Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam satu di antara banyak negara, terdapat beberapa orang yang sengaja
membuat diri mereka sendiri lapar-terkadang sampai meninggal. Mereka juga terobsesi
dengan berat badan dan bermaksud mencapai citra tubuh yang terlalu kurus. Pola yang
disfungsional ini disebut dengan anoreksia nervosa (anorexia nervosa). Sperti gangguan
psikologis lainnya, anoreksia sering disertai dengan berbagai bentuk psikopatologi,
termasuk depresi, gangguan kecemasan dan gangguan penyalahgunaan zat.

Anoreksia adalah kelainan psikis yang diderita seseorang berupa kekurangan


nafsu makan meski sebenarnya lapar dan berselera terhadap makanan. Dorongan untuk
makanumumnya didasarkan pada nafsu makan dan rasa lapar. Dua hal tersebut adalah
gejala yang berhubungan tetapi memiliki arti berbeda. Nafsu makan adalah keadaan
yang mendorongseseorang untuk memuaskan keinginannya dalam hal makan, ini
berhubungan dengan konsep budaya yang berbeda antara satu kebudayaan dengan
kebudayaan lainnya. Sedangkan lapar menggambarkan keadaan kekurangan gizi yang
dasar dan merupakan konsep fisiologis.

Gangguan makan seperti anoreksia sering terjadi pada anak usia SMA maupun
perguruan tinggi, terutama pada wanita muda. Meskipun jumlah yang terdiagnosis
mengalami gangguan makan pada siswa perguruan tinggi tidak setinggi yang kita kira,
namun anda kemungkinan pernah mengenal orang-orang di antara anda yang menderita
anoreksia, seperti makan yang berlebihan atau diet yang berlebihan.

Anoreksia nervosa dahulu jarang sekali terjadi, namun peningkatannya


semakin terlihat di Amerika dan negara maju lainnya. Mayoritas kasus terjadi pada
wanita, terutama gangguan ini umumnya mulai muncul pada masa remaja dan dewasa
awal ketika tuntutan untuk menjadi kurus sangat kuat. Seiring denganmeningkatnya
tekanan sosial ini, makin meningkat pula tingkat gangguan makan. Kira-kira 0,5%
(1:200) wanita di lingkungankita mengidap anoreksia nervosa (APA,2000). Presentase
yang jauh lebih besar terlihat pada wanita muda yang menunjukkan perilaku anoreksik,

1
tapi bukan berarti mereka mungkin 1 di antara 2 dari merela makan berlebih dan
memuntahkannya setidaknya satu kali. Jumlah penderita anoreksian pada pria sekitar
sepersepuluh jumlah wanitanya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu anoreksia nervosa dan bagaimana ciri-cirinya?
2. Apakah faktor penyebab anoreksia nervosa?
3. Bagaimana penanganan penderita anoreksia nervosa?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui penyakit anoreksia nervosa dan ciri-cirinya
2. Untuk mengetahui penyebab timbulnya anoreksia nervosa
3. Untu mengetahui penanganan penderita anoreksia nervosa

2
BAB 2

ISI

2.1 Pengertian dan Ciri-ciri Anoreksia Nervosa


Anoreksia (Anorexia) berasal dari bahasa Yunani an-, yang artinya “tanpa”,
dan oreexis, artinya “hasrat untuk”. Anoreksia memiliki arti “tidak memiliki hasrat untuk
(makanan)”, yang sesungguhnya keliru, karena kehilangan hawa nafsu makan di antara
penderita anoreksia nervosa jarang terjadi. Namun demikian, penderita mungkin
menolak makan lebih dari yang dibutuhkan untuk mempertahankan berat badan minimal
sesuai tinggi badan dan usia mereka. Sering terjadi, mereka melaparkan diri hingga
mencapai suatu titik yang membahayakan. Anoreksia Nervosa adalah suatu ganguan
makan yang ditandai oleh adanya usaha untuk mempertahankan berat badan di bawah
standar nornmal, citra tubuh yang terdistrosi, ketakukan yang mendalam akan
bertambahnya berat badan, dan pada wanita yang telah menstruasi terjadi amenorea.
Seseorang yang menderita AN disebut sebagai anoreksik atau (lebih tidak umum)
anorektik. Istilah ini sering kali namun tidak benar disingkat menjadi anorexia, yang
berarti gejala medis kehilangan nafsu makan. Anorektik dapat juga menunjuk ke obat
penahan nafsu.
Anoreksia nervosa berkembang pada tahap remaja awal dan akhir, antara usia
12 dan 18 tahun, namun kemunculan pada usia yang lebih awal atau lebih tua juga
terkadang ditemukan. Banyak penelitian yang beranggapan bahwa masalah yang
mendasari lebih bersifat psikologis daripada biologis, sebagian pakar mencurigai bahwa
pengidap anoreksia nervosa mungkin kecanduan opiate endongen yaitu bahan mirip
morpin yang diproduksi sendiri oleh tubuh yang diperkirakan dikeluarkan selama
kelaparan jangka panjang .(Sherwood, lauralee, 2001)

