Oleh :
NIM : PO.71.31.017.034
Dosen Pembimbing :
2019
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala puji dan syukur penulis panjatkan hanyalah bagi Allah
SWT, yang selalu melimpahkan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan Proposal Penelitian yang berjudul “GAMBARAN TINGKAT
PENGETAHUAN , ASUPAN ZAT GIZI DAN STATUS SOSIAL EKONOMI
TERHADAP ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMAN SUMATERA
SELATAN TAHUN 2019”.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan Proposal penelitian dengan
baik. Saya sebagai penulis menyadari, bahwa dalam penelitian dan penulisan Proposal
penelitian ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak akan kami terima dengan baik agar kesalahan yang sama
tidak terjadi lagi di masa yang akan datang.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Proposal penelitian ini masih terdapat
kekurangan. Namun demikian penulis berharap semoga Proposal penelitian ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGHANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................. i
i
BAB I ....................................................................................................................... 1
BAB II ..................................................................................................................... 5
A. TELAAH PUSTAKA.................................................................................... 5
1. Anemia .................................................................................................... 5
2. Etiologi .................................................................................................... 5
3. Patogenesis .............................................................................................. 7
4. Pengetahuan.............................................................................................. 1
0
ii
7
b. Data sekunder..................................................................................... 1
8
5. Penelitian ................................................................................................. 1
9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 2
0
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara
berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia
banyak terjadi pada masyarakat terutama pada remaja dan ibu hamil. Anemia pada
remaja putri sampai saat ini masih cukup tinggi, menurut World Health Organization
(WHO) (2013), prevalensi anemia dunia berkisar 40-88%. Jumlah penduduk usia
remaja (10-19 tahun) di Indonesia sebesar 26,2% yang terdiri dari 50,9% laki-laki dan
49,1% perempuan (Kemenkes RI, 2013).
Anemia merupakan salah satu faktor penyebab tidak langsung kematian ibu hamil.
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah tertinggi bila dibandingkan dengan
Negara ASEAN lainnya. Perempuan yang meninggal karena komplikasi selama
kehamilan dan persalinan mengalami penurunan pada tahun 2013 sebesar 289.000
orang. Target penurunan angka kematian ibu sebesar 75% antara tahun 1990 dan 2015
(WHO, 2015). Jika perempuan mengalami anemia akan sangat berbahaya pada waktu
hamil dan melahirkan. Perempuan yang menderita anemia akan berpotensi melahirkan
bayi dengan berat badan rendah (kurang dari 2,5 kg). Selain itu, anemia dapat
mengakibatkan kematian baik pada ibu maupun bayi pada waktu proses persalinan
(Rajab, 2009).
Menurut data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia yaitu
21,7% dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4%
penderita berumur 15-24 tahun (Kemenkes RI, 2014). Data Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 2012 menyatakan bahwa prevalensi anemia pada balita sebesar
40,5, ibu hamil sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar 45,1%, remaja putri usia 10-18 tahun
sebesar 57,1% dan usia 1945 tahun sebesar 39,5%. Wanita mempunyai risiko terkena
anemia paling tinggi terutama pada remaja putri (Kemenkes RI, 2013).
Angka kejadian anemia di Jawa Tengah pada tahun 2013 mencapai 57,1%. Anemia
pada remaja putri di Kabupaten Sukoharjo masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat karena prevalensinya lebih dari 15%. Angka kejadian anemia di
Kabupaten Sukoharjo didapatkan anemia pada balita umur 0-5 tahun sebesar 40,5%,
usia sekolah sebesar 26,5%, Wanita Usia Subur (WUS) sebesar 39,5%, pada ibu hamil
sebesar 43,5% (Dinkes Prov. Jateng, 2014).
