Anda di halaman 1dari 5

SUMBER DANA DARI LUAR NEGERI

Bagi negara-negara yang belum atau tida mampu menghimpun tabungan domestic yang
memadai guna mendorong pertumbuhan ekonominya,maka negara tersebut dapat pula
mencari sumber pembiayaan dari luar negeri ( negara-negara lain ).
Bab ini mencoba untuk menjelaskan peranan tabungan luar negeri dalam pembangunan
dan mengungkap beberapa kontroversi dan implikasi yang ditimbulkannya.

Namun, sebelum kita melakukan pembahasan yang lebih mendalam, ada baiknya jika kita
mengetahui terlebih dahulu tentang beberapa konsep penting yang akan di bahas dalam
bab ini.
Bantuan asing ( luar negeri ) yang dimaksudkan di sini adalah meliputi bantuan yang
bersumber dari pemerintah maupun swasta dari negara lain.

Jenis bantuan ini dapat di bagi lagi menjadi dua jenis, yaitu : (1) bantuan bilateral, sebuah
bantuan yang di berikan langsung oleh sebuah negara kepada negara lainnya, dan (2)
bantuan multilateral, sebuah bantuan yang dananya mengalir ke sebuah badan badan
internasional, seperti PBB,Bank Dunia, dan Bank pembangunan regional ( misalnya, The
Asian Development Bank untu negara-negara di kawasan Asia ), yang selanjutnya badan-
badan internasional tersebut meminjamkan atau menyalurkan dana yang tersedia ke NSB.

BANTUAN LUAR NEGERI


Bantuan asing yang ada sekarang ini merupakan kelanjutan dari era sesudah Perang Dunia
II. Bantuan tersebut berawal dari adanya Rencana Marshall ( Marshall Plan ), di mana pada
waktu AS menyaluan dananya sebesar US $ 17 miliar ( sekitar 1,5 persen dari GNP AS per
tahunnya ) selama kurang lebih empat tahun guna membantu pembangunan kembali Eropa
sesudah Perang Dunia ke II.

LEMBAGA-LEMBAGA BANTUAN INTERNASIONAL


The Asian Development Bank (ADB)
The Asian Development Bank ( ADB ) berdiri pada tahun 1996, dan bertugas untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, serta bekerja sama dengan semua pihak yang
berkepentingan di kawasan Asia.
ADB merupakan lembaga pengembangan keuangan internasional yang melaksanakan
penyaluran dana, menyokong investasi, dan memberikan kerja sama teknis ( technical
assistance ) kepada NSB yang menjadi anggotanya.

Latar Belakang Berdirinya ADB


Pada pertengahan tahun 1960-an, negara- negara di kawasan Asia sangat membutuhkan
bantuan ekonomi untuk membiayai pertumbuhan dan pembangunannya. Kemudian dari
berbagai penjuru dunia datanglah bantuan untuk negara-negara Asia baik berupa dukungan
politik maupun bantuan ekonomi.
Pada awalnya, bantuan ini diharapkan datang dari negara-negara Barat, namun terdorong
oleh adanya rasa nasionalisme yang begitu menggebu ( terutama setelah usainya Perang
Dunia II ) mendorong timbulnya rasa solidaritas dan kerjasama di antara negara-negara di
kawasan Asia, dengan berusaha memperoleh batuan politik maupun ekonomi dari kalangan
negara-negara di kawasan Asia sendiri.
Kesemuanya ini tercermin dalam pembentukan berbagai organisasi Asia, seperti Economic
Commission for Asia and the Far East ( ECAFE ) yang anggotanya terdiri dari negara-
negara di kawasan Asia yang telah menjadi anggota PBB pada masa itu, SEATO dan lain
sebagainya.