Ada 2 tipe anoreksia nervosa:


1. Tipe terbatas; individu dengan tipe ini mengindari makan berlebihan, mereka biasanya
menyediakan makan sendiri
2. Tipe binge; individu ini dapat makan dimana saja, akan tetapi selesai makan ia akan
segera memuntahkan makanannya di kamar mandi, menggunakan pencuci perut atau
memperlancar buangan kotoran.

3
Komplikasi medis gangguan makan atau anoreksia nervosa adalah
terganggunya gastro intestinal (penundaan pengosongan lambung, kembung,
kontipasi,nyeri abdomen, gas dan diare). Pada dermatologi timbul kulit pecah-pecah
karena dehidrasi,lanugo dan akrosianotis yaitu tangan dan kaki biru.(Sheila L. Videbeck,
2008)
Karakteristik diagnostik untuk anoreksia nervosa :
1. Menolak untuk memperthankan berat badan pada atau diatas berat badan minimal
yang normal sesuai dengan usia dan tinggi seseorang; misalnya, berat badan 15% di
bawah normal.
2. Ketakutan yang kuat terhadap penambahan berat badan atau menjadi gemuk,
meskipun tubuhnya kurus
3. Citra tubuh yang terdistorsi di mana tubuh seseorang-atau bagian tubuh seseorang-
dipandang sebagai gemuk, walaupun orang lain memandang orang tersebut kurus
4. Mempelajari tentang makanan dan kalori secara berlebihan
5. Menyembunyikan atau sengaja membuang makanan
6. Dalam kasus wanita yang telah mengalami menstruasi, terjadi ketidakhadiran tiga
atau lebih periode menstruasi
Meskipun berkurangnya berat badan merupakan tanda yang paling nyata,
karakteristik klinis yang paling utama adalah kekuatan yang besar akan obesitas. Salah
satu pola anoreksia yang umum terjadi, bermula setelah menarche atau setelah
mendapatkan haid pertama. Pada saat itu, wanita mulai sadar akan bertambahnya berat
badan dan bersikeras untuk menghilangkannya. Tambahan lemak tubuh adalah hal yang
normal pada masa remaja wanita: dalam kacamata evolusioner, lemak bertambaha
sebagai persiapan untuk masa melahirkan dan menyusui (Angier, 1999). Namum wanita
anoreksik mencoba untuk menghindari tubuh mereka bertambah berat badannya dan
mencoba diet yang ekstrem. sering kali melakukan latihan fisik yang berlebihan. Namun
usaha ini lebih giat lagi setelah penurunan berat badan yang diinginkan lebih dicapi,
bahkan setelah keluarga dan orang lain menunjukkan keberatannya. Pola umum lainnya
yang mucul di antara wanita muda adalah ketika mereka meninggalkan rumah untuk
memasuki perguruan tinggi dan mengalami kesulitan penyesuaian terhadap tuntutan
hidup di perguruan tinggi dan kehidupan mandiri. Anoreksia juga lebih umum terjadi di
antara wanita muda yang berada dalam dunia balet atau dunia model di mana ada
penekanan yang kuat untuk mempertahankan bentuk tubuh yang kurus dan tidak
realistis.
4
Walaupun anoreksia pada wanita jauh lebih umum terjadi dibandingkan pada
pria, jumlah pria muda yang menunjukkan anoreksia makin bertambah. Banyak pria
yang menekuni kegiatan olahraga, seperti gulat, mengalami tekanan untuk menjaga berat
badan yang lebih rendah.