1
Anemia merupakan suatu keadaan dimana komponen di dalam darah yaitu
hemoglobin (Hb) dalam darah jumlahnya kurang dari kadar normal. Remaja putri
memiliki risiko sepuluh kali lebih besar untuk menderita anemia dibandingkan dengan
remaja putra. Hal ini dikarenakan remaja putri mengalami mentruasi setiap bulannya
dan sedang dalam masa pertumbuhan sehingga membutuhkan asupan zat besi yang
lebih banyak. Penentuan anemia juga dapat dilakukan dengan mengukur hematokrit
(Ht) yang rata-rata setara dengan tiga kali kadar hemoglobin. Batas kadar Hb remaja
putri untuk mendiagnosis anemia yaitu apabila kadar Hb kurang 12 gr/dl (Tarwoto,
dkk, 2010).
Anemia pada remaja dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan fisik,
gangguan perilaku serta emosional. Hal ini dapat mempengaruhi proses pertumbuhan
dan perkembangan sel otak sehingga dapat menimbulkan daya tahan tubuh menurun,
mudah lemas dan lapar, konsentrasi belajar terganggu, prestasi belajar menurun serta
dapat mengakibatkan produktifitas kerja yang rendah (Sayogo, 2006).
Secara umum tingginya prevalensi anemia disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya rendahnya asupan zat besi dan zat gizi lainnya seperti vitamin A, C, folat,
riboplafin dan B12 untuk mencukupi kebutuhan zat besi dalam seharinya bisa
dilakukan dengan mengkonsumsi sumber makanan hewani sebagai salah satu sumber
zat besi yang mudah diserap, mengkonsumsi sumber makanan nabati yang merupakan
sumber zat besi yang tinggi tetapi sulit diserap (Briawan, 2014).
Masa remaja merupakan masa yang lebih banyak membutuhkan zat gizi. Remaja
membutuhkan asupan gizi yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Gizi merupakan suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui digesti, absorpsi, transportasi penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan
pertumbuhan dan menghasilkan energi (Supariasa, dkk, 2012).
Kurangnya asupan gizi pada remaja putri umumnya kekurangan zat gizi makro
seperti karbohidrat, protein, lemak dan kekurangan zat gizi mikro seperti vitamin dan
mineral. Kurangnya zat gizi makro dan mikro dapat menyebabkan tubuh menjadi
kurus dan berat badan turun drastis, pendek, sakit terus menerus dan anemia. Remaja
sangat membutuhkan asupan zat besi untuk membentuk sel darah merah. Zat besi
diperlukan dalam pembentukan darah untuk sintesa hemoglobin. Hal ini terjadi karena
remaja setiap bulannya mengalami menstruasi yang berdampak kekurangan zat besi
dalam darah. Pada dasarnya asupan zat gizi pada tubuh harus tercukupi khususnya
pada remaja (Muchtadi, 2009).
2
Asupan protein dalam tubuh sangat membantu penyerapan zat besi, maka dari itu
protein bekerjasama dengan rantai protein mengangkut elektron yang berperan dalam
metabolisme energi. Selain itu vitamin C dalam tubuh remaja harus tercukupi karena
vitamin C merupakan reduktor, maka di dalam usus zat besi (Fe) akan dipertahankan
tetap dalam bentuk ferro sehingga lebih mudah diserap. Selain itu vitamin C
membantu transfer Fe dari darah ke hati serta mengaktifkan enzim-enzim yang
mengandung Fe (Muchtadi, 2009).
