemia serta
pengetahuan sumber-sumber fe dalam makanan.

5. Asupan zat gizi

Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia.


Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan
perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja dan menurunkan
daya tahan tubuh, yang berakibat meningkatnya angka kesakitan dan kematian.
Kecukupan gizi sangat diperlukan oleh setiap individu, sejak janin yang masih
didalam kandungan, bayi, anak-anak, masa remaja, dewasa sampai lanjut. Ibu
atau calon ibu merupakan kelompok rawan, karena membutuhkan gizi

10
yang cukup sehingga harus dijaga status gizi dan kesehatannya, agar dapat
melahirkan bayi sehat (Depkes RI, 2003)

Remaja memerlukan makanan yang mengandung zat gizi untuk tumbuh,


berkembang, bergerak dan memelihara kesehatannya. Status gizi seseorang
dipengaruhi oleh jenis makanan yang dikonsumsi serta pola hidup yang biasa
dilakukannya setiap hari. Status gizi merupakam ekspresi dari
keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu pada seseorang
(Supariasa, 2002)

Menurut Savitri Sayogo (2006), pada masa remaja kebutuhan nutrisi/gizi


perlu mendapat perhatian karena :
a. Kebutuhan Nutrisi yang meningkat dikarenakan adanya peningkatan

pertumbuhan fisik dan perkembangan,


b. Berubahnya gaya hidup dan kebiasaan makan pada masa ini pada
kebutuhan dan asupan gizi/nutrient,
c. Kebutuhan khusus gizi/nutrient perlu diperhatikan pada kelompok remaja
yang mempunyai aktifitas olahraga, mengalami kehamilan, gangguan
perilaku makan, restriksi asupan makan, konsumsi alkohol, obat-obatan

1. Asupan Energi dan Protein


Zat gizi yang dapat menghasilkan energy diperoleh dari karbohidrat,
lemak dan protein. Fungsi utama karbohidrat sebagai sumber energy,
disamping membantu pengaturan metabolisme protein. Kecukupan
karbohidrat di dalam diet akan mencegah pengginaan protein sebagai
sumber energi, sehingga fungsi protein dalam proses pengangkutan zat gizi
termasuk besi kedalam sel-sel tidak terganggu (Arisman, 2004).
Energi merupakan kebutuhan gizi utama setiap manusia,
karena jika kebutuhan energy tidak terpenuhi sesuai yang dibutuhkan
tubuh, maka kebutuhan zat gizi lain juga tidak terpenuhi seperti protein,
vitamin, dan mineral termasuk diantaranya adalah zat besi. Fungsi zat besi
sebagai pembentuk sel darah merah akan menurun akhirnya dapat
menyebabkan menurunnya kadar haemoglobin darah, Krummel (1996)

Sukirman (2005) menyatakan bahwa kejadian anemia selainm


dipengaruhi oleh rendahnya asupan zat besi, juga disebabkan karena
11
kurangnya asupan zat gizi yang bersifat sebagai enhancer. Salah satu
senyawa enhancer yang penting untuk meningkatkan penyerapan zat besi
adalah protein. Kehadiran protein dalam bahan makanan akan
meningkatkan penyerapan zat besi. Almatsier (2001), menyatakan bahwa
penyerapan zat besi akan meningkat ketika dalam hidangan makanan
dihadirkan sumber protein yang bernilai biologis tinggi. Protein bernilai
biologi tinggi ini artinya adalah protein yang memiliki komposisi asam
amino essensial yang cukup ragam dan jumlahnya.
Menurut Linder (2006) Konsumsi protein yang kurang akan
mengakibatkan berkurangnya penyerapan zat besi, daya guna zat besi
non heme sehingga tersedia zat gizi tubuh berkurang yang akan
mengakibatkan menurunkan kadar hemoglobin yang mengakibatkan
anemi gizi besi.
Protein berfungsi dalam pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh.
Haemoglobin, pigmen darah yang berwarna merah dan berfungsi sebagai
pengangkut oksigen dan karbondioksida adalah ikatan protein. Protein juga
berperan dalam proses pengagkutan zat-zat gizi termasuk besi dari saluran
cerna kedalam darah, dari darah kejaringan-jaringan, dan melalui membran
sel kedalam sel-sel, sehinnga apabila kekurangan protein akan
menyebabkan gangguan dalam absorpsi dan transportasi zat-zat gizi
(Almatsier, 2004)

2. Asupan Zat besi

Asupan zat besi selain dari makanan adalah melalui suplemen tablet
zat besi. Suplemen ini biasanya diberikan pada golongan rawan kurang zat
besi, yaitu balita, anak sekolah, wanita usia subur, dan ibu hamil. Pemberian
suplemen tablet zat besi pada golongan tersebut dilakukan karena
kebutuhannya akan zat besi yang sangat besar, sedangkan asupan dari
makanan saja tidak dapat mencukupi kebutuhan tersebut. Makanan yang
banyak mengandung zat besi lain daging, terutama hati dan jeroan, aprikol,
prem kering, telur, polong kering, kacang tanah, dan sayuran berdaun hijau
(Pusdiknakes, 2003).