Remaja putri dan wanita penderita anoreksia hampir selalu mengingkari bahwa
berat badan mereka turun terlalu banyak. Mereka akan mengatakan bahwa kemampuan
mereka untuk menghadapi latihan yang melehkan menunjukkan kebugaran tubuh
mereka. Wnaita dengan gangguan makan sering kali melihat diri mereka lebih berat
dibandingkan dengan wanita normal lain dengan berat badan yang sama (Horne, Van
Vactor, & Emerson, 1991). Orang lain mungkin melihat mereka sebagai “kulit membalut
utlang”, namun wanita anoreksik memiliki citra tubuh yang terdistorsi dan akan tetap
melihat diri mereka terlalu gemuk. Meskipun mereka secara sengaja membuat diri
mereka lapar, mereka akan menghabiskan hari-hari mereka dengan berpikir dan
membicarakan makanan, dan bahkan mempersiapkan makanan untuk orang lain (Rock
& Curran-Celentano, 1996).
Tanda dan gejala medis lainnya :
1. Denyut jantung lambat
2. Tekanan darah rendah
3. Suhu tubuh rendah
4. Pembangkakan jaringan karena penimbunan cairan (edema)
5. rambut yang tipis dan lembut atau rambut tubuh dan wajah yang berlebihan

2.2 Epidemologi
Terjadinya anoreksia nervosa (AN) dan bulimia meningkat sejak 2 dekade
terakhir. Diperkirakan ada satu setiap 100 wanita usia 16 – 18 tahun, menderita
anoreksia nervosa. Distribusinya merupakan distribusi bimodal, puncak pertama pada
14,5 tahun dan puncak yang lain pada 18 tahun; 25 % lebih muda dari 13 tahun .
Peningkatan telah dilaporkan disemua Negara barat, sedangkan Negara lain ada beberapa
laporan yang sporadic. Perbandingan penderita wanita dengan pria adalha 10:1. Pada
mulanya dilaporkan hanya ada pada kelompok sosioekonomi menengah keatas, namun
sekarang AN juga ada pada golongan sosioekonomi yang lebih rendah. AN telah
didiagnosis pada berbagai etnik dan ras. Bulimia lebih umum terjadi daripada AN.

5
Meningkatnya insidens gangguan makan yang berhubungan dengan AN dan bulimia
berkaitan dengan latar belakang keluarga
2.3 Prognosis
Anoreksia diperkirakan memiliki angka kematian tertinggi dari semua gangguan
jiwa, dengan mana saja 6-20% dari mereka yang didiagnosis dengan gangguan akhirnya
mati karena penyebab yang terkait. tingkat bunuh diri orang-orang dengan anoreksia
juga lebih tinggi dari itu dari populasi umum. Dalam sebuah studi longitudinal wanita
didiagnosis dengan DSM-IV baik anorexia nervosa (n = 136) atau bulimia nervosa (n =
110) masing-masing yang dinilai setiap 6 - 12 bulan selama 8 tahun berada di cukup
risiko bunuh diri. Dokter diperingatkan risiko sebagai 15% subyek melaporkan
setidaknya satu usaha bunuh diri. Telah dicatat bahwa secara signifikan lebih aneroxia
(22,1%) dibandingkan bulimia (10,9%) subyek membuat usaha bunuh diri.
2.4. Etiologi / penyebab
Etiologi gangguan tetap tidak jelas. Terdapat komponen pisikologis yang jelas,dan
diagnosis terutama didasarkan pada kriteria pisikologis dan prilaku. Namun
demikian, manisfestasi fisik anoreksia dapat mengarah pada kemungkinan faktor-faktor
organic pada etiologi.

Faktor Penyebab Anoreksia Nervosa


A. Faktor Sosiokultural
Teoritikus sosiokultural menitikberatkan pada tekanan sosial dan harapan dari
masyarakat pada wanita muda sebagai kontributor terhadap perkembangan
gangguan makan (Bemporad, 1996; Stice, 1994). Tekanan untuk mecapai standar
kurus yang tidak realistis, dikombinasikan dengan pentingnya faktor penampilan
sehubungan dengan peran wanita dalam masyarakat kita, dapat menyebabkan
wanita muda menjadi tidak puas dengan tubuh mereka sendiri (Stice, 2001). Bahkan
pada anak-anak usia 8 tahun, wanita lebih menunjukkan ketidakpuasan akan tubuh
mereka dibanding laki-laki (Ricciardelli & McCabe, 2001). Ketidakpuasan tubuh
pada wanita muda dapat menyebabkan diet yang berlebihan dan perkembangan
perilaku makan terganggu. Tingkat kurus yang ideal bagi wanita dapat diilustrasikan
dalam perubahan indeks massa tubuh (Body Mass Index/BMI) dari para pemenang
kontes Miss Amerika *Rubinstein & Caballero, 2000). Indeks massa tubuh adalah
pengukuran berat badan yang disesuaikan denga tinggi badan.

6
Tekanan untuk menjadi kurus terutama tertuju pada wanita. Tekanan ini
dialami oleh hampir semua wanita sehingg diet menjadi pola makan yang normatif
diantara wanita muda Amerika. Empat dari lima wanita muda di Amerika telah
melakukan diet pada saat mereka mencapai usia 18 tahun. Pada kenyataannya,
perbedaan gender pada obesitas cukup kecil-27% wanita dan 24% pria. Lebih jatuh
lagi, perbedaan gender pada obesitas tidak muncul samapi usia paruh baya.