Bank Dunia ( The World Bank )


Pada awal Perang Dunia II ( PD II , para ahli keuangan dari gabungan beberapa negra
memandang bahwa setelah PD II akan membawa pengaruh akan adanya kebutuhan atas
peraturan-peraturan mengenai kerjasama internasional untuk memecahkan masalah dalam
hal moneter dan permasalahan-permasalahan keuangan lainnya.
Dengan adanya beberapa pertemuan yang diselenggarakan oleh gabungan beberapa
negara, pada bulan Juli 1944, 44 buah negara mendirikan United Nations Moonetary and
Financial Conference di Bretton Woods, New Hampshire, USA. Pada konferensi ini di
canangkan beberapa Anggaran Dasar, yaitu dengan terbentunya dua lembaga keuangan
internasional yaitu :
1. IMF ( International Monetary Fund )
2. IBRD ( International Bank for Reconstruction and Development ) kemudian lebih dikenal
dengan nama World Bank

IBRD ( International Bank for Reconstruction and Development ) atau lebih dikenal sebagai
Bank Dunia merupakan sebuah lembaga keuangan internasional yang pertama.

Fungsi Utama Bank Dunia


Pada dasarnya, Bank Dunia memiliki dua keanggotaan, yaitu :
1. IFC ( International Finance Corporation ) yang memulai kegiatannya pada tahun 1956.
Kegiatannya ditujukan untuk pengembangan sector swasta di NSB.
2. IDA ( International Development Association ) yang memulai kegiatannya pada tahun
1960. Kegiatannya ditunjukan untuk sektor yang sama dan sesuai dengan kebijakan Bank
Dunia.

Secara bersama-sama, Bank Dunia, IFC, dan IDA diarahkan sebagai Grup Bank Dunia.
IDA dan Bank Dunia mempunyai staf dan manajemen yang sama, namun staf IFC terpisah.
Ketiganya memiliki presidan dan dewan direktur eksekutif yang sama, yang meninjau dan
menyetujui kebijakan pinjaman serta investasi mereka. IDA dan IFC memiliki Anggaran
Dasar yang terpisah, yang sedikit berbeda dari Piagam Bank Dunia.

DAMPAK BANTUAN LUAR NEGERI TERHADAP PEMBANGUNAN


Dengan mengguanakan pendekatan Harrod-Domar, mungkin akan lebih mudah bagi kita
untuk menjelaskan peranan bantuan dan tabungan luar negeri dalam pembangunan.
Menurut Horrad-Domar, peranan tabungan luar negeri adalah untuk menumbuh
kembangkan tabungam domestic sehingga dapat meningkatkan investasi pada akhirnya
akan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi. Atau dengan kata lain, tabungan luar negeri
biasanya digunakan untuk menutupi kesenjangan tabungan-investasi (saving-investment
gap) yang terjadi di tingkat domestic.

MANFAAT INVESTASI ASING


Adanya serangkaian peraturan perundang-undangan negara tuan rumah (host country)
berkenaan dengan investasi asing menunjukan bahwa NSB tentang cukup untuk aktif untuk
mencari investor asing dan mengharapkan berbagai manfaat yang nyata dari investasi asing
tersebut. Biasanya tujuan yang paling umum dikemukakan adalah untuk menciptakan
lapangan kerja, proses alih teknologi dan keterampilan yang bermanfaat dan berbagai
sumber tabungan atau devisa.

Perluasan Kesempatan Kerja


Bukti empiris di beberapa negara menunjukkan bahwa manfaat perluasan kesempatan kerja
yang dihasilkan oleh adanya investasi asing karena suatu hal menjadi nampak kurang
begitu nyata.

Alih teknologi
Manfaat pokok keduan yang diharapkan dari adanya investasi asing adalah proses alih
teknologi, ketrampilan, dan know-how. Oleh karena banyak riset lapangan dan kegiatan-
kegiatan pembangunan dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Amerika Utara, Eropa, da
Jepang, maka perusahaan-perusahaan tersebut sangat potensial sebagai sumber yang
kaya akan informasi yang bernilai tentang teknologi, proses-proses, metode pemasaran dan
pendekatan-pendekatan manajerial yang baru.