Zat besi (Fe) merupakan mikro elemen yang esensial bagi tubuh, zat
ini terutama diperlukan dalam hemopobesis (pembentukan darah), yaitu
dalam syntesa hemoglobin Hb. Zat besi yang terdapat dalam semua sel
12
tubuh berperan penting dalam berbagai reaksi biokimia, diantaranya dalam
produksi sel darah merah. Sel ini diperlakukan untuk mengangkat oksigen
keseluruh jaringan tubuh. Sedangkan oksigen penting dalam proses
pembentukan energi agar produktivitas kerja meningkat dan tubuh tidak
cepat lelah (Almatsier, 2004).

Ada 2 jenis zat besi dalam makanan, yaitu zat besi yang berasal
dari hem dan bukan hem. Walaupun kandungan zat besi hem dalam
makanan hanya antara 5-10 %, tetapi penyerapannya mencapai 25%
(dibandingkan dengan zat besi non hem yang penyerapannya hanya 5 %).
Makanan hewani seperti daging, ikan, dan ayam merupakan sumber
utama zat besi hem. Zat besi yang berasal dari hem merupakan penyusun
hemoglobin. Zat besi non hem terdapat dalam pangan nabati, seperti
sayur-sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan dan buah-buahan
(Wirakusumah,1999)
Penyerapan zat besi non hem sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
penghambat maupn pedorong, sedangkan zat besi hem tidak. Asam askorbat
(Vitamin C) dan daging faktor utama yang mendorong penyerapan zat besi
dikenal sebagai MFP (meat, fish, poultry) faktor (Soeparman, 1990).

Selain diperoleh dari bahan makanan, makanan dapat pula


mengandung besi eksogen, yang berasal dari tanah, bedu, air, atau tempat
memasak. Keadaan ini lebih sering terjadi Negara-negara yang sedang
berkembang. Jumlah dan zat besi cemara didalam makanan mungkin
beberapa kali lebih besar dibandingkan dengan jumlah zat besi dalam
makanan itu sendiri (Demaeyer, 1993).

Di negara-negara yang sedang berkembang, konsumsi zat besi yang


berasa dari hem lebih rendah atau sama sekali dapat diabaikan (Demaeyer,
1993). Hal ini terjadi karena harga bahan makanan yang mengandung zat
besi hem tersebut harganya relatife mahal sehingga sulit dijangkau oleh
masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut menurun Husaini (1989), tingkat
sosioekonomi yang rendah akan menyebabkan anemia secara tidak
langsung. Hal ini terkait dengan tingkat pendapatan yang rendah sehingga
terjadi ketidak mampuan masyarakat dalam menyediakan makanan sesuai
kebutuhan, mengingat bahan makanan yang kaya akan zat besi dari sumber
protein hewani sulit terjangkau karena harganya mahal
13
6. Status Sosial Ekonomi

Tempat tinggal juga dapat berhubungan dengan kejadian anemia, remaja


yang tinggal di wilayah perkotaan lebih banyak memiliki pilihan dalam
menentukan makanan karena ketersediaannya yang lebih luas di bandingkan
pedesaan. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 juga menunjukan bahwa
masyarakat pedesaan (22,8%) lebih banyak mengalami anemia di bandingkan
dengan masyarakat yang tinggal di perkotaan (20,6%) .

B. KERANGKA TEORI

14
Sumber modifikasi dari : Unicef 1990 dalam Supariasa, 2001

C. KERANGKA KONSEP
Dalam penelitian tersebut peniliti menggambarkan hubungan variabel dependen
dengan variabel independen. Yaitu ,

Variabel dependen : Anemia pada Remaja Putri

Variabel independen : Pengetahuan , Asupan zat gizi , Status Sosial Ekonomi

Kadar hemoglobin ibu


hamil

15
Skema/diagram
Tingkat
Pengetahuan
Remaja Putri

Asupan zat gizi

Status ekonomi

D. DEFINISI OPRASIONAL

1. Variabel Penelitian

a. Variabel Terikat (Dependent)

Dalam penelitian ini sebagai variabel terikat adalah variabel yang


dipengaruhi yaitu Anemia pada Remaja Putri

b. Variabel Bebas (Independent)