Model sosiolulturl didukung pula dengan bukti-bukti yang


menunjukkanbahwa gangguan makan lebih tidak umum, bahakan jarang terjadi, di
negara-negara nonBarat. Bahkan pada budaya barat, ganguan makan yang terkait
dengan obsesi terhadap berat badan lebih umu terjadi di Amerika daripada negra-
negara bara lainnya, seperti Yunani dan Spanyol, atau pada negara Timur jauh
teknologinya telah berkembang seperti Jepang (Stice, 1994). Prevalensi dari
perilaku makan yang tergangu dan gangguan makan juga bervariansi di antara
kelompok etnik Amerika dibandingkan Afrika Selatan dan remaja etnik minoritas
lainnya (Leon dkk, 1995; Stice, 1994). Salah satu alasan mucnulnya perbedaan ini
adalah bahwa citra tubuh dan ketidakpuasan tubuh lebih jarang dikaitkan pada berat
badan di antara wanita minoritas (Angier, 2000b). Namunperilaku makan terganggu
yang dapat berkembang menjadi gangguan makan lebih banyak terjadi diantara
wanita Afrika Amerika yang memuluku ketertarikkan yang lebih pada budaya “kulit
putih” yang dominan. Perilaku makan terganggu juga lebih umum terjadi di antara
remaja wanita Amerika adli dibandingkan dengan selama ini diyakini. Para peneliti
juga memperingatkan bahwa ketidakpuasan akan tubuh tampaknya juga lebih sering
muncul di antara wanita Hispantik dan Asia dari pada yang selama ini diketahui dan
ini dapat mengarahkan kelompok ini pada perilaku makan terganggu. Ada juga
tanda-tanda bahwa gangguan makan nantinya dapat meningkat pada negara-negara
berkembang.

B. Faktor Psikososial

Ketidakpuasan terhadap tubuh sendiri adalah faktor penting dalam gangguan


makan. Ketidakpuasan terhadap tubuh dapat menghasilkan udaha-udaha yang
maladaptif – dengan melaparkan diri- untuk mencapai berat badan atau bentuk
tubuh yang diinginkan . Wanita pengidap anoreksia cenderung menjadi sangat

7
peduli pada berat dan bentuk tubuh mereka. Bahkan banyak anak-anak dengan berat
badan normal menunjukkan kepedulian pada berat badan mereka.

Wanita muda dengan anoreksia sering kali memiliki sikap perfeksioni dan
berjuang mencapai prestasi yang tinggi. Mereka sering kali kecewa pada diri
merekea ketika gagal mencapai standar itnggi mereka yang tak mungkin dicapai.
Diet yang ekstrem dapat memberikan perasaan bisa mengontrol dan kebeasan yang
lebih besar daripada yang didapat pada aspek lainnya.

Gadis pengidap anoreksia tampaknya sulit untuk berpisah dengan keluarga


mereka dan menyatukan identitas yang terpisah dan terindividuasi. Anoreksia
mungkon mencerminkan usaha dalam alam bawah sadar dari remaja putri untuk
mempertahankan masa pubertasnya. Hal ini dilakukan dengan mempertahankan
tampilan kanak-kanak mereka, menolak untuk berhadapam dengan isu-isu orang
dewasa seperti peningkatan kemandirian dan perpisahan dengan keluarga,
kematangan seksual, dan asumsi adanya tanggung jawab pribadi. Sejumlah
teoritikus belajar memandang anoreksia sebagai suatu tipe fobia berat
badan.Ketakutan berlebihan dan tidak rasional terhadap penambahan berat badan
dapt merefleksikan kecenderungan dalam budaya kita untuk mengidealkan bentuk
badan wanita yang cantik.

C. Faktor Keluarga

Gangguan makan sering kali berkembangnya dari adanya konflik


dalamkeluarga. Beberapa teoritikus berfokus pada efek brutal dari self-starvation
terhadap orang tua. Mereka mengatakan bahwa beberapa remaja menggunakan
penolakan umtuk makan sebagai cara menhhukum orang tua mereka karena
perasaan kesepian dan keterasingan yang mereka rasakan di rumah. Sebuah studi
membandingkan ibu dari remaja putri dengan gangguan makan dan ibu dari remaja
putri lainnya. Ibu dari remaja yang memiliki gangguan makan lebih tidak bahagia
terhadap fungsi keluarganya, juga memiliki masalah makan dan diet, dan percaya
bahwa putrinya harus menurunkan berat badan, serta memandang putrinya sebagai
orang yang tidak menarik. Apakah makan berlebihan, seperti yang dikatan
Humphrey (1986), adalah sebuah usaha metaforik untuk memperoleh kasih sayang
dan rasa nyaman yang idak didapatkan anak perempuan dari ibunya?