B. RUMUSAN MASALAH
Adakah hubungan tingkat pengetahuan , asupan zat gizi dan status ekonomi
terhadap Anemia pada Siswi Remaja Putri di SMAN Sumatera Selatan?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. TUJUAN UMUM
Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan asupan zat gizi dan status ekonomi
terhadap Anemia pada Remaja Putri di SMAN Sumatera Selatan
2. TUJUAN KHUSUS
a. Mengidentifikasi penyakit Anemia pada Remaja Putri di SMAN Sumatera
Selatan
b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan pada Remaja Putri di SMAN
Sumatera Selatan
c. Mengidentifikasi asupan zat gizi pada Remaja Putri di SMAN Sumatera
Selatan
d. Mengidentifikasi status ekonomi pada Remaja Putri di SMAN Sumatera
Selatan
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dan menerapkan ilmu di bidang
gizi masyarakat yang telah di peroleh di bangku perkuliahan
3
Meningkatkan pengetahuan kepada Siswi Remaja Putri pentingnya pemberian
asupan gizi terutama bahayanya Anemia serta meningkatkan pengetahuan yang
lebih luas lagi khususnya kepada Remaja Putri.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TELAAH PUSTAKA
1. Anemia
Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin (Hb) yang rendah
dalam darah. (WHO,2015). National Institute of Health(NIH) Amerika 2011
menyatakan bahwa anemia terjadi ketika tubuh tidak memiliki jumlah sel darah
merah yang cukup (Fikawati, Syafiq, & Veretamala, 2017).
Anemia gizi adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin darah yang
lebih rendah daripada normal sebagai akibat ketidakmampuan jaringan
pembentuk sel darah merah dalam produksinya guna mempertahankan kadar
hemoglobin pada tingkat normal. Anemia gizi besi adalah anemia yang timbul
karena kekurangan zat besi sehingga pembentukan sel-sel darah merah dan
fungsi lain dalam tubuh terganggu (Adriani & Wijatmadi, 2012).
Secara definisi, anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh
kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga kebutuhan besi untuk eritropoesis
tidak cukup ditandai dengan gambaran sel darah merah yang hipokrom
mikrositik, kadar besi serum dan saturasi (jenuh) transferrin menurun, mampu
ikat besi total ( TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang dan
tempat lain sangat kurang atau tidak sama sekali (Gultom 2003).
2. Etiologi
Beberapa jenis anemia dapat diakibatkan oleh defisiensi zat besi, infeksi
atau ganguan genetik.Yang paling sering terjadi adalah anemia yang
disebabkan oleh kekurangan asupan zat besi.Kehilangan darah yang cukup
banyak, seperti saat menstruasi, kecelakaan dan donor darah berlebihan
jugadapat menghilangkan zat besi dalam tubuh.Wanita yang mengalami
menstruasi setiap bulan berisiko menderita anemia. Kehilangan darah secara
perlahan-lahan di dalam tubuh, seperti ulserasi polip kolon dan kanker kolon
juga dapat menyebabkan anemia.( Briawan, 2014).
Selain zat besi, masih ada dua jenis lagi anemia yang sering timbul pada
anak-anak dan remaja.Aplastic anemia terjadi bila sel yang memproduksi
butiran darah merah tidak dapat menjalankan tugasnya.Hal ini dapat terjadi
5
karena infeksi virus, radiasi, kemoterapi atau obat tertentu.Adapun jenis
berikutnya adalah haemolityc anemia, yang terjadi karena sel darah merah
hancur secara dini, lebih cepat dari kemampuan tubuh untuk
memperbaharuinya. Penyebab anemia jenis ini bermacam-macam, bisa bawaan
seperti talasemia atau sickle cell anemia( Adriani & Wirjatmadi, 2014).
Peningkatan kebutuhan zat besi pada massa remaja memuncak pada usia
antara14-15 tahun untuk perempuan dan satu sampai dua tahun kemudian
pada laki-laki. Setelah kematangan seksual, terjadi penurunan kebutuhan
zat besi, sehingga terdapat peluang untuk memperbaiki kekurangan zat besi
terutama pada remaja laki-laki. Sedangkan pada remaja perempuan,
menstruasi mulai terjadi satu tahun setelah puncak pertumbuhan dan
menyebabkan kebutuhan zat besi akan tetap tinggi sampai usia reproduktif
untuk mengganti kehilangan zat besi yang terjadi saat menstruasi.Itulah
sebabnya kelompok remaja putri lebih rentan mengalami anemia dibanding
remaja putra.
Penyebab lain dari anemia gizi besi adalah rendahnya asupan dan buruknya
bioavailabilitas dari zat besi yang dikonsumsi, yang berlawanan dengan
tingginya kebutuhan zat besi pada masa remaja.