Dalam penelitian ini sebagai variabel bebas adalah variabel yang


mempengaruhi yaitu Pengetahuan, Asupan zat gizi , Status Sosial Ekonomi

2. Definisi Operasional

a. Kadar hemoglobin

Kadar hemoglobin adalah Hemoglobin dalam sel darah memiliki


peranan penting dalam tubuh. Hemoglobin memiliki peranan dalam
mengangkut oksigen dan karbodioksida dalam tubuh mengambil oksigen
dari paru-paru dan membawa oksigen ke seluruh tubuh sebagai energi
untuk proses metabolisme tubuh.

a. Alat ukur : digital hermometer

b. Cara ukur : wawancara , recall

c. Skala ukur : ordinal

16
d. Hasil ukur :

b. Hubungan tingkat Remaja Putri

Tingkat pendidikan adalah pendidikan terakhir yang ditempuh oleh Remaja


tersebut.

1. Alat Ukur : kuesioner


2. Cara Ukur :
Wawancara
3. Skala Ukur : Ordinal
4. Hasil Ukur :
Pendidikan Dasar : Sd, SMP tamat atau tidak tamat.

Pendidikan Menengah : SMP sederajat tamat atau tidak tamat.

Pendidikan Tinggi : Akademi, Perguruan Tinggi dan sederajat.

c. Hubungan tingkat pengetahuan Remaja Putri

Tingkat pengetahuan adalah kemampuan seseorang dalam berfikir.

1. Alat Ukur : Form kuestioner


2. Cara Ukur : Wawancara
3. Skala Ukur : Ordinal
4. Hasil Ukur :
1. Baik: Bila pertanyaan dijawab benar oleh Remaja Putri 75-100

2. Cukup: bila pertanyaan dijawab benar oleh Remaja Putri 55-65

3. Kurang: Bila pertanyaan dijawab benar oleh Remaja Putri <55

BAB III
METOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SMAN Sumatera Selatan Tahun 2019

B. Jenis dan rancangan penelitian


17
Jenis penelitian ini termasuk penelitian survey analitik dengan rancangan
penelitian cross-sectional yang bertujuan untuk mencari hubungan antara variabel
dependen : yaitu Anemia pada Remaja Putri di SMAN Sumatera Selatan dengan
variabel independen yaitu : Pengetahuan , Asupan zat gizi , Status Sosial Ekonomi.

C. Populasi dan sampel


1. Populasi adalah seluruh Remaja Putri di SMAN Sumatera Selatan
2. Sampel adalah mengukur kadar hb Remaja Putri. Besar sampel diambil dengan
rumus Lemeshow (1997) sebagi berikut :

Penambahan sampel untuk cadangan 20%, jadi total sampel orang.


Keterangan :
Z (1-α/2) : Koefisien kepercayaan 95% (1,96)
P : Prevelansi Anemia Remaja Putri di SMAN Sumatera Selatan

Q :1–P
d2 : presisi 10%
Responden yang masuk kriteria penelitian ini adalah :
1. Remaja Putri yang kadar hb nya kurang
2. Remaja Putri yang bisa diajak berkomunikasi untuk di wawancarai
3. Berjenis kelamin perempuan
4. Bersedia memberi data yang benar

D. Cara Pengambilan Sampel dan Jenis Data pengambilan sampel menggunakan


rancangan Proporsional Stratified Random Sampling yaitu sampel yang diambil
didasarkan populasi yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.

1. Jenis data
a. Data primer
1) Kadar hemoglobin Responden di dapat dengan digital hermometer

2) Pengetahuan Responden tentang pentingnya kadar hb melalui


wawancara di SMAN Sumatera Selatan tahun 2019

3) Tingkat pendidikan yang di dapat dari hasil quisioner

18
4) Tingkat ekonomi anggota keluarga yang di dapat dari hasil
quisioner
5) Tingkat asupan zat gizi yang di dapat dari hasil quisioner
6) Tingkat motivasi yang di dapat dari quisioner
b. Data sekunder
1) Jumlah Responden yang kadar hb nya rendah di SMAN Sumatera
Selatan tahun 2019

2) Jumlah Responden yang hadir di SMAN Sumatera Selatan

2. Alat Pengumpulan Data


Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa :

a. Data Responden (nama, alamat, pendidikan,dll)


b. Data Orang tua ( nama , alamat orang tua , dll)
c. Form recall 24 jam , form kuisioner
d. Alat ukur digital hermometer

3. Pengolahan dan Analisis Data.

1. Pengolahan Data
a. Edditing Data
Data – data yang telah di peroleh dari hasil penelitian diteliti kembali
apakah sudah benar dan dapat diproses lebih lanjut.