8
Keluarga dari wanita muda dengan ganguan makan lebih sering mengalami
konflik, kurang memiliki kedekatan dan kurang saling memberi dukungan, namu
lebih bersikap overprotective dan kritis daripada kelompok pembanding. Orang tua
terlihat kurang mampu untuk membandingkan kemandirian dalam diri anak
perempuan mereka. Konflik dengan orang tua mengenai isu otonomi sering kali
mengakibatkan munculnya anoreksi nervosa. Namun belum pasti apakh keluarga
dengan pola seperti ini berkontribsi pada kemunculan awal gangguan makan atau
apakah gangguan makan muncul mengganggu kehidupan keluarga. Jawabannya
mungkin terletak pada interaksi antar keduanya.

Dari perspektif sistem, keluarga dalah sistem yang dikelola sedemikian rupa
sehingga men\minimalkan ekspresi terbuka dari konflik dan mengurangi kebutuhan
segera untuk perubahan nyata. Dalam perspektif ini, remaja putri yang mengidap
anoreksia dapat dipandang sebagai penolong untuk mempertahankan keseimbangan
dan harmoni yang muncul dalam keluarga disfungsional dengan mengalihkan
perhatian atas konflik keluarga dan tekanan pernikahan ke dalam diri mereka. Anak
perempuan tersebut menjadi pasien yang teridentifikasi, meskipun unit keluargalah
yang sebenarnya tidak berfungsi dengan baik.

Tanpa memperhatikan daktor yang memicu munculnya ganguan makan,


dukungan sosial bisa mejnadi slaah datu faktor yang memperthakan keberadaan
gangguan makan. Anak-anak dengan gangguan makan dapat secar cepat menjadi
pusat perhatian pada keluarga mereka, dan menerima perhatian dari orang tua yang
mungkin sebelumnya kurang.

D. Faktor Biologis

Terdapat pula beberapa petunjuk adanya peran faktor genetis gangguan


makan. Gangguan makan juga cenderung menurun dakam jekuarga, yang diduga
terkait dengan komponen gentis. Bukti yang lebih kuat untuk anoreksia ditemukan
di antara kembar satu telur dibandingkan kembar dua telur, yaitu 50% berbanding
5%. Di sisi lain, faktor genetis tidak dapt sepenuhnya ditunjuk sebagai faktor
penyebab berkembangnya gangguan makan. Dalam pandangan model diatesis-stres,
diduga predisposisi geneteis yang melibatkan disfungsi aktivitas neurotransmiter

9
berinteraksi dengan faktor keluarga, sosial, budaya, dan tekanan lingkungan dalam
menyebabkan berkembangnya gangguan makan.
2.5 Patofisiologi Anoreksia Nevosa
Meskipun mekanisme pasti mekanisme pengaturan nafsu makan dan berat
badan belum diketahui sepenuhnya, riset sekarang ini memberikan banyak sekali
informasi tentang permasalahan ini. Hipotalamus dinilai dapat mengatur baik rasa
kenyang maupun lapar, dengan menghasilkan homeostasis berat badan dalam keadaan
yang ideal. Hipotalamus mengintepretasikan dan mengintegrasikan sejumlah besar
masukan neural dan humoral untuk mengkoordinasikan tahapan lapar dengan
pengeluaran energi sebagai respon terhadap keadaan perubahan keseimbangan energi.
Sinyal jangka panjang yang menghubungkan informasi tentang simpanan energi
badan, status endokrin, dan kesehatan umum terutama merupakan masukan humoral.
Sinyal jangka pendek, termasuk hormon usus dan sinyal neuran dari pusat otak lebih
tinggi dan usus, meregulasi tahapan awal dan akhir proses makan. Hormon-hormon
yang terlibat dalam proses inimencakup leptin, insulin, kolesitokinin, grelin,
polipeptida YY, polipeptida pankreas, peptida-1 yang mirip glukagon, dan
oxytomodulin. Perubahan setiap proses humoral atau neuronal ini dapat menimbulkan
anoreksia.
2.6 Diagnosis
Pedoman diagnostic Anoreksia Nervosa menurut PPDGJ-III adalah :7
- Mempunyai ciri khas gangguan adalah mengurangi berat badan dengan sengaja,
dipacu dan atau dipertahankan oleh penderita.
- Untuk suatu diagnosis yang pasti dibutuhkan semua hal seperti di bawah ini, yaitu:
 Berat badan tetap dipertahankan 15% di bawah yang seharusnya ( baik yang
berkurang maupun yang tidak tercapai) atau Quetelet’s body mass index
adalah 17,5% atau kurang.
 Berkurangnya berat badan dilakukan sendiri dengan menghindari makanan
yang mengandung lemak dan salah satu hal di bawah ini :
o Merangsang muntah oleh dirinya sendiri
o Menggunakan pencahar
o Olah raga berlebihan
o Menggunakan obat penahan nafsu makan dan atau diuretika.