Manfaat Perolehan Devisa


Manfaat ketiga yang diterima oleh NSB dari investasi asing adalah memperoleh tabungan
dan mendapatkan cadangan devisa. Dampak investasi-investasi TNC ini terhadap neraca
pembayaran NSB telah menjadi sebuah kontroversi. Sebuah studi yang diterbitkan pada
tahun 1973 dan meliputi ebih dari 100 TNC di seluruh dunia, menyimpulkan bahwa pada
akhir tahun 1960-an pengaruh positif neto pada neraca pembayaran TNC tidak dapat
diabaikan. Menurut studi tersebut, pada hampir setengah dari TNC yang diteliti diperolh
temuan bahwa TNC-TNC tersebut lebih banyak mengekspor devisa ( melalui impor dan
repatriasi laba ) dibandingkan devisa yang mereka peroleh. Jika keadaannya seperti
demikian, mka nampaknya repatriasi laba merupakan salah satu penyebab hilangnya devisa
“seharusnya” diperoleh negara tuan rumah.

KEBIJAKAN-KEBIJAKAN NSB TERHADAP INVESTASI ASING


Pemerintah NSB biasanya menggunakan berbagai kebijakan yang bersifat restriktif dan
insentif bagi perusahaan-perusahaan asing. Kebijakan yang bersifat restriktif tersebut antara
lain : (1) prasyarat kinerja, (2) hukum “kejenuhan” (saturation), dan (3) pengendalian
repatrisi laba. Sedang kebijakan yang berupa rangsangan adalah insentif pajak.

PINJAMAN KOMERSIAL
Belakangan ini sumber dana dari luar negeri yang sangat cepat perkembangannya adalah
injaman swasta yang berasal dari tiga sumber, yaitu (1) bond lending, (2) pinjaman
komersial, dan (3) kredit ekspor. Bond Lending ini merupakan salah satu bentuk dari
investasi portofolio. Bentuk lainnya adalah pembelian saham perusahaan-perusahaan NHB
oleh pihak asing.
Bentuk kedua dan relati paling baru adalah pinjaman komersial dari bank-bank di luar
negeri, baik dari pasar Eurocurrency maupun pinjaman biasa dari bank-bank di luar negeri
dengan menggunaan dana mereka sendiri. Jumlah pinjaman seperti itu pada akhir tahun
1984 sebesar 2,5 miliar dolar AS, dan sebesar 2 miliar dolar AS berasal dari Eurocurrency.
Kredit Eurocurrency ini biasanya dilakukan oleh suatu sindikat bank, bukan oleh sebuah
bank secara individual. Pinjaman jenis ini biasanya untuk jangka watu yang jauh lebih
pendek dari pada bond issues dan tingkat bunga yang sama jika bank-bank tersebut
meminjamkannya pada bank lainnya.
Biasanya tingkat suku bunga yang ditetapkan berdasarkan suku bunga pada LIBOR ( the
London interbank borrowing rate ) yang nilainya berfluktuasi dari waktu ke waktu.

SUMBER PINJAMAN LUAR NEGERI BAGI PEMBANGUNAN DI INDONESIA


The Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI)
Sejak tahun 1966, pemerintah Orde Baru mulai mengambil langkah kebijakan stabilisasi,
reorganisasi, dan rehabilitasi terhadap system perekonomian sebagai basis yang penting
untuk pertumbuhan ekonomi. Dalam bidang keuangan internasional, pemerintah Orde Baru
berusaha memperbaikinya dengan cara mencari penyelesaian pinjaman Orde Lama dan
menari investasi asing serta meminta bantuan keuangan dan bantuan teknik. Sejak awal
tahun 1967, pertemuan-pertemuan untuk membantu Indonesia dikoordinasikan dalam satu
wadah kerjasama yang disebut The Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI). Dalam
perkembangannya, IGGI tumbuh sebagai suatu mekanisme koordinasi negara-negara donor
yang bersifat internasional yang merupaka kelompok pertemuan konsulatif.
IGGI adalah forum tempat pertemuan berkala antara Indonesia dengan negara-negara
donor dan lembaga-lembaga keuangan internasional yang dibentuk tidak berdasarkan
perjanjian.