6
Sering terjadinya penyakit infeksi dan infeksi parasit di negara berkembang
juga dapat meningkatkan kebutuhan zat besi dan memperbesar peluang
terjadinya status gizi negatif dan anemia gizi besi.
e. Sosial-Ekonomi
f. Status Gizi
g. Pengetahuan
3. Patogenesis
Perjalanan keadaan kurang gizi besi mulai dari terjadinya anemia sampai
dengan timbulnya gejala-gejala yang klasik, melalui beberapa tahap :
7
a. Tahap I
b. Tahap II
Selanjutnya kemampuan ikat besi total (TIBC) akan meningkat yang diikuti
dengan penurunan besi dalam serum (SII) dan jenuh (saturasi) transferrin. Pada
tahap ini mungkin anemia sudah timbul, tetapi masih ringan sekali dan bersifat
normokrom normositik.Dalam tahap ini terjadi eritropoesis yang kekurangan
zat besi (iron deficient erythropoiesis).
c. Tahap III
Jika balans besi tetap negatif maka akan timbul anemia yang tambah nyata
dengan gambaran tepi yang bersifat hipokrom mikrositik.
d. Tahap IV
8
Tabel 1
4 Anak-anak 11-13
(Supariasa, 2001).
(Supariasa, 2001).
9
c. Pemeriksaan Hb dengan metode hemocue, metode ini dilakukan dengan
sebesar 10 mikroliter oleh sinar yang berasal dari lampu berjarak 0.133
milimeter sampai pada dinding parallel celah optis tempat kuvet berada.
4. Pengetahuan
10
yang cukup sehingga harus dijaga status gizi dan kesehatannya, agar dapat
melahirkan bayi sehat (Depkes RI, 2003)
Asupan zat besi selain dari makanan adalah melalui suplemen tablet
zat besi. Suplemen ini biasanya diberikan pada golongan rawan kurang zat
besi, yaitu balita, anak sekolah, wanita usia subur, dan ibu hamil. Pemberian
suplemen tablet zat besi pada golongan tersebut dilakukan karena
kebutuhannya akan zat besi yang sangat besar, sedangkan asupan dari
makanan saja tidak dapat mencukupi kebutuhan tersebut. Makanan yang
banyak mengandung zat besi lain daging, terutama hati dan jeroan, aprikol,
prem kering, telur, polong kering, kacang tanah, dan sayuran berdaun hijau
(Pusdiknakes, 2003).
Zat besi (Fe) merupakan mikro elemen yang esensial bagi tubuh, zat
ini terutama diperlukan dalam hemopobesis (pembentukan darah), yaitu
dalam syntesa hemoglobin Hb. Zat besi yang terdapat dalam semua sel
12
tubuh berperan penting dalam berbagai reaksi biokimia, diantaranya dalam
produksi sel darah merah. Sel ini diperlakukan untuk mengangkat oksigen
keseluruh jaringan tubuh. Sedangkan oksigen penting dalam proses
pembentukan energi agar produktivitas kerja meningkat dan tubuh tidak
cepat lelah (Almatsier, 2004).
Ada 2 jenis zat besi dalam makanan, yaitu zat besi yang berasal
dari hem dan bukan hem. Walaupun kandungan zat besi hem dalam
makanan hanya antara 5-10 %, tetapi penyerapannya mencapai 25%
(dibandingkan dengan zat besi non hem yang penyerapannya hanya 5 %).
Makanan hewani seperti daging, ikan, dan ayam merupakan sumber
utama zat besi hem. Zat besi yang berasal dari hem merupakan penyusun
hemoglobin. Zat besi non hem terdapat dalam pangan nabati, seperti
sayur-sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan dan buah-buahan
(Wirakusumah,1999)
Penyerapan zat besi non hem sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
penghambat maupn pedorong, sedangkan zat besi hem tidak. Asam askorbat
(Vitamin C) dan daging faktor utama yang mendorong penyerapan zat besi
dikenal sebagai MFP (meat, fish, poultry) faktor (Soeparman, 1990).