10
o Terdapat distorsi body image dalam psikopatologi yang spesifik dimana
ketakutan gemuk terus menerus menyerang penderita, penilaian yang
berlebihan terhadap berat badan yang rendah.
o Adanya gangguan endokrin yang meluas, melibatkan hypothalamic-
piyuitary-gonadal aksis, dengan manifestasi pada wanita sebagai amenore
dan pada pria suatu kehilangan minat dan potensi seksual. Juga dapat terjadi
kenaikan hormon pertumbuhan, kortisol, perubahan metabolisme peripheral
dari hormone tiroid, dan sekresi insulin abnormal.
o Jika onset terjadinya pada masa prubertas, perkembangan prubertas tertunda
atau dapat juga tertahan. Pada penyembuhan, prubertas kembali normal,
tetapi menarche terlambat

Pemeriksaan patologi dan laboratorium, tidak ada tes laboratorium tunggal yang
mutlak mambantu menegakan diagnosa anoreksia nervosa. Urutan uji saring
laboratorium adalah diperlukan pada orang yang memenuhi criteria anoreksia
nervosa. Tes tersebut dapat berupa elektrolit serum dan tes fungsi ginjal, tes glukosa,
EKG, kadar kolesterol, test supresi deksametason, dan kadar karoten. Klinisi mungkin
menemukan penurunan hormon tiroid, penurunan glukosa serum, nonsupresi kortisol
setelah deksametason, hipokalemia, peningkatan nitrogen urea darah, dan
hiperkolesterolemia.

2.7 Penangangan Anoreksia Nervosa


Pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk penderita gangguan makan meliputi
pemeriksaan tanda vital, mengukur tinggi dan berat badan penderita dan pemeriksaan
status pubertas. Kelainan yang didapat pada pemeriksaan fisik berupa kehilangan berat
badan yang nyata, bradikardi, hipotensi postural, hipotermi, penipisan email akibat
tumpahan asam lambung, luka pada anus akibat penggunaan pencahar yang berlebihan,
kulit dan bibir kering akibat dehidrasi.
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan antara lain darah rutin, kadar elektrolit,
kadar kalsium dan fosfat serum, pemeriksaan fungsi hati dan tiroid. Pemeriksaan
elektrokardiografi dilakukan bila ada gangguan fungsi jantung atau mendapat
pengobatan antidepresan. Foto rontgen dapat membantu menentukan densitas tulang dan
keadaan dari jantung dan paru-paru, juga bisa menemukan kelainan saluran pencernaan
yang disebabkan oleh malnutrisi