Consultative Group on Indonesia ( CGI )


Latar belakang pembentukan CGI berawal pada adanya insiden Dilli (Timor Timur) pada
bulan November tahun 1991. Adanya sikap beberpa negara yang ingin mengaitkan
pemberian pinjaman atau bantuan dengan insiden Dilli tersebut jelas-jelas bertentangan
dengan garis politik pemerintah RI sesuai dengan TAP MPR No.IV/MPR/1978 tentang
GBHN, Bab IV, Bagian D, Arah dan Kebijakan Pembangunan, Ayat 12.

1. Pinjaman Bilateral
Pinjaman bilateral adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa maupun
dalam bentuk barang atau jasa yang diperoleh dari pemberi Pinjaman Luar Negeri yang
berasal dari pemerintah suatu negara melaui suatu lembaga atau badan keuangan yang
dibentuk oleh pemerintah negara yang bersangkutan untuk melaksanakan pemberian
pinjaman yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu.
2. Pinjaman Multilateral
Pinjaman multilateral adalah setiap penerimaan negara, baik dalam bentuk devisa maupun
dalam bentuk barang atau jasa yang diperoleh dari pemberian pinjaman luar negeri yang
berasal dari lembaga keuangan internasional maupun regional dan biasanya Indonesia
merupakan anggota dari lembaga keuangan tersebut.

Pinjaman di Luar IGGI/CGI


Golongan negara-negara ini tidak ikut serta dalam perundingan di Tokyo maupun di Paris
dalam rangka penyelesaian utang-utang Indonesia, maupun dalam sidang-sidang IGGI
maupun CGI.
Alasan klasik yang di kemukakan golongan negara-negara tersebut adalah, justru utang-
utang tersebut timbul karena politik imperialis atau colonial negara barat, dan mereka tidak
ikut bertangggung jawab.
Sehubung dengan alas an klasik yang di kemukakan tersebut, utang atau bantuan
mereka akan diselesaikan melaui perundingan bilateral dan tidak berdasarkan pola paris
dan Amsterdam.

SEKILAS TENTENG UTANG LUAR NEGERI INDONESIA


Sejatinya, utang luar negeri pemerintah merupakan salah satu sumber pembiayaan
anggaran pemerintah dan pembangunan ekonomi secara umum di gunakan selain
penerimaan dalam negeri pemerintah. Pemenfaatan tang luar negeri pemerintah untuk
membiayai belanja negara sedemikian rupa sehingga dapat mendukung kegiatan ekonomi,
terutama kegiatan yang produktif sehingga pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan
ekonomi. Dalam hal pembiayaan anggaran pemerintah, utang luar negeri pemerintah
berperan untuk membiayai deficit anggaran yang tercipta dari selisih antara penerimaan
domestic dan belanja pemerintah. Belanja pemerintah ini kemudian akan mendorong
pertumbuhan ekonomi melalui belanja-belanja pembangunan yang sifat produktif.
Sejarah telahmembuktikan bahwa kegagalan dalam pengelolaan portofolio utang dapat
memicu terjadinya krisis ekonomi yang mendalam. Jika tidak hati-hati, perkembangan utang
luar negeri Indonesia dapat membaha perekonomian pada jebakan ketergantungan atas
utang luar negeri
(debt trab) (Arsyad, 1991a; Arsyad 1991b)
Utang luar negeri pemerintah seyogyanyaberperan dalam pembiayaan deficit anggran
dan pembangunan ekonomi secara umum . Namun di Indonesia, perkembangan utang luar
negeri yang sedemikian pesat telah menciptakan masalah tersendiri bagi anggaran
pemerintah dan perekonomian secara umumnya.

Anda mungkin juga menyukai