b. Coding Data
Suatu kegiatan memberi tanda/ kode tertentu terhadap data yang telah
diedit dengan tujuan mempermudah pembuatan tabel.

c. Entry Data
Memasukkan data – data yang sudah diperoleh untuk diolah lebih lanjut.

d. Tabulating Data
Menyusun data sehingga mudah dijumlah, disusun dan disajikan dalam
bentuk table

4. Analisis Data
a. Univariat
Dari hasil yang diperoleh, kemudian dilakukan analisa data secara
deskriptif dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Analisa univariat

19
dimaksudkan untuk menggambarkan dan menjelaskan pemberian asi
ekslusif, non ekslusif, dan berat badan lahir dan di bandingankan
dengan status gizi

5. Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti menjelaskan maksud dan
tujuan peneliti kepada responden. Apabila responden bersedia menjadi
subjek penelitian maka responden diminta untuk mengisi lembar pernyataan
kesedian menjadi responden. Data yang telah diperoleh dari responden
dijaga kerahasiaannya dan tidak disebarluaskan oleh penulis. Responden
yang dipilih berhak untuk menolak bila tidak bersedia atau berhalangan

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2001.Prinsip Dasar Ilmu Gizi.PT. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.

Almatsier, S, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Andriani, M & Wirjatmaji, B. (2012). Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana


Prenada Media Group.
20
Andriani, Widia.(2014). Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik, Ukuran Perusahaan,
Kesulitan Keuangan, Opini Audit Dan Pergantian Manajemen Terhadap Auditor Switching
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2011-2014.

Arisman. 2004.Gizi dalam Daur Kehidupan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 180-195.

Bloom (1908) dalam Notoatmodjo, Soekidjo a. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Rineka Cipta.
Briawan, D. 2014. Anemia Masalah Gizi Pada Remaja Wanita. Jakarta : EGC.

Depkes RI. 2003. Manajemen Puskesmas. Jakarta: Depkes RI.

De Maeyer, E. M. 1993. Pencegahan Anemia Defisiensi Besi. Jakarta: Widya Medika.

Dharmamulya, Sukirman dkk. 2005. PERMAINAN TRADISIONAL JAWA- Sebuah


Upaya Pelestarian. KEPEL PRESS, Purwanggan.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2014.Buku Saku Kesehatan IndonesiaTriwulan 3


Tahun 2014.[di akses darihttp://www.dinkesjatengprov.go.idpada tanggal 20 Januari
2016].

Fikawati, S. Syafiq, A. Veratamala, A. 2017. Gizi Anak Dan Remaja. Depok : Rajawali
Pers.

Gultom, L., 2003. Hubungan Beberapa Parameter Anemia dengan Derajad Keparahan
Sirosis Hati. Tesis . Medan: Universitas Sumatra Utara.

Husaini M.A. 1989. Study Nutritional Anemia, An Assessment of Information.


Compilation for Supporting and Formulating National Policy and Program. Jakarta:
Kerjasama Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes dengan Pusat Penelitian dan
Pengembangan Gizi.

Kemenkes Ri. 2013.Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:BalitbangKemenkes RI.

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014.Jakarta : Kemenkes RI; 2015.

Krummel, et al. 1996.Nutrition in Women’s Health. Gaithersburg, Maryland : An Aspen


Publication.

Linder, MC. 2006. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. UI-Press. Jakarta: 265-278.

Muchtadi, Deddy. 2009. Pengantar Ilmu Gizi. Bandung : Alfabeta.

Pusdiknakes, 2003, Buku 4: Asuhan Kebidanan Postpartum, Jakarta: Pusdiknakes.

21
Rajab, W. 2009. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan:Jakarta. Penerbit
BukuKedokteran EGC.

Sayogo, S. 2006. Gizi dan Pertumbuhan Remaja. Fakultas Kedokteran Fakultas Indonesia.
Jakarta.

Soeparman, 1990,Ilmu Penyakit Dalam,jilid II. FKUI. Jakarta.

Supariasa. 2001. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC.Jakarta.

Supariasa., 2014. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Supariasa, I.D.N., Bakri, B danFajar, I. 2002. Penilaian Status Gizi.Jakarta : EGC.

Tarwoto, Ns. Dkk. 2010.Kesehatan Remaja problem dan solusinya.Jakarta:Salemba


Medika.

Wirakusumah, Emma S.1999.Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi.Jakarta:


PT.PustakaPembangunan Swadaya Nusantara.

World Health Organization. A global brief on hypertension: silent killer, global public
health crisis. 2015

22
23
24

Anda mungkin juga menyukai