11
Terapi Pengobatan/Treatment
Treatment untuk anoreksia nervosa dilakukan dengan 3 tahap;
1. Mengembalikan berat badan kembali normal.
Dilakukan program diet ulang yang sehat untuk mengembalikan berat badan kembali
normal, pada pasien tertentu kadang diperlukan perawatan di rumah sakit. Check
kesehatan akan dilakukan untuk melihat pelbagai kemungkinan komplikasi yang
muncul.
2. Terapi psikologi
Terapi ini dilakukan untuk menumbuhkan rasa percaya diri, menghilangkan cara
pandang yang salah terhadap citra tubuh, meningkatkan penghargaan diri dan
mengatasi konflik interpersonal. Terapi yang dilakukan biasanya dipilih CBT
(Cognitive Behavioral Therapy) dianggap paling efektif dalam mengembalikan
kepercayaan diri, dan mencegah timbulnya pikiran dan perilaku gangguan makan
kembali. Terapi dilakukan dapat berlangsung lama, oleh karenanya CBT juga kadang
disertai dengan terapi keluarga untuk memberikan dukungan kepada pasien dalam
menjalani penyembuhan
3. Penyembuhan total
Beberapa upaya yang dilakukan agar pasien kembali stabil, menghilangkan kebiasaan
dan pikiran-pikiran yang dapat menimbulkan gangguan makan kembali
4. Mengurangi atau menghapuskan perilaku atau pemikiran yang awalnya mengarah ke
makan tidak teratur. Untuk menyembuhkan anoreksia nervosa diperlukan kesabaran.
Hal-hal yang dapat dilakukan adalah konseling bersama dengan anggota keluarga,
serta edukasi tentang nutrisi, psikoterapi, dan kesehatan. Si penderita sangat
membutuhkan dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat. Jika ada salah satu
anggota keluarga anda yang menderita kelainan ini, jangan berhenti mendukungnya
untuk sembuh
5. Penanganan Biomedis
Perawatan di rumah sakit mungkin diperlukan untuk membantu pasien anoreksia
mencapai berat badan yang sehat. Pengobatan anti depresan dapat digunakan untuk
mengatur nafsu makan dengan menubah proses kimia pada otak atau melepaskan
depresi yang mendasari. Serta siproheptadin untuk merangsang nafsu makan.
6. Terapi Behavioral Kognitif
Untuk membantu individu dengan gangguan makan mengalahkan pikiran dan
keyakinan self-defeating serta mengembangkan kebiasaan makan dan pola berpikir
12
yang sehat. Modifikasi membantu penderita anoreksia yang dirawat di rumah sakit
untuk meningkatkan berat badan dengan memberi hadiah yang diinginkan untuk
perilaku makan yang tepat
7. Terapi Keluarga
Dapat digunakan untuk mengatasi konflik keluarga dan meningkatkan komunikasi di
antar anggota keluarga
8. Psikofarmakologi
Beberapa kelas obat-obatan telah diteliti, tetapi sedikit yang menunjukkan
keberhasilan secara klinis. Amitriptilin (Elavil) dan siproheptadin antihistamin dalam
dosis tinggi (sampai 28mg/hari). Dapat meningkatkan penambahan berat badan pasien
rawat inap dengan anoreksia nervosa.(Sheila L. Videbeck, 2008)

Untuk Terapi Farmakologi


 Cyproheptadine hydrochloride, merupakan antagonis antihistamine dan
serotonin, telah terbukti efektif sebagai stimulus untuk pasien anoreksia
nervosa yang mempunyai sedikit efek samping. Dosis harian adalah 8mg
peroral dan dinaikan 32mg/hari pada akhir minggu kedua.
 Amitrypline, dimulai dengan dosis 50mg/hari dan dinaikan perlahan-lahan
sampai 150mh/hari. Obat ini terbukti bermanfaat untuk pasien anoreksia
nervosa, biasanya pasien mengalami panaikan berat badan, biasanya
digunakan untuk pasien dengan gangguan depresi.
 Alprazolam, 0,25mg, setiap 1 jam sebelum makan, diperuntukan untuk pasien
yang mengalami anxietas yang berat.

13
2.8 Algoritma terapi Anoreksia

2.9 Manifestasi klinis


1. Gangguan tidur timbul pada beberapa penderita anoreksia dan terdapat gerakan mata
yang cepat, seperti yang sering terdapat pada penderita depresi. Masalah pada
pengaturan suhu , khususnya hipotermia.
2. Tidak mau makan dengan sengaja karena ketakutan yang berlebihan akan kenaikan
berat badan.
3. Pengidap memiliki Body Mass Index kurang dari 18,5.
4. Terganggunya siklus menstruasi.
5. Cenderung tidak mengakui bahwa ia mengidap anoreksia karena ia merasa dapat
mengontrol keadaan dengan kemampuannya mengatakan tidak pada makanan.
6. Gangguan pada hipotalamik-pituitary-ovarian axis dimanifestasikan dengan amenorea
yang berkaitan dengan pola tidak matang dari sekresi hormon luteinizing.
7. Adanya disfungsi hypothalamic- pituitary-adrenal axis dibuktikan dengan antara lain
dengan meningkatnya kortisol, hilangnya variasi diurnal pada sekresi kortisol , dan
kegagalan deksametason untuk menekannya.