B. KERANGKA TEORI
14
Sumber modifikasi dari : Unicef 1990 dalam Supariasa, 2001
C. KERANGKA KONSEP
Dalam penelitian tersebut peniliti menggambarkan hubungan variabel dependen
dengan variabel independen. Yaitu ,
15
Skema/diagram
Tingkat
Pengetahuan
Remaja Putri
Status ekonomi
D. DEFINISI OPRASIONAL
1. Variabel Penelitian
2. Definisi Operasional
a. Kadar hemoglobin
16
d. Hasil ukur :
BAB III
METOLOGI PENELITIAN
Q :1–P
d2 : presisi 10%
Responden yang masuk kriteria penelitian ini adalah :
1. Remaja Putri yang kadar hb nya kurang
2. Remaja Putri yang bisa diajak berkomunikasi untuk di wawancarai
3. Berjenis kelamin perempuan
4. Bersedia memberi data yang benar
1. Jenis data
a. Data primer
1) Kadar hemoglobin Responden di dapat dengan digital hermometer
18
4) Tingkat ekonomi anggota keluarga yang di dapat dari hasil
quisioner
5) Tingkat asupan zat gizi yang di dapat dari hasil quisioner
6) Tingkat motivasi yang di dapat dari quisioner
b. Data sekunder
1) Jumlah Responden yang kadar hb nya rendah di SMAN Sumatera
Selatan tahun 2019
1. Pengolahan Data
a. Edditing Data
Data – data yang telah di peroleh dari hasil penelitian diteliti kembali
apakah sudah benar dan dapat diproses lebih lanjut.
b. Coding Data
Suatu kegiatan memberi tanda/ kode tertentu terhadap data yang telah
diedit dengan tujuan mempermudah pembuatan tabel.
c. Entry Data
Memasukkan data – data yang sudah diperoleh untuk diolah lebih lanjut.
d. Tabulating Data
Menyusun data sehingga mudah dijumlah, disusun dan disajikan dalam
bentuk table
4. Analisis Data
a. Univariat
Dari hasil yang diperoleh, kemudian dilakukan analisa data secara
deskriptif dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Analisa univariat
19
dimaksudkan untuk menggambarkan dan menjelaskan pemberian asi
ekslusif, non ekslusif, dan berat badan lahir dan di bandingankan
dengan status gizi
5. Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti menjelaskan maksud dan
tujuan peneliti kepada responden. Apabila responden bersedia menjadi
subjek penelitian maka responden diminta untuk mengisi lembar pernyataan
kesedian menjadi responden. Data yang telah diperoleh dari responden
dijaga kerahasiaannya dan tidak disebarluaskan oleh penulis. Responden
yang dipilih berhak untuk menolak bila tidak bersedia atau berhalangan
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Arisman. 2004.Gizi dalam Daur Kehidupan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 180-195.
Bloom (1908) dalam Notoatmodjo, Soekidjo a. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Rineka Cipta.
Briawan, D. 2014. Anemia Masalah Gizi Pada Remaja Wanita. Jakarta : EGC.
Fikawati, S. Syafiq, A. Veratamala, A. 2017. Gizi Anak Dan Remaja. Depok : Rajawali
Pers.
Gultom, L., 2003. Hubungan Beberapa Parameter Anemia dengan Derajad Keparahan
Sirosis Hati. Tesis . Medan: Universitas Sumatra Utara.
Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014.Jakarta : Kemenkes RI; 2015.
Linder, MC. 2006. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. UI-Press. Jakarta: 265-278.
21
Rajab, W. 2009. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan:Jakarta. Penerbit
BukuKedokteran EGC.
Sayogo, S. 2006. Gizi dan Pertumbuhan Remaja. Fakultas Kedokteran Fakultas Indonesia.
Jakarta.
World Health Organization. A global brief on hypertension: silent killer, global public
health crisis. 2015
22
23
24