14
8. Peningkatan area nitrogen pada darah dapat timbul sebagai akibat dehidrasi dan
penurunan kecepatan penyaringan glomerulus, namun kadar yang normal dapat
ditemukan pada keadaan serupa karena rendahnya pemasukan protein pada penderita
dehidrasi.
9. Konstipasi merupakan komlikasi masalah motilitas yang sangat sering terjadi pada
penderita AN.
10. Penderita AN tampaknya sangat resisten terhadap inspeksi.
11. Kulit penderita AN kering dan sering tampak rambut lanugo.
12. Pada fase pemberian makan kembali sering kerontokan rambut

2.10 Komplikasi
1. Berat badan jauh dibawah normal.
2. Anggapan yang selalu buruk tentang bentuk badannya sendiri.
3. Perubahan menstruasi sampai akhirnya tidak menstruasi.
4. Detak jantung tidak teratur.
5. Gangguan fungsi hati, sistem cardiovascular dan organ dalam lainnya.
6. Terjadinya pelemahan otot dan disfungsi sistem imun.
7. Ketidakseimbangan hormon.
8. Terganggunya proses pertumbuhan tubuh.
9. Osteoporosis.
10. Kematian.
Komplikasi Medis dari Anoreksia Nervosa
Berhubungan dengan penurunan berat badan :
a. Kaheksia : hilangnya lemak, massa otot, penurunan metabolisme tiroid (sindrom T3
rendah), intoleransi dingin, dan sulit mempertahankan temperatur inti tubuh.
b. Jantung : hilangnya otot jantung, jantung kecil, aritmia jantung, termasuk kontraksi
premature atrium dan ventrikel, perpanjangan transmisi berkas HIS (perpanjangan
interval QT, bradikardia, takikardia ventricular, kematian mendadak.
c. Pencernaan-gastrointestinal: perlambatan pengosongan lambung, kembunng,
konstiopasi, nyeri abdomen.
d. Reproduktif : Amenore, kadar leutenizing hormone (LH) dan follicle stimulating
hormone (FSH) yang rendah.
e. Dermatologis: lanugo (rambut halus tumbuh di seluruh tubuh), edema.
f. Hematologys : leucopenia
15
g. Neuropsikiatri : sensasi kecap yng abnormal ( mungkin karena defesiensi dari seng
), depresi apatetik, gangguan kognitif ringan.
h. Metabolisme : kelainan elektrolit, terutama alkalosis hipokalemik, hipokloremik,
dan hipomagnesimia.
i. Gigi: erosi enamel gigi, terutama bagian depan, dengan dengan kerusakan gigi yang
bersangkutan.
j. Neuropsikiatrik : kejang (berhubungan dengan pergeseran cairan yang besar dan
gangguan elektrolit), neuropati ringan, kelelahan, dan kelemahan, gangguan
kognitif lainnya.

16
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Anoreksia nervosa (AN) adalah sebuah gangguan makan yang ditandai dengan
penolakan untuk mempertahankan berat badan yang sehat dan rasa takut yang berlebihan
terhadap peningkatan berat badan akibat pencitraan diri yang menyimpang. Pencitraan
diri pada penderita AN dipengaruhi oleh bias kognitif (pola penyimpangan dalam
menilai suatu situasi) dan memengaruhi cara seseorang dalam berpikir serta
mengevaluasi tubuh dan makanannya.
Anoreksia terkait dengan fokus pada kontrol berat badan dan cara-cara yang
maladaptif untuk upaya menurunkan berat badan. Banyak faktor lain yang terlibat dalam
perkembanganya, termasuk tekanan sosial pada wanita muda untuk mencapai standar
kekurusan yang tidak realistis, siu-isu tentang kontrol, problem psikologis yang
mendasari, dan konflik dalam keluarga, terutama tentang isu otonomi.
Beberapa kasus anoreksia yang parah seringkali ditangani di rumah sakit di
mana proses pemberian makan dapat dimonitor secara lebih baik. Modifikasi perilaku
dan intervensi psikologis lainnya, termasuk psikoterapi dan terapi keluarga, juga dapat
berguna.

3.2 Saran
Untuk penderita anoreksia nervosa sebaiknya ubahlah pikiran bahwa tubuh
kalian masih terlihat gemuk. Untuk keluarga penderita anoreksia sebaiknya berikanlah
perhatian yang lebih kepada mereka agar mereka bisa kembali seperti semula. Karena
badan yang terlampau kurus itu sebenarnya tidak sehat. Bisa menimbulkan asteoporosis
bahkan kematian

17
DAFTAR PUSTAKA

Nevid, Jefrey S., Rathus, Spencer A., & Greene, Beverly. (2003). Psikologi Abnormal.
Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama
http://www.conectique.com/trend_tips_solution/_health/disease/article.php?article_id=2238
id.wikipedia.org/wiki/Anoreksia_nervosa
http://medicastore.com/penyakit/70/Anoreksia_Nervosa.html
http://majalahkesehatan.com/gangguan-pola-makan-anoreksia-dan-bulimia/
http://community.siutao.com/showthread.php/8965-Apa-itu-Anoreksia-Apa-saja-Gejalanya

18

Anda mungkin juga menyukai